Anda di halaman 1dari 8

Nama : Nadhira Putri Ramadhina

NIM : 04011282328129
Kelas : Alpha
Learning Issue Tutorial Skenario A Blok 5
Nervi cranialis (12), paralisis pada nervus facialis dan nervus vestibulicochlearis yang
berhubungan sesuai skenario kasus

A. Nervi craniales
Dua belas pasang nervus cranialis adalah bagian systema nervosum
periphericum/sistem saraf tepi (SST) dan melewati foramina atau fissura pada cavitas
cranii. Semua nervus kecuali satu, nervus accessorius berasal dari encephalon.
1. Nervus olfactorius
Merupakan saraf sensorik yang memiliki fungsi sebagai penghidu. Neuron sensoris
nya memiliki processus peripheralis yang berperan sebagai reseptor olfactorii pada
mucosa cavitas nasi dan processus centralis yang mengembalikan informasi ke
encepalon.
2. Nervus opticus
Merupakan saraf sensorik untuk penglihatan. Serabut saraf ini mengambalikan
informasi ke encephalon dari fotoreseptor pada retina. Nervus opticus memasuki
cavitas cranii melalui canalis opticus.
3. Nervus oculomotorius
Merupakan saraf motoric yang memiliki fungsi untuk mengontrol sebagian besar
pergerakan bola mata, kontraksi pupik, mempertahankan terbuka kelopak mata, dan
memfokuskan lensa.
4. Nervus trochlearis
Merupakan saraf motoric. Nervus ini nervus cranialis yang membawa serabut-serabut
GSE untuk mempersarafi musculus obliquus superior.
5. Nervus trigeminus
Merupakn saraf sensorik dan motoric. Nervus ini adalah nervus sensorius utama regio
capitis, dan juga mempersarafi musculi yang menggerakkan rahang bawah. Tiga
divisi terminal dari nervus trigeminus keluar dari tepi anterior ganglion trigeminale,
dengan urutan dari atas ke bawah adalah:
a. nervus ophthalmicus (V1) : saraf sensori utama wajah bagian atas yang meliputi
sentuhan, suhu, dan rasa sakit.
b. nervus maxillaris (V2) : saraf sensori utama wajah bagian bawah.
c. nervus mandibularis (V3) : input dari lidah, gigi bawah, kulit dibawah dagu, dan
motoric berupa gerakan mengunyah.
6. Nervus abducens
Merupakan saraf motoric. Nervus ini mempersarafi musculus rectus lateralis dan
pergerakan mata kea rah lateral.
7. Nervus facialis
Merupakan saraf sensorik dan motoric. Nervus facialis melekat pada permukaan
lateral truncus encephali, di antara pons dan medulla oblongata. Nervus ini terdiri dari
radix motoria yang besar dan radix sensoria yang lebih kecil (nervus intermedius).
Radix motoria dan radix sensoria melintasi fossa cranii posterior dan meninggalkan
cavitas cranii melalui meatus acusticus internus. Nervus facialis [VII] berlanjut di
sepanjang canalis facialis, memberi cabang nervus stapedius dan chorda tympani,
sebelum keluar dari cranium melalui foramen stylomastoideum. Fungsi sensoriknya
adalah menerima rangsang dari 2/3 bagian anterior lidah untuk diproses di otak
sebagai sensasi rasa. Sedangkan fungsi motoriknya adalah mengendalikan otot wajah
untuk menciptakan ekspresi wajah.
8. Nervus vestibulocochlearis
Merupakan saraf sensorik. Terbagi menjadi dua divisi, yaitu komponen vestibularis
untuk kesimbangan dan komponen cochlearis untuk pendengaran. Nervus
vestibulocochlearis melekat ke permukaan lateral truncus encephali, di antara pons
dan medulla, setelah keluar dari meatus acusticus internus dan melintasi fossa cranii
posterior. Kedua divisi bersatu menjadi satu nervus yang tampak pada fossa cranii
posterior di dalam substantia pars petrosa tulang temporale.
9. Nervus glossopharyngeus
Merupakan saraf motoric dan sensorik. Fungi sensorinya adalah menerima rangsang
dari 1/3 bagian posterior lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa. Fungsi
motorisnya adalah membantu menelan
10. Nervus vagus
Merupakan saraf motoric dan sensori. Fungsi sensorinya adalah menerima rangsang
dari organ dalam dan fungsi motoriknya adalah mengendalikan organ dalam.
11. Nervus accessories
Merupakan saraf motoric. nervus cranialis yang membawa serabut-serabut GSE untuk
mempersarafi musculus sternocleidomastoideus dan musculus trapezius
12. Nervus hypoglossus
Merupakan saraf motoric. Nervus ini keluar sebagai beberapa fila radicularia dari
permukaan anterior medulla oblongata, ke lateral melintasi fossa cranii posterior dan
keluar melalui canalis nervi hypoglossi. Nervus ini mempersarafi musculi hyoglossus,
styloglossus, dan genioglossus dan semua musculus instrinsik lingua. Pergerakan
lidah saat bicara dan mengunyah.
B. Paralisis nervus facialis
1. Perjalanan nervus facialis
Nervus craniales ketujuh yang keluar dari batang otak diantara pons dan medulla
oblonganta. Nervus facialis muncul sebagai sebuah radix motoria dan sebuah radix
sensoria (nervus intermedius). Radix berjalan ke lateral di dalam fossa cranii posterior
bersama nervus vestibulocochlearis dan masuk ke meatus acusticus intemus pada pars
petrosa ossis temporalis. Saraf fasialis merupakan saraf kranial terpanjang yang
berjalan di dalam tulang temporal, sehingga sebagian besar kelainan saraf fasialis
terletak di dalam tulang temporal.
Dalam perjalannnya di dalam tulang temporal, saraf fasialis dibagi dalam 3
segmen, yaitu segmen labirin, segmen timpani, dan segmen mastoid. Segmen labirin
merupakan bagian terpendek (2-4 mm) terletak di antara akhir kanal akustikus
internus dan ganglion genikulatum. Segmen timpani (panjang kira-kira 12 mm)
terletak di antara bagian distal ganglion genikulatum dan berjalan ke arah posterior
telinga tengah, kemudian naik ke arah tingkap lonjong dan stapes, lalu turun dan
kemudian terletak sejajar kanalis semisirkularis horizontal.
Segmen mastoid merupakan segmen terpanjang (1,5- 2 cm) berjalan mulai dari
dinding medial dan superior kavum timpani, selanjutnya berjalan ke arah kaudal
menuju foramen stilomastoid. Setelah keluar dari dalam tulang mastoid, saraf fasialis
menuju kelenjar parotis dan membagi diri untuk mensarafi otot-otot wajah.

