Anda di halaman 1dari 17

1.

Infestations

Definisi
Presensi (keberadaan) parasit yg hidup pada tubuh manusia, memberikan dampak/masalah kesehatan
pada kulit

2 penyebab infestasi
Antropoda : pediculosis, scabies
Parasitic worms : larva migrans (creeping eruption), onchocerciasis, filariasis

Scabies

Definisi
Cutaneus parasitosis yg disebabkan oleh infeksi tungau Sarcoptes scabies hominis pada epidermis
Sinonim : kudis/buduk
Etiologi (sarcoptes scabies hominis)
Toksonomi
Filum : arthropoda (bersel banyak, simetris bilateral, beruas-ruas, eksoskeleton)
Kelas : arachnida
Ordo : acarina
Famili : sarcoptidae
Genus : sarcoptes
Epidemiologi
Sering pd anak-anak dan dewasa yg hygiene kulitnya kurang baik
Lingkungan dengan hygiene buruk : asrama, rumah yatim piatu, pesantren, asrama tentara,
pemukiman kumuh-padat
Morfologi
3 segmen tubuh
Kapitulum : sepasang chelicera di tengah, sepasang pedipalpa di lateralnya
Thorax : 2 pasang kaki depan dengan pulvillus (alat perobek kulit)
Abdomen : 2 pasang kaki belakang
Bentuk
Oval dan gepeng
Bersisik/berduri halus
Lunak, transparan
Pada betina terdapat sel telur
Jumlah pasang kaki
Imago (dewasa) : 4 pasang kaki (2 pasang kaki depan + 2 pasang kaki belakang)
Nympha : imago dengan ukuran lebih kecil
Larva : 3 pasang kaki (2 pasang kaki depan + 1 pasang kaki belakang)
Dorsal view : dorsal spine (duri dorsal pada segmen paling caudal), dan dorsal scale (sisir
dorsal)
Daur hidup
Ektoparasit (hidup di luar permukaan kulit hospes)
Metamorfosis tidak sempurna : telur - larva - nympha - imago
S.scabei jantan dan betina kopulasi - jantan mati atau bertahan hidup bbrapa hari - betina
membuat terowongan (burrow) di stratum korneum dgn pulvillus-nya
2 hari setelah kopulasi : 2-3 butir telur/hari dimasukkan ke dalam terowongan
3-5 hari : telur menetas menjadi larva
3-4 hari : larva menjadi nimfa
3-5 hari : nimfa menjadi dewasa
Patogenesis
Lesi primer : terowongan (berisi tungau, telur, hasil metabolisme)
Tungau menggali terowongan pd stratum korneum dgn bantuan pulvillus kaki depan
Setelah mendapat lubang masuk, tungau mengeluarkan sekretnya
Sekret tungau melisiskan stratum korneum membentuk terowongan
Sekret tungau bisa mencapai lamina basales (lapisan epidermis terdalam) : sensitisasi sel mast
sebagai respon imun primer
Sel mast mengeluarkan granul histaminnya menyebabkan pruritus (gatal) dan lesi sekunder
Lesi sekunder : papul, vesikel, pustul, bula
Awalnya hanya muncul pd ujung terowongan
Dapat timbul karena adanya infeksi sekunder oleh bakteri lainnya
Lesi tersier : eksoriasi, eksematisasi, krusta
Lesi dapat timbul pd perjalanan penyakit kronis
Biasanya diinisiasi dengan stratching atau minor trauma pd predileksi
S.scabies dapat hidup di baju atau tempat tidur 2-3 hari
Masa inkubasi 1 bulan sampai timbul pruritus
Infeksi sekunder biasanya disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe 1 dalam 24 jam pertama setelah
inkubasi
Diagnosis
Anamnesis
Gatal (itching) terutama malam hari
Riwayat hygiene buruk (pemukiman kumuh-padat, asrama, kosan, pesantren)
Riwayat kontak langsung dengan lesi kulit penderita scabies
Efloresensi
Lesi primer : superficial line burrow, seperti terowongan lurus/berkelok, berwarna putih
keabuan, pd ujung terdapat vesikel atau papul kecil
Lesi sekunder : papul, pustul, bula sekitar burrow
Lesi tersier : eksema, eksoriasi, krusta sekitar burrow
Distribusi : daerah dgn kulit tipis
Lipatan ketiak depan, pergelangan tangan ventral (fleksor), siku bag.luar (ekstensor),
interdigital space jari tangan
Umbilikus, gluteus, lipat paha, genitalia eksterna, areola mammae
Penunjang
Uji KOH
Tetes minyal mineral (mineral oil) pd skalpel (alat kerokan) dan pd lesi yg dikerok
Kerokan kulit dari burrow diletakkan di atas glass object
Tetesi KOH 10%, panasi sbentar
Amati ada-tidaknya tungau/telurnya secara mikroskopik
Uji tinta
Perm.kulit ditetesi tinta hitam/tinta india
Sedikit ditekan, tinta dicuci
Tampak liku burrow (terowongan)
Diagnosis banding
Prurigo : papul gatal, predileksi ekstensor ekstremitas
Gigitan serangga : jelas timbul segera setelah gigitan, urtikaria papular
Folikulitis : nyeri, pustular miliar (pin-point) dikelilingi daerah eritematosa
Tatalaksana
Non-medikamentosa
Pakaian, seprei, sarung bantal dicuci, disetrika, bila perlu direndam dalam air panas (membunuh
telur dan larva)
Kasur, bantal, guling dijemur (paling sedikit 2x seminggu)
Ventilasi rumah dikondisikan agar cahaya matahari dapat masuk
Jaga hygiene : hindari kontak dgn penderita, saling pinjam pakaian/handuk
Medikamentosa
Asam salisilat + sulfur presipitatum 5-10%
Efektif untuk semua stadium (kecuali telur)
Lumuri seluruh tubuh kecuali muka, biarkan sehari semalam tanpa mandi
Esok harinya mandi dgn air panas (bila ada, dgn sabun bersulfur)
Diulang 3 hari berturut-turut
Solutio benzyl benzoat 20-35%
Efektif untuk semua stadium
Lumuri seluruh tubuh kecuali muka, biarkan sehari semalam tanpa mandi
Diulang 1 minggu kemudian
Gamma benzene hexaclorida atau lindane
Efektif untuk semua stadium
Neurotoksik terhadap anak-anak -6 tahun
Permethrin 5% (scabimite)
Efektif untuk semua stadium
Toksisitas rendah, tp mudah resisten
Lumuri seluruh tubuh kecuali muka setelah mandi selama 8-14 jam
Diulang 1 minggu kemudian
Antihistamin dapat diberikan atau tidak tergantung tingkat keparahan dari pruritusnya
(mengganggu aktivitas sehari-hari atau tidak)
Bila disertai dengan infeksi sekunder dan/atau tampak adanya reaksi dermatitis kontak alergi
(penggunaan topikal), digunakan :
Ivermectin PO 200 mg single dose
Dapat diulang 1 minggu kemudian
Tidak aman untuk anak-anak -15kg atau wanita hamil
Kontraindikasi penderita dengan filariasis : menyebabkan severe neurological
complication

