0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
4 tayangan4 halaman
Pemeriksaan fisik mata pada anak meliputi pengecekan jumlah dan posisi mata, strabismus, glaukoma kongenital, katarak kongenital, koloboma, trauma, dan sekret mata. Pemeriksaan pendengaran meliputi riwayat gangguan pendengaran, gejala seperti nyeri, tinnitus, dan vertigo, serta pemeriksaan telinga luar dan dalam. Pemeriksaan kornea meliputi sensibilitas kornea untuk mengetahui
Pemeriksaan fisik mata pada anak meliputi pengecekan jumlah dan posisi mata, strabismus, glaukoma kongenital, katarak kongenital, koloboma, trauma, dan sekret mata. Pemeriksaan pendengaran meliputi riwayat gangguan pendengaran, gejala seperti nyeri, tinnitus, dan vertigo, serta pemeriksaan telinga luar dan dalam. Pemeriksaan kornea meliputi sensibilitas kornea untuk mengetahui
Pemeriksaan fisik mata pada anak meliputi pengecekan jumlah dan posisi mata, strabismus, glaukoma kongenital, katarak kongenital, koloboma, trauma, dan sekret mata. Pemeriksaan pendengaran meliputi riwayat gangguan pendengaran, gejala seperti nyeri, tinnitus, dan vertigo, serta pemeriksaan telinga luar dan dalam. Pemeriksaan kornea meliputi sensibilitas kornea untuk mengetahui
Tujuan : untuk mengetahui apakah sensasi kornea normal, atau menurun
Cara pemeriksaan Alat : kapas steril Caranya : bentuk ujung kapas dengan pinset steril agar runcing dan halus fiksasi mata pasien keatas agar bulu mata tidak tersentuh saat kornea disentuh fiksasi jari pemeriksa pada pipi pasien dan ujung kapas yang halus dan runcing disentuhkan dengan hati-hati pada kornea, mulai pada mata yang tidak sakit. Hasil Pada tingkat sentuhan tertentu reflek mengedip akan terjadi. Penilaian dengan membandingkan sensibilitas kedua mata pada pasien tersebut.
2 Eversi kelopak mata
Pemeriksaan untuk menilai konyungtiva tarsalis Cara pemeriksaan : cuci tangan hingga bersih pasien duduk didepan slit lamp sebaiknya mata kanan pasien diperiksa dengan tangan kanan pemeriksa. ibu jari memegang margo, telunjuk memegang kelopak bagian atas dan meraba tarsus, lalu balikkan. setelah pemeriksaan selesai kembalikan posisi kelopak mata. Biasakan memeriksa kedua mata.
3 Pemeriksaan dengan oftalmoskop
untuk melakukan pemeriksaan dengan oftalmoskop, tempatkan klien di ruang yang digelapkan atau setengah gelap, anda dan klien tidak boleh memakai kacamata kecuali jika anda sangan miop atau astigmatis. Lensa kontak boleh dipakai oleh anda atau klien. duduk atau berdiri di depan klien dengan kepala anda berada sekitar 45 cm di depan dan sekitar 15 derajat ke arah kanan garis penglihatan mata kanan klien. Pegang oftalmoskop dengan tangan kanan anda dengan apertura penglihat sedekat mungkin dengan mata kanan anda. Letakkan ibu jari kiri anda di mata kanan klien untuk mencegah memukul klien dengan oftalmoskop pada saat anda bergerak mendekat. Jaga agar telunjuk kanan anda tetap berada di selektor lensa untuk menyesuaikan lensa seperlunya seperti yang ditunjukkan di sini. instruksikan klien untuk melihat lurus pada titik sejajar mata yang sudah ditentukan di dinding. Instruksikan juga pada klien, bahwa meskipun berkedip selama pemeriksaan diperbolehkan, mata harus tetap diam. Kemudian, mendekat dari sudut oblik sekitar 38 cm dan dengan diopter pada angka 0, berfokuslah pada lingkaran kecil cahaya pada pupil. Cari cahaya oranye kemerahan dari refleks merah, yang harus tajam dan jelas melewati pupil. Refleks merah menunjukkan bahwa lensa bebas dari opasitas dan kabut. bergerak mendekat pada klien, ubah lensa dengan jari telunjuk untuk menjaga agar struktur retinal tetap dalam fokus. ubah diopter positif untuk melihat viterous humor, mengobservasi adanya opasitas. kemudian, lihat retina, menggunakan lensa negatif yang kuat. Cari pembuluh darah retina dan ikuti pembuluh darah tersebut ke arah hidung klien, rotasi selektor lensa untuk menjaga agar pembuluh darah tetap dalam fokus. Karena fokus tergantung pada anda dan status refraktif klien maka diopter lensa berbeda-beda untuk sebagian besar klien. Periksa dengan cermat seluruh struktur retina, termasuk pembuluh darah retina, diskus optikus, latar belakang retina, makula dan fovea. periksa pembuluh darah dan struktur retina untuk warna, perbandingan ukuran arteri dan vena, refleks cahaya arteriol, dan persilangan arteriovenosa. Mangkuk fisiologis normalnya berwarna kuning-putih dan dapat terlihat. periksa makula pada bagian akhir karena sangat sensitis terhadap cahaya.
