Anda di halaman 1dari 18

NEUROANATOMI

NERVUS FACIALIS (N. VII)

Disusuun oleh:

Novi Marini

2065050067

Pembimbing:

dr. Hophoptua N. Manurung, Sp.S, MARS

KEPANITERAAN KLINIK ILMU SARAF

PERIODE 16 NOVEMBER – 28 NOVEMBER 2020

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA

2020
1. Embriologi Nervus Fascialis
Nervus fascialis secara embriologis berasal dari arcus pharyngealis atau
branchialis kedua. Arcus kedua ini disebut C juga arcus hyoideus karena berperan
dalam pembentukan cornu inferior dan bagian atas dari corpus os hyoideum (sisa
bagian dari os hyoideum dibentuk oleh arcus ketiga). Nervus fascialis memberikan
inervasi motorik dan sensorik untuk otot-otot yang berasal dari arcus pharyngealis
kedua, termasuk otot-otot mimik wajah, posterior belly dari musculus digastricus,
stylohyoideus dan stapedius. Cabang motorik dari nervus fascialis berasal dari lamina
basalis dari embrio pons, dimana cabang sensorisnya berasal dari crista neuralis
cranialis.1
Meskipun 2/3 anterior dari lidah berasal dari arcus pharyngealis kedua yang
nanti akan membentuk nervus trigeminus (V), tidak semua bagian dari lingua dilayani
oleh nervus trigeminus (V). Rami lingualis dari cabang nervus V yaitu nervus
mandibularis (V3) melayani rasa umum (tekanan, suhu, dan raba) untuk bagian
anterior dari lidah lewat serat-serat viscero afferen umum. Serat-serat saraf untuk rasa
kecap dilayani oleh cabang chorda tympani dari nervus facialis lewat serat-serat
viscero-afferen.2

2. Anatomi Nervus Fascialis


Nervus facialis merupakan nervus cranial ketujuh yang mempersarafi wajah,
dengan campuran saraf motorik dan sensorik dan memiliki serabut-serabut sensorik
yaitu somatosensorik, viserosensorik juga motorik berupa somatomotorik dan
viseromatorik. Nervus Facialis menyediakan inervasi brachiomotorik untuk ekspresi
wajah, platysma, otot digastric bagian posterior, otot stylohyoid, dan otot stapedius.
Nervus fasialis juga memberikan sensasi perasa dari bagian 2/3 anterior lidah dan
inervasi parasimpatis ke kelenjar lacrimal, submandibular, dan sublingual.3
Nervus facialis mempunyai dua subdivisi, yaitu nukleus motorik yang
mempersarafi otot-otot ekspresi ekspresi dan wajah, dan subdivisi yang lebih kecil
yaitu nervus intermedius yang membawa aferen somatik dan otonom serta eferen
otonom. Nervus Facialis akan berjalan dengan Nervus Vestibulocochlearis melalui
meatus acusticus internus. Selanjutnya Nervus Facialis akan berjalan dalam canalis
facialis. Dalam canalis facialis, Nervus Facialis membentuk ganglion geniculatum dan
chorda tympani kemudian keluar melalui foramen stylomastoideus yang selanjutnya
mempersarafi otot-otot wajah.3
Nervus Facialis mempunyai 4 macam serabut saraf, yaitu:
1. Serabut somatomotorik  Mensarafi otot-otot wajah (kecuali m. levator
palpebral [N.III], otot platisma, stilhiloid, dipagstrikus bagian posterior dan
stapedius di telinga tengah.
2. Serabut visero-motorik (parasimpatis)  Mengurus glandula dan mukosa
faring, palatum, rongga hidung, sinus paranasal, dan glandula submaksilar
serta sublingual dan lakrimalis. Serabut saraf ini dating dari nukleus
salivatorus superior.
3. Serabut visero-sensorik rasa nyeri (dan mungkin juga rasa suhu dan rasa raba)
 dari sebagian daerah kulit dan mukosa yang disarafi oleh nervus
trigeminus. Daerah overlapping (disarafi oleh lebih dari satu saraf) ini terdapat
di lidah, palatum, meatus akustikus eksterna dan bagian luar gendang telinga.