Cutaneus larva migrans

Sinonim : creeping eruption (larva menjalar/ruam menjalar/larva kesasar)


Definisi
Lesi kulit khas : garis lurus/berkelok, progresif akibat pergerakan larva cacing tambang anjing atau
kucing (hospes perantara)
Etiologi dan epideiologi
Etiologi : ancylostoma caninum (cacing tambang anjing), a.braziliense (cacing tambang kucing)
Umur : anak-anak/dewasa
Jenis kelamin : pria-wanita
Bangsa/ras : kompolit, worldwide
Daerah : berpasir lembap, daerah perkebunan, daerah pertambangan
Higiene : higienitas buruk
Gejala singkat penyakit
Gatal dan nyeri pd predileksi, riwayat ancylostomiasis, hidup/bekerja di daerah berpasir lembap
(perkebunan, pertambangan)
Pemeriksaan kulit
Predileksi : dorsum tangan-kaki, anus, bokong, paha, telapak kaki
Efloresensi
Larva menembus kulit, tp tidak sampai ke pemb.darah (tidak sampai ke subkutis)
Tempat masuk larva : papula/vesikel eritematosa
Kemudian menjalar berkelok/linier, polisiklis di perm.kulit (kumpulan papul/vesikel)
Penunjang : mencari larva cacing dari ujung kelokan
Diagnosis banding : granuloma anulare, herpes zoster
Tatalaksana
Umum : jaga higienitas lingkungan dari reservoar larva
Khusus
Tiobendazol 50 mg/kgBB (2 hari)
Krioterapi : salju CO2 ditekan (45-60 detik) pd lesi atau semprotan N2O
Semprotan kloretil pd ujing lesi sampai beku (larva akan mati)
Antihistamin CTM : pengurang rasa gatal

Cutaneus amoebiasis

Definisi
Infeksi amuba ke dalam kulit dgn lesi berupa abses di sekitar genitalia eksterna, pecah kemudian menjadi
eritema, menebal
Etiologi dan epidemiologi
Etiologi : entamoeba histolytica
Umur : semua umur (lebih sering dewasa)
Penyebaran : worldwide (lebih sering tropis)
Biasanya didahului infeksi amuba di tempat lain (saluran cerna, abses hati)
Higiene : higienitas buruk
Gejala singkat penyakit
Gatal dan sakit pd lesi, sebelumnya ada riwayat infeksi amuba (amebiasis) pd GI dan/atau abses hati
Pemeriksaan kulit
Predileksi : genitalia eksterna, sekitar anus, perineum, bokong
Efloresensi : makula eritematosa, permukaan kasar (tidak rata), kronis : granuloma merah di sekitar anus
Penunjang
Mikroskopis feses : E.histolytica ditemukan dalam bentuk telur
Serologi darah
Diagnosis banding
Granuloma inguinale
Limfogranuloma venereum
Tuberkulosis mukokutan
Karsinoma rektum
Tatalaksana
Emetin 1 mg/kgBB (10-14 hari)
Diiodohidroksikuinolon, tetrasiklin (jika tidak berhasil dengan emetin)

Pediculosis (lice infestation)

Definisi
Infeksi yang disebabkan oleh lice (tuma/kutu) yang mengenai daerah kepala (head), tubuh (body), dan
daerah kemaluan (pubis)
Etiologi
Pediculus humanus capitis (head louse)
Pediculus humanus corporis (body louse)
Phthirus pubis (crab louse/pubic louse)
Toksonomi
Filum : artropoda
Kelas : insecta
Ordo : anoplura
Famili : pediculidae
Genus : pediculus, phthirus
Morfologi dan habitat
Umum : pipih dorso-ventral, tidak bersayap, bentuk mulut menusuk dan menghisap
P.humanus capitis
Lonjong, warna kelabu
Kepala segitiga, segmen toraks bersatu, abdomen bersegmen (lonjong)
Ujung setiap kaki berkuku (claw)
Habitat : rambut dan kulit kepala
P.humanus corporis
Hampir sama dengan P.humanus capitis
Habitat : rambut dada, ketiak, serat pakaian
P.pubis
Warna putih, bentuk seperti kepiting/ketam (crab louse)
Kepala segitiga, segmen toraks bersatu, abdomen bersegmen (toraks dan abdomen
membulat)
Ujung setiap kaki berkuku (claw)
Habitat : kemaluan (kulit kemaluan/pubis)
Daur hidup
Metamorfosis tidak sempurna : telur (nits) - nimfa (1, 2, 3) - imago
Nimfa dan imago menghisap darah manusia melalui kulit yg dihinggapi
Telur-imago : 18 hari, tuma imago dapat hidup selama 27 hari
P.humanus capitis
Berjalan dari satu helai rambut ke helai rambut lainnya dgn menjepitnya dengan kuku
(clawing)
Nits putih dilekatkan pd rambut dgn perekat kitin (chitin like cement)
Paling banyak pd rambut bag.belakang
Transmisi dpt secara langsung (head to head) atau penggunaan sisir/topi bergantian
P.humanus corporis
Awalnya telur dilekatkan pada serat pakaian atau seprei dgn perekat yg sama sperti
P.humanus capitis
Infeksi terjadi karena kontak langsung tubuh pasien dgn pakaian atau seprei terinfeksi
P.pubis
Transmisinya banyak secara seksual (STI)
P.pubis melekat pd rambut pubis pasien, pasien berkontak seksual dgn subjek lainnya
Patogenesis
Lesi kulit kepala : tusukan tuma saat menghisap darah (sering pd belakang kepala/leher)
Air liur tuma ikut dikeluarkan saat menghisap darah
Air liurnya menimbulkan papul merah dan gatal
Kulit di sekitar tusukan tampak pucat karena kurangnya suplai darah akibat hisapan tuma

