112019195
Pembimbing: dr. Rossada Adiarti, Sp.M
1.Pemeriksaan Visus
Seperti pemeriksaan tanda vital yang merupakan bagian terpenting saat melakukan pemeriksaan fisik,
pemeriksaan visus dilakukan pada setiap pemeriksaan mata walaupun pasien tidak ada keluhan utama
tentang visus. Visus dapat dibagi menjadi sentral dan perifer, dapat diukur dengan ketajaman penglihatan
dan uji lapang pandang.
Uji lapang pandang wajib di lakukan dalam pemeriksaan oftalmologik yang lengkap karena penderita
kelainan lapang pandang berat sekalipun bisa tidak sadar. Sebab lapang pandang kedua mata tumpang
tindih, maka tujuan diagnostik setiap mata harus di uji secara terpisah. Ini membandingkan penglihatan
perifer pasien dengan yang Anda miliki, dengan asumsi bahwa penglihatan perifer anda normal. Pasien
duduk menghadap pemeriksa dengan satu mata ditutup, sementara pemeriksa menutup mata sebelahnya.
Objek pada pertengahan jarak pasien dan pemeriksa memungkinkan perbandingan langsung , lapang
pandang setiap mata pasien dan pemeriksa. Karena pasien dan pemeriksa saling bertatapan, setiap
kehilangan fiksasi oleh pasien akan diketahui.
Pada penilaian kasar , acungkan dan gerakkan satu jari Anda sebagai target di tengah-tengah anda dan
juga pasien, perlahan-lahan gerakkan jari anda dari perifer ke tengah dan dari arah yang berbeda-beda.
Minta pasien tersebut mengatakan “sudah” saat target pertama terlihat, ini harus terjadi saat anda juga
melihat objeknya. Untuk arah temporal, mulai gerakkan jari anda dari sekitar belakang pasien. Perkirakan
sudut aksis anterior posterior dari mata dan aksis perifer di mana objek pertama terlihat. Hasil normal
adalah sekitar 50 derajat ke atas, 90 derajat temporal, 70 derajat ke inferior, 60 derajat nasal. Sensitivitas
uji konfrontasi dapat ditingkatkan dengan menggabungkan uji jari yang bergerak dengan target merah
yang bergerak. Pegang pin merah berukuran 5mm di luar batas setiap kuadran antara aksis horizontal dan
vertikal. Gerakkan ke dalam dan tanyakan pasien untuk mengatakan apakah pin tersebut terlihat berwarna
merah.
2.Pupil
Pada pemeriksaan ini pupil harus simetris , dan masing-masing pupil harus diperiksa ukuran , bentuk
(bulat atau tidak teratur ) , dan reaktivitasnya terhadap cahaya serta akomodasi.Untuk menghindari
akomodasi , pasien diminta menatap objek jauh saat lampu senter diarahkan ke masing-masing mata.
Kondisi pencahayaan yang remang membantu memunculkan respons pupil dan paling jelas
memperlihatkan pupil kecil secara abnormal. Selain itu, pupil yang abnormal besar kemungkinan lebih
jelas pada pencahayaan latar belakang yang terang. Respons langsung pada cahaya ditunjukkan dengan
terjadinya konstriksi pupil mata yang disinari. Reaksi ini dapat digolongkan menjadi reaksi cepat dan
lambat. Respons kosensual adalah kontriksi serentak yang normal dan pupil sebelahnya yang tidak
disinari.
Senter digerakkan maju-mundur di depan kedua pupil, kemudian membandingkan reaksi kedua pupil
terhadap rangsangan pada masing-masing pupil, yang seharusnya identik. Apabila respons neural
terhadap rangsangan di mata kiri mengalami gangguan, respons pupil kedua mata akan menurun saat
mata kiri dirangsang dibandingkan saat mata kanan yang dirangsang. Saat cahaya digerakkan dari mata
kanan ke mata kiri, kedua pupil normalnya akan berdilatasi dengan beralihnya cahaya dari mata kanan
dan tidak akan berkonstriksi atau membesar ketika mata kiri disinari. Ketika cahaya kembali berpindah ke
mata kanan, kedua pupil akan mulai berdilatasi dengan menjauhnya cahaya dari mata kiri kemudian
secara normal berkonstriksi ketika cahaya menyinari mata kanan.
3. Motilitas Mata
Motilitas mata di periksa untuk menguji kesejajaran kedua mata dan gerakannya , baik masing-masing
mata maupun kedua mata.
Uji Kesejajaran
Pada pasien normal menghasilkan bayangan visual yang terpisah dari dan independent dari mata yang
sebelahnya, otak harus dapat menyatukan kedua bayangan ini untuk menghindari visus ganda. Hal ini
dihasilkan dengan menempatkan masing-masing mata sedemikian rupa sehingga kedua fovea secara
bersamaan terfiksasi pada objek yang dilihat.
Uji tutup mata dilakukan dengan meminta pasien memandang objek yang jauh dengan kedua mata
terbuka. Bila kedua mata terfiksasi bersama pada objek tersebut , menutup satu mata tidak akan
mempengaruhi posisi atau fiksasi lanjutan pada mata sebelahnya. Uji ini digunakan untuk mengukur
kesejajaran mata.
Pemeriksa segera menutup satu mata dan mengamati dengan cermat untuk mengetahui apakah mata
sebelahnya tidak bergerak yang menunjukkan bahwa mata tersebut terfiksasi pada objek yang sama. Bila
mata sebelahnya tidak sejajar secara identic , melainkan bergeser secara abnormal ke dalam atau keluar
berarti mata tersebut tidak terfiksasi bersamaan pada objek tersebut. Oleh sebab itu , mata yang abnormal
akan cepat bergerak mencari objek , bila mata yang sebelumnya terfiksasi ditutup. Fiksasi masing-masing
mata diuji bergantian.
