Oleh:
Yolanda Fitriani, S.Ked
71 2021 037
Pembimbing:
dr. Septiani Nadra Indawaty, Sp.M
Anamnesis Mata
Untuk dapat mengumpulkan data-data pasien dilakukan anamnesis :
1. Data umum : nama, jenis kelamin, umur, alamat, pekerjaan.
2. Keluhan utama : pasien dengan gangguan pada mata biasanya datang dengan keluhan seperti :
• Mata merah
• Mata gatal
• Mata berair
• Mata nyeri
• Belekan
• Gangguan penglihatan (buta, penglihatan kabur, penglihatan ganda/dobel)
• Benjolan pada mata (timbilan)
• Kelilipan
Anamnesis Mata
3. Data yang harus digali dari keluhan utama :
• Pada pasien dengan keluhan gangguan penglihatan ditanyakan apakah gangguan terjadi saat
melihat jauh atau dekat; onset mendadak atau gradual; di seluruh lapang pandang atau hanya
sebagian; jika defek lapang pandang hanya sebagian, apakah letaknya sentral, perifer atau
hanya pada satu mata.
• Pada pasien dengan keluhan skotoma, ditanyakan apakah skotoma bergerak bila bola mata
bergerak atau terfiksasi; apakah pasien melihat kilatan-kilatan cahaya.
• Adanya gejala sistemik : demam, malaise, sakit kepala.
• Jika terdapat diplopia, ditanyakan apakah diplopia horisontal atau vertikal, kedua mata atau
salah satu mata, apakah persisten bila salah satu mata ditutup.
• Gejala-gejala neurologis : gangguan motorik dan sensorik, gangguan syaraf kranial yang lain.
4. Riwayat penyakit dahulu : hipertensi, diabetes melitus, trauma
Anamnesis Mata
Anamnesis Mata Merah
Definisi Mata Merah
Mata merah umumnya terjadi karena pelebaran pembuluh darah di mata. Mata yang merah mengindikasikan
adanya masalah pada mata, bisa masalah ringan ataupun serius yang memerlukan penanganan lebih lanjut.
Perhatian:
Sebaiknya sebelum melebarkan pupil, diukur tekanan bola mata terlebih dahulu. Apabila
tekanan bola mata pasien tinggi (>20), maka penggunaan obat pelebar pupil tidak disarankan.
2. Pada retina
• Pendarahan subhialoid
• Pendarahan intra retina, flame shape, dots, blots
• Eksudat
• Edema retina
• Edema macula.
Pemeriksaan Segmen Posterior
–
Fundus Normal
TEKNIK
P E M E R I K S AA
N
–
–
OFTALMOSKOP
DIREK
–
–
P RO S E D U R P E M E R I K S A A N
PROSEDUR
PEMERIKSAAN
P RO S E D U R P E M E R I K S A A N
P RO S E D U R P E M E R I K S A A N
P RO S E D U R P E M E R I K S A A N
● FUNDUSCOPY MATA KANAN :
● Discus Opticus (1), vena retina (2), arteri retina yang menyebar ke sentral (3), dan macula (4)
INTERPRETASI NORMAL
FUNDUSKOPI
1. Refleks fundus
● Warna: merah muda
2. Papil
● Warna: merah muda
● Bentuk: bulat
● Batas: tegas
3. Retina
● Tidak ada sikatrik koroid
● Tidak ada ablasio retina
● Warna: merah keoranye-oranyean
● Perdarahan (vena): tidak melebar, kelok tidak bertambah
● Perdarahan (arteri): tidak terdapat spasme
● Eksudat: tidak ada
4. Makula Lutea
● Tanpa pembuluh darah
● Sedikit lebih berpigmen dibanding daerah retina lainnya.
INTERPRETASI
● Refleks fundus (+), Papil N.II batas tidak tegas, CDR : sulit dievaluasi , A/V : 2/4 kesan berkelok-
kelok, Makula: reflex fovea kesan suram, Retina perifer tampak perdarahan intraretinal bentuk
flame-shaped hemorrhage di seluruh kuadran. (Contoh interpretasi fundus abnormal)
P RO S E D U R P E M E R I K S A A N
O F TA L M O S KO P I I N D I R E K
PROSEDUR
PEMERIKSAAN
⚫
⚫
PROSEDUR
•
PEMERIKSAAN
•
P RO S E D U R P E M E R I K S A A N
⚫
Segmen Posterior
Antibiotik dalam kasus
mata, sediaan yang dipakai
dan indikasinya
1. Makrolida, efektif untuk bakteri gram positif, neiseria,
spiroketa, dan pseudomonas.
