Anda di halaman 1dari 77

LONGCASE

REFRAKSI
Pembimbing:
dr. Azrina Noor Sp.M
Disusun oleh:
Karina Fitrah Amanda (030.12.138)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI


ILMU PENYAKIT MATA
PERIODE 4 JUNI – 21 JULI 2018
IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S
No. RM : 245443
Usia : 56 Tahun
Alamat : JL. Gardu GG H Amin No.
75 RT/RW 08/02
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status : Menikah
Agama : Islam
anamnesis
ANAMNESIS

• Pasien mengeluh pandangan buram seperti kabut gelap pada kedua mata sejak ± 3 bulan yang lalu
• KELUHAN TAMBAHAN
• Terkadang suka tersandung jika berjalan

Keluhan Utama + tambahan


anamnesis
ANAMNESIS

• 2 tahun terakhir jika mata terasa lelah pasien memeberikan obat tetes dengan merk “berwater” yang didapat dari
saudara pasien. Biasanya pasien menggunakan 1 tetes jika lelah pada matanya.
• Selain obat tersebut, pasien juga menggunakan obat tetes mata Vicin yang dikatakan oleh pasien sebagai pembersih
mata, yang dipakai setiap malam 1 tetes jika kedua mata lelah.
• Selama kontrol di RSUD Pasar Rebo pasien hanya diberi satu obat tetes pelembab untuk kedua mata yang sudah dipakai
pasien sampai habis tetapi pasien tidak ingat nama obat tersebut

Riwayat pengobatan
Status oftalmologi
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak Sakit sedang


Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
-Tekanan darah : tidak dilakukan
-RR : 20x / menit
-Nadi : 86x / menit
-Suhu : tidak dilakukan
Status oftalmologi
Profil pasien
OD OS
USG PASIEN
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.Streak Retinoscope untuk mendapatkan pengukuran yang objektif dari kesalahan bias mata pasien pada pengukuran visus
2.Retinometri Untuk menilai tajam penglihatan pasien melalui lensa yang keruh karena pada pasien terdapat shadow test (+) pada mata kiri
3.Pemeriksaan gonioskopi dengan metode Van Herick Grading membandingkan ketebalan kornea dengan kedalaman sudut BMD, karena pada pasien dicurigai adanya glaukoma/observasi glaukoma

4.Kampimetri digunakan untuk memeriksa lapang pandang


5.OCT (Optical Coherence Tomografy) Alat ini mengukur atau menilai anatomi dari struktur papil
Resume pasien
- Sebelumnya pasien mengeluhkan mata kiri dan kanan buram sejak ± 2 tahun yang lalu.
- Pandangan buram dirasakan semakin lama semakin memberat pada 2-3 bulan terakhir ini.
- Pasien mengaku sangat buram pada mata kanan terlebih dahulu lalu mata kiri. Buram yang dirasakan seperti berkabut dan
lama kelamaan menjadi gelap.
- Saat ini pasien sudah memakai kacamata dengan ukuran S -19.00 pada mata kiri dan kanan sejak pasien berusia 30 tahun.
Awalnya sejak usia 14 tahun pasien mulai merasa sulit melihat jauh, lalu pasien memakai kacamata yang dimulai dari ukuran
S -4.00 pada mata kiri dan kanan yang di dapat dari optik. Setelah itu pasien meneruskan memakai kacamata karena merasa
penglihatannya membaik. Setalah itu, pasien merasa buram kembali untuk melihat jauh, lalu pasien memeriksa ke dokter
mata pertama kali pada tahun 2000 di RSUD Pasar Rebo dikatakan ukuran kacamata pasien bertambah S-2.00 pada kedua
mata lalu pasien mengganti kacamata menjadi S -6.00 pada mata kiri dan kanan. Pasien merasa sudah nyaman dengan
kacamata yang dipakainya saat itu. Setiap merasa buram pasien datang kontrol di RSUD Pasar Rebo dan dikatakan ukuran
kacamata selalu bertambah S -2.00 pada kedua matanya. Sampai didapatkan ukuran kacamata yang dipakai oleh pasien saat
ini. Karena merasa lelah oleh buram yang dirasakannya, pasien membiarkan ukuran kacamatanya.
- Semakin lama buram semakin bertambah tetapi pasien juga tidak kontrol kembali ke RS.
- Pasien merasa luas pandangnya semakin menyempit, dan terdapatnya keluhan suka tersandung jika berjalan.
- Pasien juga merasa terkadang mata kanannya berair. Melihat pelangi (-) silau (-) halo (-) mual muntah (-) nyeri periorbita
(-)
Resume pasien
- Penyakit seperti HT, DM, asma, jantung (-)
- Pasien memiliki riwayat minus tinggi dengan ukuran kacamata S -19.00 ODS.
- alergi obat (-)
- Pasien tidak pernah memiliki riwayat trauma pada kedua matanya.
- Pasien mengatakan sudah 2 tahun terakhir jika mata terasa lelah pasien memberikan obat tetes dengan merk “berwater” yang didapat dari saudara
pasien. Biasanya pasien menggunakan 1 tetes jika lelah pada matanya. Selain obat tersebut, pasien juga menggunakan obat tetes mata Vicin yang
dikatakan oleh pasien sebagai pembersih mata, yang dipakai setiap malam 1 tetes jika kedua mata lelah. Selama kontrol di RSUD Pasar Rebo pasien hanya
diberi satu obat tetes pelembab untuk kedua mata yang sudah dipakai pasien sampai habis tetapi pasien tidak ingat nama obat tersebut.
- Riwayat penyakit keluarga yatu ketiga anak kandung pasien juga menggunakan kacamata dengan minus yang tinggi yaitu, ukuran S-6.00, S-9.00, dan S-
14.00. Tetapi riwayat penggunaan kacamata pada orangtua ataupun keluarga lainnya disangkal oleh pasien dan tidak ada riwayat penyakit mata seperti
yang dirasakan pasien. Untuk penyakit HT, DM dikeluarga (-)
-Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis, tanda vital tekanan darah tidak dilakukan pemeriksaan dan
tanda vital yang lain seperti nadi, pernapasan, dalam batas normal.
- Status oftalmologi didapatkan visus mata kanan dengan 1/~ sedangkan mata kiri dengan kacamata 1/60 ph (-) ukuran kacamata lama S-19.00 pada mata
kanan dan kiri. Kedudukan bola mata kanan dan kiri orthoporia. Pergerakan kedua bola mata baik ke segala arah, baik mata kanan maupun kiri. Pada
palpebral superior kanan dan kiri tidak ada kelainan. Konjungtiva bulbi tidak tampak injeksi pada mata kanan dan kiri, konjungtiva tarsalis inferior tidak
tampak kelainan. Korena mata kanan dan kiri jernih tidak ada kelainan. Terlihat COA mata kanan dan kiri tampak dalam. Iris mata kiri dan kanan tidak
tampak kelainan, pupil mata kanan anisokor dengan ukuran 4-5 mm, RCL dan RCTL sulit dinilai dan mata kiri isokor dengan RCL (+) dan RCTL (+). Lensa
mata kanan dan kiri keruh. Shadow test pada mata kanan (-) dan mata kiri (+). Hasil funduskopi pada mata kanan sulit dinilai reflex fundus
- Funduskopi pada mata kiri hanya didapatkan reflex fundus yang sangat sedikit sekali. Pengukuran TIO pada mata kanan didapatkan meningkat pada saat
pemeriksaan, yaitu 17,5 mmHg pada mata kiri TIO yaitu 24,1 mmHg. Pada pemeriksaan lapang pandang, pasien mengalami keterbatasan pada lapang
pandang bagian bawah mata kiri
Diagnosa
Diagnosa Diagnosa
Diagnosa kerja
kerja banding
1. Glaukoma primer sudut terbuka
1. Hight miopia ODS
2. Katarak senilis hipermatur OD
3. Katarak senilis imatur OS
4. Observasi Glaukoma sekunder OS
5. Dry eyes ODS
tatalaksana

