Anda di halaman 1dari 10

Pembimbing:

dr. Erin Arsianti, Sp.M.M.Sc

TTD

Sumindah (11-2014-191)
I.

II.

III.

Gejala karatak secara subjektif


Jawab :
Manifestasi dari gejala yang dirasakan oleh pasien penderita katarak terjadi
secara progresif dan merupakan proses yang kronis. Gangguan penglihatan
bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak yang diderita pasien. Gejala pada
penderita katarak adalah sebagai berikut:
1. Mengeluh melihat awam
2. Merasa silau bila berada ditempat terang Merasa lebih enak bila masuk
keruangan yang lebih redup.
3. Tajam penglihatan turun secara perlahan. Mula-mula dapat dikoreksi
dengan kaca mata, akhimya apabila kekeruhan lensa bertambah tajam
penglihatan tidak dapat diperbaiki dengan kaca mata.
Pembagian katarak menurut usia
Jawab :
Katarak Kongenital : Terjadi segera setelah lahir sampai bayi berumur < 1
tahun. Penyebab :
- Infeksi janin intra uterin terutama pada trimester pertama, misal : rubella
kongenital
- Kelainan mtabolisme yang diturunkan secara genetik
Katarak Juvenil : Katarak pada orang muda dan terbentuk pada usia 1-18
tahun. Penyebab :
- Biasanya merupakan kelanjutan katarak congenital,
- Trauma,
- Pengaruh penyakit lain seperti Diabetes mellitus
- Akibat bahan toksik : steroid topikal
- Akibat komplikasi penyakit mata lain. Misal akibat glaukoma. peradangan
jaringan uvea (uveitis).
Katarak senilis
Katarak yang terjadi pada usia > 50 tahun dapat juga terjadi lebih cepat bila
disertai penyakit lain.
Pembagian katarak menurut morfologi
Jawab :
- Subkapsular : terjadi di bagian subkapsular anterior dan posterior, dan
termasuk katarak imatur.
- Nuklearis : cenderung progresif perlahan, dimana penglihatan jauhnya
lebih besar terganggu daripada penglihatan dekat. Pada awalnya terjadi
miopisasi, dimana makin lama diperlukan koreksi yang semakin besar, hal
1

IV.

V.

ini terjadi karena nukleus mengeras sehingga indeks refraksi meningkat.


Perubahan mendadal indeks refraksi antara nukleus sklerotik dengan
korteks lensa bisa mengakibatkan diplopia monokuler. Kekuningan lensa
akan menyebabkan kesulitan membedakan corak warna.
- Kortikal : biasanya bilateral dan mengganggu fungsi visual tergantung
lokasi kekeruhan terhadap aksis. Tanda utamanya ialah silau ketika melihat
cahaya.
Penatalaksanaan katarak non-bedah
Jawab:
Tatalaksana non bedah hanya efektif dalam memperbaiki fungsi visual untuk
sementara waktu. Disamping itu, walaupun banyak penelitian mengenai tatalaksana
medikamentosa bagi penderita katarak, hingga saat ini belum ditemukan obat obatan
yang terbukti mampu memperlambat atau menghilangkan pembentukan katarak pada
manusia. Beberapa agen yang mungkin dapat memperlambat pertumbuhan katarak
adalah penurunan kadar sorbitol, pemberian aspirin,antioksidan dan vitamin C dan E.
Jelaskan pemeriksaan fisik mata
Jawab:

Langkah-langkah pemeriksaan mata


1. Perkenalan diri > Dengan salam, menyebutkan nama, menjelaskan tindakan yang
akan dilakukan.
2. Pemeriksaan visus :
Pasien duduk tegak dengan jarak 6 meter menghadap snellen chart.
Mata kiri ditutup kemudian pasien diminta menyebut kan huruf yang ada pada snellen chart
sampai batas maksimal yang dapat dilihat pasien.
Begitu juga sebaliknya untuk mata kiri.
Pada snellen chart terdapat huruf dengan ukuran dan jumlah yang berbeda ini menunjukkan
masing-masing visus. Nilai visus pada snellen chart diantaranya dari huruf yang besar
hingga huruf terkecil : 6/60, 6/36, 6/21, 6/18, 6/15, 6/12, 6/10, 6/9, 6/8, 6/7, 6/6.
Apabila pasien hanya sampai 6/12 dilakukan Pinhole untuk menilai apakah kelainan terdapat
pada refraksi atau organ. Apabila pasien dengan menggunakan pinhole mencapai 6/6, dapat
ditulis visus 6/12 ph 6/6.
Apabila pasien tidak dapat melihat huruf yang paling besar dalam hal ini pasien tidak dapat
melihat nilai visus 6/60 dilakukan counting finger dari jarak 1 meter hingga 5 meter. Visus
dapat ditulis 1/6 - 5/6.
Apabila counting finger tidak bisa juga dilakukan hand movement nilai visus 1/300 dengan
cara melambaikan tangan ke arah kanan - kiri atau atas bawah. Apabila pasien dapat
menentukan arah gerakan visus pasien dapat dikatakan 1/300.
Apabila hand movement tidak bisa, dilakukan light projection dari segala arah. Bila pasien
dapat melihat nilai visus 1/ tak terhingga.
*Melakukan teknik cuci tangan 6 langkah versi WHO*
3. Pemeriksaan segment anterior :
2

a. Kelopak mata dan bola mata


Inspeksi :Bola mata. Amati ukuran bola mata dan posisi bola mata. Di samping itu amati
simetrisitasnya.
Gerak bola mata : pemeriksaan ini dilakukan dengan mengevaluasi six cardinal direction of
gaze. Caranya dengan kepala pasien immobile dan meminta pasien hanya melihat untuk
mengikuti gerakan jari pemeriksa. Pemeriksa menggerakan jari dari kanan - kiri - kanan
atas - kanan bawah - kiri atas - kiri bawah.
Kelopak mata : Lihat adakah perubahan warna ( kemerahan, putih, hitam, biru,
kuning), bentuk ( adakah bengkak, retraksi oleh jar parut dan paralysis). Perhatikan
juga tepi kelopak mata dan distribusi bulu-bulu mata.
Palpasi : Mata yang diperiksa diminta melirik kebawah. Dengan kedua jari telunjuk
pemeriksa diletakkan bergantian diatas kelopak mata ( normal besar tekanan seperti
menekan di pipi). Periksa adakah nyeri tekan.
b. Konjungtiva
Konjungtiva palpebra inferior : Pasien melirik keatas kemudian pemeriksa menarik palpebra
inferior kebawah. Bagaimana warnanya (merah muda), adakah benjolan (papil,fistula,
cobble stone), perdarahan, sekret dan sikatrik, permukaannya licin, halus, basah, mengkilat.
Konjungtiva tarsal : Pasien melirik ke bawah, kemudia pemeriksa membalikkan permukaan
dalam palpebra superior ke arah luar dengan menggunakan cotton bud. Periksa keadaan
bagaimana warnanya (merah muda), adakah benjolan (papil,fistula, cobble stone),
perdarahan, sekret dan sikatrik, permukaannya licin, halus, basah, mengkilat. Setelah
inspeksi konjungtiva tarsalis, mintalah pasien untuk melihat ke atas untuk mengembalikan
kelopak mata pada posisi normal.
Konjugtiva bulbi : Pemeriksaa melihat langsung bagaimana warna (putih atau kemerahan ),
mengkilat atau tidak, basah atau kering, dan ada tidaknya pembengkakan. Kemudian
adakah pterygium, pingueculum, simblefaron, pseudopterygium. kemudian adakah injeksi
konjngtiva
c. Sklera
Pemeriksaan dilakukan dengan cara menarik palpebra inferior. inpeksi sklera dan amati
apakah ada nodul, hyperemia dan perubahan warna. Sklera normal seharusnya berwarna
putih.
d. Kornea
Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan senter (sinar senter disorot dari samping),
diperhatikan bagaimana ukurannya (normalnya diameter 11-12mm), bentuknya,
kecembungan (normalnya 7 - 8mm ) limbus, permukaan kornea, parenkim kornea, dan
permukaan belakang kornea.
Dengan menggunakan keratoskop placido untuk melihat kerataan lengkungan kornea. Jarak
pemeriksa pasien 0,5 meter.
Pemeriksaan sensitivitas dilakukan dengan menyentuhkan kapas pada kornea dengan lembut.
e. Pemeriksaan perkiraan kasar kedalaman Kamera Okuli Anterior

