Oleh
Anita Sri Widiyanti
191FK01012
2C
A. RIWAYAT KESEHATAN
1. KELUHAN UTAMA
Adalah alasan mengapa klien melakukan rujukan dan memerlukan bantuan tenaga
medis. Pada klien dengan gangguan system persepsi sensori klien dapat
mengeluhkan hal berikut:
- Pendengaran: pendengaran menurun, tinitis, rasa gatal dan tidak nyaman
pada telinga, nyeri
- Penglihatan: vertigo, pusing, penglihatan kabut / berkabut, double
vision, penurunan visus, ada kilatan cahaya, keluar air mata terus
menerus (misal pada pekerja las besi, adanya butir besi pada mata)
- Pembau: sinusitis
- Pengecap:
stomatitis Pada mata,
terdapat gejala :
- Abnormal Vision: perubahan penglihatan yang tak normal, seperti
kelainan refraksi, lid ptosis, kekeruhan pada kornea, lensa, rongga
aqueous/vitreous, malfungsi retina, saraf optikus.
- Abnormal Appereance: tampilan organ mata tak normal seperti, mata
merah (iritasi), perdarahan sub conjunctiva, infeksi, alergi, trauma dan
keadaan lain : lesi, edema, abnormal posisi.
- Abnormal Sensation: sensari tak nyaman pada mata. Nyeri mata : Sulit
ditentukan lokasinya, seperti ditarik, ditekan, sakit kepala. Mata gatal :
reaksi alergi. Mata berair : iritasi, gangguan sistem lakrimalis. Sekresi
meningkat : iritasi, infeksi, alergi.
B. RIWAYAT SOSIAL
- Kaji bagaimana perilaku individu dalam kelompok.
- Anggota keluarga yg punya masalah pendengaran,
penglihatan, penciuman,dan pengecapan ?
- Perhatian anak di sekolah menurun, prestasi menurun (SLB, Alat bantu
yg digunakan type, lama)
C. RIWAYAT PSIKOLOGIS
- Baagaimana persepsi dan perassan klien mengenai gangguan dan
bagaimana klien menyesuaikan diri
- Perubahan sikap & kepribadian, penurunaan kepekaan terhadap
lingkungan
- Reaksi anggota keluarga terhadap ganggua sensori
D. PEMERIKSAAN FISIK
- Tanda-tanda vital: perubahan TD, Nadi, Respirasi, Suhu ?
- Kesadaran Menurun? : KU lemah?, Gelisah?, Kejang ?
- Neurologis : Nystagmus, Ataksia, Gangguan Keseimbangan, Kejang,
Meningeal sign, strabismus ?
PENGKAJIAN SISTEM PENGLIHATAN – MATA
3. PEMERIKSAAN MATA
3.1. INSPEKSI MATA
Bentuk dan penyebaran alis dan bulu mata. Apakah bulu mata lentik, kebawah atau
tidak ada. Fungsi alis dan bulu mata untuk mencegah mauknya benda asing (debu)
untuk mencegah iritasi atau mata kemerahan.
Lihat sclera dan konjungtiva.
Konjungtiva, dengan menarik palpebral inferior dan meminta klien melihat
keatas. Amati warna, anemis atau tidak, apakah ada benda asing atau tidak
Sclera, dengan menarik palpebral superior dan meminta klien melihat ke
bawah. Amati kemerahan pada sclera, icterus, atau produksi air mata berlebih.
Amati kedudukan bola mata kanan kiri simetris atau tidak, bola mata keluar
(eksoptalmus) atau ke dalam (endoftalmus).
Palpebral turun menandakan kelemahan atau atropi otot, atau hiperaktivitas
palpebral yang menyebabkan kelopak mata terus berkedip tak terkontrol.
Observasi celah palpebral. Minta klien memandang lurus ke depan lalu perhatikan
kedudukan kelopak mata terhadap pupil dan iris. Normal jika simetris. Adanya
kelainan jika celah mata menyempit (ptosis, endoftalmus, blefarospasmus) atau
melebar (eksoftalmus, proptosis)
Kaji sistem lakrimasi mata dengan menggunakan kertas lakmus untuk
mendapatkan data apakah mata kering atau basah yang artinya lakrimasi berfungsi
baik ( Schime test).
Kaji sistem pembuangan air mata dengan uji anel test. Yaitu dengna
menggunakan spuit berisi cairan, dan berikan pada kanal lakrimal.
