Anda di halaman 1dari 10

NEUROANATOMI

NERVUS FASIALIS

Pembimbing :
Dr. Moh. Arief Rachman Kemal, Sp.S

Disusun oleh :
Dhira brata abdillah
1965050093

KEPANITERAAN ILMU PENYAKIT SARAF


PERIODE 13 JULI - 25 JULI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
2020
NEUROANATOMI NERVUS FASIALIS (N VII )

Nervus fasialis (N VII) adalah saraf kranial yang mempunyai serabut-serabut sensori
berupa somatosensorik dan viserosensorik dan motorik berupa somatomotorik dan
viseromatorik. Nervus fasialis atau Saraf ke VII berjalan melalui meatus acusticus internus.
Selanjutnya N Facialis akan berjalan dalam canalis facialis. Dalam canalis facialis, N Facialis
membentuk ganglion geniculatum dan Chorda tympani kemudian keluar melalui foramen
stylomastoideus yang selanjutnya mempersarafi otot-otot wajah.

Nervus fasialis mengandung 4 macam serabut, yaitu:


1. Serabut somato-motorik, yang mensarafi otot-otot wajah (kecuali m.levator palpebrae
(N.III), otot platisma, stilohioid, digastrikus bagian posterior dan stapedius di telinga
tengah.
2. Serabut visero-motorik (parasimpatis) yang datang dari nukleus salivarius superior.
Serabut saraf ini mengurus glandula dan mukosa faring, palatum, rongga hidung,
sinus paranasal, dan glandula submaksilar serta sublingual dan lakrimalis.
3. Serabut visero-sensorik yang menghantar impuls dari alat pengecap di dua pertiga
bagian depan lidah.
4. Serabut somato-sensorik rasa nyeri (dan mungkin juga rasa suhu dan rasa raba dari
sebagian daerah kulit dan mukosa yang disarafi oleh n.trigeminus. Daerah
overlapping (disarafi oleh lebih dari satu saraf (tumpang tindih) ini terdapat di lidah,
palatum, meatus akustikus eksterna dan bagian luar gendang telinga.

Nervus fasialis merupakan saraf motorik yang menginervasi otot-otot ekspresi wajah,
selain itu saraf ini membawa serabut saraf parasimpatis ke kelenjar ludah dan air mata dan ke
selaput mukosa rongga mulut dan hidung, dan juga ia menghantar berbagai jenis sensasi,
termasuk eksteroseptif dari daerah gendang telinga, sensasi pengecap 2/3 bagian depan lidah, dan
sensasi visceral umum dari kelenjar ludah, mukosa hidung dan faring, dan sensasi proprioseptif
dari otot-otot yang disarafinya.
Secara anatomis, bagian motorik saraf ini terpisah dari bagian yang menghantarkan
sensasi dan serabut parasimpatis yang disebut saraf intermedius atau pars intermedius Wisberg,
saraf ini termasuk bagian dari saraf fasialis. Sel sensoriknya terletak di ganglion genikulatum,
pada lekukan saraf fasialis di kanal fasialis. Sensasi pengecapan dari 2/3 bagian depan lidah
dihantarkan melalui saraf lingual ke korda timpani dan kemudian ke ganglion genikulatum.
Serabut yang menghantarkan sensasi eksteroseptif mempunyai badan selnya di ganglion
genikulatum dan berakhir pada akar desendens dan inti akar desendens dari saraf trigeminus ( N
V).
Inti motorik nervus fasialis terletak di pons . Serabutnya mengitari inti nervus VI dan
keluar di bagian lateral pons. Nervus intermedius keluar di permukaan lateral pons diantara
nervus VII dan nervus VIII lalu kemudian memasuki meatus akustikus internus. Disini nervus
fasialis Bersatu dengan nervus intermedius dan menjadi satu berkas saraf yang berjalan dalam
kanalis fasialis dan kemudian masuk kedalam os mastoid. Ia keluar dari tulang tengkorak melalui
foramen stylomastoid, dan bercabang untuk mensarafi otot-otot pada wajah.