4. Pemeriksaan Luar
Pemeriksaan luar umum adneska mata lesi kulit, pertumbuhan dan tanda inflamasi seperti edema, eritema,
teraba hangat dan nyeri tekan dievaluasi dengan inspeksi dan palpasi langsung.
Penilaian palpebra dinilai perubahan warna apakaha ada kemerahan atau radang, putih karena sikatriks.
Perubahan bentuk apakah ada bengkak, retraksi oleh parut, paralisis. Palpasi dengan mengecek apakah
ada nyeri tekan, panas, krepitasi. Bentuk kelopak mata simteris atau tidak. Posisi palpebra diperiksa
apakah adanya kelainan, seperti ptosis.
5. Pemeriksaan Slitlamp
Biomikroskopi Slitlamp Dasar
Pasien duduk dan kepala ditopang dengan penunjang dagu dan penahan dahi yang dapat diatur. Dengan
menggunakan slitlamp saja, setengah anterior bola mata dapat dilihat. Detail tepi palpebra dan bulu mata,
permukaan konjungtiva bulbi dan palpebrae, film air mata dan kornea, iris, serta aqueous dapat diteliti.
Melalui pupil yang berdilatasi, lensa kristalinadan bagian anterior vitreus dapat diperiksa pula. Karena
berkas cahaya celah lampu membentuk potongan sagittal optic mata, letak anteroposterior yang
mengalami kelainan dapat ditentukan dengan tepat.
Eversi Palpebra
Dilakukan untuk memeriksa permukaan dalam palpebra superior, dapat dilakukan dengan menggunakan
slitlamp atau tanpa bantuan alat tersebut. Pemeriksaan ini harus selalu dilakukan bila pemeriksa
mencurigai adanya benda asing superficial
Pewarnaan Fluoresen
Pewarnaan khusus untuk kornea dan menonjolkan setiap iregularitas permukaan epitelnya. Secarik kertas
steril atau anetesik local dan ditempelkan pada permukaan dalam palpebra inferior, dengan menteskan
pewarna kekuningan itu pada film air mata. Sinar dari slitlamp diubah menjadi biru dengan filter sehingga
menyebabkan pewarna berflouresensi.
Lensa Khusus
Dapat memperluas dan menambah pembesaran pemeriksaan slitlamp pada bagian dalam mata. Lensa
gonio Goldmann dan Posner-Zeiss memiliki cermin bersudut untuk memberikan garis pandang yang
sejajar dengan permukaan iris dan di perifer ketaut antara iris dan kornea, yang tidak dapat dilihat
langsung. Lensa tiga cermin Goldmann memiliki dua cermin lain selain cermin gonioskopi, ketika pupil
berdilatasi dapat dilakukan pemeriksaan dan terapi laser retina.
6. Tonometri
Palpasi adalah cara yang paling mudah tetapi juga yang paling teliti karena bersifat subjektif dan
memerlukan pengalaman pemeriksaan. Bisa dilakukan dengan membandingkan antara mata kanan dan
kiri atau dengan mata pemeriksa. Penderita diminta melirik ke bawah tanpa menutup mata kemudian
letakkan dua jari pemeriksaan diatasnya dengan satu jari yang lain menahan secara bergantian secara
fluktuasi dan undulasi.
Tonometri Schiotz
Merupakan prosedur yang cukup terjangkau. Cara pemeriksaan yaitu penderita berbaring, mata yang
diperiksa diberi tetes anestesi local (pantokain 0,5%) kemudian tonometer yang telah diberi beban
tertentu diletakkan perlahan diata kornea. Pembacaan pada skala diterjemahkan ke dalam nilai dengan
menggunakan tabel konversi. Kekurangan dari pemeriksaan ini adalah apabila sklera terlalu lembek misal
pada pasien miom hasil pembacaan menjadi terlalu rendah karena hasil pemeriksaan menggunakan
tonometer ini sangat dipengaruhi kekakuan sklera. Pemeriksaan ini tidak boleh dilakukan jika terdapat
infeksi luar bola mata abrasi kornea, perforasi kornea, udem kornea leukoma kornea dan nistagmus.
Tonometer dinamik merupakan teknik pengukuran terbaru dengan penyesuaian permukaan dan ujung
tonometer yang diletakkan di permukaan Kornea mempunyai tekanan yang konstan ini yang
membedakan dari tonometer aplanasi yang lain. Cara kerja dengan menggunakan sensor Solid state dan
pencocokan kontur kornea dengan tujuan untuk mengukur tekanan intraokular secara relatif dan hasil
tidak dipengaruhi dari faktor rigiditas kornea.
Tonometri aplanasi Gold Man efek kekakuan Clara dapat dihilangkan sehingga hasilnya lebih tepat
tonometer ini bekerja berdasarkan hukum imperfect yang berlaku pada kondisi bola yang ideal dan kering
tidak seperti pada mata manusia. Tonometri ini dipasang pada slit lamp diberi anestesi topikal
menggunakan sinar kobalt biru yang diarahkan dengan sudut 60° ujung tonometer disentuhkan pada
puncak kornea sambil memutar tombol tekan sampai terlihat gambar huruf F yang terbalik besarnya
tekanan intraokular dilihat pada skala tombol tekanan.