Anda di halaman 1dari 4

1 Pemeriksaan sensibilitas kornea

Tujuan : untuk mengetahui apakah sensasi kornea normal, atau menurun


Cara pemeriksaan
Alat : kapas steril
Caranya :
 bentuk ujung kapas dengan pinset steril agar runcing dan halus
 fiksasi mata pasien keatas agar bulu mata tidak tersentuh saat kornea disentuh
 fiksasi jari pemeriksa pada pipi pasien dan ujung kapas yang halus dan runcing
disentuhkan dengan hati-hati pada kornea, mulai pada mata yang tidak sakit.
Hasil
 Pada tingkat sentuhan tertentu reflek mengedip akan terjadi.
 Penilaian dengan membandingkan sensibilitas kedua mata pada pasien tersebut.

2 Eversi kelopak mata


Pemeriksaan untuk menilai konyungtiva tarsalis
Cara pemeriksaan :
 cuci tangan hingga bersih
 pasien duduk didepan slit lamp
 sebaiknya mata kanan pasien diperiksa dengan tangan kanan pemeriksa.
 ibu jari memegang margo, telunjuk memegang kelopak bagian atas dan meraba
tarsus, lalu balikkan.
 setelah pemeriksaan selesai kembalikan posisi kelopak mata. Biasakan memeriksa
kedua mata.

3 Pemeriksaan dengan oftalmoskop


 untuk melakukan pemeriksaan dengan oftalmoskop, tempatkan klien di ruang yang
digelapkan atau setengah gelap, anda dan klien tidak boleh memakai kacamata
kecuali jika anda sangan miop atau astigmatis. Lensa kontak boleh dipakai oleh anda
atau klien.
 duduk atau berdiri di depan klien dengan kepala anda berada sekitar 45 cm di depan
dan sekitar 15 derajat ke arah kanan garis penglihatan mata kanan klien. Pegang
oftalmoskop dengan tangan kanan anda dengan apertura penglihat sedekat mungkin
dengan mata kanan anda. Letakkan ibu jari kiri anda di mata kanan klien untuk
mencegah memukul klien dengan oftalmoskop pada saat anda bergerak mendekat.
Jaga agar telunjuk kanan anda tetap berada di selektor lensa untuk menyesuaikan
lensa seperlunya seperti yang ditunjukkan di sini.
 instruksikan klien untuk melihat lurus pada titik sejajar mata yang sudah ditentukan di
dinding. Instruksikan juga pada klien, bahwa meskipun berkedip selama pemeriksaan
diperbolehkan, mata harus tetap diam. Kemudian, mendekat dari sudut oblik sekitar
38 cm dan dengan diopter pada angka 0, berfokuslah pada lingkaran kecil cahaya
pada pupil. Cari cahaya oranye kemerahan dari refleks merah, yang harus tajam dan
jelas melewati pupil. Refleks merah menunjukkan bahwa lensa bebas dari opasitas
dan kabut.
 bergerak mendekat pada klien, ubah lensa dengan jari telunjuk untuk menjaga agar
struktur retinal tetap dalam fokus.
 ubah diopter positif untuk melihat viterous humor, mengobservasi adanya opasitas.
 kemudian, lihat retina, menggunakan lensa negatif yang kuat. Cari pembuluh darah
retina dan ikuti pembuluh darah tersebut ke arah hidung klien, rotasi selektor lensa
untuk menjaga agar pembuluh darah tetap dalam fokus. Karena fokus tergantung pada
anda dan status refraktif klien maka diopter lensa berbeda-beda untuk sebagian besar
klien. Periksa dengan cermat seluruh struktur retina, termasuk pembuluh darah retina,
diskus optikus, latar belakang retina, makula dan fovea.
 periksa pembuluh darah dan struktur retina untuk warna, perbandingan ukuran arteri
dan vena, refleks cahaya arteriol, dan persilangan arteriovenosa. Mangkuk fisiologis
normalnya berwarna kuning-putih dan dapat terlihat.
 periksa makula pada bagian akhir karena sangat sensitis terhadap cahaya.

4 Pemeriksaan fisik mata pada anak


 goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.
 periksa jumlah, posisi atau letak mata
 periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna
 periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran
kemudian sebagai kekeruhan pada kornea.
 katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus
tampak bulat.
 terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat
mengindikasikan adanya defek retina.
 periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina.
 periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat menjadi
panoftalmia dan menyebabkan kebutaan.
 apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down.
Telinga

A. Pengkajian Sistem Indera Pendengaran

- Memulai pengkajian dengan menanyakan beberapa hal berikut:


 Bagaimanakah kondisi pendengaran Bapak/Ibu/Saudara/i?
 Apakah ada gangguan pada pendengaran yang saat ini dirasakan?
- Apabila pasien mengalami gangguan, tanyakan:
 Apakah gangguan yang dialami hanya terjadi pada 1 sisi pendengaran atau keduanya
 Apakah gangguan terjadi secara tiba-tiba atau bertahap?
 Gejala apakah yang dirasakan?
- Bedakan jenis gangguan apakah gangguan konduksi atau sensori neural:
o Pada individu dengan gangguan konduksi maka kondisi lingkungan yang berisik akan
membantu proses pendengaran.
o Individu yang dengan gangguan sensorineural akan mengalami kesulitan memahami
pembicaraan orang lain (orang lain dianggap bergumam). Kondisi lingkungan yang
berisik akan memperparah gangguan pendengaran tersebut.
 Apakah ada kesulitan memahami percakapan orang lain yang dialami?
 Apakah ada perbedaan kondisi yang dialami dengan adanya perubahan lingkungan?
- Kaji tanda dan gejala yang berhubungan dengan gangguan pendengaran:
 Nyeri pada telinga
 Tinnitus
o Merupakan suara yang secara kontinyu terdengar tanpa adanya stimulus dari luar.
Gangguan ini dapat dihubungkan dengan adanya gangguan fungsi pendengaran dan
belum dapat dijelaskan secara detil penyebabnya.
 Vertigo
o Merupakan persepsi pasien dimana dirinya atau lingkungan disekitarnya seperti
berputar. Gangguan ini dapat disebabkan karena adanya gangguan pada telinga dalam,
lesi N. VIII atau adanya gangguan pada jalur persarafan dari telinga ke SSP.
 Discharge dari telinga
o Dapat berbentuk cairan kental yang merupakan debris dari proses inflamasi yang
terjadi di kanal auditorius (pada telinga luar) atau sebagai akibat adanya perforasi pada
membran tymphani.

- Kaji penyakit lain yang dapat menimbulkan nyeri pada telinga


o Gangguan pada mulut, tenggorokan, hidung atau saluran nafas bagian atas yang
berisiko menimbulkan gangguan fungsi pendengaran
- Kaji penggunaan obat yang dapat menimbulkan risiko gangguan pendengaran
- Kaji riwayat operasi dan alergi

B. Pemeriksaan Fisik Telinga

- Pemeriksaan Daun Telinga & bagian-bagiannya

Anda mungkin juga menyukai