Anda di halaman 1dari 87

Iwan Cahyo

SARAF KRANIAL Claudy Thalia


Christine Tjahjadinata

1
2
NERVUS OPTIKUS
3
NERVUS II (OPTIKUS)

4
FUNGSI

Untuk menerima dan menginterpretasi impuls


yang berupa cahaya

5
JARAS
Sel Batang dan
Kerucut, Sel Bipolar, Nervus Optikus Optik Kiasma
Sel Ganglion

Radiosio optik Korpus Genikulatum


Traktus Optikus
Lateral

Lobus Oksipital Area 17 : Pusat persepsi cahaya


(Area 17, Area 18, Area 18 : Menerima dan menginterpretasi
Area 19) impuls
Area 19 : Pengenalan dan persepsi visual
yang kompleks (ukuran, bentuk,
orientasi, warna)

6
PEMERIKSAAN
Tujuan :
• Mengukur ketajaman pengelihatan (visus)
• Mempelajari lapang pandang
• Memeriksa keadaan papil optik
Cara :
• Pemeriksaan ketajaman pengelihatan dilakukuan dengan menggunakan
gambar snellen
• Pemeriksaan lapang pandang dengan metode konfrontasi dari Donder
• Pemeriksaan keadaan papil optik dengan menggunakan funduskopi

7
8
NERVUS OKULOMOTORIUS,
NERVUS TROKLEARIS, DAN
NERVUS ABDUCENS
9
FUNGSI NERVUS III (OKULOMOTORIUS)
Somatik Motor
 Menginervasi m. rectus superior, m. rectus medial, m.
rectus inferior, dan m. rectus inferior oblique, m. Levator
palpebrae
Visero-Motorik
 Menginervasi m. sfingter pupile dan m. siliare

10
FUNGSI NERVUS IV (TROKLEARIS)
 Menginervasi m. superior oblique  menggerakan bola
mata ke bawah dan ke nasal

11
JARAS NERVUS III & IV
Area presentralis (area 8)

Traktus kortikomesensefalis menyilang pada


mesensefalon (ventral periaquaductus)

Nukleus nervus III & IV

Otot
12
FUNGSI NERVUS VI (ABDUCENS)

• Menginervasi m.rectus lateral melirik mata ke


lateral

13
JARAS NERVUS VI
Area presentralis (area 8)

Traktus kortikomesensefalis menyilang pada pons

Serabut radikular nervus abdusen keluar melalui


permukaan ventral dari pons pada posisi lateral dari
arteri basilar

Otot

14
15
PEMERIKSAAN NERVUS III, IV, VI

1. Pemeriksaan posisi bola mata


2. Pemeriksaan gerak bola mata
3. Pemeriksaan refleks cahaya langsung
4. Pemeriksaan refleks cahaya tidak langsung
5. Pemeriksaan refleks akomodasi

16
GANGGUAN N. III

1. Ptosis
2. Tidak bisa melirik ke atas, ke bawah, dan ke
arah nasal/medial
3. Kelumpuhan saraf parasimpatis yang
mengakibatkan midriasis pupil

17
GANGGUAN N. IV

1. Paling sering karena trauma


2. Diplopia horizontal, kesukaran naik turun tangga, dan
membaca buku.

18
GANGGUAN N. VI

1. Kemampuan melirik ke arah luar terganggu


2. Diplopia horizontalis
3. Saat melihat ke depan mata yang sakit lebih
aduksi.

19
NERVUS OLFAKTORIUS
20
NERVUS I (OLFAKTORIUS)

Fungsi : sensorik khusus (menghidu, membaui)


Mekanisme: Rangsangan  serabut saraf
membran mukosa hidung  area kribriformis
tulang etmoidal  bersinaps di bulbus olfaktorius
 traktus olfaktorius berjalan di bawah lobus
frontal  lobus temporal bagian medial sisi yang
sama.