• ECCE OD
Terapi definitive • ECCE OS

Medikamentosa •

Timol 0.5% 2 x sehari OS
C. Lyteers 6 x sehari ODS

• Kontrol poli mata 1 minggu kedepan guna evaluasi peningkatan TIO,


pengobatan dan gejala-gejala pasien.
• Edukasi untuk menjaga hygiene mata dengan tidak memegang maupun
Non medikamentosa •
menggosok mata
Edukasi untuk menggunakan obat sesuai petunjuk dokter
• Edukasi untuk dilakukan operasi katarak mata kanan terlebih dahulu lalu
mata kiri
prognosis
Ad Vitam : ad bonam
Ad Fungsionam: dubia ad bonam
Ad Sanasionam : dubia ad malam
Analisa kasus
Seorang perempuan berusia 56 tahun datang ke Poli Mata RSUD Budhi Asih dengan keluhan penglihatan buram seperti kabut gelap
yang dirasakan sejak 2 tahun yang lalu. Penglihatan perlahan-lahan menurun dan memberat sejak 2-3 bulan yang lalu. Maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat keadaan mata tenang visus turun perlahan.

Pasien mengeluh awalnya sulit melihat jauh pada saat pasien berusia 15 tahun dan pasien memakai kacamata dengan ukuran
S-4.00 pada kedua mata lalu setiap kontrol ke dokter, ukuran kacamata pasien selalu bertambah ukurannya hingga saat ini
ukuran kacamata pasien S-19.00 pada mata kanan dan kiri dan sebelum keluhan bertambah menjadi sangat buram, pasien
nyaman dengan ukuran kacamata tersebut. Dapat disimpulkan bahwa pasien memiliki kelainan refraksi yaitu myopia tinggi
dikarenakan ukuran kacamata > -6.00 Dioptri. Sesuai teori klasifikasi myopia berdasarkan ukuran dioptri lensa yang dibutuhkan
untuk mengkoreksinya yaitu Miopia berat atau tinggi dengan lensa koreksinya > 6,00 Dioptri .
Analisa kasus
Pasien juga mengeluh pandangan menjadi berkabut dan gelap sejak 2-3 bulan yang lalu. Pasien mengaku sangat buram pada mata
kanan terlebih dahulu lalu mata kiri. Dapat disimpulkan adanya katarak senilis dikarenakan sesuai teori pada katarak yaitu gejala klinis
seperti pandangan buram, berkabut, atau berasap yang terjadi secara berangsur-angsur atau progresif. Klasifikasi berdasarkan onset
terjadinya pada pasien pada usia > 50 tahun yaitu katarak senilis dikarenakan proses degenerasi dari media refraksi yaitu lensa. Oleh
karena itu pada katarak terdapat penurunan visus sesuai dengan maturitas dari lensa.