P.humanus capitis : on hair, topi/bantal


Diagnosis
Anamnesis
Gatal (itching) terutama saat berkeringat (bisa beberapa bulan) : awalnya gatal hanya pd
sisi kepala, kemudian menyebar ke seluruh kepala
Rambut kepala tampak kusut (rontok), berbau
Biasanya dgn limfadenopati (ketiak bengkak nyeri)
Efloresensi
Papul merah gatal kadang dengan eksoriasi
Dapat bersama dgn infeksi sekunder oleh bakteri (impetigo)
Terlihat adanya telur (nits) berwarna kelabu, shiny kurang lebih 5 mm dari kulit rambut
Jika kronis, timbul plica palonica : rambut melekat satu dgn yg lainnya, mengeras,
eksudat nanah dari luka gigitan yg meradang, ditumbuhi jamur
Penunjang
Kerokan kulit kepala/rambut ditemukan nits (telur) atau tuma dewasa
Diagnosis banding
Reccurent impetigo
Crusted eczema
Tatalaksana
Non-medikamentosa
Jaga hygienitas kulit kepala dan rambut, jika perlu cukur rambut hingga habis
Hindari menggunakan topi/sisir bergantian
Bantal/guling/kasur, apapun yg berkontak langsung dgn kulit kepala dibersihkan (laundry)
Medikamentosa
Malathion 0.5% lotion
Melapisi rambut dari re-infeksi selama 6 minggu dalam 1x pemakaian
Lumuri rambut dan kulit kepala selama 12 jam (8 jam untuk anak 6 bln-12 thn)
Setelahnya bilas dengan air bersih
Ulangi setelah 1 minggu kemudian
Preparat lotion lain : carbaryl, synthetic pyrethroids (phenothrin, permethrin 1%)
Sisir rambut dengan toothcomb yang dilumuri dilute vinegar solution : removing nits
Jika dengan treatment di atas gagal, relaps (resisten) diberikan : ivermectin PO 200 mg
P.humanus corporis : on clothing
Diagnosis
Anamnesis
Gatal yg menyebar pd permukaan batang tubuh (dada, punggung)
Riwayat kontak langsung/tidak langsung dengan pakaian, kasur, sprei penderita
pedikulosis
Biasanya dgn limfadenopati (ketiak bengkak nyeri)
Efloresensi
Eksoriasi, krusta dari darah/serum yg mengering di permukaan kulit, scratch mark (luka
guratan seperti habis digaruk)
Kulit menebal, sedikit hiperpigmentasi
Ditemukan nits pd pakaian pasien (nits tidak ditemukan pd tubuh pasien)
Predileksi terbanyak : bahu, lingkar pinggang, bokong
Penunjang
Pakaian yg dikenakan pasien dilihat ada-tidaknya nits (secara kasat mata nits bisa terlihat
brwarna abu-abu, shiny)
Diagnosis banding
Scabies, eczema, lymphoma
Tatalaksana
Non-medikamentosa
Bersihkan pakaian, kasur, sprei yang berkontak langsung dengan pasien : laundry,
dijemur
Medikamentosa
30-60 g (2-4 sendok makan) dari 0.5% permethrin powder : ditaburi pd pakaian yg
berkontak langsung dgn pasien (front-back, neck, lingkar pinggang, lingkar lengan)
Gunakan pakian tersebut, ratakan powder yg tangan, biarkan 12-24 jam
Lakukan hal yg sama pd bantal, kasur, apapun yg bekontak dgn badan pasien
Ulangi 8-10 hari kemudian, terutama jika relaps
P.pubis (ftiriasis) : on pubic hair
Diagnosis
Anamnesis
Riwayat kontak seksual (STI) dengan penderita pedikulosis pubis
Itching (gatal)
Efloresensi
Makula berwarna biru-abu dengan eksoriasi, scratch marks (guratan) pd lesi
Predileksi : rambut pubis, bulu mata, alis, jenggot, kumis, rambut ketiak
Diagnosis banding : pubic eczema
Tatalaksana
Taburi 1% permethrin lotion pada area berambut (sama seperti dgn head lice)
Ulangi 1 minggu kemudian

2. Mikosis superfisialis

Definisi
Penyakit infeksi jamur yg mengenai permukaan kulit (stratum korneum), rambut, dan kuku
2 kelompok mikosis superfisialis
Non-dermatofita : pitiriasis versikolor, otomikosis, piedra hitam, piedra putih, onikomikosis, tinea
nigra palmaris
Dermatofita : dermatofitosis
Efloresensi umum
Bercak warna berbeda dgn warna kulit (makula, patch), batas tegas, ada rasa gatal/tidak bergejala
Penunjang umum
Tujuan : hifa (+) secara mikroskopis
KOH test
Kultur sabouraud dektrosa agar

Dermatophytoses

Definisi
Infeksi pd kulit, rambut, kuku disebabkan dermatofita
Dermatofita : jamur yg hidup di keratin epidermis, folikel rambut, tidak invasi ke dermis)
Sinonim : ringworm, kurap, herpes sirsinata
Sering disebut ringworm karena :
Ring : lesi menyebar luas secara melingkar mirip cincin (ring)
Worm : romawi kuno menyebutnya tinea sebagai larva cacing (worm)
Klasifikasi dermatofitosis menurut Conant (lokalisasi lesi)
Tinea capitis (rambut kepala, bulu mata, alis mata)
Tinea corporis (limbs, wajah, leher, batang tubuh : punggung, dada)
Tinea cruris (lipat paha, perineum, sekitar anus)
Tinea pedis (telapak kaki)
Tinea manuum/onchomycosis (telapak tangan)
Tinea unguium (kuku)
Patogenesis
Faktor patogenisitas : mannan dan keratinase
Mannan
Terdapat pd dinding sel dermatofita
Efek immunoinhibitory pada imunitas seluler yang diperantarai APC (langerhans) atau
sel-sel berinti
Eliminasi dermatofita oleh hospes dihambat
Keratinase
Keratin sebagai lapisan penebal kulit terluar, pelapis rambut dan kuku
Keratinase mencerna keratin yg disekresikan di setiap lapisan epidermis kulit
Kulit menjadi lebih tipis (scaling/deskuamasi) membentuk skuama pd lesi, rambut
rontok, crumbling nails/onycholysis
Faktor penghambat patogenisitas : progesteron, UFA
Progesteron
Dermatofitosis lebih bnyk terjadi pd laki-laki dibanding perempuan
Perempuan mempunyai progesteron dgn proporsi yg lebih tinggi
UFA (unsaturated fatty acid)
Asam lemak tak jenuh pada sebum bersifat mikosidal
Insidensi tinea kapitis meningkat pd anak-anak dibanding dewasa
Orang dewasa memiliki produksi sebum lebih tinggi pada kulit kepala
Patofisiologi
Gejala dermatofitosis berupa lesi kulit dan itching karena kolonisasi jamur pd kulit, kuku, atau rambut
Gejala klinis bergantung pada
Lokasi lesi : ketebalan kulit, ada tidak adneksa
Respons imun selular penderita trhdp penyebab
Jenis spesies : antrofilik tanpa peradangan (asimptomatis), zoofilik dan geofilik dengan
peradangan akut (simptomatis)
Reaksi hipersensitivitas tipe I : reaksi-id pada dermatofitosis : timbul dermatofit (vesikel di telapak
tangan-kaki)
Terasa gatal, tidak mengandung hifa
Vesikel dpt disertai dgn infeksi sekunder oleh bakteri membentuk pustul disertai nyeri
Etiologi
Trichophyton dan microsporum (afinitas pd kulit dan kuku), epidermophyton (afinitas kulit)
Efloresensi umum
Lesi berbentuk lingkaran berbatas tegas oleh vesikel kecil (membentuk struktur seperti pulau)
Dasar lesi eritematosus dan tertutup sisik (scaling)
Jamur hifa terdapat pd dinding vesikel dan scaling
Penunjang
Kerokan kulit, rambut, kuku diberikan KOH (potassium hydroxide) - hifa tampak pd mikroskopis
Tatalaksana
Tinea corporis, cruris, pedis (interdigital type) : topikal sebagai lini pertama
Clotrimazole, terbinafine
Tinea capitis, onchomycosis : oral therapy
Terbinafine, itraconazole