Eritromisin aman diberikan pada wanita hamil dan anak-anak
berusia di bawah 8 tahun, sehingga dapat digunakan sebagai terapi
alternatif infeksi klamidia inklusi dewasa maupun anak-anak.
Eritromisin oral 500 mg empat kali/hari selama lebih dari 3
minggu diberikan sebagai tatalaksana infeksi klamidia inklusi
dewasa, konjungtivitis inklusi anak-anak, dan trakoma. Pasien
dengan klamidia inklusi neonatus diberikan eritromisin 50
mg/kgBB/hari yang dibagi menjadi 4 dosis selama 14 hari.
Klindamisin oral 300 mg yang diberikan selama 3 hingga 6 minggu
juga dapat menjadi pilihan terapi retinitis toksoplasma. Klaritromisin
oral 500 mg yang diberikan dua kali/hari digunakan dalam
tatalaksana post-TE.
Azitromisin oral 250-300 mg/hari terbukti menurunkan rekurensi
retinokoroiditis dan pemberian 1 gram sekali/hari atau dosis tunggal
diberikan sebagai terapi alternatif infeksi klamidia inklusi dewasa.
2. penisilin, yang efektif terutama terhadap streptokokus, neiseria,
hemophilus, kleseila, stafilokokus, dan actinomyces (filament gram
+)
Indikasi dan sediaan : Amoksisilin/klavulanat oral 125-250 mg/8 jam
diberikan untuk tatalaksana dakriosistitis akut, trauma palpebra, dan
250-875 mg yang diberikan 2-3 kali/hari untuk tatalaksana selulitis
preseptal yang umumnya disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan
Streptococcus pyogenes. Amoksisilin oral 125-250 mg/8 jam dapat
diberikan sebagai tatalaksana konjungtivitis yang disebabkan oleh
Haemophilus influenzae. Nafsilin (penisilin anti-stafilokokus)
intravena 1-2 gram/4-6 jam diberikan untuk tatalaksana selulitis
3. sefalosporin.
Sefalosporin oral digunakan dalam tatalaksana infeksi oleh
stafilokokus dan streptokokus seperti selulitis atau abses jaringan
lunak. Seftriakson intravena 1 gram/12 jam diberikan untuk
tatalaksana selulitis orbita yang umumnya disebabkan oleh
Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes dan diberikan
untuk tatalaksana neurosifilis yang disebabkan oleh Treponema
pallidum. Konjungtivitis gonokokus juga dapat diobati dengan
seftriakson intravena 25-50 mg/kg pada neonatus dan 1 gram/hari
selama 5 hari pada dewasa. Sefiksim oral 400 mg dosis tunggal
diberikan sebagai tatalaksana konjungtivitis gonokokus. Seftazidim
4. sulfonamide, efektif untuk kokus dan basil gram negative dan positif,
klamida, actinomises, dan nokardia.
Sulfonamida diindikasikan untuk terapi pada infeksi yang disebabkan oleh
Staphylococcus aureus baik MRSA maupun non-MRSA, Haemophilus
influenzae, dan toksoplasmosis. Uveitis parasitik dapa diobati dengan
kotrimoksazol 800 mg/160 mg setiap 12 jam. Toksoplasmosis parasitik
diobati dengan pirimetamin 75-100 mg selama 24 jam dilanjutkan dengan
25-50 mg/hari dan sulfadiazin 2–4 gram dosis awal dilanjutkan dengan 1
gram yang diberikan empat kali/hari selama 4-6 minggu.
5. Tetrasiklin, efektif untuk bakteri positif dan negative, klamidia,
dan mikoplasma.
Tetrasiklin sistemik banyak digunakan dalam tatalaksana penyakit
mata. Blefaritis, meibomian gland disorders (MGD), dan acne rosacea
dapat ditangani dengan pemberian tetrasiklin oral 250-500 mg/6
jam/hari atau dengan doksisiklin oral 50-100 mg 1-2 kali/hari yang
diberikan selama 3 minggu.