Pasien merasa luas pandangnya semakin lama menyempit pada bagian bawah dan terdapatnya keluhan suka tersandung jika
berjalan sejak 2 bulan terakhir ini. Dapat disimpulkan bahwa keluhan tersebut dapat mengarah ke glaukoma. Karena adanya
kelainan atau defek pada lapang pandang. Terjadinya glaukoma bisa karena katarak disebut dengan glaukoma sekunder. Karena
maturitas dari lensa . Karena maturitas dari kekeruhan lensa nya sudah menyeluruh oleh karena itu akan terjadi lisis pada lensa
dan protein-protein pada lensa mencair dan masuk ke dalam COA. Terdapat reaksi peradangan di COA, trabekula meshwork
menjadi edema dan aliran aquous humor menjadi tersumbat oleh protein-protein lensa tersebut. Terjadilah peningkatan TIO.
Dan terjadinya defek lapang pandang pada pasien glaukoma karena terdorongnya Lamina Kribrosa akan menyebabkan
kerusakan pada serabut retina perifer karena letaknya yang paling dekat dengan scleral rim. Kerusakan saraf retina perifer lalu
bagian dalam retina lalu menuju superfisial pada nervus optikus. Oleh karena itu defek dari perifer
Analisa kasus
Pada pemeriksaan status oftalmologi didapatkan visus mata kanan 1/ ~ dan mata kiri +KM 1/60 ph (-) dan ukuran kacamata S-19.00
pada kedua mata. Dapat disimpulkan bahwa pada pasien memiliki penurunan visus yang sangat rendah. Terjadi karena adanya miopia
tinggi sejak usia muda dan terdapatnya katarak senilis yang membuat visus semakin menurun. Pada visus pasien seperti itu klasifikasi
katarak menurut maturitas atau derajat kekeruhan lensanya termasuk pada katarak hipermatur pada mata kanan yaitu 1/~ - NLP dan
mata kiri dengan visus 1/60 termasuk katarak imatur dengan range visus 6/7.5 – 1/60

Pada pemeriksaan status oftalmologi diadapatkan adanya shadow test (+) pada mata kiri. Yang terjadi dikarenakan kekeruhan
dari lensa belum meyeluruh. Oleh karena itu pada saat shadow test dengan cara disinarkan 45° ke lensa masih didapatkan
bayangan iris pada lensa, yang kekeruhannya belum menyeluruh. Menghasilkan shadow test (+) yang menandakan katarak masih
stadium imatur.

Dari pemeriksaan TIO didapatkan hasil normal, yaitu 17.5 pada mata kanan dan meningkat 24.1 mmHg pada mata kiri. Peningkatan
TIO dapat terjadi karena katarak nya yang sudah stadium hipermatur. Yang akan membuat protein dari lensa mencair dikarenakan lisis
nya lensa yang dapat membuat aliran aquous humor terhambat. Proses ini disebut dengan glaucoma sekunder akibat dari katarak.
Analisa kasus
Pada pemeriksaan konfrontasi menyatakan bahwa luas pandang mata kiri pasien memang menyempit pada bagian bawah. Terjadi
apoptosis sel pada ganglion retina yang dapat menyebabkan penipisan lapisan serat saraf Nervus Optikus yang dimulai dari serabut
bagian dalam. Oleh karena itu defek lapang pandang dimulai dari perifer lalu ke sentral.

Pada pemeriksaan USG mata pasien terdapat bentuk seperti “buah lemon” atau Stafiloma posterior ada penonjolan di belakang
garis ekuator. Keadaan ini menunjukan bola mata tidak bulat seperti ukuran normal (diameter AP 24 mm). Sesuai teori yaitu pada
mata myopia tinggi penyebab terjadinya multifaktorial salah satunya adalah myopia aksial terjadi akibat panjangnya aksial bola
mata melebihi >26 mm, dengan kelengkungan kornea dan lensa yang normal. Dapat disimpulkan bahwa pasien memiliki myopia
tinggi dari gambaran USG kedua mata
Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas didapatkan diagnosis kerja adalah High Myopia ODS, Katarak
Hipermatur OD, Katarak Imatur OS, Observasi glaukoma sekunder OS, dengan diagnosis
banding Glaukoma primer sudut terbuka,
TATALAKSANA
-utamanya adalah menurunkan TIO pada mata kiri terlebih dahulu sebelum melakukan terapi definitive yaitu dengan Ekstraksi kapsul
lensa.
- Dengan menggunakan antiglaukoma golongan Beta Blocker yaitu Timol 0.5% 2x sehari pada mata kiri, karena obat ini dapat
menurunkan produksi aquous humor dan penurunan TIO dengan obat ini sebesar 20-25%.
- Pasien juga tidak memiliki riwayat asma, jantung, karena pada penggunaan Beta Blocker ini berefek vasokontriksi areteriol.
- Jika pada saat evaluasi TIO sudah menurun dapat dilakukan rencana operasi yaitu dengan teknik ECCE (Extra Capsular Cataract
Extraction) mata kanan metode ini memiliki prinsip yaitu meninggalkan bagian posterior kapsul lensa untuk penanaman lensa baru.
- Menagapa ECCE dipilih ? karena, pada pasien ini memiliki katarak hipermatur pada mata kanan. Oleh karena itu kekerasan pada
nucleus lensa yang sudah terjadi harus dikeluarkan secara utuh. Setelahnya di rencanakan juga ekstraksi kapsul lensa pada mata kiri
karena perkembangan dari penyakit katarak yang progresif dengan visus pasien yang sudah rendah.
-Pemakaian artificial tears juga disarankan untuk mengatasi ketidaknyamanan pada kedua mata dapat diberikan Cendo Lyteers 6 x
sehari ODS.
ANATOMI bola mata
MEDIA REFRAKSI