Tinea corporis
Sinonim : tinea sirsinata, tinea glabrosa
Distribusi
Daerah kulit tak berambut : dada, punggung, ekstremitas atas-bawah, wajah
Etiologi dan epidemiologi
Etiologi : epidermophyton floccosum, t.rubrum
Umur : semua umur (lebih sering dewasa)
Jenis kelamin : pria-wanita
Bangsa/ras : worldwide
Daerah : daerah tropis
Musim/iklim : kelembapan udara tinggi
Higiene : higienitas buruk
Diagnosis
Anamnesis
Gejala subjektif : pruritus (itching) terutama saat berkeringat
Gejala objektif : hiperpigmentasi dgn tepi meninggi/aktif
Jika sering digaruk, lesi meluas (terutama pd kulit lembap)
Efloresensi
Makula/plak eritematosa/hiperpigmentasi, oval/bulat, batas tegas, sedikit skuama
Penyembuhan sentral : pucat di tengah (tidak eritema)
Tepi : meninggi/aktif, dengan papul/vesikel eritematosa
Perjalanan penyakit kronik (2 minggu + likentifikasi) atau subkronik (-2 minggu)
Arrangment : polisiklis/anular/geografis
Ukuran : numuler-plakat
Penunjang
Scaling (lepasan kulit) diambil, diberikan KOH 20% : hifa + (pita panjang, beruas,
bercabang)
Diagnosis banding
Pityrisis rosea : itching, plak/patch eritematosa, oval, batas tegas
KOH 20% (-)
Efloresensi
Herald patch
Lesi primer (1-2 minggu)
Patch eritematosa, soliter, oval, skuama halus di pinggiran
Predileksi terutama di badan
Christmas Tree Appereance
Lesi sekunder setelah herald patch
Patch lebih kecil, multipel, tersebar
Pola tipikal : sumbu panjang lesi oval sejajar lipatan kulit
Biasanya terakumulasi di punggung
Psoriasis : makula eritematosa
Non-pruritic, tambah parah saat suasana dingin (winter)
Auspitz sign : berdarah saat skuama di tengah lesi terlepas
Koebner phenomenon : lesi psoriasis muncul dan bertambah saat terjadi minor skin
injury (gigitan serangga, goresan kulit, luka bakar sampai ke dermis)
Morbus hansen : makula eritematosa, tepi sedikit meninggi
Makula eritematosa tepi sedikit aktif (terutama tipe tuberkuloid)
Cardinal sign, KOH (-), BTA (+)
Dermatitis numuler (neurodermatitis sirkumskripta) : makula eritematosa, batas tegas
Tanpa central healing, KOH (-)
Predileksi : daerah tengkuk, lipat lutut, lipat siku
Tatalaksana
Umum
Atasi faktor predisposisi : kelembaban, keringat berlebih (hindari pakaian yg tdk
menyerap keringat), gizi buruk, hentikan kortikosteroid
Medikamentosa
Topikal (lesi sedikit)
R/ As. salisil 3-6%
As. benzoat 6-12%
S pir. dil. ad. q.s (dalam spiritus)
Konsentrasi lebih tinggi pada daerah tebal (dada, punggung)
Topikal (lesi luas)
R/ Susp. Selenium Sulfide 2,5% tube I
S.u.e. (2 kali seminggu, dioleskan 10-15 menit sebelum mandi)
R/ Nathiosulfas 20%
Aqua ad. q.s.
mf. la. sol. X mL
S u.e.
Kerugian : bau tidak enak
Krim (lesi pd lipatan kulit, wajah)
R/ Myconazole cr tube I
S u.e. 2dd. (sehabis mandi)
Sistemik (lesi luas, sulit sembuh dengan obat topikal)
R/ Ketokonazole 200 mg tab. No.X
S 1dd. tabI. dc.
Terbinafine

Tinea facialis
Distribusi : wajah (sebenarnya merupakan bagian dari kelompok tinea corporis)
Diagnosis
Anamnesis : gatal terutama saat berkeringat
Efloresensi
Makula/plak eritematosa, tidak simetris
Batas tegas, tepi meninggi/aktif, central healing
Penunjang : KOH 10% (+) hifa
Diagnosis banding : makula/plak eritematosa di wajah
Dermatitis seborhoik
Batas tidak tegas, biasanya simetris
KOH 10% (-) hifa
Dermatitis fotokontak
Biasanya simetris
KOH 10% (-) hifa
Dermatitis kontak
Riwayat kontak bahan alergenik
Skuama sedikit
KOH 10% (-) hifa
Tatalaksana
Umum
Perbaiki hygiene wajah
Perbaiki faktor predisposisi : kelembaban, hiperhidrosis, salep kortikosteroid
Medikamentosa
R/ Myconazole cr tube I
S.u.e 2dd. (Oles tipis sehabis mandi)

