PENDAHULUAN
Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia. Berdasarkan
laporan dari WHO, tahun 2004 diperkirakan 519.000 wanita meninggal karena kanker
payudara dan dari angka itu, 69% kematian terjadi di negara berkembang. Pada tahun
2009, diperkirakan 192.370 kasus baru dari invasive carcinoma mammae didiagnosis di
amerika serikat dan 62.280 kasus baru carcinoma mammae insitu. 1 Data di Indonesia,
kanker payudara menduduki tempat kedua (11,5%) setelah kanker leher rahim. Di
Indonesia diperkirakan terdapat 20.000 kasus baru kanker payudara pertahun dan lebih
dari 50% kasus berada dalam stadium lanjut.1,2,3,
Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker baru untuk setiap 100.000
penduduk per tahunnya. Prevalensi penderita kanker meningkat dari tahun ke tahun
akibat peningkatan angka harapan hidup, sosial ekonomi, serta perubahan pola penyakit
(Tjindarbumi, 1995). Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1992,
kanker menduduki urutan ke-9 dari 10 penyakit terbesar penyebab utama kematian di
Indonesia. Angka proporsi penyakit kanker di Indonesia cenderung meningkat dari 3,4
(SKRT 1980) menjadi 4,3 (SKRT 1986), 4,4 (SKRT 1992), dan 5,0 (SKRT 1995). Data
Profil Kesehatan RI 1995 menunjukkan bahwa proporsi kanker yang dirawat inap di
rumah sakit di Indonesia mengalami peningkatan dari 4,0% menjadi 4,1%. Selain itu,
peningkatan proporsi penderita yang dirawat inap juga terjadi peningkatan di rumah sakit
DKI Jakarta pada 1993 dan 1994, dari 4,5% menjadi 4,6%.1 ,4
Pengobatan kanker pada stadium lanjut sangat sukar dan hasilnya sangat tidak
memuaskan. Pengobatan kuratif untuk kanker umumnya operasi dan atau radiasi.
Pengobatan pada stadium dini untuk kanker payudara menghasilkan kesembuhan 75%.
Pengobatan pada penderita kanker memerlukan teknologi canggih, ketrampilan, dan
pengalaman yang luas. Perlu peningkatan upaya pelayanan kesehatan, khususnya di RS
karena jumlah yang sakit terus-menerus meningkat, terlebih menyangkut golongan umur
produktif. Informasi tentang faktor-faktor ketahanan hidup memberikan manfaat yang
besar. Bukan hanya untuk peningkatan penanganan penderita kanker payudara, tapi juga
1
untuk memberikan informasi yang cukup kepada masyarakat tentang kanker payudara
dan perkembangan serta prognosis penyakit tersebut di masa mendatang5
BAB 2
PENGANTAR
2.1
Embriologi
Pada minggu ke lima atau enam embrional kehamilan, terdapat dua ventral band dari
penebalan ektoderm (mammary ridge, milk line). Pada mammalia, penebalan ini terbentang
bilateral dari axila ke inguinal.6
Anatomi
Untuk dapat mengenal perjalanan penyakit kanker payudara dan memahami dasar-dasar
tindakan operasi pada kanker payudara maka sangat penting mengetahui anatomi payudara itu
sendiri. Payudara terletak pada hemithoraks kanan dan kiri dengan batas-batas sebagai berikut:7
1. Batas-batas payudara yang tampak dari luar :
-
lateral
lateral
: m. latissimus dorsi
Struktur Payudara
Payudara terdiri dari berbagai struktur :
parenkim epitelial
areola asesorius. Kelenjar asesori ini membentuk penonjolan-penonjolan kecil pada permukaan
areola yang disebut glandula areola Montgomery tubercles. Pada puncak puting terdapat
banyak akhiran sel-sel saraf dan Meissners Corpuscles pada dermis puting. Areola mengandung
sedikit sitruktur ini.7
Vaskularisasi Payudara
1. Arteri
Payudara mendapat pendarahan terutama dari dua sumber utama, yaitu cabang-cabang
perforantes anterior arteri mamaria interna, cabang lateral dari arteri intercostal posterior dan
cabang dari arteri axilaris:
Cabang-cabang perforantes a. mammaria interna. Perforator II, III, dan IV dari intercostal
anterior dan cabang-cabang a. mammaria interna menembus dinding dada dekat pinggir
sternum pada interkostal yang sesuai, menembus m. pertoralis mayor dan memberi
2. Vena
Persarafan Payudara8
Persarafan kulit payudara bersifat segmental dan berasal dari segmen dermatom T2
sampai T6. Sela iga pertama terutama dipersarafi oleh saraf ke musculus subclavius. Segmen
dermatom area ini bisa didenervasi total atau sebagian setelah elevasi flap kulit untuk
mastektomi radikal atau modifikasi. Dengan pemotongan flap kulit dalam axilla, maka suatu
cabang utama nervus intercostobrachiales bisa dikenali dan dikorbankan. Saraf ini terutama
terdiri dari serabut dari cabang cutaneus lateralis nervi intercostales kedua dan ketiga serta
berjalan tegak lurus dan anterior terhadap musculus latissimus dorsi.
1. Nervus thoracodorsalis
Nervus thoracodorsalis terdapat pada m. subscapularis, mempersarafi m. latissimus dorsi
dan muncul dari fasciculus posterior plexus branchialis (C5, C6, dan C7). Ia lewat di belakang
fasciculus medialis dan pembuluh axillaries untuk berjalan lateral terhadap nervus thoracicus
longus dan memasuki batas anterior musculus latissimus dorsi. Bila terpotong, rotasi interna dan
abduksi akan melemah, walaupun tidak mengakibatkan deformitas. Gangguan fungsionalnya
adalah oposisi kuat lengan atas ke dinding dada lateral, terutama bila penderita perlu membawa
sesuatu yang dijepit diantara lengan atas dan dinding dadanya.
Nervus thoracalis longus terdapat pada m. serratus anterior mempersarafinya. Cedera pada
nervus ini menyebabkan morbiditas fungsional yang jauh lebih besar akibat kelemahan bahu dan
menimbulkan deformitas winged scapula
3. Nervus pectoralis lateralis
Nervus pectoralis lateralis berasal dari fasciculus lateral plexus branchialis untuk
mempersarafi m. pectoralis mayor dan minor. Saraf ini berjalan medial terhadap m. pectoralis
minor dan harus dilindungi sewaktu melakukan modifikasi mastektomi radikal untuk mencegah
atrofi musculus pectoralis mayor.
4. Nervus pectoralis medialis
Dalam pembedahan, nervus pectoralis medialis yang berasal dari fasciculus medialis
plexus brachialis, berjalan lateral terhadap musculus pectoralis minor dan mensarafi musculus
pectoralis mayor dan minor. Saraf ini biasanya dikorbankan sewaktu membuang musculus
pectoralis minor sebagai bagian modifikasi mastektomi radikal. Jika nervus pestoralis lateralis
dilindungi, maka musculus pectoralis major tidak akan atrofi dan setelah operasi bentuk dinding
dada akan sesuai dengan m. pectoralis mayor dan tidak dengan sangkar iga.8
Gambar 9.
Persarafan
payudara
2.
KGB Skapula
KGB terletak sepanjang vasa subskapularis dan thorako-dorsalis, mulai dari percabangan
v. aksilaris menjadi v. subskapuralis, sampai ke tempat masuknya v. thorako-dorsalis ke
dalam m. latissimus dorsi.
3.
KGB ini terletak di dalam jaringan lemak di pusat ketiak. Kadang-kadang beberapa
diantaranya terletak sangat superficial, di bawah kulit dan fasia pada pusat ketiak, kirakira pada pertengahan lipat ketiak depan dan belakang. KGB ini adalah kelenjar yang
relatif paling mudah diraba. Dan merupakan kelenjar aksila yang terbesar dan terbanyak
jumlahnya.