kornea, aquous
humor, lensa,
vitreous humor
kornea
-Jaringan transparan disisipkan ke
dalam sklera pada daerah limbus
- ketebalan 0.5 mm
-Terdapat 5 struktur lapisan
-Fungsi: membiaskan cahaya
masuk & memfokuskan ke retina

5 lapisan kornea: lapisan epitel, membran Bowman, stroma, membran Descemet,


dan endotel
iris
Membran berwarna
Bagian anterior dari uvea yang merupakan
perpanjangan dari koroid
Bentuk : sirkular, di tengah terdapat lubang
(pupil)
Jar. otot tersusun longgar dgn otot polos berjalan
melingkari / sirkular pupil  m. sfingter pupil
Otot polos radial tegak lurus pupil  m. dilator
pupil
Midriasis  simpatik
Miosis  parasimpatik
Vaskularisasi : A. circulus major iris yang
merupakan anastomosis antara A. ciliaris
posterior longus & A. ciliaris anterior
lensa
Lensa adalah elemen refraksi mata utama kedua setelah
kornea
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak
berwarna
Tebal lensa sekitar 4 mm dan diameternya sekitar 9 mm
Lensa tergantung pada serabut zonula zinii & terletak di
bagian belakang iris
Lensa tdd: epitel, kapsula, korteks dan nucleus
Terdapat juga serat-serat lensa yang membentuk
sebagian besar lensa
Serat lensa adalah sel yang memanjang dan membentuk
lapisan yang melengkung di equator lensa
Semakin >> usia  serat lensa akan kehilangan nukleus
dan intraorganel sel
AQUOUS HUMOR
Fungsi:
-Sebagai pengganti sistem
vaskuler untuk bagian mata
yang avaskuler, seperti kornea
& lensa
-Mempertahankan TIO yang
berperan penting bagi
pertahanan struktur &
penglihatan mata.
-Mengandung askorbat
dalam kadar yang sangat
tinggi yang berperan dalam
cairan jernih yg diproduksi oleh corpus siliaris & mengisi COA & COP membersihkan radikal bebas
Volume: ± 250 μL & kecepatan pembentukannya 2- 3μL/menit & melindung mata dari
serangan sinar UV & radiasi
Aliran aquous humor : corpus silaris  COP  lensa melewati pupil 
lainnya
COA  trabekula meshwork  Kanal schlemm
Vitreous humor

suatu badan gelatin yang jernih & avaskular yang


membentuk 2/3 volume & berat bola mata
volume 4ml, tdd: 98% air, asam hyaluronat, dan
jar. Kolagen
Vitreus mengisi ruangan yang dibatasi oleh lensa,
retina dan diskus optikus
vitreous bersifat hidrofilik, berfungsi sbg: fungsi
optic, selain itu untuk menyalurkan nutrisi kedalam
lensa dan retina
Mekanisme penglihatan
Proses visual dimulai saat cahaya memasuki mata  kornea  iris akan mengatur jumlah sinar yg akan
masuk melalui pupil  banyaknya cahaya yang masuk  m. sfingter pupil berkontriksi  pupil mengecil
Dan jika cahaya yang masuk sedikit  m. dilator pupil berkontriksi  pupil akan melebar/dilatasi
Lalu cahaya dilanjutkan masuk ke lensa  menjadikan bayangan benda menjadi lebih tajam  lalu bayangan akan
jatuh tepat pada makula di retina (benda menjadi kecil dan terbalik)  diteruskan ke otak melalui N. Opticus  ke
lobus occipital (pusat penglihatan)
Kelainan refraksi
Definisi: cahaya tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat di depan
atau di belakang retina dan tidak terletak pada satu titik fokus

Emetropia (mata tanpa kelainan refraksi) : suatu keadaan dimana sinar


sejajar yang dari jarak tak terhingga, difokuskan tepat pada retina tanpa
akomodasi

Ametropia (mata dengan kelainan refraksi) : suatu keadaan dimana sinar


sejajar dari jarak tak terhingga difokuskan didepan / dibelakang retina,
pada satu atau dua meridian
ametropia
1.Hiperme 5. am-
tropia bliopia

3. Pres-
2. Miopia
biopia

4. Astig-
Myopia
- Suatu keadaan mata yang
mempunyai kekuatan pembiasan
sinar yang berlebihan sehingga
sinar sejajar yang datang
dibiaskan di depan retina, Pada
kondisi mata yang tidak
berakomodasi.