Tinea capitis
Distribusi : scalp (kulit kepala), rambut kepala, alis dan bulu mata (jarang)
Diagnosis
Anamnesis : gatal terutama saat berkeringat, keluhan kebotakan
Efloresensi : skuama ringan sampai alopecia luas (hair loss). Macam lesi :
Grey patch ringworm
Lesi primer kulit kepala : papul eritematosa sekitar rambut - melebar
membentuk bercak pucat bersisik
Rambut : warna rambut abu-abu tidak berkilat, mudah patah, mudah dicabut
tanpa rasa nyeri
Alopesia setempat batas tidak tegas
Black dot ringworm
Muara folikel rambut meradang, rambut patah meninggalkan bintik-bintik hitam
pd kulit (lesi multipel)
Alopesia dipenuhi spora
Kerion
Pembengkakan, nyeri, pus keluar dari vesikel : seperti sarang lebah
Pembesaran KGB setempat
Favus
Bintik-bintik merah-kuning ditutupi krusta berbentuk cawan, berbau busuk
Rambut di atasnya rapuh dan mudah dicabut
Penunjang
KOH 10% dari rambut/scaling : (+) hifa
Wood's light examination : nampak fluoresensi hijau
Nama lain
UV-light test, blacklight test
Definisi
Pemeriksaan menggunakan alat yg menyinari rambut/kulit langsung dengan UV
dalam ruangan gelap
Indikasi
Infeksi kulit oleh jamur dan bakteri (misal : dermatofitosis)
Gangguan pigmentasi kulit (misal : vitiligo)
Interpretasi : melihat perub.warna pd kulit
Ungu/violet : normal
Fluoresensi (glowing) hijau : infeksi dermatofita (hanya untuk microsporum),
fungsi lainnya
Spotting : infeksi bakteri
Diagnosis banding
Dermatitis seborhoik
Psoriasis
Dermatitis atopik
Tatalaksana
Umum : jaga hygiene kulit kepala
Medikamentosa
Simptomatik : antifungal shampoos
Selenium sulfide 1.8%
3 hari berturut, dilanjut 2x seminggu selama 3 bulan
Lainnya : ketoconazole, ciclopirox
Kausatif : oral agents (penetrasi akar rambut)
R/ griseofulvin 500 mg tab. No.XIV
S 1dd. tabI. dc (atau diminum dgn susu)
Dosis anak : 10 mg/kgBB/hari
Selama 6-8 minggu
Kontraindikasi : wanita hamil

R/ terbinafine 250 mg tab. No.XIV


S 1dd. tabI. pc.
Pd anak tidak dianjurkan
Selama 6-8 minggu. Bila (-) perbaikan :
R/ ketoconazole 200 mg tab. No.XIV
S 1dd. tabI. dc.
Dosis anak : 3 mg/kgBB/hari
Selama 6-8 minggu
Kontraindikasi : gangg.fungsi hati
Cek fungsi hepar setelah pemakaian 1 bulan, nilai klinis pasien

Khusus kerion : prednison 40 mg/hari


Tappering off pada hari ke-10

Tinea cruris
Sinonim : jock itch, hobie itch, gym itch, tinea inguinalis
Distribusi : lipat paha, perineum, sekitar anus
Diagnosis
Anamnesis : gatal terutama saat berkeringat, disertai rasa panas (blister)
Efloresensi
Makula/plak eritematosa
Batas tegas, tepi aktif ditutupi skuama
Meluas sampai daerah paha medial
Biasanya bilateral, tidak selalu simetris
Bentuk kronis : lesi kulit hanya berupa bercak hiperpigmentasi, sedikit skuama
Bila digaruk, timbul erosi dan keluarnya cairan
Penunjang
KOH 10% dari scaling kulit : (+) hifa
Diagnosis banding
Kandidiasis intertrigo
Intertrigo
DKA (dermatitis kontak alergi)
Tatalaksana
Umum : jaga hygiene daerah sekitar paha, perineum, anus
Medikamentosa
Simptomatik
Antihistamin sedatif : mengurangi gatal
R/ CTM S u.e prn. 3dd
Kausatif
Kasus ringan : krim antijamur
R/ myconazole cr tube I
S u.e 2dd. (Oles tipis sehabis mandi)

R/ griseofulvin 500 mg tab. No.XIV


S 1dd. tabI. dc (atau diminum dgn susu)
Dosis anak : 10 mg/kgBB/hari
Selama 3-4 minggu
Kontraindikasi : wanita hamil

R/ terbinafine 250 mg tab. No.XIV


S 1dd. tabI. pc.
Pd anak tidak dianjurkan
Selama 2-3 minggu. Bila (-) perbaikan :

R/ ketoconazole 200 mg tab. No.XIV


S 1dd. tabI. dc. (Atau diminum dengan susu)
Dosis anak : 3 mg/kgBB/hari
Selama 3-4 minggu
Kontraindikasi : gangg.fungsi hati
Cek fungsi hepar setelah pemakaian 1 bulan, nilai klinis pasien

Tinea pedis
Sinonim : athlete's foot
Distribusi : interdigital pedis, telapak kaki, sisi telapak kaki, pergelangan kaki
Etiologi dan epidemiologi
Etiologi : epidermophyton, trichophyton, microsporum, C.albicans (direct/indirect transmission)
Umur : semua umur
Jenis kelamin : pria-wanita
Daerah : daerah tropis
Musim/iklim : iklim panas
Lingkungan : panas dan udara lembap, sepatu sempit (mempermudah infeksi)
Diagnosis
Anamnesis : gatal pd telapak kaki
Efloresensi
Scaling, maserasi telapak kulit (powdery)
Infeksi akut : interdigital, merah/putih scaling, vesikel, bulla, biasanya dengan maserasi
Infeksi kronis : side of feet, non-pruritic, kemerahan, scaling keratosis
Dapat disertai lesi tambahan karena infeksi bakteri (pustule)
Penunjang : sama dengan tinea corporis, cruris
Diagnosis banding
Dermatitis atopik
Dermatitis kontak
Dermatitis dishidrotik
Erythrasma
Intertrigo (interdigital)
Psoriasis
Tatalaksana
Topikal : clotrimazole 1% atau miconazole 2% 2x sehari 2-4 minggu

Tinea manuum
Distribusi : telapak tangan, interdigital manus
Diagnosis
Anamnesis : gatal, disertai rasa panas pd lesi
Efloresensi
Akut : wet scaling eritematosa
Kronik : single dry scaling patch
Penunjang : sama dengan tinea pedis
Diagnosis banding
Dermatitis atopik
Dermatitis kontak
Granuloma annulare
Psoriasis
Tatalaksana : sama dengan tinea pedis

Tinea unguium
Sinonim : onikomikosis
Distribusi : kuku, infeksi pd kuku kaki (toenail) biasanya disertai dengan infeksi pd kuku tangan
(fingernail)
Diagnosis
Efloresensi
Crumbling nail, distally distrophic nails (kuku segmen distal berbeda ukuran)
Berwarna kekuningan, opaque, subungual hyperkeratotic debris (debris hasil
hiperkeratinisasi bawah kuku)
Penunjang
KOH pada kerokan kuku luar, subungual debris : (+) hifa
Kultur kerokan kuku luar, subungual debris pada Sabouraud's agar
Diagnsos banding
Psoriasis
Lichen planus
Dermatitis kontak
Onychodystrophies
Bacterial infections
Tatalaksana
Terbinafine : 6 minggu (fingernail), 12 minggu (toenail)
Itraconazole : 3 minggu
Topikal : ciclopirox (kurang efektif)
Non-dermatophytosis

Tinea versikolor (pitiriasis versikolor/panu)