SLIT LAMP
SLIT LAMP adalah Slit Lamp adalah sebuah mikroskop binokular yang menghasilkan seberkas cahaya lurus dari celah lampu
pijar. Pemeriksa dapat mengamati setiap lapisan mata dengan mengatur intensitas cahaya yang ditembakkan. Cahaya dari slit
lamp akan menghasilkan pantulan atau refleksi. Refleksi tersebut dikenal dengan gambaran Purkinje, yaitu gambaran pantulan
dari permukaan kornea dan lensa
Slit lamp memiliki berbagai jenis iluminasi. Sinar cahaya berbentuk celah pada slit lamp memungkinkan pemeriksaan pada
jaringan mata yang transparan. Intensitas cahaya dapat disesuaikan dengan mengatur lebar, tinggi, dan sudut untuk memancarkan
berkas cahaya yang tepat. Cahaya tersebut diarahkan pada bola mata dan memberikan gambaran potongan sagital sehingga
kelainan pada bagian anteroposterior mata dapat diketahui. Potongan cahaya yang dihasilkan dapat membantu pemeriksa dalam
mengamati berbagai lapisan mata seperti endotel kornea, kedalaman bilik mata depan, lensa, dan mengukur ketebalan kornea
Bagian bagian slit lamp
1. Palpebra, evaluasi adanya kelainan-kelainan seperti asimetris, bengkak, kemerahan, ketombe, benjolan/ massa, jaringan parut, lipatan kelopak mata, arah
tumbuhnya bulu mata, madarosis, dan lainnya.
2. Konjungtiva, evaluasi adanya kelainan-kelainan seperti hiperemi, benda asing, folikel, sekret, membran, subconjunctival bleeding, jaringan fibrovaskular,
benjolan/massa, luka dan lainnya.
3. Kornea, evaluasi adanya kelainan-kelainan seperti kekeruhan akibat edema/sikatrik, erosi, infiltrat, ulkus, benda asing, dan lainnya. Untuk evaluasi
kelainan permukaan kornea dilakukan pemeriksaan fluorescein eye stain dengan cairan fluorescein 1%. Pemeriksaan lebih detail menggunakan slit lamp.
4. Bilik mata depan, menggunakan cahaya dengan mengarahkan senter pada mata dari arah samping atau depan untukmengevaluasi kedalaman bilik mata
dan kelainan seperti hifema/koagulum/hipopion. Untuk mengevaluasi kedalaman dengan menggunakan cahaya senter dengan posisi sejajar dengan iris
dari arah samping ke arah nasal. Perhatikan baik-baik sisi nasal dari iris, jika 2/3 atau lebih dari iris tertutup bayangan, berarti bilik mata depan termasuk
dangkal atau sudut sempit.
5. Iris, evaluasi warna, bentuk, adanya perlekatan atau tidak, adanya massa, atrofi, dan lainnya.
6. Pupil, evaluasi dengan cara mengarahkan cahaya senter pada pupil untuk mengetahui reflex pupil, diameter pupil, isokor/anisokor, bentuk pupil, dan
lainnya.
7. Lensa, evaluasi dimulai dengan melihat apakah ada kekeruhan pada lensa. Derajat kekeruhan pun bisa dilihat dengan menyinari lensa dari samping.
Apabila pada lensa terlihat bayangan iris (Iris Shadow), berarti kekeruhan lensa pada tahap imatur. Apabila sudah matur, maka iris shadow akan
menghilang. Pada pasien- pasien yang telah menjalani penggantian lensa, maka lensa buatan akan terlihat mengkilat.
fundusco
py
Funduscopy adalah bagian dari pemeriksaan mata segmen posterior yang dinilai dapat mendeteksi dini
berbagai penyakit serius secara akurat menggunakan alat oftalmoskop direk.
FUNDUSKOPI DIREK
Funduskopi direk bertujuan untuk melihat dan menilai kelainan dan keadaan segmen posterior dari bola
mata yang terdiri atas retina dan nervus optikus. Dasar pemeriksaan ini adalah cahaya dimasukkan kedalam
fundus akan memberikan reflex fundus. Gambaran fundus mataakan terlihat bila diberi sinar. Alat yang
digunakan yaitu dengan menggunakan oftalmoskop. Sebelum melakukan funduskopi dilakukan pelebaran
pupil dengan menggunakan tetes mata tropicamide 0.5%-1% atau fenilefrine hidroklorida 2.5%/10%.
Sebaiknya sebelum melebarkan pupil, diukur tekanan bola mata terlebih dahulu. Apabila tekanan bola mata
pasien tinggi (>20 mmHg), maka penggunaan obat pelebar pupil tidak disarankan.