21
Stimulus

Olfactory nerves

Cribiform plate

Olfactory bulb

Olfactory tract

Lateral olfactory stria Medial olfactory stria


(parahippocampal gyrus) (Limbic system)

22
23
24
25
PEMERIKSAAN N. I
Tujuan : mendeteksi adanya gangguan menghidu, mengetahui
apakah gangguan tersebut disebabkan gangguan saraf atau
penyakit hidung lokal

Cara pemeriksaan :
1. Periksa apakah lubang hidung ada sumbatan, kelainan
setempat
2. Menggunakan zat pengetes (kopi, teh, tembakau)
3. Lubang hidung diperiksa satur per satu dengan jalan menutup
lubang hidung lainnya dengan tangan
4. Mata dipejamkan
26
GANGGUAN
Kerusakan disebabkan oleh kelainan sekitarnya.
Contoh :
 Meningioma  mengganggu bulbus olfaktorius dan traktus
olfaktorius
 Tumor dasar lobus frontal  menekan traktus olfaktorius
 Tumor di alur olfaktorius/ pinggir tulang sfenoid (meingioma) 
sindrom Foster Kennedy :
 Anosmia ipsilateral karena tekanan langsung pada bulbus atau
traktus olfaktorius
 Atrofi optik ipsilateral karena jejas pada saraf optik ipsilateral
 Sembab papil (papiledema) kontralateral karena peningkatan
tekanan intrakranial
27
NERVUS TRIGEMINAL
28
NERVUS V
1. Nervus kranial terbesar
2. Sensorik dan motorik
 Sensorik (portio major/larger component) sebagian besar
bagian kepala
 Motorik (portio minor/smaller component) otot mastikasi
3. Terbagi jadi tiga cabang yang mempersarafi daerah berbeda
di wajah
1. Ophthalmic nerve (V1)
2. Maxillary nerve (V2)
3. Mandibular nerve (V3)
29
GANGLION TRIGEMINAL DAN NUKLEUS
TRIGEMINAL
1. Ganglion trigeminal terdiri atas sel ganglion
pseudounipolar, ujung perifernya berakhir pada
reseptor

2. Sentuh,tekan, diskriminasi taktil, nyeri, dan temperatur.


Sedangkan ujung sentralnya akan berhubungan
dengan nukleus di batang otak ( principal sensory
nucleus, spinal nucleus, dan mesencephalic nucleus )

30
31
32
33
34
35
PENYEBAB GANGGUAN

1. Neuralgia trigeminus idiopatis


2. Trauma kapitis
3. Infeksi oleh Herpes Zoster
4. Penyakit Sjogren
5. Sistemik lupus eritematosus

36
NERVUS FASIALIS
37
FUNGSI
1. Somatomotorik
Otot-otot wajah, otot platisma, stilohioid, digastrikus
posterior, stapedius telinga tengah
2. Viseromotorik
Glandula dan mukosa faring, palatum, rongga hidung, sinus
paranasal, glandula submaksilar, sublingual dan lakrimalis.
(Parasimpatik)
3. Viserosensorik
Pengecapan 2/3 anterior lidah
4. Somatosensorik
Eksteroseptif (overlap dengan daerah yang dipersarafi oleh
N.V, IX, X, C2-3 pula). Sulit diperiksa secara spesifik.

38
39
40
41
NERVUS FASIALIS
1. Nukleus komponen motorik nervus fasialis terletak
di ventrolateral tegmentum pontis
2. Dalam perjalanannya, N. VII melewati fossa
kranialis posterior, selanjutnya memasuki meatus
akustikus internus bersama dengan nervus
intermedius dan N. VIII

42
NERVUS FASIALIS
1. Di dalam meatus, N. Fasialis dan N. Intermedius
berjalan ke arah lateral di kanalis fasialis menuju
ganglion genikulatum
2. Setinggi ganglion, kanalis fasialis menurun curam
menuju ujung bawah kanalis fasialis dan keluar dari
tengkorak melalui foramen stilomastoideum.
3. Masing-masing serabut motoriknya kemudian
didistribusikan ke seluruh regio wajah

43
Otot-otot yang dipersarafi :
M. orbikularis oris dan M. orbikularis okuli, M.
businator, M. oksipitalis, M. frontalis, M. stapedius,
M. platisma, M. stilohioideus

44
45
PEMERIKSAAN NERVUS FASIALIS
Fungsi Motorik :
• Muka  Simetris.
• Kerutan pada dahi, plika nasolabialis, sudut mulut,
fissura palpebra.
• Gerakan spontan sewaktu tersenyum, mengedipkan
mata
• Mengangkat alis dan mengerutkan dahi 
kerutannya simetris atau tidak. Pada sisi yang
lumpuh kerutan berkurang atau menghilang.