- Kelainan ini menyebabkan


penglihatan buram untuk jarak
jauh, istilah “nearsightness”
Klasifikasi myopia
3. perjalanan
1. Manifestasi Klinis 2. Penyebab
penyakit

4. ukuran dioptri
lensa 5. umur
1. Manifestasi Klinis

Simple: tergantung pada Nokturnal: terjadi pada Pseudomiopia : akibat dari


daya optik kornea & lensa kondisi pencahayaan peningkatan kekuatan
dan redup akibat dari refraksi mata akibat dari
panjang aksial peningkatan respon overstimulasi pada
Biasanya < 6 D akomodasi mekanisme akomodasi mata
atau terjadinya spasme siliar

Miopia terinduksi : hasil dari


Miopia degeneratif: derajad eksposur agen farmako,
miopia berkaitan dengan perubahan tingkat gula
perubahan degeneratif pada darah, sklerosis nukleus
segmen posterior mata. lensa kristalin. Bersifat re-
versible
2. Penyebab

- Miopia refraktif : akibat bertambahnya indeks bias media penglihatan, seperti


pada katarak.
- Miopia aksial : terjadi akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan kelengkungan
kornea dan lensa yang normal.

3. perjalanan
penyakit

• Miopia stasioner : Miopia yang menetap setelah dewasa.


• Miopia progresif : Miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah panjangnya bola
mata.
• Miopia maligna : Keadaan yang lebih berat dari miopia progresif, yang dapat mengakibatkan ablasio
retina & kebutaan
Gambaran funduskopi miopia
4. ukuran dioptri
lensa

• Miopia ringan : Lensa koreksinya 0,25 s/d 3,00 Dioptri


• Miopia sedang : Lensa koreksinya 3,25 s/d 6,00 Dioptri.
• Miopia berat : lensa koreksinya > 6,00 Dioptri.

5. umur

- Miopia kongenital: sejak lahir, namun biasanya baru didiagnosis pada usia 2-3 tahun.
- Juvenile-Onset Myopia (JOM) : miopia dengan onset antara 7-16 tahun yang disebabkan terutama oleh
karena pertumbuhan sumbu aksial dari bola mata yang fisiologis.
- Adult-Onset Myopia (AOM) : AOM dimulai pada usia 20 tahun.
a. Youth-onset miopia adalah miopia yang terjadi pada usia < 20 tahun
b. Early adult onset myopia adalah miopia yang terjadi pada usia 20 -40 tahun
c. Late adult onset myopia adalah miopia yang terjadi usia >40 tahun
Gejala myopia
1. Gejala subjektif
- Penurunan visus untuk jarak jauh adalah keluhan utama miopia
- Gejala astenopia dapat terjadi pada pasien dengan miopia ringan
- Sering memicingkan mata mungkin dikeluhkan oleh orang tua pasien dengan anak
miopia.
2. Gejala objektif
- Bola mata yang sedikit menonjol
- Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif
lebar.
- Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat
disertai cresen myopia (myopiaic crescent) yang ringan di sekitar papil nervus optic
- Kelainan refraksi: miopia simplek biasa terjadi antara usia 5 -10 tahun dan akan
terus naik sampai usia 18 - 20 tahun. Miopia simplek kelainan refraksinya biasanya
tidak melebihi 6 D
Patofiologi myopia
teori biologik: menganggap
bahwa pemanjangan sumbu
bola mata sebagai akibat dari
kelainan pertumbuhan retina
(overgrowth)

miopia disebabkan
oleh pemanjangan
sumbu bola mata
teori mekanik : adanya
penekanan (stres) sklera oleh m.
rectus medial & m. obliq sup,
sebagai penyebab
pemanjangan tersebut.
PEMERIKSAAN REFRAKSI