Teknik pemeriksaan funduscopy
● Beritahu pasien untuk mengambil posisi duduk yang nyaman. Dengan cahaya ruangan yang diturunkan, instruksikan pasien
untuk melihat satu titik pada tembok di depannya, usahakan untuk tidak menggerakan bola mata.
● Atur roda fokus pada +8. Roda apertur pada cahaya besar, bulat dan putih.
● Mulailah dengan melihat mata kanan dengan jarak kurang lebih 1 kaki dari pasien. Gunakan mata kanan dengan ophtalmoskop
di tangan kanan. Lihatlah lurus ke arah pupil, sejajar dengan garis penglihatan pasien, makan reflex fundus akan terlihat.
● Letakkan tangan kiri pada dahi atau bahu pasien untuk menopang dan menstabilkan tubuh kita.
● Perlahan-lahan mendekat ke arah pasien dengan derajat 15 derajat ke arah temporal dari garis penglihatan pasien. Usahakan
untuk tetap melihat pupil. Putar roda fokus ke arah negatif menyesuaikan dengan keadaan refraksi pasien dan pemeriksa untuk
○ Papiledema
○ Pendarahan subhialoid
○ Eksudat
○ Edema retina
○ Edema macula.
3. Pada Pembuluh darah retina
Tonomet
ri shiotz
Tonometer adalah alat yang digunakan mengeksploitasi sifat fisik mata untuk mendapatkan tekanan intra okular
tanpa perlu mengkanulasi mata.
Tonometer Schiotz adalah tonometer indentasi atau menekan permukaan kornea (bagian kornea yang dipipihkan
dengan suatu beban yang dapat bergerak bebas pada sumbunya. Bila tekanan bola mata lebih rendah maka
beban akan mengidentifikasi lebih dalam permukaan kornea dibanding tekanan bola mata lebih tinggi.
1. Kalibrasi tonometer menggunakan batang penguji bercetak bulat di dalam kotak dan beban 5,5 g. Jarum penunjuk harus mencapai angka “0”.
2. Bersihkan plunger dan piringan tonometer (footplate) dengan menggunakan kain kasa dan alkohol.
3. Baringkan pasien dengan posisi tidur supinasi dengan kepala diatas bantal.
4. Cuci dan keringkan tangan bila akan memeriksa.
5. Posisikan diri dengan benar yakni berdiri tegak di belakang kepala pasien dengan tangan sejajar dengan mata. Posisi yang salah
dapat mempengaruhi pengukuran tonometer.
6. Teteskan anestesi lokal pada mata pasien dan tunggu selama 30 detik.
7. Minta pasien untuk melihat objek yang tetap (jempol maupun jari pasien yang diposisikan depan mata serta tetap diam) agar mata
mengalami fiksasi. Ibu jari dan telunjuk satu tangan dengan lembut memegang kelopak mata pasien, berhati-hatilah agar tidak
menekan mata. Dengan tangan yang lain, pegang tonometer (dengan berat 5.5 g) di antara ibu jari dan telunjuk dan tempatkan
plunger pada kornea bagian tengah.
8. Biarkan cakram mendekat dengan lembut ke permukaan kornea.
9. Perhatikan pembacaan skala. Jika pembacaan skala ‘2’ atau kurang, lepaskan sentuhan tonometer, ganti berat 5 g dengan berat
7,5 g, dan ulangi prosedur
10. Perhatikan pembacaan skala lagi dan lepaskan sentuhan tonometer.
11. Beritahu kepada pasien untuk tidak menggosok mata yang dianestesi selama sekitar lima menit.
12. Bersihkan dan keringkan kepala tonometer.
13. Ulangi seluruh prosedur untuk mata yang lain.
14. Bersihkan dan keringkan tonometer lagi dengan alkohol dan simpan dengan aman di dalam kotak.
15. Hasil pembacaan dikonversikan ke dalam tabel konversi agar hasil pengukuran berskala milimeter raksa.
Penilaian tonometer schiotz
Mata yang teraba kencang karena peningkatan TIO yang lebih tinggi menciptakan indentasi
yang lebih rendah dan pembacaan yang lebih rendah dalam skala. Tonometer Schiotz tidak
mengukur tekanan secara langsung tapi tabel konversi disediakan untuk menerjemahkan
pembacaan skala ke dalam perkiraan TIO dalam mmHg. Oleh karena itu, memperhitungkan
kisaran tekanan, bobot lainnya (biasanya 7,5 g dan 10 g) ditambahkan ke plunger
TERIMA KASIH