Penglihatan
Oleh kelompok 6 :
1. Angelina Alivia Ningrum
2. I Gusti Ayu Putu Candra Wulandari
3. Ni Nyoman Mariani
4. Raden Getar Pandu
5. Winda Ritayana
Mata adalah organ penglihatan yang
mendeteksi cahaya, yang dilakukan mata
paling sederhana tak lain hanya mengetahui
apakah lingkungan sekitarnya adalah gelap
atau terang.
Komponen Utama Mata
- Pada pasien dengan keluhan gangguan penglihatan ditanyakan apakah gangguan terjadi saat
melihat jauh atau dekat; onset mendadak atau gradual; di seluruh lapang pandang atau hanya
sebagian; jika defek lapang pandang hanya sebagian, apakah letaknya sentral, perifer atau
hanya pada satu mata.
- Pada pasien dengan keluhan skotoma, ditanyakan apakah skotoma bergerak bila bola mata
bergerak atau terfiksasi; apakah pasien melihat kilatan-kilatan cahaya.
- Adanya gejala sistemik : demam, malaise, sakit kepala.
- Jika terdapat diplopia, ditanyakan apakah diplopia horisontal atau vertikal, kedua mata atau
salah satu mata, apakah persisten bila salah satu mata ditutup.
- Gejala-gejala neurologis : gangguan motorik dan sensorik, gangguan syaraf kranial yang lain
D). Riwayat penyakit dahulu : hipertensi, diabetes melitus, trauma
Pemeriksaan mata
1. Inspeksi Mata
• Bentuk dan penyebaran alis dan bulu mata. Apakah bulu mata lentik, kebawah atau tidak ada. Fungsi
alis dan bulu mata untuk mencegah mauknya benda asing (debu) untuk mencegah iritasi atau mata
kemerahan.
• Lihat sclera dan konjungtiva.
• Konjungtiva, dengan menarik palpebral inferior dan meminta klien melihat keatas. Amati warna, anemis
atau tidak, apakah ada benda asing atau tidak Sclera, dengan menarik palpebral superior dan meminta
klien melihat ke bawah.
• Amati kemerahan pada sclera, icterus, atau produksi air mata berlebih.
• Amati kedudukan bola mata kanan kiri simetris atau tidak, bola mata keluar (eksoptalmus) atau ke
dalam (endoftalmus).
• Palpebral turun menandakan kelemahan atau atropi otot, atau hiperaktivitas palpebral yang
menyebabkan kelopak mata terus berkedip tak terkontrol.
• Observasi celah palpebral. Minta klien memandang lurus ke depan lalu perhatikan kedudukan kelopak
mata terhadap pupil dan iris. Normal jika simetris. Adanya kelainan jika celah mata menyempit (ptosis,
endoftalmus, blefarospasmus) atau melebar (eksoftalmus, proptosis)
• Kaji sistem lakrimasi mata dengan menggunakan kertas lakmus untuk mendapatkan data apakah mata
kering atau basah yang artinya lakrimasi berfungsi baik ( Schime test).
• Kaji sistem pembuangan air mata dengan uji anel test. Yaitu dengna menggunakan spuit berisi cairan,
dan berikan pada kanal lakrimal.
2. Refleks Pupil
• Gunakan penlight dan sinari mata kanan kiri dari lateral ke medial. Amati respon pupil langsung.
Normalnya jika terang, pupil mengecil dan jika gelap pupil membesar
• Amati ukuran lebar pupil dengan melihat symbol lingkaran yang ada pada badan penlight dan
bagaimana reflek pupil tersebut, isokor atau anisokor
• Interpretasi:
a. Normal : Bentuk pupil (bulat reguler), Ukuran pupil : 2 mm – 5 mm, Posisi pupil ditengah-tengah, pupil
kanan dan kiri Isokor, Reflek cahaya langsung (+) dan Reflek cahaya konsensuil atau pada cahaya redup (+)
b. Kelainan : Pintpoin pupil, Bentuk ireguler, Anisokor dengan kelainan reflek cahaya dan ukuran pupil kecil
atau besar dari normal (3-4 mm)
3. Lapang Pandang/ Tes Konfrontasi
• Dasarnya lapang pandang klien normal jika sama dengan pemeriksa. Maka sebelumnya,
pemeriksa harus memiliki lapang pandang normal. LP klien = LP pemeriksa
• Normalnya benda dapat dilihat pada: 60 derajat nasal, 90 derajat temporal, 50 derajat , dan atas
70 derajat bawah
• Cara pemeriksaan :
a. Klien menutup mata salah satu, misalnya kiri tanpa menekan bola mata.
b. Pemeriksa duduk di depan klien dg jarak 60cm sama tinggi dengan klien. Pemeriksa menutup mata
berlawanan dengan klien, yaitu kanan. Lapang pandang pemeriksa dianggap sebagai referensi (LP
pemeriksa harus normal)
c. Objek digerakkan dari perifer ke central (sejauh rentangan tangan pemeriksa) dari delapan arah pada
bidang ditengah pemeriksa dan klien
d. Lapang pandang klien dibandingkan dengan pemeriksa. Lalu lanjutkan pada mata berikutnya
4. Pemeriksaan Otot Ekstraokuler
• Minta klien melihat jari, dan anda menggerakkan jari anda. Minta klien mengikuti
gerak jari, dengan 8 arah dari central ke perifer
• Amati gerakan kedua mata, simetris atau ada yang tertinggal
5. Sensibilitas Kornea
- Bertujuan mengetahui bagaimana reflek sensasi kornea dengan menggunakan kapas steril
- Cara pemeriksaan :
a. Fiksasi mata pasien keatas agar bulu mata tidak tersentuh saat kornea disentuh
b. Bentuk ujung kapas dengan pinset steril agar runcing dan halus
c. Fiksasi jari pemeriksa pada pipi pasien dan ujung kapas yang halus dan runcing disentuhkan dengan
hati-hati pada kornea, mulai pada mata yang tidak sakit.
- Intrepetasi : dengan sentuhan, maka mata akan reflek berkedip. Nilai dengan membandingkan sensibilitas
kedua mata klien
6. Pemeriksaan Visus/Ketajaman
1. Penglihatan Snellen Card
- Menggunakan kartu snellen dengan mengganttungkan kartu pada jarak 6 atau 5 meter dari klien.
- Pemeriksaan dimulai dengan mata kanan, maka minta klien untuk tutup dengan penutup mata atau telapak
tangan tanpa menekan bolamata
- Pasien disuruh membaca huruf SNELLEN dari baris paling atas ke bawah. Hasil pemeriksaan dicatat,
kemudian diulangi untuk mata sebelahnya.
Hasilnya :
3. Pergerakkan jari
4. nyinaran
5. Pemeriksaan dengan PINHOLE
6. Pemeriksaan buta warna
Gangguan atau Kelainan Pada Mata
Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya, yang dilakukan mata
paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya adalah
gelap atau terang. Anamnesa gangguan sistem pengelihatan dilakukan dengan
berbagai tes dan juga melalui beberapa pemeriksaan, diantaranya inspeksi bentuk
mata dilihat dari bentuk fisik dll. Gangguan penglihatan diantaranya yaitu miopi,
hipermetropi, silinder, dll. Untuk menjaga kesehatan mata dapat dilakukan dengan
mengkonsumsi makanan yang bergizi, tidak merokok, menggunakan kaca mata
hitam.
TERIMAKASIH