Saat keluar dari foramen stylomastoideus, nervus facialis bercabang menjadi rami
auricularis anterior. Saraf ini kemudian melewati kelenjar parotis, tetapi tidak
memberikan innervasinya pada kelenjar ini. Saat melewati kelenjar ini, nervus facialis
membentuk plexus parotidis, yang bercabang menjadi lima dan menginnervasi otot-
otot mimik wajah (temporalis, zygomaticus, buccalis, mandibularis marginalis, dan
cervicalis).
Bagian motorik, atau saraf wajah, mempersarafi semua otot wajah. Otot-otot
utama adalah otot frontalis, orbicularis oculi, buccinator, orbicularis oris, platysma,
perut posterior digastrik, dan otot stapedius. Bagian sensorik, atau saraf perantara,
memiliki fungsi, yaitu pengecapan pada dua pertiga anterior lidah, serabut sekretorik
dan vasomotor ke kelenjar lakrimal, selaput lendir hidung dan mulut, serta kelenjar
ludah submandibular dan sublingual, impuls sensorik kulit dari meatus auditorius
eksterna dan daerah belakang telinga.
2. Paralisis nervus
Paralisis facialis dibagi menjadi dua jenis, yaitu lesi UMN (upper motor neuron)
dan lesi LMN (lower motor neuron). Neuron yang menginervasi wajah bagian bawah
menerima persarafan UMN dari korteks motorik kontralateral. Lesi UMN akan
menyebabkan paralisis facial unilateral tanpa adanya gangguan fungsi M. Frontalis
dan M. Orbicularis oculi. Lesi UMN seringkali disertai dengan hemiparesis
ekstremitas akibat kerusakan cerebrokortikal yang besar seperti pada stroke.
Sedangkan lesi LMN, seperti pada Bell’s Palsy akan menyebabkan kelemahan otot-
otot wajah unilateral termasuk M. Frontalis dan M. Orbicularis oculi.