4.
KGB ini terletak diantara m. pektoralis mayor dan minor, sepanjang rami pektoralis v.
thorako-akromialis. Jumlah satu sampai empat.
5.
KGB v. aksilaris
Kelenjar-kelenjar ini terletak sepanjang v. aksilaris bagian lateral, mulai dari white tendon
m. latissimus dorsi sampai ke sedikit medial dari percabangan v. aksilaris v. thorakoakromialis
6.
KGB subklavikula
11
Level I
Terletak lateral / dibawah batas bawah m. pectoralis minor. Termasuk:
-
Level II
Terletak didalam (deep) atau dibelakang dari m. pectoralis minor; yaitu grup sentral.
2.3
Level III
Terletak medial atau diatas dari batas atas m. pectoralis mino; yaitu grup subclavicular.
Fisiologi
12
Estrogen, progesteron, dan prolaktin memiliki efek yang sangat penting untuk perkembangan
dan fungsi mammae. Estrogen mewakili perkembangan duktus sementara progesteron
bertanggung jawab terhadap diferensiasi epitel dan perkembangan lobus mammae. Prolaktin
adalah hormon utama yang dapapt merangsang lactogenesis pada kehamilan tua dan masa
menyusui. Hormon tersebut juga memperbaharui regulasi reseptor-reseptor hormon dan
merangsang perkembangan epitel mammae.7
Mammae berkembang selama pubertas karena peran mammotrophic hormon, ada 5 fase
perkembangan payudara menurut Tanner. Fase I (8-10 tahun) adalah penonjolan puting susu
tanpa disertai perkembangan kelenjar susu. Fase II (10-12 tahun) pembentukan gundukan
kelenjar susu atau pembentukan kelenjar subareolar. Fase III (11-13 tahun) penambahan jumlah
kelenjar dan peningkatan pigmentasi daerah areola. Fase IV (12 -14 tahun) peningkatan
pigmentasi dan penambahan luas areola. Fase V (13-17 tahun) merupakan fase akhir dimana
perkembangan dan pembentukan payudara menjadi sempurna.6
Peningkatan drastis estrogen dan progesteron pada siklus ovarium dan plasenta terjadi
selama masa kehamilan, yang mengawali perubahan mencolok dari bentuk dan substansi
mammae. Mammae membesar seiring dengan proliferasi epitel, penggelapan areola dan tubulus
Montgomery menjadi menonjol. Pada masa awal kehamilan, duktus bercabang dan berkembang,
selama trimester tiga, lemak terakumulasi disekitar epitel dan colostrum mengisi sinus dan
duktus yang kosong. Pada akhir kehamilan, prolaktin merangsang pengeluaran lemak susu dan
protein. 7
Pada masa menopause terjadi penurunan sekresi estrogen dan progesteron oleh ovarium
dan involusi duktus pada mammae. Jaringan ikat sekitar meningkat dan jaringan mammae
(kelenjar mammae) digantikan oleh jaringan lemak. Duktus-duktus akan berakhir pada duktus
terminal yang disebut acini. Pada acini terdapat kelenjar pembuat air susu yang bersama-sama
dengan duktus-duktus kecil lainnya yang disebut lobulus. Acini terbentuk dari jaringan ikat
longgar yang terdiri dari pembuluh darah, limfosit dan mono uklear sel. 9
13
BAB 3
KANKER PAYUDARA
3.1
Definisi
Carsinoma mammae adalah pertumbuhan dan pembelahan sel khususnya sel pada
jaringan mammae yang tidak normal/abnormal yang terbatas serta tumbuh perlahan
karena suplai limpatik yang jarang ketempat sekitar jaringan mammae yang banyak
mengandung banyak pembuluh limfe dan meluas dengan cepat dan segera bermetastase.
Penyakit kanker payudara adalah penyakit keganasan yang berasal dari struktur parenkim
payudara.
Paling banyak berasal dari epitel duktus laktiferus (70 %), epitel lobulus (10%) sisanya
sebagian kecil mengenai jaringan otot dan kulit payudara, kanker payudara tumbuh lokal
ditempat semula, lalu selang beberapa waktu menyebar melalui saluran limfe
(penyebaran sisitemik) ke organ vital lain seperti paru-paru, tulang, hati, otak dan kulit.17
3.2
Epidemiologi
Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang mempunyai prevalensi cukup
tinggi.
Kanker payudara dapat terjadi pada pria maupun wanita, hanya saja prevalensi pada
Kejadian kanker payudara di Indonesia sebesar 11% dari seluruh kejadian kanker.
Pada umumnya tumor pada payudara bermula dari sel epitelial, sehingga kebanyakan
kanker payudara dikelompokkan sebagai karsinoma (keganasan tumor epitelial).
Sedangkan sarkoma, yaitu keganasan yang berasal dari jaringan penghubung, jarang
penyusutan payudara.
Sedangkan pada masa metastasis dapat timbul gejala nyeri tulang, penyakit kuning atau
bahkan pengurangan berat badan. Sel kanker payudara dapat tumbuh menjadi benjolan
3.3
Etiologi
Kanker payudara merupakan hasil dari mutasi pada salah satu atau beberapa gen. Dua di
antaranya terletak pada kromosom 17. Gen yang paling berpengaruh disebut dengan BRCA-1
(pada lokus 17q21), yang lainnya adalah gen p53 (pada lokus 17p13). Gen ketiga adalah BRCA2 yang terletak pada kromosom 13. Gen keempat yang juga terlibat adalah gen reseptor androgen
pada kromosom Y. Mutasi gen ini berhubungan dengan insiden kanker payudara pada pria.
Etiologi kanker payudara masih belum diketahui dengan pasti hingga sekarang namun yang
paling diyakini sebagai penyebab adalah paparan terhadap mutagen. Mutagen ini bisa berupa
mutagen endogen yaitu radikal bebas seperti lipid peroksidase dan malondyaldehida (MDA) juga
mutagen eksogen yaitu radiasi. Virus juga diduga sebagai penyebab namun belum dapat
dibuktikan pada manusia.10,11
3.4
penelitian dan pengumpulan bukti-bukti epidemiologi telah dilakukan untuk mencari tahu faktorfaktor yang meningkatkan risiko terkena kanker payudara. Berbagai faktor itu antara lain :
15
Usia
Kanker payudara jarang dijumpai pada usia di bawah 30 tahun tapi insidennya meningkat
tajam hingga usia sekitar 50 tahun (30,35%). Setelah usia 50 tahun frekuensinya tetap meningkat
tapi perlahan. Perbedaan insiden berdasarkan usia ini diinterpretasikan sebagai efek dari hormon
ovarium pada perkembangan penyakit.2,3,4
Sekitar 1 hingga 8 kejadian kanker payudara yang invasif ditemukan pada wanita yang
lebih muda dari usia 45 tahun, sedangkan 2 hingga 3 kejadian ditemukan pada wanita berusia 55
tahun keatas.13
Geografi
Insiden kanker payudara sangat bervariasi di antara negara-negara diseluruh dunia.