46
PEMERIKSAAN NERVUS FASIALIS
•Memejamkan mata, kemudian pemeriksa mengangkat
kelopak mata pasien sementara pasien masih tetap
memejamkan matanya. Jika terjadi kelumpuhan maka
pasien tidak dapat mempertahankan pejamannya pada
sisi yang lumpuh
• Menyeringai, mencucurkan bibir, menggembungkan pipi.
Pada sisi yang lumpuh sudut mulut tertinggal. Pada
pasien yang tidak sadar, dapat diberikan rangsang nyeri
dengan menekan sudut rahangnya, lihat apakah simetris
atau tidak

47
PEMERIKSAAN NERVUS FASIALIS
Fungsi Sensorik :
 Uji pengecapan
 Rasa manis, asam, asin, dan pahit

48
49
GANGGUAN
1. Kontraktur
 Tertariknya otot  plika nasolabialis terlihag lebih jelas
dibanding pada sisi lebih sehat
2. Sinkinesia (associated movement)
 Otot-otot tidak dapat digerakkan satu persatu atau
tersendiri; selalu timbul gerakan bersama
 Pasien memejamkan mata  otot orbikularis oris ikut
berkontraksi dan sudut mulut terangkat
 Pasien mengembungkan pipi  kelopak mata ikut
merapat
3. Spasme spontan
 Otot wajah bergerak secara spontan tidak terkendali
(tic facialis) 50
NERVUS VESTIBULOCOCHLEAR
51
Terdiri atas 2 berkas saraf
 N.vestibularis  berhubungan dengan sensasi dan posisi
gerak kepala dalam menjaga keseimbangan.

 N.cochlearis  berhubungan dengan fungsi pendengaran.

Merupakan saraf sensoris

Saraf ini akan meninggalkan permukaan anterior otak diantara


pons dan medulla oblongata, dan melewati fossa cranii
posterior kemudian masuk ke meatus acusticus internus bersama
N.facialis.
52
53
54
55
56
NERVUS KOKHLEARIS
57
58
PEMERIKSAAN : TES PENDENGARAN

1. Garpu tala (frekuensi 128 Hz, 256 Hz, 512 Hz)

2. Tes Weber  umumnya pasien mendengar bunyi pada


telinga dengan konduksi tulang yang lebih baik atau
dengan komponen konduktif yang lebih besar

59
60
PEMERIKSAAN : TES PENDENGARAN
Tes Rinne  membandingkan konduksi tulang dan udara
 (+)  konduksi udara lebih baik daripada tulang

 (-)  konduksi tulang lebih baik daripada udara

61
GANGGUAN
Tuli
1. Tuli perseptif/tuli saraf
2. Tuli konduktif (tuli obstruktif/tuli transmisi

Tinitus
 Persepsi bunyi berdenging di telinga oleh karena eksitasi atau iritasi
pada alat pendengaran, saraf, inti serta pusat yang lebih tinggi

Hiperakusis
 Mengingginya ketajaman pendengaran yang bersifsat patologis
didapatkan pada paralisis muskulus stapedius, migren, psikoneurosis
dan juga merupakan aura dari epilepsi lobus temporalis

62
NERVUS VESTIBULARIS
63
64
HUBUNGAN BATANG OTAK
1. Berhubungan dengan N III,IV, VI (otot ekstraokular)
2. Mengurus gerak terkonjugasi bola mata yang
reflektoris terhadap gerakan serta posisi kepala
3. Membuat mata dapat memfiksasi pada benda yang
diam pada saat kepala dan bada berada dalam
keadaan bergerak