4 Pemeriksaan fisik mata pada anak
goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka. periksa jumlah, posisi atau letak mata periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea. katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus tampak bulat. terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya defek retina. periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina. periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat menjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan. apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down. Telinga
A. Pengkajian Sistem Indera Pendengaran
- Memulai pengkajian dengan menanyakan beberapa hal berikut:
Bagaimanakah kondisi pendengaran Bapak/Ibu/Saudara/i? Apakah ada gangguan pada pendengaran yang saat ini dirasakan? - Apabila pasien mengalami gangguan, tanyakan: Apakah gangguan yang dialami hanya terjadi pada 1 sisi pendengaran atau keduanya Apakah gangguan terjadi secara tiba-tiba atau bertahap? Gejala apakah yang dirasakan? - Bedakan jenis gangguan apakah gangguan konduksi atau sensori neural: o Pada individu dengan gangguan konduksi maka kondisi lingkungan yang berisik akan membantu proses pendengaran. o Individu yang dengan gangguan sensorineural akan mengalami kesulitan memahami pembicaraan orang lain (orang lain dianggap bergumam). Kondisi lingkungan yang berisik akan memperparah gangguan pendengaran tersebut. Apakah ada kesulitan memahami percakapan orang lain yang dialami? Apakah ada perbedaan kondisi yang dialami dengan adanya perubahan lingkungan? - Kaji tanda dan gejala yang berhubungan dengan gangguan pendengaran: Nyeri pada telinga Tinnitus o Merupakan suara yang secara kontinyu terdengar tanpa adanya stimulus dari luar. Gangguan ini dapat dihubungkan dengan adanya gangguan fungsi pendengaran dan belum dapat dijelaskan secara detil penyebabnya. Vertigo o Merupakan persepsi pasien dimana dirinya atau lingkungan disekitarnya seperti berputar. Gangguan ini dapat disebabkan karena adanya gangguan pada telinga dalam, lesi N. VIII atau adanya gangguan pada jalur persarafan dari telinga ke SSP. Discharge dari telinga o Dapat berbentuk cairan kental yang merupakan debris dari proses inflamasi yang terjadi di kanal auditorius (pada telinga luar) atau sebagai akibat adanya perforasi pada membran tymphani.
- Kaji penyakit lain yang dapat menimbulkan nyeri pada telinga
o Gangguan pada mulut, tenggorokan, hidung atau saluran nafas bagian atas yang berisiko menimbulkan gangguan fungsi pendengaran - Kaji penggunaan obat yang dapat menimbulkan risiko gangguan pendengaran - Kaji riwayat operasi dan alergi
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis
Duduk Atau Berdiri Di Depan Klien Dengan Kepala Anda Berada Sekitar 45 CM Di Depan Dan Sekitar 15 Derajat Ke Arah Kanan Garis Penglihatan Mata Kanan Klien