Definisi
Non-dermatiofitosis dgn makula, skuama halus, dan rasa gatal
Etiologi dan epidemiologi
Etiologi : malassezia furfur/pityrosporum orbiculare
Jamur multisel dengan hifa berseptat
Spaghetti-like : hifa pendek, tebal berseptat, hifa fertil (membentuk spora)
Meatball-like : spora unisel bulat/lonjong
Umur : semua umur
Jenis kelamin : pria-wanita
Bangsa/ras : semua bangsa
Daerah : hampir worldwide
Higiene : higienitas kurang
Lingkungan : basah, keringat banyak (stratum korneum lunak, mudah dimasuki m.furfur)
Patogenesis
Malassezia furfur : bersifat lipofilik (membutuhkan lipid untuk pertumb)
Melekat pd permukaan stratum korneum kulit (yg lunak) dalam bentuk spora (stadium saprofit)
Lingkungan kolonisasi spora yg cocok : kulit berminyak (lipofilik), prematuritas, keringat berlebih,
pemakaian pelumas kulit, kortikosteroid topikal
Spora berkolonisasi membentuk hifa septat
Fokus kolonisasi pd stratum korneum epidermis
Lesi awal berupa bercak kecil (numuler), menjadi banyak dan meluas (makuler), disertai
deskuamasi
Deskuamasi : hifa jamur tipe haustra yg memakan keratin
Gejala singkat penyakit
Gatal bila berkeringat, atau tanpa keluhan lainnya
Pemeriksaan kulit
Predileksi : seluruh perm.kulit, paling bnyk di lipat paha, ketiak, leher, punggung, dada, lengan,
wajah, tempat tdk tertutup pakaian
Efloresensi/sifat
Makula hipo/hiperpigmentasi, coklat, keabuan, kehitaman (ukuran bervariasi)
Skuama halus di atas makula
Versikolor : hipopigmentasi pd kulit berwarna, hiperpigmentasi pd kulit putih
Penunjang
Wood's light exam : fluoresensi kuning keemasan
Mikroskopik preparat KOH
Hifa pendek berseptum, kadang bercabang (sphagetti-like)
Dikelilingi spora bulat/lonjong, unisel, berkelompok (meat ball-like)
Biakan agar (kaya lipid)
(Sabouraud dekstrosa agar, chocolate agar, typticase soy agar) + 5% darah kambing +
olive oil
Littman agar + olive oil
Leeming-notman agar (LNA)
Diagnosis banding
Eritrasma
Etiologi : corynebacterium minutissima
Wood's light : fluoresensi coral red
Pitiriasis rosea
Efloresensi makula sejajar lipatan/garis kulit
Lesi primer berupa herald patch, menjadi lesi sekunder chrismas tree appearance
Wood's light : normal (-)
Preparat KOH : hifa (+), spora (-)
Tatalaksana
Umum : jaga higienitas perorangan, hindari ling.basah dan bnyk keringat
Khusus
Topikal
Bentuk makular : salep whitfield atau lar.natrium tiosulfit 20% (oles setiap hari)
Bentuk folikular : tiosulfas natrikus 20-30%, antifungal gol.imidazol (ekonazol,
mikonazol, klotrimazol, tolsiklat) dalam krim/salep 1-2%
Oral
Ketokonazol 200 mg/hari (10 hari)
Itrakonazol 100 mg/hari (2 mingg)

Tinea nigra palmaris/plantaris


Definisi
Non-dermatofitosis hanya pd telapak tangan dan telapak kaki, warna kecoklatan/kehitaman pd
perm.kulit
Etiologi dan epidemiologi
Etiologi : Cladosporium werneckii
Hifa berseptat tersusun pararel beraturan
Koloni berkelompok spora lonjong
Berwarna hitam/coklat
Umur : biasanya anak-anak
Jenis kelamin : pria-wanita
Bangsa : semua bangsa
Daerah : daerah iklim tropis panas, kelembapan tinggi (amerika selatan-tengah), indonesia
jarang
Higiene : higienitas buruk
Lingkungan : kotor, udara lembap, panas
Gejala singkat penyakit
Kadang dengan nyeri, sedikit gatal
Pemeriksaan kulit
Predileksi : telapak tangan dan kaki
Efloresensi : makula hiperpigmentasi (kehitaman/kecoklatan) miliar (sebiji padi) sampai numular
(besar membulat), polisiklis
Penunjang
Wood's light : fluoresensi kuning-kehijauan
Mikroskopik preparat KOH
Spora dan hifa pd epidermis
Hifa berseptat tersusun pararel beraturan
Koloni spora berkelompok, lonjong
Berwarna hitam/coklat
Biakan agar sabouraud
Diagnosis banding
Sifilis stad.II : telapak tangan/kaki dgn makula hiperpigmentasi, skuama jelas
Melanoma : coklat kehitaman lebih dalam
Tinea versikolor : makula lebih putih, skuama halus, putih sampai coklat (hitam tdk ada)
Tatalaksana
Salep asam salisilat 3-5% + asam benzoat 5-10%
Krim/salep imidazol 1-2%