Wanita asian-hispanic memiliki risiko kejadian kanker payudara yang lebih rendah daripada
wanita afican-american. Angka kejadian kanker payudara di Amerika Utara sekitar lima kali
lebih tinggi daripada di Jepang. Bahkan di dalam satu negara insiden kanker payudara berbedabeda. Misalnya di Israel, keturunan Jews mempunyai risiko empat kali lebih tinggi daripada nonJews dan di Italia terdapat perbedaan angka kejadian sekitar dua kali lipat antara daerah utara
dan selatan. Variasi geografis ini lebih disebabkan oleh faktor lingkungan daripada genetik
karena penduduk yang bermigrasi dari negara berisiko rendah ke negara berisiko tinggi
mengalami peningkatan frekuensi kanker payudara.2,12
Jenis kelamin
Kanker payudara 100 kali lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki. Alasan
utamanya adalah karena pada wanita, sel-sel pada payudara lebih sering terekspose oleh hormonhormon estrogen dan progesteron yang mempengaruhi peertumuhan sel-sel pada payudara. 9
Angka kejadian kanker payudara pada laki-laki hanya 1 %.2
Menstruasi
Menarche pada usia dini dan menopause yang terlambat dapat meningkatkan risiko
kanker payudara. Menarche sebelum usia 12 tahun mempunyai risiko kanker payudara 20%
lebih besar dari menarche setelah usia 15 tahun. Risiko kanker payudara berkurang sekitar
setengahnya jika menopause terjadi sebelum usia 45 tahun dibandingkan jika menopause terjadi
16
2,3,10
berapa menarche terjadi. Tinggi badan yang lebih yang juga ditentukan oleh keadaan nutrisi
diteliti dapat sedikit meningkatkan risiko kanker payudara terutama setelah menopause. Pada
usia dewasa, tubuh yang kurus dapat meningkatkan risiko kanker payudara sebelum menopause
sedangkan obesitas dapat meningkatkan risiko sesudah menopause. Lemak tubuh adalah situs
konversi androstenedione menjadi oestradiol, satu-satunya sumber endogenik estrogen setelah
menopause, mungkin inilah yang memediasi efek berat badan terhadap risiko kanker payudara
pada wanita post-menopause.2,4,10
Riwayat keluarga
Insiden orang-orang dalam satu keluarga besar terkena kanker payudara terjadi pada
sekitar 18% kasus, 5% di antaranya benar-benar diwarisi secara familial berdasarkan analisis
pedigree. Dengan demikian individu yang memiliki riwayat keluarga kanker payudara berisiko
tinggi untuk terkena kanker payudara. Tingginya risiko ini dipengaruhi oleh jumlah anggota
keluarga yang menderita kanker payudara, sejak usia berapa mereka menderita kanker dan
hubungan mereka terhadap individu tersebut. Risiko kanker payudara meningkat kira-kira dua
kali pada anak perempuan yang ibunya menderita kanker dan pada wanita yang saudara
perempuannya menderita kanker. Kanker familial ini cenderung terjadi pada usia lebih muda dan
bilateral.
Peningkatan risiko sebagian besar disebabkan oleh pewarisan gen-gen yang
mempredisposisi kanker payudara. Pada keluarga berisiko tinggi, dengan empat atau lebih
anggota keluarga terkena kanker payudara, 33% di antaranya mengalami mutasi BRCA-1. Suatu
studi populasi menemukan mutasi BRCA-1 pada 12 dari 193 wanita (6,2%) yang terkena kanker
payudara sebelum usia 35 tahun dan pada 15 dari 208 wanita (7,2%) dengan riwayat kanker
payudara pada anggota keluarga tingkat pertama (first-degree relatives). Kanker payudara
familial juga sering berhubungan dengan keganasan pada organ lain seperti colon, ovarium dan
uterus.2,4,10
Hormon
Faktor menstruasi dan reproduksi yang telah dijelaskan sebelumnya menunjukkan peran
hormon seks dalam perkembangan kanker payudara. Hormon seks mempengaruhi proliferasi selsel dan jaringan payudara serta meningkatkan karsinogenesis payudara pada hewan percobaan,
namun bukti-bukti epidemiologisnya pada manusia masih merupakan konflik. Mungkin hal ini
18
disebabkan oleh kesulitan dalam pengukurannya. Sebuah studi populasi pada wanita
postmenopause yang berasal dari negara berisiko tinggi menunjukkan level serum oestradiol
rata-rata sekitar 20% lebih tinggi daripada wanita-wanita yang berasal dari negara berisiko
rendah.
Studi case-control lain menunjukkan wanita dengan kanker payudara mempunyai level
progesterone yang lebih tinggi dari kelompok kontrol pada analisis yang terbatas pada saat
ovulasi. Prolactin adalah mitogen dalam jaringan payudara dan merupakan hormon yang penting
untuk perkembangan tumor payudara pada hewan percobaan tapi perannya pada kanker
payudara manusia belum jelas. Meskipun demikian terdapat bukti-bukti yang meyakinkan bahwa
level prolaktin dipengaruhi oleh sejumlah even yang juga mempengaruhi risiko kanker payudara.
Selain hormon seks endogen, hormon seks eksogen seperti terapi pengganti hormon dan
kontrasepsi oral juga dianggap berpengaruh terhadap risiko kanker payudara.
Terapi pengganti hormon meningkatkan risiko kanker payudara pada orang-orang yang
baru atau sedang menggunakan (dalam jangka waktu lima tahun). Risiko meningkat sekitar 2%
untuk setiap satu tahun penggunaan. Kontrasepsi oral juga dikatakan dapat meningkatkan risiko
bila digunakan jangka panjang. Pada penelitian terbukti kontrasepsi oral hanya sedikit
meningkatkan risiko kanker payudara yaitu sebesar 1,24% pada orang yang sedang
menggunakan dan sebesar 1,16% pada orang yang telah berhenti menggunakan 1-4 tahun
sebelumnya.2,4,10
Radiasi
Pada hewan percobaan terbukti adanya peranan sinar radiasi sebagai faktor penyebab
kanker payudara. Dari penelitian epidemiologi setelah ledakan bom atom atau penelitian pada
orang setelah pajanan sinar rontgen, perana sinar ionisai sebagai faktor penyebab pada manusia
lebih jelas.2
3.5
Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis dimulai dengan pencatatan identitas penderita secara lengkap dilanjutkan
dengan keluhan utama. Keluhan utama penderita dapat berupa: adanya benjolan pada payudara;
19
rasa nyeri; keluar cairan dari puting susu; retraksi puting susu; adanya ekzema di sekitar areola;
keluhan kulit berupa dimpling, venektasi, ulserasi atau adanya peau dorange; adanya benjolan
di ketiak; edema lengan dan tanda metastasis jauh misalnya nyeri tulang (vertebrae, femur), rasa
penuh di ulu hati, batuk, sesak, dan sakit kepala hebat.2,3,10,11
Benjolan payudara dapat dideteksi pada 90% pasien dengan kanker payudara dan
merupakan tanda yang paling umum. Benjolan kanker cenderung soliter, unilateral, padat, keras,
ireguler, tidak dapat digerakkan (nonmobile), cepat membesar dan tidak nyeri. Cairan yang
keluar secara spontan dari puting susu (nipple discharge) adalah tanda kedua yang paling umum
dari kanker payudara. Karakter nipple discharge dapat membantu menegakkan diagnosis. Cairan
seperti susu menandakan galaktore, cairan purulen disebabkan oleh infeksi, dan cairan
multiwarna atau lengket menandakan ektasia duktus (comedomastitis). Cairan serous,
serosanguinus, berdarah atau seperti air mungkin menandakan papiloma (80%) atau karsinoma
intraduktal (20%).10
Selain itu juga perlu ditanyakan mengenai pengaruh siklus menstruasi terhadap keluhan
tumor; menstruasi pertama pada usia berapa; bila sudah menopause, pada usia berapa; usia saat
pertama kali melahirkan anak; menyusui atau tidak; riwayat kanker payudara atau kanker lainnya
dalam keluarga; riwayat pemakaian obat-obat hormonal; riwayat operasi tumor payudara atau
tumor ginekologik; dan riwayat radiasi di daerah dada. Faktor-faktor risiko ini perlu ditanyakan
agar dokter dapat mempertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan mamografi pada penderita
yang berisiko tinggi, dan bagi pasien agar lebih waspada dan rutin melakukan pemeriksaan
payudara sendiri. Keluhan pasien di organ lain yang berhubungan dengan metastasis perlu
ditanyakan seperti batuk, sesak, rasa penuh di ulu hati, nyeri tulang, dan sakit kepala hebat.
