Disusuun oleh:
Novi Marini
2065050067
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
JAKARTA
2020
1. Embriologi Nervus Fascialis
Nervus fascialis secara embriologis berasal dari arcus pharyngealis atau
branchialis kedua. Arcus kedua ini disebut C juga arcus hyoideus karena berperan
dalam pembentukan cornu inferior dan bagian atas dari corpus os hyoideum (sisa
bagian dari os hyoideum dibentuk oleh arcus ketiga). Nervus fascialis memberikan
inervasi motorik dan sensorik untuk otot-otot yang berasal dari arcus pharyngealis
kedua, termasuk otot-otot mimik wajah, posterior belly dari musculus digastricus,
stylohyoideus dan stapedius. Cabang motorik dari nervus fascialis berasal dari lamina
basalis dari embrio pons, dimana cabang sensorisnya berasal dari crista neuralis
cranialis.1
Meskipun 2/3 anterior dari lidah berasal dari arcus pharyngealis kedua yang
nanti akan membentuk nervus trigeminus (V), tidak semua bagian dari lingua dilayani
oleh nervus trigeminus (V). Rami lingualis dari cabang nervus V yaitu nervus
mandibularis (V3) melayani rasa umum (tekanan, suhu, dan raba) untuk bagian
anterior dari lidah lewat serat-serat viscero afferen umum. Serat-serat saraf untuk rasa
kecap dilayani oleh cabang chorda tympani dari nervus facialis lewat serat-serat
viscero-afferen.2
a. Segmen intracranialis (cisternal). Bagian motorik dari nervus facialis berasal dari
nucleus nervus facialis yang terletak di pons, sedangkan bagian sensoris dan
parasimpatis berasal dari nervus intermediatus.
b. Segmen meatus (dari batang otak menuju ke meatus acouticus internus). Dari batang
otak, bagian motorik dan sensoris dari nervus facialis bergabung dan berjalan di fossa
cranialis posterior sebelum memasuki pars petrosus os temporalis melalui meatus
acousticus internus. Saat keluar dari meatus acousticus internus, saraf ini berjalan
berkelok-kelok melalui canalis facialis, yang nantinya bercabang menjadi segmen
labirin, tympani, dan mastoid.
a. Rami Intracranialis4,5
b. Rami Extracranialis2
Di kelenjar parotis bercabang menjadi enam cabang utama yaitu: rami temporalis,
rami zygomaticum, rami buccalis, rami mandibularis marginalis, rami cervicalis,
dan auricularis posterior.
a. Fungsi Motorik
Menarik sudut mulut ke bawah (bandingkan konsistensi otot platisma kanan dan
kiri). Pada kelemahan ringan, kadang-kadang tes ini dapat mendeteksi kelemahan
nervus facialis pada stadium dini.
b. Fungsi Pengecapan
Lesi pada nukleus fasialis biasanya terjadi karena stroke atau tumor. Serabut di
serebelopontin dapat rusak akibat meningitis basalis, neuroma akustik, meningioma, kelainan
A.basilaris . Nukleus fasialis juga menerima impuls dari talamus yang mengarahkan gerakan
ekspresi emosional otot wajah. Selain itu juga berhubungan dengan ganglia basalis. Jika
bagian dari sistem piramidal ini yang terkena lesi maka akan terjadi penurunan ekspresi
wajah (hipomimia atau amimia) seperti pada penyakit Parkinson, atau reaksi hiperkinetik
yang menyebabkan spasme mimetik fasial atau blefarospasme. Hubungan dengan talamus
dan ganglia basalis tersebut tidak diketahui dengan jelas. Lesi nervus fasialis dapat pula
terjadi pada kanalis fasialis berupa otitis media, mastoiditis, kolesteatom, fraktur tulang
temporal. Tic fasialis disebabkan oleh spasme otot fasialis.3
Tanda-tanda klinis lain yang menyebabkan adanya gangguan pada nervus facialis adalah:
Hiperakusis: Disfungsi pada musculus stapedius akan menyebabkan tulang-tulang
pendengaran menjadi tidak aktif, dan timbul suara yang distorsi dan menggema di
telinga.5
Bell’s Palsy: Kelumpuhan pada otot-otot mimik wajah yang penyebabnya masih belum
jelas. Diduga karena adanya spasme vaskular dari arteri di canalis facialis yang melayani
saraf ini, inflamasi, dan edema pada saraf di dalam canal tulang. Area yang mengalami
kelumpuhan terlihat distorsi dan melengkung. Tonus dari orbicularis oculi menurun
menyebakan kelopak mata bawah seperti terjatuh. Cairan air mata tidak membasahi
seluruh permukaan kornea, menyebabkan lubrikasi kornea menjadi tidak adekuat. Hal ini
menyebabkan kornea menjadi rentan mengalami ulcerasi. Jika terjadi kelumpuhan pada
musculus buccinator dan orbicularis oris, makanan akan terakumulasi pada vestibulum