Pemeriksaan dilakukan dengan memberikan sinar secara oblik menembus mata sehingga
perkiraan kasar kedalaman kamera okuli anterior dapat dibuat. Kemudian juga periksa
kejernihan, dan isi KOA.
f. Pemeriksaan
Iris
Iris diperiksa warnanya, apakah ada nodul dan vaskularitas.Normalnya pembuluh darah
iris tidak dapat terlihat dengan mata telanjang.
g. Pemeriksaan pupil :
Pertama inspeksi diameter pupil pada mata kanan dan kiri. Normal diameter pupil berkisar 2 3 mm, isokor atau anisokor dan simetris apakah tidak
Kemudian test refleks pupil, terdapat 2 refleks yaitu refleks pupil langsung dan tidak
langsung.
Refleks pupil langsung dilakukan dengan menyinari mata kanan dan perhatikan refleks pupil
apakah miosis ataukah tidak. Begitu juga pada mata kiri.
Kemudian untuk refleks pupil tidak langsung dilakukan dengan meminta pasien untuk
meletakkan tangannya di hidung dan antara dua mata. Pemeriksa mata menyinari mata
kanan dan menilai refleks pupil yang tidak disinari, apakah miosis atau tidak. Begitu juga
dilakukan untuk mata kiri.
h. Pemeriksaan lensa
Pemeriksaan dilakukan dengan menyinari mata pada sudut 45 0. Kemudian dilihat bayangan
iris pada lensa, kemudian juga lihat letaknya .
4. Pemeriksaan segment posterior
A. Pemeriksaan oftalmoskop
Ada dua cakram pada oftalmoskop: satu untuk mengatur lubang cahaya (dan
filter),dan satu lagi untuk merubah lensa untuk mengoreksi kesalahan refraktif baik dari
pemeriksa maupun pasien.Lubang-lubang dan Filter-filter yang paling penting adalah lubang
keciluntuk pupil yang tidak berdilatasi, lubang besaruntuk pupil yang berdilatasi,dan filter
bebas merahmenyingkirkan sinar merah dan dirancang untuk melihat pembuluh darah serta
perdarahan. Dengan filter ini, retina tampak abu-abu, diskus berwarna putih, makula kuning,
dan darah tampak berwarna hitam.

Langkah-langkah Pemeriksaan:

Jelaskan maksud dan prosedur pemeriksaan.


Persiapkan alat untuk pemeriksaan segmen posterior bola mata (direct ophthalmoscope).
Ruangan dibuat setengah gelap, pasien diminta melepas kacamata dan pupil dibuat
midriasis dengan tetes mata midriatil.
Sesuaikanlah lensa oftalmoskop dengan ukuran kaca mata penderita.
Mata kanan pemeriksa memeriksa mata kanan penderita, mata kiri pemeriksa memeriksa
mata kiri penderita.

Jika pemeriksaan menggunakan kaca mata, maka kaca mata harus dilepas supaya dapat
melihat retina dengan lebih baik. Lampu oftalmoskop dinyalakan, lubang dipindahkan ke
lubang kecil. Pemeriksa harus memulai dengan diopter lensa diatur pada angka 0 jika ia
tidak menggunakan kaca mata.
Mintalah penderita untuk melihat satu titik di belakang pemeriksa.
Arahkan ke pupil dari jarak 25-30 cm oftalmoskop untuk melihat refleks fundus dengan
posisi/cara pegang yang benar. Cahaya harus menyinari pupil. Pantulan sinar berwarna
merah,reflex merah, dapat dilihat pada pupil. Pemeriksaan harus memperhatikan setiap
kekeruhan pada kornea atau lensa.
Periksa secara seksama dengan perlahan maju mendekati penderita kurang lebih 5 cm.
Sesuaikan fokus dengan mengatur ukuran lensa pada oftalmoskop.
Jika sudah terjadi kontak dengan retina pasien, maka akan terlihat papil saraf optikus atau
pembuluh darah, dengan memutar roda diopter dengan jari telunjuk, pemeriksa akan bisa
melihat struktur ini dengan focus yang tajam. Amati secara sistematis struktur retina
dimulai dari papil N.optik, arteri dan vena retina sentral, area makula, dan retina
perifer.Pemeriksaan dilakukan pada kedua mata dan catatlah hasil yang didapat dalam
status penderita
5.Pemeriksaan lapang pandang test konfrotasi
Langkah-langkah Pemeriksaan:

Mintalah penderita untuk menutup satu mata tanpa menekannya, duduklah tepat di depan
penderita, sama tinggi dengan penderita.
Tutuplah mata anda yang tepat berada di depan mata penderita yang ditutup (bila penderita
menutup mata kanannya, anda menutup mata kiri anda).
Dengan perlahan gerakkanlah pensil atau obyek kecil lainnya dari perifer kearah tengah
dari kedelapan arah dan mintalah penderita memberi tanda tepat ketika dia mulai melihat
obyek tersebut.
Selama pemeriksaan ini, jagalah agar obyek selalu berjarak sama dari mata anda dan mata
penderita, agar anda dapat membandingkan lapang pandang anda dengan lapang pandang
pasien anda.

Fungsi pemeriksaan fisik mata


1. Perkenalan diri dilakukan untuk mengetahui siapa yang akan memeriksa dan untuk
menciptakan suasana nyaman. Kemudian penjelasan mengenai pemeriksaan yang akan
dilakukan oleh pemeriksa berguna agar pasien memahami dan koperatif pada saat
pemeriksaan.
2. Pemeriksaan visus : Berguna untuk mengetahui ketajaman penglihatan pasien. Pada
pemeriksaan dilakukan pinhole ini berguna untuk mengetahui apakah kelainan
penglihatan pasien terdapat pada kelainan refraksi atau kelainan organ.
3. Pemeriksaan segmen anterior:
Bola mata

Dilakukan untuk memeriksa apakah adanya eksoftalmus, endoftalmus, dan untuk


melihat apakah ada kelainan dari pergerakan otot bola mata diantaranya
strabismus, paralysis otot-otot ekstraokuler.
Kelopak mata (Palpebra)
Melihat warna dari palpebra menunjukan adanya radang bila kemerahan, adanya
sikatriks bila warnanya putih, adanya penyakit sistemik bila warnanya hitam, dan
adanya hematoma bila berwarna biru.pemeriksaan palpasi yang dilakukan dapat
juga dipakai untuk pemeriksaan tekanan intraokuler secara manual dimana
kelopak mata akan terasa keras bila tekanan intraokular meningkat
Konjungtiva
Pemeriksaan konjungtiva dilakukan untuk melihat apakah ada peradangan,
perdarahan maupun hemangioma pada konjungtiva
Sklera
Pemeriksaan sklera dilakukan untuk melihat apakah ada nodul, pembengkakan
ataupun warna - warna yang abnormal pada sklera
Kornea
Pemeriksaan inspeksi kornea dengan senter berfungsi untuk melihat adanya
kelainan ukuran, limbus, kecembungan, ataupun permukaan pada kornea. pada
limbus kita memeriksa apakah adanya arkus senilis dan pada permukaan kornea
kita amati apakah permukaanya licin atau kasar. parut dan infiltrat juga dapat
terlihat pada pasien yang mengalami radang pada kornea
Kamera okuli anterior
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat kedalaman dari kamera okuli anterior
dan kelainan yang membuat kamera okuli anterior menjadi tidak jernih seperti
hifema dan hipopion

Iris
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat kelainan iris seperti warna, penonjolan,
dan pembuluh darah pada iris.