sub- •snellen chart


•Hitung jari
•Lambaian tangan
•Cahaya

jektif
•Uji pinhole
•Uji plasido

•Streak retinoscope

objektif •USG
•Keratometri / autorefractor
a. chart
Cara memeriksa :
1. Informed consent kepada pasien.
2. Pasien duduk pada kursi yang berjarak 6 m dari Snellen Chart.
3. Pasien diminta duduk dengan nyaman dan menghadap kedepan.
4. Mata yang tidak diperiksa ditutup dengan telapak tangan pasien.
5. Pasien diminta membaca huruf atau gambar yang terdapat pada layar Snellen
Chart.
6. Bila pasien dapat menyebutkan huruf-huruf pada baris tersebut, maka
dilanjutkan dengan membaca huruf pada baris dibawahnya.
7. Tentukan baris terakhir yang dapat dibaca oleh pasien
Hitung jari
1. Bila pasien tidak dapat membaca huruf teratas pada snellen chart, maka
dilanjutkan dengan pemeriksaan menggunakan hitung jarii.
2. Bila pasien dapat menghitung jari pada jarak 6 m, maka visusnya 6/60.
3. Bila tidak dapat menghitung jari pada jarak 6 m, maka maju 1 m dan lakukan
penghitungan jari. Bila pasien dapat membaca, visusnya 5/60.
4. Bila tidak dapat menghitung jari 5 m, di majukan jadi 4 m, 3 m, sampai 1 m
di depan pasien.
5. Bila tidak bisa menghitung jari pada jarak 1 m, maka dilakukan pemeriksaan
penglihatan dengan lambaian tangan.
Lambaian tangan
1. pada jarak 1 m, maka dilakukan pemeriksaan penglihatan dengan lambaian
tangan.
2. Lambaian tangan dilakukan tepat 1 m di depan pasien. Dapat berupa
lambaian ke kiri dan kanan, atau atas bawah.
3. Bila pasien dapat menyebutkan adanya lambaian, dengan proyeksi benar
berarti visusnya 1/300, apabila pasien dapat menyebutkan arah lambaian,
atau proyeksi salah apabila pasien tidak dapat menyebutkan arah lambaian.
4. Bila tidak bisa melihat lambaian tangan, maka dilakukan penyinaran, dapat
menggunakan 'pen light” dilakukan pada ruangan yang gelap untuk
penyinaran.
penyinaran
1. Bila tidak bisa melihat lambaian tangan, maka dilakukan penyinaran, dapat
menggunakan 'pen light” dilakukan pada ruangan yang gelap untuk penyinaran.
2. Bila pasien dapat menyebutkan dari mana arah sinar yang datang, berarti visusnya
1/~ dengan proyeksi benar.
4. Proyeksi sinar ini di cek dari 4 arah. Hal tersebut untuk mengetahui apakah
tangkapan retina masih bagus pada 4 sisinya, temporal, nasal, superior, dan inferior.
5. Bila tak dapat menyebutkan dari mana arah sinar yang datang, berarti visusnya 1/~
dengan proyeksi salah.
6. Bila tidak dapat melihat cahaya, maka dikatakan visusnya = 0 (no light perception)
B. Uji pinhole
1. Jika pinhole diletakkan pada mata
ametropik yang tidak dikoreksi, tajam
penglihatan akan meningkat.
2. Karena pinhole hanya memungkinkan sinar
yg datang lurus yang masuk ke retina,
tanpa direfraksikan oleh kornea atau
lensa.
2. Jika visus maju/ membaik dengan
pinhole artinya terdapat kelainan refraksi
Jika tidak membaik atau visus tetap
artinya terdapat kelainan refraksi yang ek-
strim atau adanya kelainan organik.
PEMERIKSAAN OBJEKTIF
Streak Retinoscope
Retinoskop adalah teknik untuk mendapatkan pengukuran yang objektif dari
kesalahan bias mata pasien. Penggunaan retinoskop untuk memberikan sinar
cahaya ke mata pasien dan mengamati pantulan (refleks) dari retina pasien
USG

Alat ini dapat dipakai untuk


menilai bola mata atau
orbita. Gelombang suara
berfrekuensi tinggi
dipancarkan dari sebuah
transmitter
khusus ke arah jaringan
sasaran.
Penatalaksanaan
- Kacamata
A. Hipermetropia: dikoreksi dengan kacamata berlensa plus (konveks)
Hanya orang-orang yang derajat hipermetropianya berat dengan atau tanpa disertai mata
juling dianjurkan menggunakan kacamata
B. Koreksi miopia dengan kacamata, dapat dilakukan dengan menggunakan lensa konkaf
(cekung/negatif) karena berkas cahaya yang melewati suatu lensa cekung akan menyebar.
C. Astigmatisme : dapat diberikan kacamata sesuai kelainan yang didapatkan, yaitu dikoreksi
dengan lensa silinder negatif atau positif dengan atau tanpa kombinasi lensa sferis.
D. Presbiopia : Digunakan lensa positif untuk koreksi presbiopia. Tujuan koreksi adalah untuk
mengkompensasi ketidakmampuan mata untuk memfokuskan objek-objek yang dekat.
- Lensa Kontak
Lensa kontak dari kaca/ plastik diletakkan dipermukaan depan kornea. Lensa ini tetap
ditempatnya karena adanya lapisan tipis air mata yang mengisi ruang antara lensa kontak dan
permukaan depan mata. Sifat khusus dari lensa kontak adalah menghilangkan hampir semua
pembiasan yang terjadi dipermukaan anterior kornea
KATARAK
Definisi

Katarak berasal dari bahasa Yunani ‘Katarrakies’ yang berarti air terjun. Menurut WHO, katarak
adalah kekeruhan lensa pada mata yang menghalangi kejernihan penglihatan. Menurut AAO katarak
adalah Katarak kekeruhan dari lensa kristal intraokular pada saat cahaya memasuki mata sampai
menuju retina. Kekeruhan ini dapat menyebabkan penurunan penglihatan dan dapat menyebabkan
kebutaan akhirnya jika tidak ditangani. Katarak sering berkembang perlahan dan tanpa rasa sakit,
sehingga penglihatan dan gaya hidup dapat terpengaruh tanpa disadarinya. Di seluruh dunia, katarak
adalah penyebab nomor satu dari kebutaan yang dapat dicegah
Klasifikasi katarak