Tanda-tanda umum tentang nafsu makan dan penurunan berat badan juga perlu ditanyakan.2,3
Pemeriksaan Fisik
Pada status generalis, selain tanda vital perlu juga diperiksa performance status penderita.
Karena payudara dipengaruhi oleh faktor hormonal antara lain estrogen dan progesteron maka
sebaiknya pemeriksaan payudara dilakukan saat pengaruh hormon ini seminimal mungkin, yaitu
setelah lebih kurang satu minggu dari hari pertama menstruasi. Dengan pemeriksaan fisik yang
baik dan teliti, ketepatan pemeriksaan untuk kanker payudara secara klinis cukup tinggi.
20
satelit; kelainan puting susu seperti retraksi, erosi, krusta dan adanya discharge.
Posisi berbaring
Penderita berbaring dan diusahakan agar payudara jatuh tersebar rata di atas lapangan
dada, jika perlu bahu atau punggung diganjal dengan bantal kecil terutama pada penderita
yang payudaranya besar. Palpasi dilakukan dengan mempergunakan falang distal dan
falang medial jari II, III dan IV yang dikerjakan secara sistematis mulai dari kranial
setinggi iga kedua sampai ke distal setinggi iga keenam, juga dilakukan pemeriksaan
papil.
Pemeriksaan dengan rabaan halus akan lebih teliti daripada dengan rabaan kuat karena
21
Aksila
Sebaiknya dalam posisi duduk karena dalam posisi ini fossa aksila jatuh ke bawah sehingga
mudah untuk diperiksa dan lebih banyak yang dapat dicapai. Pada pemeriksaan aksila kanan
tangan kanan penderita diletakkan atau dijatuhkan lemas di tangan/bahu kanan pemeriksa dan
aksila diperiksa dengan tangan kiri pemeriksa. Diraba kelompok KGB mammari eksterna di
bagian anterior dan di bawah tepi m.pektoralis aksila; KGB subskapularis di posterior aksila;
KGB sentral di bagian pusat aksila; dan KGB apikal di ujung atas fossa aksilaris. Pada perabaan
ditentukan ukuran, konsistensi, jumlah, apakah terfiksasi satu sama lain atau ke jaringan
sekitarnya.
Supra dan infraklavikula serta leher utama, bagian bawah dipalpasi dengan cermat dan
teliti.
Selain payudara dan KGB, organ lain yang ikut diperiksa adalah paru, tulang, hepar, dan otak
untuk mencari metastase jauh.
Pemeriksaan Penunjang
Mammografi merupakan suatu pemeriksaan dengan soft tissue technic yang dapat
mendeteksi 85% kanker payudara. Meskipun 15% kanker payudara tidak bisa
divisualisasikan dengan mammografi, 45% kanker payudara dapat dilihat pada
22
mammografi sebelum mereka dapat diraba. Adanya proses keganasan akan memberikan
tandatanda primer dan sekunder.
23
Pemeriksaan termografi ditemukan oleh Lawson tahun 1956. Dengan menggunakan sinar
infra merah pemeriksaan ini memanfaatkan perbedaan suhu di mana suhu kanker
25
3.6
Sistem stadium
Stadium kanker mammae ditentukan oleh hasil reseksi bedah dan pencitraan. Sistem yang
paling banyak digunakan untuk menentukan stadium kanker berdasarkan American Joint
Community on Cancer (AJCC). Sistem ini didasarkan pada deskripsi dari tumor primer (T),
status kelenjar getah bening regional (N), dan adanya metastasis jauh (M). Pengelompokan
terbaru telah memasukkan penggunaan sentinel node biopsi dan termasuk klasifikasi ukuran
deposit metastasis pada kelenjar sentinel, serta jumlah dan lokasi node metastasis regional
disertai angka harapan hidup 5 tahun.15
American Joint Committee on Cancer, Stadium Kanker Mammae, 2002
Tumor Primer (T)
Tx
Tis
Carcinoma in situ (LCIS atau DCIS) atau pagets disease pada puting tanpa tumor
T1
Tumor 2 cm
T1a
T1b
T1c
T2
T3
Tumor >5 cm
T4
Tumor dalam berbagai ukuran dengan perluasan sampai ke dinding dada atau kulit
T4a
T4b
T4c
T4d
Karsinoma inflammatory
N0 (i-)
N0 (i+)
N0
(mol-)
N0
(mol+)
26
N1
Metastasis ke kel.limfe axilla 1-3 dan atau int. mammary (+) dari biopsy
N1b
N1c
Metastasis ke kel.limfe axilla 1-3 dan kel. limfe int. Mammary dengan biopsy
N2
Metastasis ke kel.limfe axilla 4-9 atau int. mammary disertai klinik (+) tanpa
metastasis ke axilla
N2a
N2b
N3
Metastasis ke 10 kel.limfe axilla atau kombinasi metastasis kel.limfe axilla dan int.
mammary metastasis
N3a
N3b
Klinik int. mammary (+) 1 kel.limfe (+) atau >3 kel.limfe axilla (+) dengan int.
mammary (+) dari biopsy
N3c
M (Metastasis)
M0
M1
American Joint Committee on Cancer Kelompok Stadium dan Angka Harapan Hidup
STAGE
TNM
Tis, N0, M0
100
T1, N0, M0
100
IIA
T0, N1, M0
92
T1, N1, M0
T2, N0, M0
IIB
T2, N1, M0
81
T3, N0, M0
IIIA
T0, N2, M0
67
27
STAGE
TNM
T1, N2, M0
T2, N2, M0
T3, N1, M0
T3, N2, M0
IIIB
T4, N0, M0
54
T4, N1, M0
T4, N2, M0
IIIC
Semua T, N3, M0
IV
Semua T, Semua N, M1
3.7
20
Patologi
Cancer
Lobular Carcinoma In -
Invasive Lobular
Situ (LCIS)
Ductal Carcinoma In
Carcinoma (10%-15%)
Invasive Ductal
Situ (DCIS)
- Tipe papillar,
cribriform, solid
dan comedo.
Carcinoma
- NOS (50%-70%)
- Tubular carcinoma
-
(2%-3%)
Mucinous/colloid
carcinoma (2%-3%)
Medullary
carcinoma (5%)
Invasive cribriform
carcinoma (1%-3%)
Invasive papillary
carcinoma (1%-2%)
Adenoid cystic
carcinoma (1%)
Metaplastic
Epithelial Tumor
Phyllodes tumor
benign and
malignant
Carcinosarcoma
Angiocarcinoma
28
carcinoma (1%)
29
30
Diagnosis Banding
Fibroadenoma
Fibroadenoma adalah suatu tumor jinak dan merupakan golongan terbesar dari tumor
payudara yaitu 45,28%-50% di RS Dr. Soetomo (Sukardja). Fibroadenoma mammae (FAM) ini
secara klinis diketahui sebagai tumor di payudara dengan konsistensi padat kenyal, dapat
digerakkan
dari
jaringan
sekitarnya,
berbentuk
bulat
lonjong
dan
berbatas
tegas.
Pertumbuhannya lambat, tidak ada perubahan pada kulit, dan tidak disertai rasa nyeri. FAM
terdapat pada usia muda yaitu 15-30 tahun, dapat dijumpai bilateral atau multipel (15%). Sebagai
tumor jinak, tidak ada metastase regional dan jauh, pengobatannya cukup dengan eksisi
tumornya.
Penyakit fibrokistik
Fibrocystic disease (FCD) biasanya multipel dan bilateral, disertai rasa nyeri terutama
menjelang haid. Ukurannya dapat berubah, terasa lebih besar, penuh dan nyeri menjelang haid
dan akan mengecil serta nyeri berkurang setelah haid selesai. Hal ini terjadi karena FCD
dipengaruhi oleh keseimbangan hormonal. Tumor jenis ini umumnya tidak berbatas tegas kecuali
kista soliter. Konsistensinya padat kenyal, dapat pula kistik. Jenis yang padat kadang-kadang
31
sukar dibedakan dengan kanker payudara dini. Kelainan ini dapat juga dijumpai tanpa massa
tumor yang nyata hingga jaringan payudara teraba padat, permukaan granular. Pengobatan FCD
umumnya adalah medikamentosa simptomatis. Namun apabila medikamentosa tidak
menghilangkan keluhan nyerinya dan ditemukan pada usia pertengahan sampai tua diperlukan
terapi operatif.
baru selesai masa laktasi. Tumor ini berbatas tegas, bulat dan kisteus karena berisi air susu yang
mengental.