Pupil
Pemeriksaan pupil dilakukan untuk melihat diameter pupil, simetrisnya pupil
kanan dan kiri dan refleks cahaya pada pupil secara langsung maupun tidak
langsung
Lensa
Pemeriksaan lensa (shadow test) dilakukan untuk melihat kejernihan lensa dan
melihat secara dini suspek katarak.
4. Pemeriksaan segment posterior
Inspeksi Diskus Optikus

Daerah yang sangat menyolok dari retina adalah diskus saraf optikus. Diskus tersebut
harusnya bulat,dengan batas yang tajam, batas sisi nasal biasanya agak buram.Cup
adalah bagian diskus yang terletak ditengah,warnanya lebih muda, dan dimasuki oleh
retina. Rasio normal cup-to-disc bervariasi dari 0,1 sampai 0,5. Pemeriksa harus
mengecek kesimetrisan rasio cup-to-disc pada kedua mata.
6

Inspeksi Pembuluh Darah Retina


Pembuluh.Ukuran arteri adalah 2/3 sampai 4/5 dari ukuran diameter vena dan
mempunyai refleks cahaya yang mencolok.Refleks cahaya adalah refleksi dari cahaya
oftalmoskop pada dinding arteri dan normalnya sekitar 1/4 diameter kolumna darah.Pulsasi
paling baik terlihat pada vena retina yang memasuki nervus optikus, dimana pulsasi dapat
dilihat pada ujungnya.Karena pembuluh darah berjalan menjauhi papil, mereka tampak
menyempit.Persilangan arteri dan vena terjadi pada 2 diameter papil.Dinding pembuluh
darah normal tidak terlihat, dengan refleks cahayanya yang tipis.Pada hipertensi,
pembuluh darah dapat mempunyai daerah penyempitan atau spasme setempat atau umum,
menyebabkan refleks cahaya menjadi menyempit.Berjalan sesuai dengan waktu, dinding
pembuluh darah menebal dan sklerotik, dan terjadi pelebaran refleks cahaya menjadi lebih
dari separuh diameter kolumma darah.Refleks cahaya berkembang sebagai gambaran Jingga
metalik, yang disebut kawat tembaga.Bila arteri seperti itu menyilang sebuah vena,akan
tampak sepertinya kolumna vena terputus akibat pelebaran,tetapi dinding dapat
terlihat.keadaan ini disebut sebagai takik arteriovenosa (AV).
Inspeksi Makula
Jika Oftalmoskop tetap setinggi papil dan digerakkan ke temporal sekitar 2 diameter
papil, makula akan terlihat. Makula tampak sebagai daerah avaskular dengan titik pusat
refleksi, yaitu fovea.Jika pemeriksa mengalami kesulitan dalam melihat makula, pasien
dapat diperintahkan untuk melihat langsung kearah cahaya, sehingga fovea dapat terlihat.
Filter bebasmerah juga membantu untuk mengetahui lokasi makula.
Menggambarkan setiap lesi retina dalam skrining fundus,pemeriksa mungkin
menemukan kelainan. Jika terlihat suatu lesi, warna dan bentuknya penting untuk
menentukan penyebabnya.Apakah berwarna merah, hitam, abu-abu atau keputihan/lesi merah
biasanya adalah pendarahan. Hal ini paling baik ditentukan lokasinya dengan menggunakan
filter hijau dari oftalmoskop. Perdarahan berbentuk linear, atau seperti api, terjadi pada
lapisan saraf dari retina, sedangkan perdarahan berbentuk bundar terletak pada lapisan retina
yang lebih dalam. Lesi hitamyang berbentuk seperti spikula tulang, berhubungan dengan
retinitis pigmentosa.Pada keadaan ini, melanin cenderung untuk melapisi pembuluh darah
retina.Lesi berbentuk donatsering ditemukan pada korioretinitis yang lama.Lesi berpigmen,
meninggi, berbentuk cakram menandakan melanoma. Bercak yang menyebar pada retina
seringkali merupakan keadaan degeneratif.Lesi abu-abu, rata, biasanya nevi jinak. Lesi putih
dapat tampak sebagai daerah lunak, cotton-wool,atau dapat juga padat. Lesi putih sangat
lazim dan sering berkaitan dengan hipertensi atau diabetes.
5. Pemeriksaan lapang pandangan sentral dan perifer dipergunakan untuk tiga alasan:
Mendeteksi kelainan lapang pandangan
Mencari lokasi kelainan disepanjang jaras saraf penglihatan
Melihat luasnyakelainan lapang pandangandan perubahannya dari waktu ke waktu/followup.
7

VI.