3. Kaitan dengan kasus (Sisi kiri wajah datar, lagophtalmus sebelah kiri, plica
nasolabialis kiri datar, lipatan dahi tidak simetris)
Diketahui bahwa terjadi fraktur transversal di os temporale sinistra yang
mengakibatkan kerusakan pada meatus acusticus internus. Kemudian, hal ini
berdampak pada nervus facialis yang keluar melewati meatus acusticus internus,
sehingga tidak dapat menghantarkan motoric ke cabang-cabang diluarnya. Hal
tersebutlah yang menimbulkan berbagai gejala seperti pada scenario. Sisi kiri wajah
datar, lagophtalmus sebelah kiri, plica nasolabialis kiri datar, lipatan dahi tidak
simetris ini semua terjadi karena radix motoris dari nervus facialis tidak bisa
mengantarkan impuls saraf ke area otot wajah.
Lagophtalmus sebelah kiri diakibatkan nervus facialis tidak bisa mensarafi
musculus orbicularis oculi (pars palpebralis dan orbitalis). Plica nasolabialis kiri datar
dikarenakan oleh nervus facialis tidak bisa mensarafi m. orbicularis oris. Lipatan dahi
tidak simestris dikarenakan nervus facialis tidak bisa mensarafi musculus frontalis.
Kemudian dari semua tanda tersebut dapat disimpulkan bahwa pada kasus merupakan
lesi lower motor neuron atau infranuclear lesions of the facial nerve.

C. Paralisis nervus vestibulocochlearis


1. Perjalanan nervus vestibulocochlearis
Nervus vestibulocochlearis merupakan saraf sensorik yang terdiri atas dua berkas
saraf: nervus vestibularis dan nervus cochlearis. Saraf-saraf ini meninggalkan
permukaan anterior otak di antara pons dan medulla oblongata. Saraf-saraf ini
melewati fossa cranii posterior dan masuk ke meatus acusticus internus bersama
dengan nervus facialis.
Serabut vestibular merupakan pusat pengolahan impuls dari se1-se1 saraf
ganglion vestibulare yang terletak di dalam meatus acusticus internus. Serabut
vestibularis berasal dari vestibulum dan canalis semicircularis; karena itu serabut-
serabut ini berperan dalam kesimbangan.
Serabut-serabut cochlear merupakan pusat pengolahan impuls dari sel-sel saraf
ganglion spirale cochleae. Serabutserabut cochlear berasal dari organum spirale Corti,
karena itu berperan dalam pendengaran.

2. Kaitan dengan kasus paralisis nervus vestibulocochlearis


Pada kasus dikatakan bahwa terjadi fraktur transversal os temporale sinistra.
Fraktur transversal ini memiliki saris fraktur berasal dari foramen magnum berjalan
tranversal menyebrang apeks petrosus, menyebrang kanalis auditori internal dan
kapsul otik, yang berakhir pada foramen spinosum dan laserum. Struktur koklea dan
vestibuler seringkali rusak, serta sering pula melukai saraf fasialis. Dengan adanya
kondisi tersebut menyebabkan paralisis dari nervus vestibulocochlearis sehingga tidak
bisa menghantarkan impuls saraf ke otak. Hal ini mengakibatkan tuli sensorineural
dan gangguan keseimbangan.

Daftar pustaka
1. Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Gray’s Anatomy: Anatomy of the Human Body.
Elsevier; 2014.
2. Snell RS. Anatomi klinis berdasarkan sistem. Suwahjo A, Liestyawan YA (ed).
Jakarta : EGC, 2011.
3. Munilson J, Edward Y, Rusdi D. Terapi Medikamentosa pada Paralisis Saraf Fasialis
Akibat Fraktur Tulang Temporal. Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(1).
4. Walker HK. Cranial Nerve VII: The Facial Nerve and Taste. In: Walker HK, Hall
WD, Hurst JW, editors. Clinical Methods: The History, Physical, and Laboratory
Examinations. 3rd edition. Boston: Butterworths; 1990. Chapter 62. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK385/
5. Walker NR, Mistry RK, Mazzoni T. Facial Nerve Palsy. [Updated 2023 Jul 4]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK549815/
6. Perdana RF, Purnami N. Fraktur Tulang Temporal Dengan Komplikasi Cedera Saraf
Fasialis. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga; 2018.
7. Tanna RJ, Lin JW, De Jesus O. Sensorineural Hearing Loss. [Updated 2023 Aug 23].
In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK565860/

Anda mungkin juga menyukai