Tabel 1 Nervus facialis3

Nama Komponen Asal Fungsi


Saraf fasialis Brankial eferen Nukleus fasialis Otot-otot ekspresi wajah: M.platisma,
m.stilohioideus, m.digastrikus
Saraf intermediate Viseral eferen Nukleus Nasal, lakrimal, kelenjar liur (sublingual
salivatorius dan submandibular)
superior
Viseral aferen special Ganglion Pengecapan 2/3 anterior lidah
genikuli
Somatik aferen Ganglion Telinga luar, bagian kanalis auditorius,
genikuli permukaan luar membran timpani
(sensibilitas)

Nukleus pada nervus facialis3


Badan sel dari nervus facialis yang berkelompok secara anatomi dikenal dengan istilah
nuclei atau ganglia. Badan sel untuk saraf aferen terletak di ganglion geniculatum untuk rasa
kecap. Badan sel untuk saraf eferen muskular terletak di nucleus motorik facialis, dan badan
sel untuk saraf eferen parasimpatis terletak di nucleus salivatorius.
1. Nucleus Motorik Facialis
Merupakan nukleus somatomotorik khusus (branchiomotorik) yang terletak dilateral
tegmentum pontis kemudian berjalan mengelilingi bagian kranial nukleus abdusens yang
dikenal sebagai genu nervi facialis. Dari genu tersebut berjalan kearah ventrolateral
untuk keluar pada permukaan batang otak pada tepi kaudal pons. Serat-serat
branchiomotorik ini melayani otot-otot muka (mm. faciales), platysma myoides, m
stylohyoideus dan venter posterior m digastricus dan secara khusus mengurus m.
stapedius.
Dari gyrus precentralis lobus frontalis cortex cerebri berjalan tractus corticonuclearis
menuju nucleus facialis. Bagian nucleus facialis yang melayani otot-otot muka bagian
atas menerima fibrae corticonuclearis dari kedua belah hemisfer cerebri. Sedangkan
bagian nucleus facialis yang melayani otot-otot muka bagian bawah menerima fibrae
corticonuclearis dari hemisfer cerebri sisi kontralateral.
1. Nervus Intermedius, terdapat nukleus-nukleus sebagai berikut:
a. Nucleus Salivatorius Cranialis
Merupakan sekelompok nukleus viseromotorik (sekretomotorik). Berasal dari bagian
dorsolateral formatio rekularis berjalan menuju foramen lacerum dan bergabung dengan
Nervus Petrosus Profundus yang berasal dari plexus sympaticus carotis interna untuk
membentuk Nervus Canalis Pterygoideus Vidianus. Saraf ini akan berjalan didalam
Canalis Pterygoideus Vidii dan mencapai Ganglion pterygopalatinus. Selanjutnya akan
mengurus glandula lacrimalis, glandula nasalis dan glandula palatina. Nucleus
Salivatorius Cranialis juga mempercabangkan serat sekretomotorik yang berjalan dalam
chorda tympani menuju ganglion submandibulare. Selanjutnya akan mengurus glandula
submandilulare dan glandula sublingualis.
b. Nucleus Solitarius
Merupakan nukleus viserosensorik yang berjalan dalam chorda tympani, yang
mengandung serat-serat gustatorik yang membawa impuls-impuls rasa pengecap dari
daerah dua pertiga anterior dorsum linguae. Selanjutnya dari nucleus solitarius impuls
diteruskan menuju nucleus thalamus, kemudian dari nucleus thalamus diteruskan
menuju area gustatorik.
c. Nucleus Spinalis Nervi Trigemini
Merupakan nucleus somatosensorik. Serat-serat ini disebarkan ke daerah kulit
sekitar meatus acusticus eksternus.

3. Jalur Nervus Facialis

Jalur dari nervus facialis dibagi menjadi 6 segmen:4

a. Segmen intracranialis (cisternal). Bagian motorik dari nervus facialis berasal dari
nucleus nervus facialis yang terletak di pons, sedangkan bagian sensoris dan
parasimpatis berasal dari nervus intermediatus.
b. Segmen meatus (dari batang otak menuju ke meatus acouticus internus). Dari batang
otak, bagian motorik dan sensoris dari nervus facialis bergabung dan berjalan di fossa
cranialis posterior sebelum memasuki pars petrosus os temporalis melalui meatus
acousticus internus. Saat keluar dari meatus acousticus internus, saraf ini berjalan
berkelok-kelok melalui canalis facialis, yang nantinya bercabang menjadi segmen
labirin, tympani, dan mastoid.

c. Segmen labirin (dari meatus acouticus internus menuju ke ganglion geniculatum).


