Pembimbing:
dr. Yudhisman Sp.S
ANGGOTA KELOMPOK
Dinar Y Firdaus 030.12.083
Audrey Desiree S 030.12.038
Aditya Yogarama 030.11.006
Heri Angga P 030.12.123
Yurika Afianti 030.13.215
Nur Alim 030.13.241
Novita Valentina 030.12.192
Aristya Nur F 030.12.033
Interpretasi
- Normosmia; kemampuan menghidu normal, tidak terganggu.
- Hiposmia, kemampuan menghidu menurun, berkurang.
- Hiperosmia; meningkatnya kemampuan menghidu, dapat dijumpai pada penderita
hiperemesis gravidarum atau pada migren.
- Parosmia; tidak dapat mengenali bau-bauan, salah hidu.
- Kakosmia; persepsi adanya bau busuk, padahal tidak ada.
- Halusinasi penciuman; biasanya berbentuk bau yang tidak sedap, dapat dijumpai pada
serangan epilepsi yang berasal dari girus unsinat pada lobus temporal, dan sering disertai
gerak mengecap-ngecap (epilepsi jenis parsial kompleks).
Catatan :
Selama pemeriksaan ini harus dicegah agar klien tidak memfiksasi matanya pada lampu
senter, sebab dengan demikian akan ada pula refleks akomodasi yang juga menyebabkan
mengecilnya pupil. Oleh karena itu klien harus selalu melihat jauh selama pemeriksaan.
7. PENILAIAN DIPLOPIA
- Menerangkan tujuan pemeriksaan kepada klien.
- Klien diminta untuk tidur terlentang.
- Pemeriksa menempatkan pena atau jari-jari pada posisi vertikal sejauh 50 cm dari mata
penderita dalam arah penglihatan sentral.
- Tangan yang lain memegang kelopak mata atau dagu klien untuk fiksasi kepala.
- Pemeriksa menggerakkan pena secara perlahan ke arah lateral, medial, atas, bawah, dan
ke arah yang miring yaitu atas-lateral, bawah-medial, atas-medial dan bawah-lateral.
- Perhatikan apakah mata klien dapat mengikuti gerakan itu dan tanyakan apakah klien
melihat ganda (diplopia).
Catatan :
Diplopia (melihat kembar) dijumpai pada kelumpuhan otot penggerak bola mata. Tentukan
pada posisi mana (dari mata) timbul diplopia. Bila satu mata ditutup, bayangan mana yang hilang.
Minta klien menunjukkan posisi dari bayangan. Arah posisi bayangan yang salah mennjukkan arah
gerakan otot yang lumpuh; jarak bayangan menjadi bertambah besar.
8. PENILAIAN NYSTAGMUS
Catatan :
Pemeriksaan nistagmus dilakukan waktu memeriksa gerakan bola mata. Waktu memeriksa
gerak bola mata, harus diperhatikan apakah ada nistagmus. Nistagmus ialah gerakan bolak-balik
bola mata yang involunter dan ritmik.
Pada saat melakukan pemeriksaan gerakan bola mata, klien diminta melirik terus ke satu
arah (misalnya ke kanan, ke kiri, ke atas dan bawah) selama jangka waktu 5 atau 6 detik. Jika ada
nistagmus hal ini akan terlihat dalam jangka waktu tersebut.
Tetapi mata jangan terlalu jauh dilirikkan, sebab hal demikian dapat menimnbilkan
nistagmus pada orang yang normal (end position nystagmus; nistagmus posisi ujung).
Bila pemeriksa mendapatkan adanya nistagmus, maka harus diperiksa:
1. Jenis gerakannya
2. Bidang gerakannya
3. Frekuensinya
4. Amplitudonya
5. Arah gerakannya
6. Derajatnya
7. Lamanya
INTERPRETASI:
Refleks kornea langsung adalah refleks kornea dimana perangsangan dan respon yang didapat
terjadi pada sisi yang sama, sedangkan pada refleks kornea konsensual diperoleh kedipan mata
pada kedua sisi atas perangsangan sesisi.
INTERPRETASI:
Kelumpuhan NVII Tipe UMN, bila kelumpuhan hanya terdapat pada daerah mulut (m.
orbicularis oris). Tipe LMN, bila kelumpuhan terjadi baik pada daerah mulut maupun pada
mata (m. orbicularis oculi) dan dahi (m. frontalis).
INTERPRETASI:
Bila ada paresis, maka rahang bawah akan berdeviasi ke arah yang lumpuh. Kadang-kadang
sulit menetukan adanya deviasi.
Maka diperlukan alternatif lain;
1. Digunakan garis antara kedua gigi insisivus (gigi seri) sebagai patokan.
2. Perhatikan kedudukan gigi insisivus atas dan bawah waktu mulut tertutup, dan perhatikan
kedudukannya waktu mulut dibuka, apakah ada deviasi. Hal ini perlu dilakukan bila
terdapat pula paresis nervus VII.
INTERPRETASI:
Hipestesia, parestesia dan anestesia harus diselidiki batas-batasnya dengan jelas. Pada adanya
neuralgia, klien dapat menyatakan bahwa sentuhan atau penekanan daerah wajah tertentu
dapat disusul dengan bangkitnya nyeri. Tempat itulah yang disebut sebagai trigger point.