Tabel 1. Nervus Fasialis


Nama Komponen Asal Fungsi
Nervus (a) Eferen Nukleus nervus Otot-otot ekspresi wajah,
fasialis(NVII) brankialis fasialis m.platisma, m.stilohioideus, m.
digastrikum
Nervus (b) Eferen Nukleus Glandula nasalis dan glandula
intermedius visceral salivatorius lakrimalis, glandula salivasi,
lengkung superior glandula sublingialis dan
brankial kedua glandula submandibularis
Aferen visceral Ganglion Pengecapan (2/3 anterior lidah)
khusus genikulatum
Aferen somatik Ganglion Telinga luar, bagian kanalis
genikulatum auditorius, permukaan eksternal
membrana timpanikum
(somatosensorik)

Nukleus komponen motorik nervus fasialis terletak di bagian ventrolateral tegmentum


pontis. Neuron nucleus motorik ini analog dengan sel-sel kornu anterior medulla spinalis, namun
secara embriologi berasal dari lengkung brankial kedua. Serabut radiks nucleus ini memiliki
perjalanan yang rumit. Didalam batang otak, serabut ini berjalan memutari nucleus abdusen
( membentuk yang disebut genu internum nervus vasialis, dan membentuk penonjolan kecil di
dasar ventrikel keempat (kolikulus fasialis). Serabut ini kemudian membentuk gelondong padat,
yang berjalan di ventrolateral menuju ujung kaudal pons dan kemudian keluar dari batang otak,
menembus ruang subaraknoid di cerebellopontine angle, dan kemudian memasuki meatus
akustikus internus bersama dengan nervus intermedius dan nervus vestibulokoklearis. Didalam
meatus, nervus fasialis dan nervus intermedius terpisah dari nervus kranialis VIII dan berjalan
kea rah lateral di kanalis fasialis menuju ganglion genikulatum. Setinggi ganglion, kanalis
fasialis menurun curam (genu eksternum nervus fasialis). Pada ujung terendah kanalis fasialis,
nevus fasialis keluar dari tengkorak melalui foramen stilomastoideus. Masing masing serabut
motoriknya kemudian didistribusikan ke seluruh regio wajah (beberapa diantaranya adayang
berjalan menembus glandula parotis). Serabut-serabut tersebut mempersarafi semua otot ekspresi
wajah yang berasal dari lengkung brankial kedua, yaitu, m. orbicularis oris dan m. orbicularis
okuli, m. businator, m. oksipital, m. frontalis, dan otot-otot yang lebih kecil di daerah ini, seperti
m. stapedius, m. platysma, m . stilohioideus, dan venter posterior m. digastrikum.
Nukleus motorik nervus fasialis berperan pada beberapa lengkung refleks, yaitu refleks
kornea, refleks kedip, dan refleks stapedius, refleks kornea pada awalnya impuls soamtosensorik
dari membrane mukosa mata berjalan di nervus oftalmikus ke nucleus prinsipalis sensorius
nervus trigeminus (lengkung aferen). Setelah membentuk sinaps disini, impuls meneruskan
perjalanannya ke nuclei nervus fsialis dan kemudian melalui nervus fasialis ke mm. orbukularis
okuli pada kedua sisi (lengkung eferen), apabila terdapat gangguan di lengkung refleks ini akan
menghilangkan refleks kornea, yaitu ketika kornea terangsdang, mata akan terpejam secara
refleks. Kemudian pada refleks kedip, stimulus visual yang kuat mencetuskan kolikulus superior
untuk mengirimkan impuls visual ke nucleus fasialis di pons melalui traktus tektobulbaris, yang
mengakibatkan mata segera menutup. Pada refleks stapedius, impusl auditorik dihantarkan dari
nukelus dorsalis korpus trapezoideus ke nukelus fasialis dan menimbulkan kontraksi atau
relaksasi m. stapedius, tergantung dari kekuatan stimulus auditoriknya.
Otot-otot bagian atas wajah mendapat persarafan dari 2 sisi. Karena itu, terdapat
perbedaan antara gejala kelumpuhan saraf ke VII jenis sentral dan perifer. Pada gangguan
sentral, sekitar mata dan dahi yang mendapatkan persarafan dari 2 sisi, tidak lumpuh, namun
yang lumpuh ialah bagian bawah dari wajah. Pada gangguan saraf ke VII jenis perifer (gangguan
berada di inti atau di serabut saraf) maka semua otot sesisi wajah lumpuh dan mungkin juga
termasuk cabang saraf yang mengurus pengecapan dan sekresi ludah yang berjalan bersama saraf
fasialis.
Nervus intemedius mengandung beberapa komponen aferen dan eferen. Serabut aferen
gustatorik yaitu badan sel serabut aferen untuk pengecapan terletak di ganglion genikulatum,
yang mengandung sel-sel pseudounipolar yang meneyrupai sel-sel di ganglia spinalis. Beberapa
serabut aferen ini berawal dari kuncup pengecap pada 2/3 bagian anterior lidah. Awalnya serabut
ini mneyertai nervus lingualis (cabang nervus mandibularis, divisi terbawah nervus trigeminus),
dan berjalan melalui korda timpani menuju ganglion genikulatum, dan kemudian di dalam
nervus intermedius menuju nucleus traktus solitarius. Nukleus ini juga menerima serabut
gustatorik dari nervus glosofaringeus, yang berperan dalam pengecapan di 1/3 bagian posterior
lidah dan papilla valata, dan dari nervus vagus, yang berperan dalam pengecapan di epiglottis.
Dengan hal ini, pengecapan dipersarafi oleh tiga saraf yang berbeda yaitu N VII, IX, dan X pada
kedua sisi. Hal ini menyebabkan ageusia total akibat lesi saraf, yang sangat jarang terjadi.