Segmen ini pendek, yang mana nervus facialis berakhir menjadi geniculum yang
berisi ganglion geniculatum untuk sensoris. Cabang pertama dari nervus facialis yaitu
nervus petrosus superficialis major berasal dari ganglion ini. Nervus petrosus
superficialis major berjalan melalui canalis pterygoideus dan bersinaps pada
gangliom pterygopalatinus. Serat saraf post sinapsis nya melayani kelenjar lacrimalis.

d. Segmen tympani (dari ganglion geniculatum menuju ke eminensia pyramidalis). Pada


segmen ini nervus facialis berjalan di cavum tympani, medial dari incus.

e. Segmen mastoid (dari eminensia pyramidalis menuju ke foramen stylomastoideus).


Pada pars temporal dari canalis facialis, nervus ini memberikan cabang untuk
stapedius dan chorda tympani. Chorda tympani memberikan innervasinya pada lidah
2/3 anteriornya dan mengadakan sinapsis dengan ganglion submandibularis. Serat-
serat saraf postsinapsisnya melayani kelenjar sublingualis dan submandibularis.

f. Segmen ekstratemporalis (dari foramen stylomastoideus menuju ke post rami


parotis). Saat keluar dari foramen stylomastoideus, nervus facialis bercabang menjadi
rami auricularis anterior. Saraf ini kemudian melewati kelenjar parotis, tetapi tidak
memberikan innervasinya pada kelenjar ini. Saat melewati kelenjar ini, nervus
facialis membentuk plexus parotidis, yang bercabang menjadi lima dan
menginnervasi otot-otot mimik wajah (temporalis, zygomaticus, buccalis,
mandibularis marginalis, dan cervicalis).
Skema Origo, Perjalanan dan Cabang-Cabang Nervus Facialis6

4. Cabang-Cabang Nervus Facialis

a. Rami Intracranialis4,5

 Nervus petrosus superficialis major yang berasal dari ganglion geniculatum


memberikan innervasi serat-serat parasimpatis untuk beberapa kelenjar meliputi
glandula nasalis, palatina, dan pharyngealis. Juga memberikan innervasi
parasimpatis untuk sinus sphenoidalis, frontalis, maxillaris, ethmoidalis, dan
cavum nasi. Saraf ini juga memberikan innervasi untuk rasa kecap di palatum
melalui nervus nasopalatinus major dan minor.

 Ramus communicans ganglion oticum. Awal berasal dari ganglion geniculatum


dan bergabung dengan nervus petrosus minor untuk mencapai ganglio oticum.

 Nervus stapedius, memberikan innervasi motorik untuk musculus stapedius di


telinga tengah.

 Chorda tympani, memberikan innervasi untuk glandula submandicularis,


sublingualis, rasa kecap pada lidah 2/3 anterior
Rami Intracranialis Nervus Facialis6

b. Rami Extracranialis2

Di distal foramen stylomastoideus, nervus facialis bercabang menjadi:

 Nervus auricularis posterior yang berperan dalam mengontrol otot-otot scalp di


sekitar telinga.

 Ramus belly posterior musculus digastricus begitu juga dengan musculus


stylohyoideus.

 Di kelenjar parotis bercabang menjadi enam cabang utama yaitu: rami temporalis,
rami zygomaticum, rami buccalis, rami mandibularis marginalis, rami cervicalis,
dan auricularis posterior.

Rami Extracranialis Nervus Facialis6


5. Distribusi Nervus Facialis

a. Nukleus Motorik: Mempersarafi otot-otot ekspresi wajah, muskuli aurikularis,


stapedius, venter posterior muskulus digastricus, dan muskulus stylohyoideus.

b. Nukleus Salivatorius Superior: Mempersarafi glandula submandibularis dan


sublingualis, serta glandula nasalis dan palatina.

c. Nukleus Lakrimalis: Mempersarafi glandula lakrimalis

d. Nervus Sensorik: Menerima serabut pengecap dari dua-pertiga anterior lidah,


dasar mulut, dan palatum.3

6. Pemeriksaan Nervus Facialis7

a. Fungsi Motorik

Dalam memeriksa fungsi motorik, perhatikan wajah penderita apakah simetris


atau tidak, perhatikan kerutan pada dahi, pejaman mata, plika nasolabialis dan sudut
mulut. Bila asimetri pada wajah, maka hal ini disebabkan oleh kelumpuhan perifer
dengan kerutan dahi menghilang, mata kurang menutup saat dipejamkan, plika
nasolabialis yang mendatar juga sudut mulut yang menjadi lebih rendah. Sedangkan
pada kelumpuhan sentral (supranuklir) wajah dapat simetris sewaktu istirahat,
kelumpuhan baru terlihat jelas saat penderita diminta untuk misalnya menyeringai.