14. PENILAIAN INDRA PENGECAPAN (NERVUS KRANIALIS VII DAN IX: NERVUS
FASIALIS SENSORIK DAN NERVUS GLOSOFARINGEUS SENSORIK
- Pemeriksa menulis rasa larutan yang disediakan.
- Meminta penderita menjulurkan lidah.
- Mengeringkan lidah dengan tissue.
- Meminta penderita tutup mata dan meneteskan larutan yang telah disediakan.
- Larutan yang diberikan yaitu gula, kina, asam sitrat atau garam.
- Meminta penderita buka mata, tetap menjulurkan lidah, dan menunjuk rasa larutan yang
telah tertulis di kertas.
INTERPRETASI
Kerusakan nervus VII, sebelum percabangan khorda timpani dapat menyebabkan ageusi
(hilangnya pengecapan) pada 2/3 lidah bagian depan. Kerusakan pada atau di atas nervus
petrosus major dapat menyebabkan kurangnya produksi air mata, dan lesi khorda timpani
dapat menyebabkan kurangnya produksi ludah.
INTERPRETASI:
Kelumpuhan N IX dan X dapat menyebabkan disfagia. Sering dijumpai pada hemiparesis
dupleks, yang disebut juga sebagai kelumpuhan pseudo-bulber. Persarafan N. IX dan x adalah
bilateral, karenanya kelumpuhan supranuklear baru terjadi bila ada lesi bilateral.
INTERPRETASI:
Bila terdapat paresis otot-otot faring dan falatum molle, maka palatum molle, uvula, dan
arkus faring sisi yang lumpuh letaknya lebih rendah daripada yang sehat dan bila bergerak,
uvula dan arkus seolah-olah tertarik ke bagian yang sehat. Bila terdapat parese di kedua belah
pihak, maka tidak didapatkan gerakan dan posisi uvula dan arkus faring lebih rendah.
29. DISDIADOKOKINESIS
Pasien diminta untuk menggerakkan kedua tangannya bergantian pronasi dan supinasi dalam posisi
siku diam dengan cepat. Pemeriksaan ini dilakukan baik dengan mata terbuka. Pada pasien dengan
gangguan serebelum atau lobus frontalis, gerakan pasien akan melambat atau menjadi kikuk.
32. NYSTAGMUS
Pasien disuruh melirik terus ke satu arah(misalnya ke kanan, ke kiri, ke atas, bawah) selama
jangkawaktu 5 atau 6 detik. Jika ada nistagmus hal ini akan terlihat dalam jangka waktu tersebut.
Graphestesia
Pemeriksaan graphesthesia dilakukan dengan cara menulis beberapa angka pada bagian
tubuh yang berbeda-beda dari kulit penderita. Pasien diminta mengenal angka yang
digoreskan pada bagian tubuh tersebut sementara mata penderita ditutup. Besar tulisan
tergantung luas daerah yang diperiksa. Alat yang digunakan adalah pensil atau jarum tumpul.
Bandingkan kanan dengan kiri.
Stereognosis = Astereognosis
Diperiksa pada tangan. Pasien menutup mata kemudian diminta mengenal sebuah benda
berbentuk yang ditempatkan pada masing-masing tangan dan merasakan dengan jari-jarinya.
Ketidakmampuan mengenal benda dengan rabaan disebut sebagai tactile anogsia atau
astereognosis. Syarat pemeriksaan, sensasi proprioseptik harus baik.
Refleks biseps
b. Refleks Triseps : extremitas superior
Triseps Pees Refleks (TPR)
Pusat: C6 C8
Cara:
- Lengan penderita semifleksi
- Ketok insersio tendon m. triseps (atas olekranon)
- Jawaban: lengan bawah ekstensi
Refleks Triseps
c. Refleks Kuadrisep Femoris : extremitas inferior
= Knee Pees Refleks (KPR)
= Refleks Patella
Pusat: L2, L3, L4
Cara:
- Tungkai di fleksi gantungkan
- Ketok tendon m. kuadriseps femoris (bawah patella)
- Jawaban: kontraksi m. kuadriseps femoris ekstensi tungkai
Refleks patella (KPR)
INTERPRETASI :
Refleks positif (+), bila bibir atas dan bawah menjungur atau kontraksi otot-otot di sekitar
bibir atau di bawah hidung. Refleks ini ditemukan pada penyakit-penyakit yang mengenai
lobus frontalis seperti demensia, ensefalopati metabolik, trauma kepala tertutup dan
hidrosefalus.
INTERPRETASI :
Refleks positif (+), bila stimulasi tersebut menimbulkan gerakan bibir, rahang bawah seolah-
olah menetek. Refleks ini ditemukan pada penyakit-penyakit yang mengenai lobus frontalis
seperti demensia, ensefalopati metabolik, trauma kepala tertutup dan hidrosefalus.