3.2. REFLEK PUPIL
Gunakan penlight dan sinari mata kanan kiri dari lateral ke medial. Amati
respon pupil langsung. Normalnya jika terang, pupil mengecil dan jika gelap
pupil membesar.
Amati ukuran lebar pupil dengan melihat symbol lingkaran yang ada pada
badan penlight dan bagaimana reflek pupil tersebut, isokor atau anisokor.
Interpretasi:
- Normal : Bentuk pupil (bulat reguler), Ukuran pupil : 2 mm – 5 mm,
Posisi pupil ditengah-tengah, pupil kanan dan kiri Isokor, Reflek
cahaya langsung (+) dan Reflek cahaya konsensuil atau pada cahaya
redup (+)
- Kelainan : Pintpoin pupil, Bentuk ireguler, Anisokor dengan kelainan
reflek cahaya dan ukuran pupil kecil atau besar dari normal (3-4 mm)
HITUNG JARI
- Apabila tidak bisa membaca huruf Snellen pasien diminta menghitung
jari pemeriksa pada jarak 3 meter
- 3/60 pasien bisa hitung jari pada jarak 3 meter.
- 1/60 bila klien dapat membaca pada jarak 1 meter
PERGERAKAN JARI
- Tidak bisa hitung jari, maka dilakukan pemeriksaan gerakan tangan
didepan pasien dengan latar belakang terang. Jika pasien dapat
menentukan arah gerakan tangan pada jarak 1 m:
- VISUS 1/300 (Hand Movement/HM) kadang kala sdh perlu menentukan
arah proyeksinya
PENYINARAN
- Jika tidak bisa melihat gerakan tangan dilakukan penyinaran dengan
penlight ke arah mata pasien.
- Apabila pasien dapat mengenali saat disinari dan tidak disinari dari
segala posisi (nasal,temporal,atas,bawah) maka tajam penglihatan V =
1/ ~ proyeksi baik (Light Perception/LP).
- Jika tidak bisa menentukan arah sinar maka penilaian V = 1/ ~ (LP,
proyeksi salah).
- Jika sinar tidak bisa dikenali maka tajam penglihatan dinilai V= 0 (NLP).
Bila tidak dapat melihat sinar senter disebut BUTA TOTAL (tulis
00/000)
B. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
- Persiapan Alat :Tonometer ditera dg meletakkan di
perm datar, jarum menunjukkan angka 0, Perm
Tonometer dibersihkan dg kapan alkohol
PENGKAJIAN SISTEM PENDENGARAN - TELINGA
3. INSPEKSI
3.1. Aurikel : bentuk, letak, masa, lesi ?
3.2. MAE : Patensi, Otore (jenis,warna,bau), cerumen, hiperemi, furunkel ?
3.3. Membrana timphany : intak, perforasi, hiperemia, bulging, retraksi, colesteatoma?
3.4. Antrum mastoid : abces, hiperemia, nyeri perabaan
3.5. Hearing aid : tipe, jenis ?
4. PEMERIKSAAN FISIK
Pada telinga dapat menggunakan berbagai macam alat dan rangkaian tes. Seperti otoskop,
garpu tala, ear speculum, dan head lamp untuk membantu pemeriksa mendapat sinar yang
cukup
4.1. OTOSKOP
Untuk meluruskan kanal pada orang dewasa/anak besar tarik aurikula ke atas dan
belakang, pada bayi tarik aurikula ke belakang dan bawah
Masukkan otoskop ke dalm telinga ± 1,-1,5 cm
Normal: terlihat sedikit serumen, dasar berwarna pink, rambut halus
Abnormal: merah (inflamasi), rabas, lesi, benda asing, serumen padat
Membran timpani dapat terlihat, normalnya tembus cahaya, mengkilat, abu-abu
dan tampak seperti mutiara, utuh.
konduksi)
4.6. TES SCHWABACK
Dibandingkan dengan pemeriksa, garpu tala diletakkan di depan telinga (kond
udara) Dibandingkan dengan pemeriksa, garpu tala diletakkan di tlg mastoid (kond
tulang)
KESIMPULAN
3. Tes alkohol 12 inci – Satu lagi tes yang memeriksa persepsi kasar terhadap bau, tes
alkohol 12 inci, menggunakan paket alkohol isopropil yang baru saja dibuka dan
dipegang pada jarak sekitar 12 inci dari hidung pasien.
4. Scratch and sniff card (Kartu gesek dan cium) – Tersedia scratch and sniff card yang
mengandung 3 bau untuk menguji penciuman secara kasar.