Pemeriksaan Motorik N.VII

Dalam keadaan diam, perhatikan:

 asimetri muka (lipatan nasolabial)

 gerakan-gerakan abnormal (tic fasialis, grimacing, kejang tetanus/rhesus


sardonicus, tremor)

Atas perintah pemeriksa:

 Mengangkat alis, bandingkan kanan dengan kiri.

 Menutup mata sekuatnya (perhatikan asimetri), kemudian pemeriksa mencoba


membuka kedua mata tersebut (bandingkan kekuatan kanan dan kiri).

 Memperlihatkan gigi (asimetri).


 Bersiul dan mencucu (asimetri/deviasi ujung bibir).

 Meniup sekuatnya (bandingkan kekuatan udara dari pipi masing-masing).

 Menarik sudut mulut ke bawah (bandingkan konsistensi otot platisma kanan dan
kiri). Pada kelemahan ringan, kadang-kadang tes ini dapat mendeteksi kelemahan
nervus facialis pada stadium dini.

b. Fungsi Pengecapan

Kerusakan nervus VII, sebelum percabangan chorda timpani dapat


menyebabkan ageusi pada 2/3 lidah bagian depan. Untuk memeriksanya penderita
diminta menulurkan lidah lalu kita letakan bubuk gula, kina, asam sitrat, garam
(dilakukan bergiliran dengan diselingi istirahat).

7. Implikasi Klinis Lesi Nervus Facialis


Gangguan kontralateral dari traktus kortikonuklearis seperti infark
mengakibatkan otot dahi tetap utuh yang disebut dengan paralisis sentral. Tetapi jika
lesi terjadi di nukleus nervus fasialis maka semua otot fasial ipsilateral lesi akan
mengalami paralisis perifer.

a. Lesi Upper Motor Neuron (UMN)

Lesi pada UMN nervus facialis tidak menyebabkan terjadinya kelumpuhan


pada
musculus frontalis dan orbicularis oris. Ini disebabkan karena adanya kontrol bilateral
dari otot-otot facial atas. Begitu juga jika terjadi gangguan pada serat-serat
corticonuclearis pada satu sisi (capsula interna), sisi yang lain tidak akan terganggu.
api hal ini tidak berlaku untuk otot-otot facial di bagian bawah.2,5

b. Lesi Lower Motor Neuron (LMN)


Lesi LMN baik itu terjadi di badan sel dari motorik nucleus facialis, jalurnya
di perifer, intrakranial atau ektrakranial akan menyebabkan terjadinya lesi pada
nervus facialis secara komplit pada sisi ipsilateral. Lesi LMN ini lebih dikenal dengan
istilah facial palsy.2,

Lokasi lesi nervus fasialis beserta klinisnya

Berikut ini perbedaan lesi nervus fasialis perifer dan sentral:


Perbedaan lesi sentral dan perifer nervus facialis

Perbedaan terjadinya lesi perifer dan sentral nervus facialis

Lesi pada nukleus fasialis biasanya terjadi karena stroke atau tumor. Serabut di
serebelopontin dapat rusak akibat meningitis basalis, neuroma akustik, meningioma, kelainan
A.basilaris . Nukleus fasialis juga menerima impuls dari talamus yang mengarahkan gerakan
ekspresi emosional otot wajah. Selain itu juga berhubungan dengan ganglia basalis. Jika
bagian dari sistem piramidal ini yang terkena lesi maka akan terjadi penurunan ekspresi
wajah (hipomimia atau amimia) seperti pada penyakit Parkinson, atau reaksi hiperkinetik
yang menyebabkan spasme mimetik fasial atau blefarospasme. Hubungan dengan talamus
dan ganglia basalis tersebut tidak diketahui dengan jelas. Lesi nervus fasialis dapat pula
terjadi pada kanalis fasialis berupa otitis media, mastoiditis, kolesteatom, fraktur tulang
temporal. Tic fasialis disebabkan oleh spasme otot fasialis.3

Tanda-tanda klinis lain yang menyebabkan adanya gangguan pada nervus facialis adalah:
 Hiperakusis: Disfungsi pada musculus stapedius akan menyebabkan tulang-tulang
pendengaran menjadi tidak aktif, dan timbul suara yang distorsi dan menggema di
telinga.5