INTERPRETASI : Refleks positif (+), bila terdapat kontraksi pada muskulus mentalis dan
orbikularis oris ipsilateral. Refleks ini ditemukan pada penyakit-penyakit yang mengenai
lobus frontalis seperti demensia, ensefalopati metabolik, trauma kepala tertutup dan
hidrosefalus.
INTERPRETASI:
Nyeri didapatkan pada osteoporosis, infeksi atau keganasan.
B. KERNIGS SIGN
1. Pasien berbaring telentang. Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien.
2. Fleksikan salah satu paha pasien pada persendian panggul sampai membuat sudut 90 derajat.
3. Ekstensikan tungkai bawah sisi yang sama pada persendian lutut sampai membuat sudut 135
derajat atau lebih.
4. Lakukan Interpretasi:
Kernigs sign: negatif (= Normal, apabila ektensi lutut mencapai minimal 135 derajat)
Kernigs sign positif (= Abnormal, yaituapabila tidak dapat mencapai 135 derajat atau terdapat
rasa nyeri.
5. Lakukan hal yang sama untuk tungkai sebelahnya dan interpretasikan hasilnya.
C. BRUDZINSKI I
1. Pasien berbaring telentang tanpa bantal kepala. Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien.
2. Letakkan tangan kiri di bawah kepala, tangan kanan di atas dada kemudian lakukan fleksi
kepala dengan cepat kearah dada pasien sejauh mungkin.
3. Lakukan Interpretasi :
Brudzinski I negatif (Normal) bila pada saat fleksi kepala, tidak terjadi fleksi involunter
kedua tungkai pada sendi lutut
Brudzinski I positif (abnormal) bila terjadi fleksi involunter kedua tungkai pada sendi lutut.
D. BRUDZINSKI II
1. Pasien berbaring telentang. Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien.
2. Fleksikan satu tungkai pada sendi lutut, kemudiansecara pasif lakukan fleksi maksimal pada
persendian panggul, sedangkan tungkai yang satu berada dalam kedaan ekstensi (lurus).
3 Lakukan Interpretasi :Brudzinski II positif (abnormal) bila tungkai yangdalam posisi ekstensi
terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut. Brudzinski II negatif (normal) apabila
tidak terjadi apa-apa.
4 Lakukan hal yang sama untuk tungkai yang satunya. Interpretasikan hasil pemeriksaan Anda.
E. BRUDZINSKI III
1. Pasien berbaring telentang. Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien.
2. Lakukan penekanan pada kedua os zygomatikus kiri dan kanandengan menggunakan ibu jari
pemeriksa.
3. Lakukan Interpretasi:
Brudzinski III positif (abnormal) apabila terjadi fleksi involunter kedua ekstremitas superior
pada sendi siku. Brudzinski III negatif (normal) apabila tidak terjadi apa-apa saat penekanan
os zygomaticus.
F. BRUDZINSKI IV
1. Pasien berbaring telentang. Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien.
2. Lakukan penekanan pada symphysis os pubis dengan tangan kanan pemeriksa.
3. Lakukan Interpretasi:
Brudzinski IV positif (abnrmal) apabila terjadi fleksi involunterkedua tungkai pada sendi
lutut. Brudzinski IV negatif (normal) apabila tidak terjadi apa-apa.
61. PENILAIAN FONTANEL
A. INSPEKSI DAERAH KEPALA
Lakukan penilaian pada bagian kepala antara lain :
1 Maulage yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir, asimetris atau tidak
2 Ada tidaknya caput suksedanum, yaitu edema di kepala, lunak dan tidak berfluktuasi, batasnya
tegas dan menyeberangi sutura dan akan hilang dalam beberapa hari.
3 Ada tidaknya cephal hematoma, yang terjadi sesaat setelah lahir dan tidak tampak pada hari
pertama karena tertutup oleh caput. Akan hilang dalam waktu 2-6 bulan.
4 Ada tidaknya perdarahan, yang terjadi karena pecahnya vena yang menghubungkan jaringan
diluar sinus dalam tengkorak. Batasnya tidak tegas.
B. PALPASI KEPALA
Lakukan palpasi sepanjang garis sutura dan fontanel pada saat bayi duduk dan tenang
1 Nilai ukuran lebarnya
Fontanel bayi normal adalah datar atau sedikit cekung dan berdenyut, namun bayi normal dapat
memperlihatkan penonjolan fontanel saat menangis atau berbaring.
Fontanel anterior/atas berbentuk segi empat dan umumnya berdiameter 5 cm.
Fontanel posterior berbentuk segi tiga dan berdiameter sekitar 1, 25 cm.
Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm, moulding yang buruk atau
hydrocephalus.
Sutura dan fontanel yang terlalu cepat menutup sebelum masanya disebut Craniosynostosis.
2 Nilai penonjolannya/cekungannya
Fontanel yang menonjol mengindikasikan peninggian tekanan intra kranial (TIK) pada bayi
misalnya ada meningitis atau hydrocephalus.
Fontanel yang cekung menunjukkan keadaan dehidrasi
3 Apakah fontanel masih terbuka atau sudah tertutup
Fontanel anterior umumnya menutup pada saat bayi berumur 6 8 minggu
Fontanel posterior umumnya menutup pada saat bayi berumur sekitar 18 bulan