Jelaskan lintasan visual


Jawab:
Lintasan visual merupakan lintasan yang dilalui impuls saraf sejak dari
terbentuknya bayangan di retina sampai terbentuknya kesadaran mengenai
adanya obyek yang terlihat. Lintasan visual mencakup retina, saraf optik,
khiasma optikum, traktus optikus, korpus genikulatum laterale, radiasio optika
(traktus genikulokalkarina), korteks visual area striata/ area17), dan tingkat kesadaran
melihat.
- Nervus Optikus
Bayangan dari retina akan dibawa mula-mula oleh saraf optik untuk menuju
fissure kalkarina. Satu nervus optikus tersusun kira-kira oleh 1,2 juta axon yang
berasal dari sel-sel ganglion di retina. Yang disebut nervus optikus adalah serabut
saraf yang terletak antara papil nervus optikus sampai khiasma optikum, sedangkan
yang dari khiasma optikum sampai korpus genikulatum lateral disebut traktus
optikus. Sebenarnya serabut saraf tadi sejak dari sel ganglioner sampai
korpus genikulatum laterale adalah traktus dan bukan saraf tepi, dan memiliki sifat
fisiologis maupun patologis sebagai traktus. Namun demikian, nama nervus optikus
tetap dipakai untuk menamai bagian saraf yang terletak antara papil N II dan khiasma
optikum,walaupun sebenarnya ini salah. Yang merupakan nervus optikus yang
sebenarnya hanyalah serabut saraf yang sangat pendek yang berupa sel bipolar
yang terletak pada retina yang menghubungkan fotoreseptor dengan sel ganglioner.
Nervus optikus memiliki panjang kira-kira 50 mm dari bola mata hingga
khiasma optikum, dan dibagi menjadi empat bagian yaitu bagian intraokuler (disebut
sebagai papil nervus optikus), bagian intraorbita, bagian intraosea, dan bagian
intrakranial. Papil N II (diskus optikus, optic disc, optic nerve head, atau bintik buta)
merupakan tempat berkumpulnya serabut-serabut saraf yang berasal dari sel-sel
ganglioner dari seluruh permukaan retina. Panjang papil saraf optik adalah 1 mm,
dengan diameter 1,5 mm. Bentuk papil tergantung pada besarnya foramen skleralis
posterior (kanalis skleralis). Pada orang miopik, kanalis tadi besar sehingga papil tadi
besar dan data, dan terdapat cekungan yang lebih dalam. Pada mata hiperopik kanalis
tadi lebih kecil sehingga papil tampak lebih menonjol. Hal ini disebabkan karena
jumlah serabut saraf tiap orang relatif sama, sehingga pada mata miopik lubang yang
dilewati adalah longgar dan pada mata hiperopik lubang yang dilewati lebih sempit
sehingga pada mata hiperopik serabut sarafnya lebih berdesakn dan tampak seperti
tergencet oleh kanalis skleralis dan tampak menonjol. Nervus optikus intraorbita
panjangnya kira-kira 20-30 mm, memanjang antara bola mata sampai foramen
optikum, berbentuk huruf S dan panjang, maka bola mata bisa bergerak bebas tanpa
menyebabkan ketegangan nervus optikus. Nervus optikus intaosea (intakanalikular)
adalah nervus optikus yang berjalan pada kanalis optikus, dan panjangnya kira-kira 5
mm. Nervus optikus intakranial merupakan bagian nervus optikus setelah keluar dari
kanalis optikus ke kavum cranii sampai khiasma optikum, dan panjangnya kira-kira
10 mm. perlu ditekankan bahwa pada perjalanannya serabut saraf dalam nervus
optikus sampai di korpus genikulatum laterale terjadi perubahan-perubahan letak atau
penataan yang rumit.
8