 Bell’s Palsy: Kelumpuhan pada otot-otot mimik wajah yang penyebabnya masih belum
jelas. Diduga karena adanya spasme vaskular dari arteri di canalis facialis yang melayani
saraf ini, inflamasi, dan edema pada saraf di dalam canal tulang. Area yang mengalami
kelumpuhan terlihat distorsi dan melengkung. Tonus dari orbicularis oculi menurun
menyebakan kelopak mata bawah seperti terjatuh. Cairan air mata tidak membasahi
seluruh permukaan kornea, menyebabkan lubrikasi kornea menjadi tidak adekuat. Hal ini
menyebabkan kornea menjadi rentan mengalami ulcerasi. Jika terjadi kelumpuhan pada
musculus buccinator dan orbicularis oris, makanan akan terakumulasi pada vestibulum
oris selama proses mengunyah. Kelemahan pada otot-otot di bibir menyebabkan kesulitan
berbicara, bersiul atau meniup.2

Bell’s palsy tidak dapat menutup mata pada sisi yang sakit

 Reflex Cornea: Timbul refleks berkedip pada kedua mata jika salah satu mata yang
dirangsang. Ini disebabkan karena aferen dari refleks kornea dibawa oleh nervus
trigeminus sedangkan eferennya dibawa oleh nervus facialis ke musculus orbicularis
oculi.5
 Herpes yang mengenai Ganglion Geniculatum (Sindrom Ramsay Hunt) Herpes zoster
bisa berada dalam kondisi dorman di ganglion geniculatum saat awalnya terkena
varicella, sesaat kemudian infeksi virus ini kembali muncul yang ditandai dengan
munculnya vesikel eritema di daerah sekitar meatus 10 acousticus externus. Gejalanya
berupa hilangnya rasa kecap pada lidah 2/3 anterior dan juga kelumpuhan pada otot-
otot mimic.5

Ramsay Hunt Syndrome

8. Etiologi Penyebab Lesi Nervus Facialis

a. Kongenital8

Penyebab sindrom Möbius kurang dipahami. Diperkirakan merupakan hasil


dari gangguan vaskular (hilangnya aliran darah sementara) di otak selama
perkembangan prenatal. Ada banyak alasan gangguan vaskular yang menyebabkan
sindrom Möbius. Sebagian besar kasus tampaknya tidak bersifat genetik. Namun,
hubungan genetik telah ditemukan di beberapa keluarga. Beberapa trauma ibu dapat
menyebabkan gangguan atau aliran darah terganggu (iskemia) atau kekurangan
oksigen (hipoksia) ke janin yang sedang berkembang. Beberapa kasus dikaitkan
dengan translokasi resiprokal antara kromosom atau penyakit ibu. Pada sebagian
besar kasus sindrom Mbius di mana diduga pewarisan dominan autosomal, paralisis
saraf kranial keenam dan ketujuh (kelumpuhan) terjadi tanpa kelainan ekstremitas
terkait. kekurangan darah mempengaruhi area tertentu dari batang otak bawah yang
mengandung inti saraf kranial. Atau penggunaan obat obatan teratogenik seperti:
misoprostol sebagai abortifacient dan Thalidomide sebagai obat mual yang marak
digunakan pada tahun 1957.

b. Infeksi9

· HSV (Herpes Simplex Virus) pada bell’s palsy, terdapat hipotesis oleh
McCormick 1972 bahwa HSV tetap laten pada ganglion genikulatum sedangkan
pada ramsay hunt ditemukan VZV (Varicella Zooster Virus). Para ahli
menyebutkan bahwa pada BP terjadi proses inflamasi akut pada nervus fasialis di
daerah tulang temporal, di sekitar foramen stilomastoideus. BP hampir selalu
terjadi secara unilateral. Namun demikian dalam jarak waktu satu minggu atau
lebih dapat terjadi paralysis bilateral. Penyakit ini dapat berulang atau kambuh
(Mardjono,2003). Patfisnya karena proses inflamasi pada nervus fasialis yang
menyebabkan peningkatan diameter nervus fasialis sehingga terjadi kompresi dari
saraf tersebut pada saat melalui tulang temporal (Mardjono,2003, Davis,2005).
Pada radang herpes zoster di ganglion genikulatum, nervus fasialis bisa ikut
terlibat sehingga menimbulkan kelumpuhan fasialis LMN, LMN akan timbul
bergandengan dengan tuli perseptif ipsilateral dan ageusia.