Mastitis
Mastitis adalah suatu infeksi pada kelenjar payudara yang biasanya terdapat pada wanita
yang sedang menyusui. Ditemukan tanda-tanda radang dan sering sudah menjadi abses.
3.9
hematogen. Metastasis kanker mammae paling sering terjadi di kelenjar limfe, kulit, tulang, hati,
paru-paru dan otak. Metastasis ke kelenjar limfe axilla terjadi pada 55% - 70% pasien yang
terdeteksi dengan screening mammography. Prognosisnya tergantung dari jumlah kelenjar limfe
yang terkena menurut pemeriksaan histologi. Biasanya neoplasma yang pertumbuhannya lebih
cepat lebih sering bermetastasis ke kelenjar limfe dibandingkan dengan neoplasma yang
pertumbuhannya lambat. Selain itu ukuran tumor berhubungan erat dengan terjadinya metastasis
ke kelenjar limfe.12
Ukuran Tumor (cm)
<1
25
1-2
35
2-3
50
>3
55-65
Kanker mammae adalah penyakit heterogen yang tumbuh dengan variasi berbeda pada
setiap pasien dan sering menimbulkan penyakit sistemik lain pada saat ditegakannya diagnosis.12
Lebih dari 80% kanker mammae menunjukan proses fibrosis aktif yang menyerang
jaringan epitel dan stroma mammae. Akibat dari pertumbuhan kanker dan invasi sel kanker ke
jaringan mammae menyebabkan tertariknya ligamentum Coopers sehingga dapat terjadi retraksi
pada kulit mammae (dimpling). Peau dorange (edema yang terlokalisasi) juga dapat terjadi
ketika drainase cairan limfe dari kulit terhambat sehingga menarik folikel rabut ke dalam dan
33
memberikan gambaran kulit jeruk. Semakin tumbuhnya sel kanker maka akan semakin besar
kemungkinan terjadinya invasi pada kulit, yang akan menimbulkan ulserasi karena terjadinya
iskemik. 15
Semakin besar ukuran kanker primer, sel-sel kanker akan masuk ke dalam ruang
interselular dan terbawa aliran limfe menuju kelenjar limfe regional teruma kelenjar limfe axilla.
Tanda awal terjadinya metastasis pada kelenjar limfe berupa nyeri dan teraba benjolan yang
lembut tetapi berubah menjadi keras seiring pertumbuhan sel kanker.15
Metastasis Jauh
Kira-kira pada penggandaan sel kanker yang ke-20, maka sel kanker sudah mempunyai
neovaskularisasi sendiri. Keadaan tersebut juga dapat menyebabkan sel kanker melaului vena
axilla atau vena intercostal yang kemudian menuju vena pleksus Batson, akan bermetastasi ke
organ lain dalam tubuh. Keberhasilan implantasi fokus metastasis dapat terjadi setelah diametr
kanker primer > 0,5 cm atau kira-kira pada penggandaan ke-27. 15
34
BAB 4
PENATALAKSANAAN KANKER PAYUDARA
4.1
Modalitas terapi
Untuk kanker payudara terdapat beberapa modalitas terapi yang bisa dipilih:
Operasi 2,3,10
Terdapat beberapa jenis operasi untuk terapi yaitu BCS (breast conserving surgery),
simple mastectomy, modified radical mastectomy, dan radical mastectomy. Di antara beberapa
jenis operasi tersebut metode yang paling tua adalah mastektomi radikal klasik dari Halsted.
Pada mastektomi radikal dilakukan pengangkatan payudara dengan sebagian besar kulitnya,
m.pektoralis mayor, m.pektoralis minor, dan semua kelenjar ketiak sekaligus. Pembedahan ini
merupakan standar baku sejak awal abad ke-20 hingga tahun 50-an namun sekarang sudah jarang
dilakukan kecuali bila ada tumor payudara yang sangat besar dan melekat ke otot pektoralis.
Setelah tahun 60-an mastektomi radikal mulai digantikan oleh mastektomi radikal yang
telah dimodifikasi oleh Patey. Pada mastektomi radikal modifikasi ini m.pektoralis mayor
dipertahankan sehingga suplai persarafannya tidak terganggu dan efek kosmetik pada dinding
dada yang terjadi bila dilakukan mastektomi radikal dapat dikurangi. M.pektoralis minor dapat
pula dipertahankan, atau diangkat, atau diretraksi untuk mendapatkan akses ke aksila. Buktibukti menunjukkan tidak ada perbedaan pada tingkat rekurensi lokal dan survival antara
mastektomi radikal dan mastektomi radikal modifikasi.
Pada mastektomi simpel dilakukan pengangkatan payudara saja tanpa mengangkat
limfonodus atau otot. Pembesaran KGB aksila dirawat dengan radioterapi. Metode ini
dipopulerkan oleh MacWhirter di Inggris. Bila dilakukan pengangkatan payudara pertimbangkan
kemungkinan rekonstruksi mammae dengan implantasi prostesis atau cangkok flap
muskulokutan. Rekonstruksi ini dapat dilakukan sekaligus dengan bedah kuratif atau beberapa
waktu setelah radioterapi atau kemoterapi adjuvan. Bila hal ini tidak dapat dilakukan usahakan
prostesis eksterna.
Sekarang, biasanya dilakukan pembedahan kuratif dengan mempertahankan payudara
yang disebut dengan breast conserving surgery (BCS). BCS merupakan satu paket yang terdiri
dari tiga tindakan yaitu pengangkatan tumor (lumpektomi luas atau tumorektomi atau
35
segmentektomi atau kuadrantektomi) ditambah diseksi kelenjar aksila dan radioterapi pada sisa
payudara tersebut. Penyinaran diperlukan untuk mencegah kambuhnya tumor di payudara dari
jaringan tumor yang tertinggal atau dari sarang tumor lain (karsinoma multisentrik). BCS secara
kosmetik lebih baik dari mastektomi bahkan yang telah direkonstruksi sekalipun. Tapi diseksi
aksila disini lebih sulit dikerjakan karena otot-otot pektoral tetap intact dan jaringan payudara
masih ada sehingga pembukaan lapangan operasi aksila terhambat.
Indikasi BCS:
Syarat BCS:
(luas)
Tumor tidak multipel
Belum pernah terapi radiasi di dada
Tidak menderita SLE atau penyakit kolagen
Terdapat sarana radioterapi yang memadai (megavolt)
Radiasi 2,3,10,12
Radioterapi untuk kanker payudara dapat diberikan sebagai terapi primer, adjuvan atau
paliatif. Radioterapi kuratif tunggal tidak begitu efektif tetapi radioterapi adjuvan cukup
bermanfaat. Radioterapi paliatif dapat dilakukan dengan hasil baik untuk waktu terbatas bila
tumor sudah tidak operabel.
Radioterapi adjuvant diberikan bila ditemukan keadaan sebagai berikut:
36
Pada
dasarnya
diberikan
radiasi
lokoregional
(payudara
dan
aksila
supraklavikula) kecuali:
o pada keadaan T T2 bila cN = 0 dan pN, maka tidak dilakukan radiasi
beserta
pada
interna
Dosis lokoregional profilaksis adalah 50 Gy, booster dilakukan sebagai berikut:
o pada yang potensial terjadi residif ditambahkan 10 Gy (misalnya tepi sayatan
dekat tumor atau post BCS)
o pada yang terdapat massa tumor atau residu post op (mikroskopik atau
makroskopik) maka diberikan booster dengan dosis 20 Gy kecuali untuk aksila 15
Gy
Kemoterapi 2,3,10,12
Kemoterapi merupakan salah satu terapi sistemik yang dapat digunakan sebagai terapi
adjuvan atau paliatif. Kemoterapi adjuvan dapat diberikan pada pasien pascamastektomi yang
pada pemeriksaan histopatologik ditemukan metastasis di sebuah atau beberapa kelenjar.