Khiasma Optikum

Ukuran anteroposterior khiasma kira-kira 8 mm, dan ukuran kanan kirinya


kira-kira 12 mm, serta tingginya 4 mm. khiasma optikum merupakan setengah silang
(hemidekusasio) nervus optikus kanan dan kiri. Pada khiasma ini serabut saraf dari
retina temporal tidak menyilang, sedangkan yang dari nasal mengadakan
persilangan. Pada khiasma tidak terjadi pergantian neuron, sehingga seperti
dijelaskan di depan bahwa sebenarnya nervus optikus dan traktus optikus itu sama,
yaitu suatu traktus.
-

Traktus Optikus

Kedua traktus optikus mulai dari tepi posterior khiasma, kemudian berjalan
divergen, melingkupi pedunkuli serebri untuk berakhir pada korpus genikulatum
laterale.
-

Korpus Genikulatum Lateral

Korpus genikulatum lateral merupakan akhir serabut aferen lintasan visual


anterior. Disini serabut yang menyilang maupun tidak tersusun sebagai lapisan
berselang-seling. Dari korpus genikulatum lateral akan terdapat neuron visual akhir
yang akan membentuk radiasio optika (traktus genikulokalkarina) untuk menuju
korteks visual primer di fissura kalkarina.

VII.

Jelaskan lintasan pupil


Jawab:
Lintasan pupil terdiri dari bagian aferen dan bagian eferen. Bermula dari selsel di retina dan berakhir di daerah pretektum, sedangkan bagian eferen dibagi
menjadi lintasan parasimpatis dan lintasan simpatis. Pusat pengaturan supranuklear
adalah dari lobus frontalis (kewaspadaan) dan lobus oksipitalis (akomodasi).
Fungsi pupil tergantung dari integritas lintasan pupillomotor yang terdiri dari :
1) Reseptor retina
2) Akson sel-sel ganglion di nervus opticus
3) Khiasma opticum
4) Traktus opticus
5) Brachium colliculus superior
6) Daerah pretektal mesensefalon
7) Neuron-neuron penghubung dari pretektal ke nucleus Edinger-Wetphal
8) Serabut saraf eferen parasimpatis yang berjalan bersama dengan N III
9) Lintasan simpatis sejak dari hipotalamus posterior sampai muskulus dilator
pupil.
Lintasan Aferen
Sel-sel reseptor aferen adalah berasal dari sel-sel ganglion kecil di retina,
yang mengirim serabut pupil-omotoris aferen bersama serabut visual (20%
pupilomotor dan 80% visual). Serabut pupilomotoris juga mengalami
9

hemidikusasio di khiasma opicum, kemudian berjalan di dalam traktus optikus


tetapi tidak berakhir di korpus genikulatum laterale. Serabut pupilomotoris aferen
ini memisahkan diri dari serabut visual dan memasuki mid brain (otak tengah,
mesensefalon), lewat brachium kolikulus superior dan bersinaps di nucleus
pretektalis sepihak (ipsilateral). Masing-masing nucleus pretektalis mengirim
neuron ke nucleus Edinger-westphal (yang merupakan subnukleus N III), baik
ipsilateral maupun kontralateral. Ini penting untuk memahami mekanisme refleks
cahaya pupil direk dan indirek.
Lintasan Eferen
Terdiri atas lintasan eferen parasimpatis dan simpatis
Lintasan Eferen Parasimpatis
Serabut eferen parasimpatis pupil nerasal dari nucleus Edinger
Westphal, dan keluar dari batang otak bersama N III sampai fisura orbitalis
superior, kemudian ikut cabang inferior untuk menuju ganglion siliaris dan
terjadi pergantian neuron disini, lalu menuju muskulus siliaris (untuk
akomodasi), dan muskulus sfingter pupil untuk miosis.
Lintasan Eferen Simpatis
Lintasan eferen simpatis bermula dari hipotalamus posterolateralis, lalu
berakhir di pusat siliospinalis budge di medulla spinalis, berakhir di ganglion
servikalis pada bifurcation karotis. Serabut postganglioner darisini berjalan
mengikuti arteria karotis interna dan di sinus kavernosus memisahkan diri dari
a.carotis interna dan bergabung dengan N V-1 (oftalmicus) masuk ke orbita
lewat fissura orbitalis superior, lalu menuju muskulus dilator pupil.

10

Anda mungkin juga menyukai