65
HUBUNGAN BATANG MEDULA SPINALIS

Terjadi traktus vestibulo-spinalis lateralis dan


medialis
Fungsi :
Membantu refleks miotatik lokal
Mengatur tonus otot ekstensor badan dan
anggota gerak terhadap gravitasi
Mempertahankan sikap tegak

66
HUBUNGAN DENGAN SEREBELUM

Archicerebellum  melalui serabut inti dari


vestibularis ke motor neuron medula spinalis dan
melalui hubungan serebelo-retikuler dan
retikulospinal
Fungsi : mempertahankan keseimbangan
Paleocerebellum mempengaruhi tonus otot,
dalam hubungannya dengan sikap gerakan,
melalui inti-inti vestibular dan nukleus ruber

67
TES KESEIMBANGAN

Romberg test  dengan mata tertutup, tangan dilipat


pada dada atau direntangkan ke depan. Jika ada
kelainan maka penderita akan jatuh ke arah lesi.

Berjalan Tandem  penderita berjalan dengan tumit


kaki yang satu didepan jari-jari kaki lainnya.
Perhatikan, apakah ada deviasi.
68
69
GANGGUAN

1. Vertigo
2. Rasa tidak stabil
3. Kehilangan keseimbangan
4. Nistagmus
5. Salah tunjuk (“past pointing”)

70
NERVUS GLOSOFARINGEUS DAN
NERVUS VAGUS
71
ANATOMI
N. IX N. X
Nukleus ambigus Nukleus ambigus
bagian atas. bagian tengah.
Serabut aferen. Serabut eferen.

72
FUNGSI
Terutama fungsi sensorik untuk N.IX dan fungsi
motorik untuk N. X

Somatomotorik dan somatosensorik

Viseromotorik dan viserosensorik

73
PEMERIKSAAN
 Fungsi Motorik (Kualitas suara pasien; menelan
makanan padat, lunak, dan air; membuka mulut)

 Refleks faring, okulokardiak, sinus karotikus

 Cegukan

 Pengecapan (1/3 posterior lidah)

 Fungsi otonom (takikardia dan bradikardia)

74
PENYEBAB KELAINAN
 Keadaan patologis foramen jugulare
 Aneurisma A. vertebralis
 Idiopatik
 Stroke bilateral
 Sklerosis lateral amiotrofik
 Gangguan pada N. Laringeus Rekurens

75
NERVUS AKSESORIUS
76
77
FUNGSI
Somatomotorik (satu sisi kontralateral)
Otot sternokleidomastoideus
Otot trapezius

78
PEMERIKSAAN
1. M. Sternocleidomastoideus saat istirahat dan bergerak
(Kontur, atrofi, tenaga otot)

2. M. Trapezius saat istirahat dan bergerak


(Posisi bahu, atrofi, fasikulasi, tenaga otot)

79
KELAINAN
1. Lesi Supranuklir (Korteks atau traktus
piramidalis)
2. Lesi Nuklir (Siringobulbi dan sclerosis lateral
amiotrofik)
3. Lesi Infranuklir (Ekstramedular: dalam
tengkorak, foramen jugulare, dan di leher)

80
NERVUS HIPOGLOSUS
81
ANATOMI
 Serabut korteks traktus piramidalis dari satu sisi kontralateral

 Nukleus di medulla oblongata, ventral dasar ventrikel IV

 Nervus keluar dari fossa posterior melalui kanal hipoglosal


 turun di leher dekat angulus mandibula  melewati
bawah arteri karotis interna dan vena jugularis interna dan
berjalan di antaranya menuju A. Karotis eksterna.

82
83
FUNGSI
Somatomotorik :
•Otot intrinsik lidah (bentuk)

•Otot ekstrinsik lidah (gerak)

84
PEMERIKSAAN
1. Inspeksi lidah istirahat dan bergerak
 Besar lidah
 Sama bagian kiri dan kanan
 Atrofi
 Berkerut
 Mencong
 Tremor
2. Tenaga lidah
85
KELAINAN
1. Lesi Supranuklir (L)
2. Lesi Nuklir (A dan F)
3. Lesi Infranuklir (A)

86
TERIMA KASIH

87

Anda mungkin juga menyukai