· Bulbar polio/polio paralysis, terjadi kelemahan otot wajah yang diperdarafi n.VII,
terjadi kerusakan di brainstem akibat invasi dari virus polio

c. Tumor9

 Tumor pada parotis merusak cabang nervus facialis

 Tumor pada Cerebello Pointine Angle

 Tumor pada area brain stem

 Tumor pada korteks serebri

d. Trauma10

 Fraktur basis cranii, dimana secara anatomi merupakan daerah yang diinervasi
oleh nervus facialis.

 Fraktur os temporal melibatkan nervus facialis pada segmen labirin dimana


serabut saraf N.VII berjalan dari meatus akustikus interna ke ganglion
genikulatum.
e. Gangguan vaskularisasi pada stroke yang menyebabkan Upper Motor Neuron.9

f. Idiopatik, Parese Bell merupakan lesi nervus fasialis yang tidak diketahui
penyebabnya atau tidak menyertai penyakit lain. Karena proses yang dikenal awam
sebagai masuk angin atau dalam bahasa inggris “cold” nerfus facialis bisa sembab.
Karena terjepit di dalam foramen stilomastoideus dan menimbulkan kelumpuhan tipe
LMN yang disebut sebagai Bell’s Palsy.9

g. Toksik11

 Larutan antiseptic kloroseksol yang banyak digunakan dalam pasta elektroda dan
berbagai krim kulit, telah dilaporkan bahwa dapat menyebabkan paralisis fasialis
yang tiba-tiba. Ingesti etilenglikol, baik dalam percobaan bunuh diri maupun
mabuk, dapat mengakibatkan kelemahan fasial tipe perifer, baik permanen
ataupun temporer.

Lesi Motorik Yang Mengenai Distribusi Nervus Fasialis3


 Stroke
 Radang otak
 Trauma kepala
 Penyakit Parkinson (gangguan pada ganglia basalis)
 Hipomimia atau amimia
 Sindrom diskinetik yang mengenai otot otot ekspresi wajah dengan berbagai gerakan
abnormal (spasme hemifasial, dyskinesia fasialis, dan blefarospasme)
Paralisis Nervus Fasialis12
Etiologi kelumpuhan saraf fasialis adalah bell’s palsy (60%), Infeksi atau inflamasi (10%),
dan keganasan (6%).
a. Traumatik
 Intrakranial: Sayatan dalam prosedur bedah saraf pada angulus serebelopontin
 Intratemporal: Pembedahan dalam prosedur operasi pada os temporal, Fraktur os
temporal
 Ekstratemporal: Pembedahan dalam prosedur operasi kelenjar parotis atau wajah,
Laserasi wajah.
b. Non-traumatik
 Non-infeksi: Bell’s Palsy, Sindrom Melkersson, Tumor angulus serebelo-pontin
atau nervus facialis.
 Infeksi: Otitis media, Herpes zooster
DAFTAR PUSTAKA

1. Sadler, TW. Langman’s Medical embryology. 12 Ed. Philadelphia: Lippincott


William &Wilkins. 2012.

2. Moore, KL, Agur AMR, and Dalley, AF. Essential Clinical Anatomy. 5th Ed.
Philadelphia: Lippincott & Wilkins. 2015.

3. Duus, Peter. Diagnosis Topik Neurologi. Edisi 5. Jakarta: EGC, 2012. Hal: 112 – 119.

4. Kahle, W and Frotscher, M. Nervous System and Sensory Organs. 5Th Ed. Volume 3.
New York: Thieme Stuttgart. 2003.
5. Monkhouse, S. Cranial Nerves Functional Anatomy. New York: Cambridge
University Press. 2006.
6. Netter, FH, Craig JA, and Perkins, J. Atlas of Neuroanatomy and Neurophysiology.
Texas, New York. 2002.
7. Tobing. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: FK UI. 2007.

8. GUEDES, Zelita Caldeira Ferreira. Möbius syndrome: misoprostol use and speech
and language characteristics. International Archives of Otorhinolaryngology, 2014,
18.03: 239-243.
9. Mardjono M. Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar: Saraf Otak dan Patologinya.
Jakarta: Dian Rakyat; 2000.

10. Massa N, Westberg BD. Facial nerve, intratemporal bone trauma. Available from:
http://emedicine.medscape.com/arti cle/846226-overview
11. TING, Stephen MS, et al. Early and late presentations of ethylene glycol
poisoning. American journal of kidney diseases, 2009, 53.6: 1091-1097.
12. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III: kelumpuhan nervus fasialis
perifer. Jakarta: Media Aesculapiano Fakultas Kedokteran UI. 2001.

Anda mungkin juga menyukai