Kandidiasis
Definisi
Penyakit kulit akut/subakut karena jamur intermediet (dapat superfisial/profunda) menyerang kulit,
subkutan, kuku, mukosa, visceral
Etiologi dan epidemiologi
Etiologi : candida albicans
Jamur dismorfik (penghasil spora dan hifa)
Flora normal pada : rongga mulut, GI, respi atas, mukosa vagina, bawah kulit (sifat
komensal/saprofit)
Umur : semua umur
Jenis kelamin : pria-wanita
Bangsa/ras : insiden tertinggi di negara berkembang
Daerah ; daerah tropis kelembapan tinggi
Musim/iklim : musim hujan, daerah tergenang air
Higiene : pekerja kebun, tukang cuci, petani
Keturunan : riwayat DM (faktor predisposisi)
Predisposisi lain : antibiotik terapi lama, obesitas, alkohol, gangg.vaskularisasi, hiperhidrosis
Patogenesis
Terjadi perubahan sifat komensal/saprofit (mengambil sari makanan dari manusia, tp tidak
membahayakan) menjadi patogen
Perlu adanya faktor resiko untuk menjadi patogen
Faktor resiko
Fisiologis : kehamilan, umur (sangat muda/sangat tua), siklus menstruasi
Non-fisiologis : trauma (maserasi kulit), malnutrisi (defisiensi flavin), gangg.endokrin
(DM), keganasan (karsinoma), antibiotik dan kortikosteroid jangka panjang, sitostatik,
immunosupresan, AIDS, neutropenia
C.albicans menjadi patogen dengan memanfaatkan port entry tubuh yg lemah karena faktor resiko
di atas
C.albicans berkolonisasi dalam jumlah yg melebihi batas (+5.000 unit/mL)
Pada kulit : terjadi disintegrasi jaringan kulit yang menyebabkan respon imun primer melemah
karena terlalu lembab dan hangat
Gejala singkat penyakit
Kulit : pruritus akut disertai panas terbakar, dengan nyeri jika infeksi sekunder
Kuku : sedikit pruritus, nyeri jika infeksi sekunder
Mukosa : nyeri mukosa mulut
Pemeriksaan kulit
Predileksi : kulit (bokong sekitar anus, lipat ketiak, lipat paha, bawah payudara, sekitar pusat, garis
kaki-tangan, sela jari kaki/tangan : kutu air/rangen), kuku, mukosa (vagina, orofaring, esofagus,
intestinal)
Efloresensi
Kulit
Daerah eritematosa, erosif
Kadang dgn papula, skuama
Kronik : likentifikasi, hiperpigmentasi, hiperkeratosis, berfisura
Kuku
Lesi pd pangkal kuku ke distal
Kuku tak bercahaya, warna hitam-coklat
Menebal, kadang dengan skuama
Sekitar pangkal kuku, terdapat daerah eritematosa, erosif, vesikel
Mukosa
Terutama mulut : ulkus putih keabuan, tertutupi membran halus
Penunjang
Mikroskopik preparat KOH
Jamur dismorfik (membentuk spora/sel ragi dan hifa semu)
Blastospora/blastokonidia oval/bulat dengan/tanpa tunas
Hifa semu rapuh bercabang, transparan, berasal dari elongasi spora
Kultur sabouraud dekstrosa : koloni coklat mengkilat, permukaan basah (merupakan koloni ragi)
Fermentasi gula : fruktosa (+), glukosa (+)
Diagnosis banding
Kulit : dermatitis seboroika dan DKA (mikroskopik preparat KOH (-) hifa), eritrasma (wood : merah
bata)
Kuku : paronika dan onikomikosis (biakan skuama : bentuk koloni, elemen jamur yg tumbuh
berbeda), psoriasis kuku (sering dgn pits/lubang)
Tatalaksana
Umum : perbaiki faktor predisposisi
Sistemik
Amfoterisin B 0.5-1 mg/kgBB IV
Nistatin tablet 3x100.000 U (1-4 minggu)
Ketokonazol 400 mg/hari (5 hari)
Flukonazol 150 mg/hari (7 hari)
Topikal
Lar.gentian violet 1-2%
Nistatin 100.000 U/mL (kandidiasis mukosa)
Ekonazol 1-2% (krim/larutan)
Mikonazol 1-2% (krim/solutio/bedak)
Toksiklat 1-2% (bedak/larutan/krim)

3. Antifungal agents

Farmakodinamik
Antifungal sistemik
Amfoterisin B
Membentuk ikatan kuat dgn sterol pd membran sel fungal (reseptor : sterol membran
sel)
Ikatan amfoterisin-sterol membuat membran fungal terganggu permeabilitasnya
Terbentuk pori dependen amfoterisin B (lipofilik bag.luar, hidrofilik bag.dalam)
Substansi intrasel mudah keluar dari fungal - kerusakan persisten dari sel fungal
Flusitosin
Masuk ke dalam sitoplasma jamur dgn bantuan sitosin deaminase
Sampai di sitoplasma, RNA dengan gugus sitosin-nya mengalami deaminasi oleh enzim
sitosin deaminase membentuk 5-fluorourasil
Proses translasi sintesis protein terganggu karena bentuk 5-fluorourasil miss-reading
oleh ribosom
Azol
Inhibisi sitokrom P450 : penurunan sintesis ergosterol membran sel fungal
Preparat : ketokonazol, itrakonazol, flukonazol, vorikonazol
Ekinokandin
Inhibisi sintesis B(1-3)glukan pd dinding sel fungal
Dinding sel fungal kehilangan rigiditasnya, lebih rentan terhadap pengaruh ling.luar
Antifungal dermatofit dan mukokutan
Griseofulvin
Inhibitor mitosis sel fungal dengan mengikat protein mikrotubuler yang membentuk
sentriol, filamen sitoskeleton dalam sel
Mitosis sel fungal terganggu, tidak dapat diawali tanpa adanya akitivitas sentriol
memisahkan kromosom
Nistatin
Mekanisme mirip dengan amfoterisin B
Bedanya, nistatin berikatan dengan ergosterol membran sel fungal - terjadi
perub.permeabilitas membran sel
Substansial intrasel mudah keluar dari sel fungal
Asam benzoat dan asam salisilat
Dalam perbandingan 2:1 (6% dan 3%)
Dikenal sebagai salep whitefield
Asam benzoat : efek fungistatik
Asam salisilat : efek keratolitik
Efek keratolitik asam salisilat membantu asam benzoat menemukan site kerja fungal
dalam lapisan keratin
Perlu waktu (minggu-bulan) untuk efek fungistatik asam benzoat bekerja sebelum keratin
terlepas seluruhnya oleh asam salisilat