Gambar 1. Serabut gustatorik aferen dan jaras gustatorik

Serabut somatik aferen merupakan beberapa serabut somatik untuk area kecil telinga luar
(pinna) kanalis auditorius eksternus, dan permukaan eksternal membrane timpani (gendang
telinga) berjalan di dalam nervus fasialis ke ganglion genikulatum dan kemudian ke nuklei
sensorik nervus trigeminus. Lesi kutaneus pada herpes zoster otikus terjadi akibat keterlibatan
serabut aferen somatik ini.
Serabut sekretorik eferen merupakan nervus intermedius yang dimana nervus ini
mengandung serabut parasimpatis eferen yang berasal dari nukleus salivatori superior, yang
terletak di medial dan kaudal nucleus motorik nervus fasialis. Beberapa serabut radiks nucleus
ini meninggalkan cabang utama nerbus fasialis setinggi ganglion genikulatum dan melanjutkan
ke ganglion pterigopalatinum ke glandula mukosa nasal. Serabut radiks lainnya berjalan lebih ke
kaudal, melalui korda timpani dan nervus lungualis, ke ganglion submandibularis, tempat
ditemukannyarelay sinaptik. Nukleus salivatorius superior menerima input dari sistem
olfaktorius melalui fasikulus longitudinalis dorsalis. Hubungan ini memberikan dasar anatomis
untuk refleks salivasi sebagai respons terhadap aroma yang membangkitkan selera. Glandula
lakrimalis menerima input sentralnya dari hipotalamus (emosi) melalui formasio retikularis
batang otak, serta dari nucleus spinalis nervus trigeminus (iritasi konjungtiva).

Gambar 2. Persarafan parasimpatis kelenjar di kepala


Bagian inti motorik yang mengurus wajah bagian bawah mendapat persarafan dari
korteks motorik kontralateral, sedangkan yang mengurus wajah pada bagian atas mendapatkan
persarafaan dari kedua sisi korteks motorik (bilateral). Karena itu apabila kerusakan sesisi pada
Upper Motor Neuron (UMN) dari nervus VII (lesi pada traktus piramidalis atau korteks motorik)
akan mengakibatkan kelumpuhan pada otot-otot wajah bagian bawah, sedangkan bagian atasnya
tidak. Penderita masih bisa mengangkat alis, mengerutkan dari dan menutup mata (persarafan
bilateral), namun ia kurang dapat mengangkat sudut mulut (menyeringai, memperlihatkan gigi
geligi) pada sisi yang lumpuh bila disuruh. Kontraksi involunter masih dapat terjadi, bila
penderita tertawa secara spontan, maka sudut mulut dapat terangkat.
Pada lesi Lower Motor Neuron (LMN), semua gerakan otot wajah, baik yang volunter,
maupun involunter, lumpuh. Lesi supranuklir ( upper motor neuron) nervus VII sering
merupakan bagian dari hemiplegia. Hal ini dapat dijumpai pada strok dan lesi-butuh-ruang
( space occupying lesion) yang mengenai korteks motorik, kapsula interna, thalamus,
mesensefalon dan pons diatas inti nervus VII. Dalam hal ini pengecapan dan salivasi tidak
terganggu. Kelumpuhan nervus VII supranuklir pada kedua sisi dapat dijumpai pada paralisis
pseudobulbar.
Bells palsi merupakan gangguan nervus fasialis idiopatik yang sering terjadi pada 25 dari
100.000 orang per tahunnya.