Berdasarkan onset terjadinya


–Katarak kongenital (pada usia di bawah 1 tahun)
–Katarak juvenil (pada usia di atas 1 tahun)
–Katarak presenilis (pada usia 40-50 tahun)
–Katarak senilis (setelah usia 50 tahun)
Berdasarkan morfologi
–Katarak nuklear
–Katarak kortikal
–Katarak subkapsular posterior
Berdasarkan maturitas atau derajat kekeruhan lensa
–Insipien
–Imatur
–Matur
–Hipermatur (morgagni atau sklerotik)
Berdasarkan etiologi
–Katarak primer
–Katarak sekunder
Menurut morfologi
Menurut maturasi
- Katarak insipien
Pada stadium ini, kekeruhan lensa masih ringan. Kekeruhan berawal dari tepi ekuator
menuju korteks anterior dan posterior. Pada stadium ini , dapat terjadi poliopia karena
tidak meratanya indeks bias yang terjadi pada lensa. Kekeruhan berbentuk jeruji.
-Katarak imatur
Pada stadium ini, kekeruhan lensa mencapai sebagian dan belum mencapai keseluruhan
lensa. Pada tingkat ini, lensa mengalami perubahan bentuk menjadi lebih besar dan
menngembung akibat penambahan volume lensa karena adanya hiperosmolarisasi lensa.
Pada keadaan ini, dapat terjadi glaukoma sekunder yaitu glaukoma fakomorfik oleh
karena blokade pupil
- Katarak matur
Pada stadium ini, terjadi kekeruhan pada seluruh lensa. Proses deposisi Ca terjadi
sehingga cairan keluar dari lensa, menyebabkan bentuk lensa kembali normal, shadpw
test negatif dan kedalam kamera okuli anterior kembali seperti semula. Jika proses terus
dibiarkan, akan terjadi kalsifikasi lensa
Katarak Hipermatur
Pada stadium ini, kekeruhan lensa telah
mencapai keseluruhan lensa dan telah terjadi
proses degenerasi lanjut. Lensa dapat mencair
akibat protein-protein memuai.
Cairan ini keluar dari kapsul lensa mengaki-
batkan bentuk lensa menjadi mengecil,
berwarna kekuningan. Cairan lensa yang
mengisi camera okuli anterior menyebabkan
obstruksi trabekula dan menyebabkan
glaukoma sudut terbuka, disebut glaukoma
fakolitik.
Penatalaksanaan

- Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)


Tindakan ini mengeluarkan lensa secara utuh, termasuk kapsul lensa, dan telah lama
dilakukam dari tahun 1960an. Pada prosedur ini dilakukan insisi 150˚ pada kornea, lalu
dilakukan iridektomi perifer. Setelah itu dilakukan pelepasan zonula dan pelapasan lensa
dengan forceps maupun metode krio. Setelah itu dapat dilakukan implantasi lensa di
anterior, atau koreksi afakia. Berdasarkan AAO, indikasi dilakukannya ICCE adalah sebagai
berikut:
1. Adanya robekan kapsul atau Zonula yang lebar pada saat operasi phacoemulsifikasi
atau ECCE
2. Disertai dislokasi lensa karena Zonula yang tidak stabil atau tidak ada.
3. Katarak matur
4. Fasilitas operasi yang terbatas.
ECCE terdiri dari ECCE itu sendiri, phacoemulsifikasi dan Small Incision Cataract Surgery (SICS)

1. ECCE
Teknik operasi yang umum dilakukan, baik pada dewasa maupun anak-ank adalah ekstraksi
katarak ekstrakapsular. Pada prosedur ini, lensa dilepas dengan meninggalkan kapsul posterior
permukaan viterus anterior. Tindakan diawali dengan insisi kornea atau libus 10mm di bagian
superior sepanjang 10 mm, lalu diinjeksikan cairan viskoelastis ke kamera okuli anterior, lalu
dilakukan kapsulotomi anterior, hidrodiseksi. Setelah itu, dilakukan nucleus expression, yaitu
penekanan secara lembut untuk mengeluarkan lensasecara utuh. Kemudian, dialkukan aspirasi
sisa korteks dan implantasi lensa. Berdasarkan American Society of Cataract and Refractive
Surgery (ASCRS), indikasi dilakukannya ECCE adalah katarak matur, katarak yang disertai dislokasi
lensa karena Zonula yang tidak ada, katarak traumatik, dan fasilitas operasi yang terbatas.
2. Phacoemulsifikasi
Tindakan ini menggunakan vibrator ultrasonik gengga untuk menghancurkan nukleus yang keras
dan substansi. ini diaspirasi keluar. Insisi dilakukan sebesar 3-5mm. Setelah itu dilakukan
implantasi lensa ke dalam okuli. Keuntungan yang didapat adalah kondisi intraoperasi yang lebih
terkendali, tidak diperlukan jahitan, serta pernyembuhan luka yang lebih cepat. Hal ini
menyebabkan kembalinya fungsi penglihatan yang lebih singkat. Fakoemulsifikasi dapat dilakukan
hampir semua jenis katarak. Kontraindikasi relatif adalah pada pupil yang tidak dapat midriasis,
nukleus lensa yang sangat keras, dan keadaan Zonula yang abnormal.
3. SICS
adalah modifikasi ECCE, dimana nukleus dikeluarkan melalui insisi di sklera yang
berbentuk terowongan. Operasi ini menjadi pilihan di banyak negara ketika
fakoemulsifikasi tidak dapat dilakukan karena adanya keterbatasan faslitas dan biaya.
Berdasarkan AAO, SICS dapat dilakukan pada semua jenis katarak yang membutuhkan
operasi, relatif cepat dan lebih efektif dibandingkan phacoemulsifikasi dan dianjurkan
untuk pasien dengan katarak matur dengan endotel kornea yang kompromis.
PROGNOSIS

Tindakan pembedahan secara definitif pada katarak senilis dapat memperbaiki


ketajaman penglihatan pada lebih dari 90% kasus. Semakin cepat tindakan semakin baik
prognosa dilihat dari indikasi operasi. Tidak menutup kemungkinan terjadinya katarak
kembali
Glaukoma
• Neuropati optic yang disebabkan oleh • Glaukoma Primer
tekanan intraokular yang tinggi • Glaukoma Sekunder
• Glaukoma Kongenital
• Glaukoma Absolut
Defek lapang pandang