4. Pruritus

Definisi
Sensasi tidak nyaman pada kulit menimbulkan keinginan menggaruk untuk mendapatkan kelegaan
Tidak disertai kelainan kulit : pruritus esensial atau pruritus sine material
Garukan konstan, terus-menerus untuk mendapatkan kelegaan (pruritus antagonis dgn sensasi nyeri)
dapat merusak kulit (ekskoriasi, likenifikasi)
Klasifikasi
Pruritoceptive itch
Gangguan yang berasal dari kulit
Misal : inflamasi, kering, kerusakan kulit
Neuropathic itch
Gangguan pada jalur aferen saraf perifer atau sentral
Misal : herpes simpleks, tumor
Neurogenic itch
Tidak ada gangguan pada saraf maupun kulit
Muncul transmitter yang merangsang gatal
Misal : morphin, penyakit sistemik (ginjal kronis, jaundice)
Psikogenic itch
Gangguan psikologl
Misal : parasitophobia
Jaras sensoris kulit
Terdapat ujung saraf bebas reseptor nyeri (nosiseptor) pada kulit, yaitu sel meissner/merkel pd papila
dermis
Ujung saraf bebas terbagi menjadi dua jenis serabut saraf
Serabut saraf A (bermielin)
Penghantar sinyal saraf yg cepat (30m/detik)
Serabut saraf C (tidak bermielin)
Penghantar sinyal saraf yang lambat (12m/detik)
80% mekanosensitif (polimodal nosiseptor) + 20% mekanoinsensitif
Polimodal nosiseptor : serabut saraf yang merespon semua jenis stimulus mekanik
dan kimiawi
Mekanoinsensitif : tidak merespon terhadap stimulus mekanik, memberi respon
stimulus kimiawi
5% dari mekanoinsensitif merupakan pruritoseptor : reseptor yg menimbulkan
rasa gatal yg dipengaruhi oleh histamine
Kecepatan hantar 0.5m/detik
Seseorang merasakan rasa gatal beberapa saat setelah stimulus terjadi
Berbeda saat tangan terkena benda panas (mekanosensitif)
Gatal timbul apabila pruritoseptor terangsang dan reseptor lainnya tidak terangsang
Tidak mungkin terdapat dua reseptor sekalgus yang terangsang oleh satu stimulus
Saat pruriseptor terangsang, seseorang mulai merasakan sensasi gatal, timbul hasrat menggaruk
Saat menggaruk, polimodal nosiseptor terangsang, pruritoseptor berhenti terangsang
Garukan dihentikan - polimodal nosiseptor berhenti terangsang - pruritoseptor sangat mungkin untuk
kembali terangsang - gatal akan timbul kembali
Polimodal nosiseptor juga dapat menimbulkan gatal (misal : baju baru berlabel kasar menimbulkan
sensasi gatal)
Stimulus pada serabu saraf C melalui ganglion dorsal - menyilang pada medula spinalis sisi kontralateral
- masuk ke jalur spinotalamikus lateral - thalamus - korteks serebri sensori
Mediator penyebab gatal
Histamin
Konsentrasi histamin rendah pada lapisan dermo-epidermal menyebabkan sensasi gatal
Injeksi histamin yang lebih dalam (deeper intracutaneus) menyebabkan nyeri
Disintesis sel mast dan tersimpan pada granulanya Ketika terjadi reaksi radang, sel mast
terdegranulasi mengeluarkan histamin tersebut
Reseptor histamin penyebab gatal adalah H1
Serotonin
Terdapat pada platelet (tidak pada sel mast)
Serotonin dapat menyebabkan gatal melalui pelepasan histamin dari sel mast dermal
Endopeptidase
Endopeptidase : tripsin, papain
Tripsin : komponen penting sel mast dermal dan dilepaskan bersama dgn histamin
Sel mast memperoleh triptase dari ikatannya dgn proteinase-activated receptor-2 (PAR-2) pada
terminal saraf C
Triptase menghidrolisis triptan menjadi tripsin pd sitoplasma sel mast
Reaksi inflamasi menghasilkan interleukin-2 (IL-2) : ikut sensitisasi gatal
Neuropeptida
Substansi P dalam PAR-2 terdapat pada terminal neuron C
Substansi P dilepaskan jika terdapat ikatan sel mast pada PAR-2 saraf C menghasilkan triptase
Substansi P menyebabkan gatal secara langsung
Secara tdk langsung : substansi P berikatan dengan reseptor NK-1, memicu pelepasan histamin
sel mast
Dosis rendah morphin menyebabkan gatal segmental (reseptor ganglia dorsal) dengan efek
pelepasan prostaglandin dan degranulasi sel mast
Eicosanoid
Transformasi asam arakidonat menjadi prostaglandin terjadi pd inflamasi akut
Konsentrasi rendah PGE pada satu area kulit menurunkan ambang batas timbulnya sensasi
gatal
PGE secara tidak langsung memudahkan timbulnya rasa gatal akibat histamin dgn menurunkan
ambang batasnya
Patofisiologi
Pruritogen menyebabkan ujung serabut saraf C pruritoseptif teraktivasi
Serabut saraf C menghantarkan impuls sepanjang serabut saraf sensoris
Terjadi input eksitasi di lamina-1 kornu dorsalis susunan saraf tulang belakang
Hasil dari impuls tersebut adalah akson refleks mengeluarkan transmiter yang menghasilkan inflamasi
neurogenik (substansi P, CGRP, NKA)
Impuls melalui pemrosesan di korteks serebri, timbul suatu perasaan gatal dan hasrat untuk menggaruk
Etiologi
Pruritus lokal
Pruritus yang terbatas pada area tertentu di tubuh
Kulit kepala : seborrhoeic dermatitis, kutu rambut
Punggung : notalgia paraesthetica
Lengan : brachioradial pruritus
Tangan : dermatitis tangan
Gangguan sistemik
Gangguan ginjal : GGK
Gangguan hati : obstruksi biliaris intrahepatika, ekstrahepatika
Endokrin/metabolik : diabetes, hipertiroidisme, hipoparatiroidisme, myxoedema
Gangguan hematologi : anemia, polycythaemia, leukimia limfatik, hodgkin's disease
Gangguan pada kulit
Dermatitis kontak, kulit kering, prurigo nodularis, urtikaria, psoriasis, dermatitis atopic, folikulitis,
kutu, scabies, miliaria, dan sunburn
Pajanan terhadap faktor tertentu
Pajanan allergen atau bentuk iritan lainnya, urtikaria fisikal, awuagenic pruritus, serangga, dan
obat-obatan tertentu (opioid, aspirin)
Hormonal
2% wanita hamil dengan pruritus tanpa gangguan dermatologik
Pruritus gravidarum diinduksi oleh estrogen
Pruritus terutama terjadi pada trimester ketiga kehamilan
Dimulai pada abdomen, kemudian menjadi generalisata
Kadang pruritus disertai dengan anoreksi, nausea, dan muntah
Pruritus menghilang setelah melahirkan
Psikologik
Pruritus lokal (terutama pruritus anogenital) sebagai manifestasi umum kecemasan kronik
Parasitophobia : pasien terus-menerus menganggap dirinya terinfeksi kulit tetapi pada
pemeriksaan tidak ditemukan parasit
Manifestasi klinis : lebih sedikit efek garukan dan tidak dijumpai gangguan tidur
Manifestasi klinis
Tanda-tanda garukan dan ekskoriasis (linier)
Garukan akut timbul urtika, garukan kronik timbul perdarahan kutan dan likenifikasi
Sensasi gatal dengan garukan hanya timbul, jika kausa pruritus terletak di alat sentral
Penatalaksanaan
Bergantung pada penyebab rasa gatal
Topikal
Dinginkan kulit dengan kain basah atau air hangat
Losion calamine
Tidak dapat digunakan pada kulit kering
Memiliki batasan waktu dalam pemakaiannya (mengandung phenol : turunan benzene)
Losion menthol/camphor (memberikan sensasi dingin)
Emmolient (terutama jika kulit kering)
Kortikosteroid topical sedang (periode waktu pendek)
Antihistamin topikal : mensensitisasi kulit, menimbulkan dermatitis kontak alergi
Sistemik oral (rasa gatal parah dgn gangguan tidur)
Aspirin : efektif pada pruritus karena mediator kinin atau PGE (memperburuk rasa gatal pada
beberapa pasien)
Doxepin atau amitriptyline : antidepresan trisiklik dengan antipruritus efektif
Antihistamin : antihistamin tanpa sedatif memiliki efek antipruritus
Thalidomide : prurigo nodular dan beberapa jenis pruritus kronik
Antagonis opioid : efektif pada pasien dgn pruritus berkepanjangan
Non-medikamentosa
Mencegah faktor pengendap (pakaian kasar, terlalu panas
Faktor vasodilator (kafein, alcohol, makanan pedas)
Jika kebutuhan menggaruk tidak tertahankan, gosok atau garuk area yang bersangkutan dgn
telapak tangan.

Anda mungkin juga menyukai