Kemoterapi juga dapat diberikan sebelum pembedahan pada kanker payudara yang besar namun
masih operabel pada stadium lokal lanjut. Berdasarkan penelitian kemoterapi yang disebut
kemoterapi neo adjuvan ini dapat mengecilkan ukuran tumor sehingga memudahkan
pembedahan. Kemoterapi paliatif dapat diberikan pada pasien yang telah menderita metastasis
sistemik. Obat kemoterapi diberikan dalam bentuk kombinasi seperti CAF (CEF), CMF dan AC.
Kemoterapi adjuvan diberikan sebanyak 6 siklus, paliatif 12 siklus dan neoadjuvan 3 siklus
praterapi primer ditambah 3 siklus pascaterapi primer.
Hormonal 2,3,10,12
Dasar dari pemberian terapi hormonal adalah fakta bahwa 30-40% kanker payudara
adalah hormon dependen. Terapi ini semakin berkembang dengan ditemukannya reseptor
estrogen dan progesteron. Kanker payudara dengan reseptor estrogen dan progesteron yang
37
merespons positif terapi hormonal mencapai 77%. Terapi hormonal merupakan terapi utama
stadium IV di samping kemoterapi karena kedua-duanya merupakan terapi sistemik. Terapi
hormonal biasanya diberikan sebelum kemoterapi karena efek terapinya lebih lama dan efek
sampingnya lebih sedikit.
Sebelum pemberian terapi hormonal dilakukan uji reseptor (estrogen receptor/ER positif
atau progesteron receptor/PR positif) dan dipertimbangkan status hormonal penderita
(premenopause, 1-5 tahun menopause, dan pascamenopause). Setelah itu dapat ditentukan
apakah terapi hormonal akan diberikan secara additif atau ablatif. Terapi additif berupa
pemberian obat-obatan (antiestrogen, aromatase inhibitor, megestrol acetate dan androgen atau
estrogen) dilakukan pada pasien pascamenopause. Yang tergolong antiestrogen adalah tamoxifen
citrate, toremifene, dan raloxifene tapi raloxifene lebih banyak digunakan untuk pengobatan
osteoporosis. Aromatase inhibitor seperti anastrozole dan letrozole menghambat konversi
androgen menjadi estrogen. Terapi ablatif berupa ovarektomi bilateral, dilakukan bila tanpa
pemeriksaan reseptor, pada wanita premenopause dan wanita yang sudah 1-5 tahun menopause
dengan ER (+) dan pada penyakit yang bersifat slow growing dan intermediate growing.
Imunologik
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu pertumbuhan atau
HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini, trastuzumab, antibodi yang secara khusus
dirancang untuk menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor, bisa menjadi pilihan
terapi. Pasien sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk menentukan kelayakan terapi dengan
trastuzumab.
Pilihan terapi berdasarkan stadium3
4.2
BCS
Mastektomi simple
Terapi definitif pada T0 tergantung pada pemeriksaan blok parafin, lokasi didasarkan
pada hasil pemeriksaan imejing.
38
Indikasi BCS:
T 3 cm
Syarat BCS:
Perbandingan ukuran tumor dan volume payudara cukup baik untuk kosmetik pasca BCS
Terapi adjuvant :
o kemoterapi
o hormonal terapi
Menopausal
Hormonal
Status
Receptor
High Risk
ER (+) / PR (+)
Kh + Tam / Ov
ER (-) / PR (-)
Kh
ER (+) / PR (+)
Tam + Khemo
ER (-) / PR (-)
Kh
ER (+) / PR (+)
Tam + Khemo
ER (-) / PR (-)
Kh
Premenopause
Post menopause
Old Age
Menopausal Status
Hormonal
Receptor
High Risk
ER (+) / PR (+)
Kh + Tam / Ov
Kh
ER (+) / PR (+)
KH + Tam
Kh
ER (+) / PR (+)
Tam + Khemo
Kh
Premenopausal
Post menopausal
Old Age
Terapi adjuvant :
1. Radiasi
Diberikan apabila ditemukan keadaan sbb :
Pada keadaan T < = T2 bila cN = 0 dan pN ,maka tidak dilakukan radiasi pada
KGB aksila supraklavikula.
2. Kemoterapi
Kombinasi CAF
Dosis C : Cyclophosfamide 500 mg/m2 hari 1
A : Adriamycin = Doxorubin 50 mg/m2 hari 1
F : 5 Fluoro Uracil 500 mg/m2 hari 1
Interval: 3 minggu
Kombinasi CEF
Dosis C : Cyclophospamide 500 mg/ m2 hari 1
E : Epirubicin 50 mg/m2 hari 1
F : 5 Fluoro Uracil 500 mg/ m2 hari 1
Interval : 3 minggu
Kombinasi CMF
Dosis C : Cyclophospamide 100 mg/m2 hari 1 s/d 14
M : Metotrexate 40 mg/ m2 IV hari 1 & 8
F : 5 Fluoro Uracil 500 mg/m2 IV hari 1 & 8
Interval : 4 minggu
Kombinasi AC
Dosis A : Adriamicin
C : Cyclophospamide
Optional : Kombinasi Taxan + Doxorubicin
Capecitabine
Gemcitabine
3. Hormonal terapi :
Macam terapi hormonal
Additive
: pemberian tamoxifen
42
Ablative
: bilateral Oophorectomi
Dasar pemberian :
1.Pemeriksaan Reseptor
ER + PR +
ER + PR
ER - PR +
2. Status hormonal
Additive : Apabila
ER - PR +
ER + PR (menopause tanpa pemeriksaan ER & PR)
ER - PR +
Ablasi : Apabila
4.3
Rehabilitasi :3
Pra operatif
-
latihan pernafasan
latihan batuk efektif
Pasca operatif :
Hari 1-2:
Latihan lingkup gerak sendi untuk siku pergelangan tangan dan jari lengan daerah
yang dioperasi
Untuk sisi sehat latihan lingkup gerak sendi lengan secara penuh
Untuk lengan atas bagian operasi latihan esometrik
Latihan relaksasi otot leher dan toraks
Aktif mobilisasi
Hari 3-5:
Bebas gerakan
Edukasi untuk
mempertahankan
lingkup
gerak
sendi
dan
usaha
untuk
Pemeriksaan fisik
4.4
Thorax foto
: tiap 6 bulan
Lab, marker
USG Abdomen/lever
5 tahun (%)
10 tahun (%)
> 90
90
80
65
II
60
45
IIIA
50
40
IIIB
35
20
IV
10
5 tahun (%)
10 tahun (%)
Tidak ada
80
65
45
1-3 KGB
65
40
> 3 KGB
30
15
Ukuran tumor
Tabel 5. Prognosis kanker payudara berdasarkan ukuran tumor
Ukuran tumor (cm)
10 tahun (%)
<1
80
3-4
55
5-7,5
45
Histologi
Kanker yang poor differentiated, metaplasia dan grade tinggi mempunyai prognosis yang
lebih buruk dibandingkan kanker yang well differentiated.
Reseptor hormon
Pasien dengan kanker yang bersifat ER positif mempunyai waktu survival yang lebih
lama dibandingkan pasien dengan kanker yang bersifat ER negatif.