oris selama proses mengunyah. Kelemahan pada otot-otot di bibir menyebabkan kesulitan
berbicara, bersiul atau meniup.2
Bell’s palsy tidak dapat menutup mata pada sisi yang sakit
Reflex Cornea: Timbul refleks berkedip pada kedua mata jika salah satu mata yang
dirangsang. Ini disebabkan karena aferen dari refleks kornea dibawa oleh nervus
trigeminus sedangkan eferennya dibawa oleh nervus facialis ke musculus orbicularis
oculi.5
Herpes yang mengenai Ganglion Geniculatum (Sindrom Ramsay Hunt) Herpes zoster
bisa berada dalam kondisi dorman di ganglion geniculatum saat awalnya terkena
varicella, sesaat kemudian infeksi virus ini kembali muncul yang ditandai dengan
munculnya vesikel eritema di daerah sekitar meatus 10 acousticus externus. Gejalanya
berupa hilangnya rasa kecap pada lidah 2/3 anterior dan juga kelumpuhan pada otot-
otot mimic.5
a. Kongenital8
b. Infeksi9
· HSV (Herpes Simplex Virus) pada bell’s palsy, terdapat hipotesis oleh
McCormick 1972 bahwa HSV tetap laten pada ganglion genikulatum sedangkan
pada ramsay hunt ditemukan VZV (Varicella Zooster Virus). Para ahli
menyebutkan bahwa pada BP terjadi proses inflamasi akut pada nervus fasialis di
daerah tulang temporal, di sekitar foramen stilomastoideus. BP hampir selalu
terjadi secara unilateral. Namun demikian dalam jarak waktu satu minggu atau
lebih dapat terjadi paralysis bilateral. Penyakit ini dapat berulang atau kambuh
(Mardjono,2003). Patfisnya karena proses inflamasi pada nervus fasialis yang
menyebabkan peningkatan diameter nervus fasialis sehingga terjadi kompresi dari
saraf tersebut pada saat melalui tulang temporal (Mardjono,2003, Davis,2005).
Pada radang herpes zoster di ganglion genikulatum, nervus fasialis bisa ikut
terlibat sehingga menimbulkan kelumpuhan fasialis LMN, LMN akan timbul
bergandengan dengan tuli perseptif ipsilateral dan ageusia.
· Bulbar polio/polio paralysis, terjadi kelemahan otot wajah yang diperdarafi n.VII,
terjadi kerusakan di brainstem akibat invasi dari virus polio
c. Tumor9
d. Trauma10
Fraktur basis cranii, dimana secara anatomi merupakan daerah yang diinervasi
oleh nervus facialis.
f. Idiopatik, Parese Bell merupakan lesi nervus fasialis yang tidak diketahui
penyebabnya atau tidak menyertai penyakit lain. Karena proses yang dikenal awam
sebagai masuk angin atau dalam bahasa inggris “cold” nerfus facialis bisa sembab.
Karena terjepit di dalam foramen stilomastoideus dan menimbulkan kelumpuhan tipe
LMN yang disebut sebagai Bell’s Palsy.9
g. Toksik11
Larutan antiseptic kloroseksol yang banyak digunakan dalam pasta elektroda dan
berbagai krim kulit, telah dilaporkan bahwa dapat menyebabkan paralisis fasialis
yang tiba-tiba. Ingesti etilenglikol, baik dalam percobaan bunuh diri maupun
mabuk, dapat mengakibatkan kelemahan fasial tipe perifer, baik permanen
ataupun temporer.
2. Moore, KL, Agur AMR, and Dalley, AF. Essential Clinical Anatomy. 5th Ed.
Philadelphia: Lippincott & Wilkins. 2015.
3. Duus, Peter. Diagnosis Topik Neurologi. Edisi 5. Jakarta: EGC, 2012. Hal: 112 – 119.
4. Kahle, W and Frotscher, M. Nervous System and Sensory Organs. 5Th Ed. Volume 3.
New York: Thieme Stuttgart. 2003.
5. Monkhouse, S. Cranial Nerves Functional Anatomy. New York: Cambridge
University Press. 2006.
6. Netter, FH, Craig JA, and Perkins, J. Atlas of Neuroanatomy and Neurophysiology.
Texas, New York. 2002.
7. Tobing. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: FK UI. 2007.
8. GUEDES, Zelita Caldeira Ferreira. Möbius syndrome: misoprostol use and speech
and language characteristics. International Archives of Otorhinolaryngology, 2014,
18.03: 239-243.
9. Mardjono M. Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar: Saraf Otak dan Patologinya.
Jakarta: Dian Rakyat; 2000.
10. Massa N, Westberg BD. Facial nerve, intratemporal bone trauma. Available from:
http://emedicine.medscape.com/arti cle/846226-overview
11. TING, Stephen MS, et al. Early and late presentations of ethylene glycol
poisoning. American journal of kidney diseases, 2009, 53.6: 1091-1097.
12. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III: kelumpuhan nervus fasialis
perifer. Jakarta: Media Aesculapiano Fakultas Kedokteran UI. 2001.