• Serabut Perifer Bagian


dalam retina Superfisial
pada nervus optikus

• Serabut yang dekat optic disc


superfisial pada retina
Sentral pada nervus optikus
 Terdorongnya Lamina Kribrosa akan menyebabkan kerusakan
pertama kali pada serabut retina perifer karena letaknya
yang paling dekat dengan scleral rim. Kerusakan saraf retina
perifer akan tampak sebagai defek lapang pandang perifer.
Serabut sentral retina/ makula yang terletak ditengan papil
nervus optik akan mengalami kerusakan pada tahap akhir.
Glaukoma Sudut Terbuka
• Glaukoma Sudut
Terbuka Primer
• Glaukoma Tekanan
Normal (NTG)
Glaukoma Primer Sudut Terbuka Glaukoma Tekanan Normal
• Biasanya asimptomatis • Hampir serupa dengan glaukoma primer
• Penurunan tajam penglihatan secara sudut terbuka
perlahan • Tekanan intraocular normal <21mmHG
• Tekanan Intraokular >21mmHG dengan
variasi diurnal yang besar
• Perubahan papil, asimetri c/d, pelebara
c/d
Glaukoma Sudut Tertutup
• Glaukoma Sudut
Tertutup Akut
• Glaukoma Sudut
Tertutup Sub Akut
• Glaukoma Sudut
Tertutup Kronik
Glaukoma Sudut Tertutup
Akut Sub Akut Kronik

• Nyeri di sekitar bola mata • Sama seperti yang akut • Terjadi pada pasien dengan
• Nyeri kepala • Peningkatan tekanan predisposisi penutupan sudut
• Tajam penglihatan turun intraokular berlangsung BMD
mendadak singkat dan rekuren • Peningkatan tekanan
• Mual muntah intraokular secara bertahap
• Dilatasi Pupil dengan sinekia anterior
• Injeksi Siliar
Pre Trabecular
Glaukoma Sekunder
Trabecular Post Trabecular Close Angle

• Fibrovascular • Pseudoexfoliatio • Carotid • Phacomorphic


Tissue n Glaukoma Cavernous Glaukoma
( Neovaskular • Pigment Particle Fistula • Subluxated Lens
Glaukoma) • Phacolytic • Sturge-Weber • Seclusio Pupil
• Entotelial Glaukoma Syndrome
Cellular • Red Cell • Obstruction
Membraneous Glaukoma Superior Vena
Proliferation Cava
• Epitelia Cellular
Membraneous
Prolieration
Gonioskopi
• Memeriksa sudut bilik mata depan dengan menggunakan lensa gonio
• Membagi kedalaman sudut bilik mata depan berdasarkan van herick grading

  Tebal kornea : Kedalaman sudut BMD


SC : Slit on
Grade 0 Sudut tertutup, kontak antara iris dengan
kornea Cornea
Grade I

Grade II
CA : Chamber
Grade Angle
III
Grade
IV
1 : 1 atau lebih
SI : Slit on Iris
Grade IV : 1:1 atau lebih

Grade III : 1 :

Grade II : 1 :

Grade 0 : Terjadi kontak


Grade I : 1 : <
Perimetri
• Menilai keadaan dari lapang pandang
• Perimetri di bagi menjadi 2 yaitu static dan kinetik
Perimetri Goldmann
• Contoh dari perimetri Kinetik
• Tidak bisa mengukur sensitivitas retina
pada setiap titik
• Hanya dapat mengukur batas terluar dari
lapang pandang
Perimetri Humphrey
• Contoh dari perimeter static
• Dapat mengukur derajat dari kelainan
lapang pandang
Target Penurunan TIO
• Mild
Adanya kelainan saraf optik dengan karakteristik glaucoma tanpa kerusakan lapang pandang, target
pengurangan TIO sebesar 20%
• Moderate
Adanya kelainan saraf optik dengan karakteristik glaucoma serta kelainan pada salah satu bagian lapang
pandang, target pengurangan TIO sebesar 30%
• Severe
Adanya kelainan saraf optik dengan karakteristik glaukoma disertai dengan kerusakan pada kedua lapang
pandang, target pengurangan TIO sebesar 40%
Algoritma pada glaucoma sudut terbuka
Algoritma pada glaucoma sudut tertutup
Algoritma pada glaucoma sudut tertutup akut
Golongan Cara Kerja Contoh

Β Blocker Menurunkan produksi Timolol ( non selective )


aquos humor Betaxolol ( selective )
Analog Prostaglandin Meningkatkan aliran akuos Latanoprost
humor Travoprost
Carbonic Anhydrase Menghambat produksi Brinzolamide ( topical )
Inhibitor aquos humor Asetazolamide ( oral )

Miotikum Mengecilkan pupil sehingga Pilokarpin


menarik pangkal iris
menjauhi sudut
Agonis α2-reseptor Menurunkan produksi Brimonidine
aquos humor
Hiperosmotik Meningkatkan perbedaan Manitol
tekanan cairan
Prognosis
• Progresivitas dari glaucoma dapat dikendalikan
• Bergantung pada ketepatan waktu penangangan
• Semakin dini ditangani maka prognosis semakin baik
Thank You

Anda mungkin juga menyukai