46
BAB 5
DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN KANKER PAYUDARA
Deteksi Dini
Tujuan dari deteksi dini kanker payudara adalah menemukan kanker sebelum mereka
mulai menyebabkan gejala. Skrining mengacu pada tes dan pemeriksaan fisik yang digunakan
47
untuk mencari suatu penyakit, seperti kanker, pada orang yang tidak memiliki gejala apapun.
Deteksi dini berarti juga menggunakan pendekatan yang memungkinkan diagnosis dini kanker
payudara sebelum kanker itu bermanifes menjadi buruk.
Kanker payudara yang sering dilaporkan biasanya sudah menyebabkan gejala-gejala
cenderung lebih besar dan lebih mungkin telah menyebar ke luar payudara. In contrast, breast
cancers found during screening exams are more likely to be smaller and still confined to the
breast. Sebaliknya, kanker payudara yang ditemukan waktu pendeteksian dini lebih cenderung
lebih kecil dan masih terbatas pada payudara. The size of a breast cancer and how far it has
spread are some of the most important factors in predicting the prognosis (outlook) of a woman
with this disease. Ukuran kanker payudara dan seberapa jauh ia telah menyebar adalah beberapa
faktor yang paling penting dalam memprediksi prognosis dari seorang wanita dengan penyakit
ini.
untuk
melakukan mammografi14.
Berdasarkan observasi, 95% wanita mendeteksi sendiri kanker payudara dan 65%
mendeteksi kanker tersebut pada stadium awal pada dirinya sendiri. Dengan begitu dapat
dikatakan kanker payudara lebih sering terdeteksi pertama kali oleh penderitanya sendiri. Selain
itu, diperkirakan bahwa dengan melakukan SADARI dapat mengurangi angka kematian
sebanyak 18%. SADARI dilakukan 3 hari setelah haid berhenti atau 7 hingga 10 hari dari haid
Anda. sebaiknya mulai biasa dilakukan pada sekitar usia 20 tahun, minimal sekali sebulan16.
48
Berdiri di depan cermin. Lihat kedua payudara, perhatikan apakah kedua payudara
simetris dan kalau-kalau ada sesuatu yang tidak biasa seperti perubahan dalam bentuk
payudara, urat yang menonjol, perubahan warna atau bentuk lain dari biasanya. Dan
lihat apakah terdapat perubahan pada puting, terjadi kerutan, cawak atau pengelupasan
kulit. Kemudian perlahan-lahan angkatlah kedua lengan ke atas sambil memerhatikan
b.
sendiri.
c. Dekap tangan Anda di belakang kepala dan tekan tangan Anda ke depan. Kemudian,
tekan tangan Anda erat pada pinggul dan sedikit menunduk ke depan cermin ketika
Anda menarik punggung dan sikut ke depan. Ini akan melengkapi bagian pemeriksaan
d.
49
is a good time for women who don't know how to examine their breasts to learn the right way to
do it from their health care professionals.Pemeriksaan oleh tenaga kesehatan merupakan cara
yang baik bagi pasien/wanita yang tidak tahu bagaimana memeriksa payudara mereka sendiri
untuk belajar cara yang tepat untuk melakukannya dari tenaga profesional kesehatan.
Mammografi17
Mamografi merupakan pemeriksaan penunjang dengan X-ray (foto R) pada payudara.
Tujuannya untuk memastikan ada-tidaknya perubahan pertanda kanker payudara yang tidak
terlihat saat pemeriksaan fisik. Pemeriksaan ini cukup efektif untuk wanita berusia di atas 40
tahun. Selain itu mammografi juga digunakan untuk mencari pertanda kanker payudara pada
wanita tanpa gejala, yaitu orang yang tampaknya tidak memiliki masalah payudara . Screening
mammografi biasanya mengambil 2 gambar (R /penyinaran yang diambil dari 2 sudut yang
berbeda) dari masing-masing payudara. Wanita yang sedang menyusui masih bisa mendapatkan
mammografi, meskipun ini mungkin tidak begitu akurat karena jaringan payudara cenderung
padat.
Untuk beberapa wanita, dengan implan payudara (untuk augmentation atau sebagai
rekonstruksi setelah mastektomi), gambar tambahan mungkin diperlukan untuk bisa melihat tiap
lapisan jaringan payudara sebanyak mungkin. Karena perlu diketahui implan payudara pada
mammografi standar lebih sulit untuk melihat jaringan payudara, namun tambahan gambar R
dengan perpindahan implan dan pemandangan kompresi dapat digunakan untuk memeriksa
jaringan payudara yang lebih lengkap. Meskipun R payudara telah dilakukan selama lebih dari
70 tahun, mamografi modern hanya ada sejak tahun 1969. Itu adalah tahun pertama x-ray unit
didedikasikan untuk pencitraan payudara yang tersedia.
dirancang untuk rontgen payudara menggunakan tingkat yang sangat rendah radiasi, biasanya
sekitar dosis 0,1-0,2 rad per x-ray (rad adalah ukuran dosis radiasi). Pengunaan pedoman ketat
untuk memastikan bahwa peralatan mammografi aman dengan menggunakan dosis sinar radiasi
serendah mungkin. Banyak orang khawatir/takut akan efek samping dari paparan sinar-x, namun
tingkat radiasi yang digunakan dalam mammografi modern dalam tingkat aman sehingga tidak
meningkatkan risiko untuk kanker payudara.
51
pasien, tapi hal ini diperlukan untuk hasil mammografi, yang baik dan layak untuk dibaca.
Kompresi hanya berlangsung beberapa detik, seluruh prosedur untuk pemeriksaan mammografi
memakan waktu sekitar 20 menit.
MRI scans can take a long time -- often up to an hour.pemeriksaannPemeriksaan MRI dapat
memakan waktu lama - sering sampai satu jam. You have to lie inside a narrow tube, which is
confining and may upset people with claustrophobia (a fear of enclosed spaces). pasien harus
berbaring di dalam tabung yang sempit, dan tidak direkomendasikan untuk
orang dengan
claustrophobia (takut ruang tertutup). The machine makes loud buzzing and clicking noises that
you may find disturbing. Selain itu juga mesin mendengung keras membuat suara yang mungkin
membuat pasien terganggu. Some places provide headphones with music to block this noise out.
Beberapa tempat MRI menyediakan headphone dengan musik untuk mengatasi kebisingan ini.
Although MRI is more sensitive in detecting cancers than mammograms, it also has a higher
false-positive rate (when the test finds something that turns out not to be cancer), which results in
more recalls and biopsies.Meskipun MRI lebih sensitif dalam mendeteksi kanker dari pada
mammografi, ia juga memiliki tingkat false-positif lebih tinggi (ketika pada pemeriksaan
menemukan sesuatu yang ternyata bukan suatu kanker). Hal inilah mengapa MRI tidak
direkomendasikan sebagai tes skrining untuk perempuan yang tidak berisiko tinggi terkena
(average risk) kanker payudara, karena akan mengakibatkan tidak diperlukan suatu biopsi dan tes
lainnya.
Just as mammography uses x-ray machines that are specially designed to image the breasts,
breast MRI also requires special equipment.Sama seperti mamografi menggunakan mesin x-ray
yang dirancang khusus untuk gambar/pencitraan payudara, MRI juga membutuhkan peralatan
khusus. Breast MRI machines produce higher quality images than MRI machines designed for
head, chest, or abdominal MRI scanning. mesin MRI Payudara menghasilkan gambar/pencitraan
berkualitas lebih tinggi dari mesin MRI dirancang untuk kepala, dada, atau MRI perut. However,
many hospitals and imaging centers do not have dedicated breast MRI equipment available.
Namun, banyak rumah sakit dan pusat pencitraan tidak memiliki peralatan MRI payudara yang
tersedia. It is important that screening MRIs are done at facilities that can perform an MRIguided breast biopsy.Penting diketahui bahwa screening MRI dilakukan di fasilitas yang dapat
melakukan MRI-guided untuk melakukan biopsi payudara. Otherwise, the entire scan will need
to be repeated at another facility when the biopsy is done. Jika tidak, maka seluruh pemeriksaan
perlu diulang di fasilitas lain saat biopsi dilakukan.