Gambar 3. Kelumpuhan wajah


Gangguan ini berupa paresis flasid dari semua otot wajah (termasuk otot dahi), tergantung lokasi
lesinya. Pemulihan total tanpa terapi terjadi pada 60-80% pasien. Pemberian steroid (prednisolon
1mg/kg/ hari selama 5 hari), mempercepat pemulihan dan menyebabkan pemulihan total pada
lebih dari 90% kasus juga dimulai dalam 10 hari setelah onset keumpuhan wajah. Reinervasi
parsial atau yang salah arah pada otot-otot yang terkena setelah episode kelumpuhan nervus
fasialis idiopatik kadang-kadang menimbulkan kontraktur wajah atau gerakan abnormal
tambahan lainnya (sinkinesia) pada ekpresi otot-otot wajah. Reinervasi yang salah arah juga
menjelaskan fenomena “air mata buaya” yaitu lakrimalis involunter terjadi ketika pasien makan,
Penyebabnya adalah regenerasi serabut sekretorik yang ditunjukan untuk glandula salivatorius
terdapat di jalur yang salah di sepanjang selubung sel Schwann serabut yang berdegenerasi, yang
mempersarafi glandula lakrimalis, oleh sebab itu, beberapa impuls untuk salivasi juga
menginduksi lakrimasi.

1. Kelumpuhan perifer pada


otot-otot yang dipersarafi
oleh nervus fasialis (otot-
otot ekspresi wajah),
gangguan pendengaran
atau tuli, dan penurunan
eksitabilitas vestibular.
2. Kelumpuhan perifer dan
gangguan pengecapan,
lakrimasi, dan salivasi.
3. Kelumpuhan perifer pada
otot-otot ekspresi wajah,
gangguan pengecapan
serta salivasi, dan
gangguan pendengaran.
4. Kelumpuhan otot-otot
ekspresi wajah dan gangguan pengecapan dan salivasi.
5. Kelumpuhan perifer otot-otot ekspresi wajah.

Gambar 4. Komponen bervus fasialis


dan defisit khasi yang disebabkan oleh
lesi pada berbagai tempat di sepanjang
perjalannya.
Pemeriksaan untuk nervus fasialis (N VII) dibagi menjadi 2 yaitu pemeriksaan untuk
fungsi motorik dan fungsi pengecapan. Dalam pemeriksaan motorik, menentukan muka pasien
simetris atau tidak, adakah kerutan pada dahi, perhatikan pejaman mata, plika nasolabialis dan
sudut mulut. Bila asimetris, maka hal ini dapat disebabkan oleh kelumpuhan jenis perifer. Dalam
hal ini kerutan dahi menghilang, mata kurang dipejamkan, plika nasolabialis mendatar dan sudut
mulut menjadi lebih rendah. Pada kelumpuhan jenis sentral (supranuklir), muka dapat simetris
waktu istirahat, kelumpuhan baru nyata bila penderita disuruh untuk melakukan gerakan,
misalnya menyeringai. Pada kelumpuhan jenis supranuklir sesisi, penderita dapat mengangkat
alis dan mengerutkan dahi. Sebab otot-otot ini mendapatkan persarafan bilateral . Pada
kelumpuhan jenis perifer terlihat adanya asimetris. Pasien tidak dapat memejamkan mata bila
kelumpuhan tersebut berat. Bila kelumpuhan ringan maka tenaga untuk ememjamkan mata
kurang kuat. Penderita yang tadinya dapat bersiul menjadi tidak mampu lagi setelah adanya
kelumpuhan. Gejala Chvostek dibangkitkan dengan jalan mengetok nervus VII. Ketokan
dilakukan di bagian depan telinga. Bila positif, ketokan ini menyebabkan kontraksi otot yang
dipersarafinya. Pada tetani didapatkan gejala Chvostek positif, tetapi ia dapat juga positif pada
orang normal. Dasar gejala Chvostek ialah bertambah pekanya nervus fasialis terhadap rangsang
mekanik.
Kerusakan nervus VII, sebelum percabangan khorda timpani, dapat menyebabkan ageusi
(hilangnya rasa pengecapan), pada 2/3 lidah bagian depan. Untuk pemeriksaannya penderita
disuruh menjulurkan lidah, kemudian pada lidahnya bubuk gula, kina, asam sitrat atau garam
bergiliran. Bila bubuk ditaruh, ppasien tidak boleh menarik lidahnya ked alma mulut, agar
terhindar dari penyebaran bubuk di daerah lidah lainnya. Kemudian pasien menyatakan
penegcapan yang dirasakannya. Kerusakan pada atau di atas nervus petrosus major dapat
menyebabkan kurangnya produksi air mata, dan lesi khorda timpani dapat menyebabkan
kurangnya produksi ludah.
DAFTAR PUSTAKA

1. Duus, Baehr M, Frotscher M. Diagnosis Topik Neurologi. Edisi 5. Jakarta: EGC, 2017.
Hal: 132 – 139.
2. Lumbantobing, SM. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: FK UI.
2016; 55-60.

Anda mungkin juga menyukai