53
Pemeriksaan dengan MRI is more expensive than mammography.MRI lebih mahal daripada
mammografi. Most major insurance companies will likely pay for these screening tests if a
woman can be shown to be at high risk, but it's not yet clear if all companies will. Sebagian besar
perusahaan asuransi besar kemungkinan akan membayar tes skrining jika seorang paenderita
dapat menunjukkan risiko tinggi terhadap kanker payudara, tapi itu belum jelas apakah semua
perusahaan akan bersedia membayar atau tidak. At this time there are concerns about costs of
and limited access to high-quality MRI breast screening services for women at high risk of breast
cancer. Pada saat ini ada kekhawatiran tentang biaya dan akses terbatas untuk mendapatkan
pelayanan skrining MRI payudara berkualitas tinggi pada wanita berisiko tinggi kanker
payudara.
Ultrasonografi
Ultrasound, also known as sonography, is an imaging method in which sound waves are
used to look inside a part of the body.Tes ini tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak membuat
pasien terkena radiasi. Breast ultrasound is sometimes used to evaluate breast problems that are
found during a screening or diagnostic mammogram or on physical exam.USG payudara kadangkadang digunakan untuk mengevaluasi masalah payudara yang ditemukan selama pemeriksaan
mammografi dan/atau diagnosa pada pemeriksaan fisik. Breast ultrasound is not routinely used
for screening. USG payudara tidak secara rutin digunakan untuk penyaringan. Some studies have
suggested that ultrasound may be a helpful addition to mammography when screening women
with dense breast tissue (which is hard to evaluate with a mammogram), but the use of
ultrasound instead of mammograms for breast cancer screening is not recommended. Beberapa
studi telah menyarankan bahwa ultrasound dapat menjadi tambahan yang berguna untuk
mamografi saat skrining wanita dengan jaringan payudara padat (yang sulit untuk mengevaluasi
dengan mammogram), tetapi penggunaan USG bukan mammogram untuk skrining kanker
payudara tidak dianjurkan.
Ultrasound is useful for evaluating some breast masses and is the only way to tell if a
suspicious area is a cyst (fluid-filled sac) without placing a needle into it to aspirate (pull out)
fluid.USG berguna untuk mengevaluasi beberapa massa payudara dan merupakan satu-satunya
cara untuk mengetahui apakah area mencurigakan adalah suatu kista tanpa melakukan tindakan
aspirasi cairan. Cysts cannot be accurately diagnosed by physical exam alone. Kista tidak dapat
54
secara akurat didiagnosis dengan pemeriksaan fisik saja. Breast ultrasound may also be used to
help doctors guide a biopsy needle into some breast lesions. USG payudara juga dapat digunakan
untuk membantu dokter sebagai panduan biopsi jarum ke dalam beberapa lesi payudara.
Ultrasound has become a valuable tool to use along with mammograms because it is widely
available, non-invasive, and less expensive than other options.USG telah menjadi alat yang
berharga untuk digunakan bersama dengan mammogram karena tersedia secara luas, non-invasif,
dan lebih murah dibandingkan pilihan lain. However, the effectiveness of an ultrasound test
depends on the operator's level of skill and experience. Namun, efektivitas tes USG tergantung
pada tingkat keterampilan dan pengalaman operator. Although ultrasound is less sensitive than
MRI (that is, it detects fewer tumors), it has the advantage of being more available and less
expensive. Meskipun USG kurang sensitif dibandingkan MRI (yaitu, mendeteksi tumor lebih
sedikit), tapi memiliki keunggulan yaitu ketersediaan dan biaya yang lebih murah.
Scintimammografi
Cara ini menggunakan technetium-99m sestamibi atau technetium-99m tetrofosmin,
memindai regio aksila dan supraklavikula sambil menggambarkan jaringan payudara. Dalam
pemeriksaan wanita yang sudah diketahui mengidap kanker payudara, lengan kontralateral
diinjeksi dengan radionuclide dan proyeksi lateral dan anterior digambarkan dengan kamera
gamma. Cara ini masih jarang digunakan.
5.2
Pencegahan
Mastektomi Profilaksis
Prosedur ini dapat dilakukan pada wanita dengan resiko terkena kanker mammae yang
sangat tinggi, tetap tidak ada garansi bahwa tidak akan terjadi kanker mammae karena jaringan
mammae masih bisa tersisa dalam tubuh.12
1. Mastektomi sederhana dan oprerasi rekontruksi
a. Pasien dengan penyakit jinak payudara dan riwayat kanker mammae bilateral atau
premenopausal dikeluarga.
b. Pasien dengan riwayat kanker mammae sebelumnya dan penyakit fibrokistik pada
payudara
c. Pasien dengan LCIS
55
penyakit, keluhan tambahan, dan faktor-faktor resiko tinggi. Pengobatan pada kanker payudara
bergantung pada stadium dini akan memberi harapan kesembuhan dan memberi harapan hidup
yang baik. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara kesadaran SADARI dilakukan setiap bulan,
Perhatikan BB, obesitas meningkatkan risiko kanker payudara, usia > 50 th lakukan screning
payudara teratur, serta rileks / hindari stress berat
57
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. Breast cancer : Prevention and Control .2009. Available from :
www.who.int.
2. Ramli, Muchlis. Kanker Payudara. Soelarto Reksoprodjo dkk (editor). Kumpulan Kuliah
Ilmu Bedah. Edisi Pertama. Binarupa Aksara. 1995;342-364.
3. Albar, Zafiral Azdi dkk (editor). Protokol PERABOI 2003. PERABOI. Jakarta. Edisi
Pertama. 2004;14-15.
4. Asrul. Hubungan antara Besar Tumor dan Tipe Histologi Kanker Payudara dengan
Adanya Metastase pada Kelenjar Getah Bening Aksila. Bagian Ilmu Bedah Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2003. Available from: http://www.usu.ac.id.
5. Blumm. K.C. Angelina Jolie Has Ovaries Removed After Doctor Detects Possible Sign of
Early Cancer. 2015. Available from: http://www.people.com
6. Pass, Helen. A. Benign and Malignant Disease of The Breast at Surgery Basic Science and
Clinical Evidence. Jeffrey A Norton Springer. New York. 2001
7. Brunicardi, F. Charles, dkk. Oncology at Schwartzs Principles of Surgery Eight Edition.
Mc Graw Hill: United State of America. 2005
8. Stead, Latha. G, dkk. The Breast at First Aid for The Surgery Clerkship. Mc Graw Hill.
United State of America. 2003
9. Jatoi, Ismail, dkk. Atlas of The Breast Surgery. Springer. New York. 2006
10. Manuaba, Tjakra W. Payudara. R. Sjamsuhidajat dan Wim de Jong (editor). Buku Ajar
Ilmu Bedah. Edisi Kedua. EGC. 2004;387-402.
11. Souhami, Robert L. Et al (editors). Oxford Textbook of Oncology. 2nd Ed. Oxford Press.
Page: 110-116
12. Haskell, Charles M. and Dennis A. Casciato. Breast Cancer. Dennis A. Casciato and Berry
B. Lowitz (editors). Manual on Clinical Oncology. Lippincott Williams and Wilkins.
Philadelphia. 2000;11.
13. American Cancer Society . Detailed Guide : Breast Cancer . 2009. Available from :
www.acs.org.
14. Makhoul,
Issam.
Breast
Cancer:
Overview.
2006
Available
from:
http://www.emedicine.com.
58
15. Towsend, M. Jr, dkk. The Breast at Sabiston textbook of Surgery. Elsivier. United State of
America. 2008
16. Gtzsche PC, M Nielsen. Screening for breast cancer with mammography. 2009.
Cochrane Database Syst Rev (4): CD001877.
17. De Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta. 1997. Halaman: 211-237.
59