Nomor
I
Nama
Olfaktori
Jenis
Sensori
II
Optik
Sensori
III
Okulomotor
Motorik
IV
V
Troklear
Trigeminal
Motorik
Gabungan
VI
VII
Abdusen
Fasial
Motorik
Gabungan
VIII
Vestibulokoklear
Sensori
Fungsi
Menerima rangsang dari hidung dan
menghantarkannya ke otak untuk
diproses sebagai sensasi bau
Menerima rangsang dari mata dan
menghantarkannya ke otak untuk
diproses sebagai persepsi visual
Menggerakkan sebagian besar otot
mata
Menggerakkan beberapa otot mata
Sensori: Menerima rangsangan dari
wajah untuk diproses di otak sebagai
sentuhan
Motorik: Menggerakkan rahang
Abduksi mata
Sensorik: Menerima rangsang dari
bagian anterior lidah untuk diproses
di otak sebagai sensasi rasa
Motorik: Mengendalikan otot wajah
untuk menciptakan ekspresi wajah
Sensori
sistem
vestibular:
Mengendalikan
keseimbangan
Sensori koklea: Menerima rangsang
untuk diproses di otak sebagai suara
IX
Glosofaringeal
Gabungan
Vagus
Gabungan
XI
XII
Aksesori
Hipoglosal
Motorik
Motorik
telinga
timpani
Saraf
vestibulokoklearis terdiri dari dua komponen yaitu serabut-serabut aferen yang mengurusi
pendengaran dan vestibuler yang mengandung serabut-serabut aferen yang mengurusi
keseimbangan. Serabut-serabut untuk pendengaran berasal dari organ corti dan berjalan menuju
inti koklea di pons, dari sini terdapat transmisi bilateral ke korpus genikulatum medial dan
kemudian menuju girus superior lobus temporalis. Serabut-serabut untuk keseimbangan mulai
dari utrikulus dan kanalis semisirkularis dan bergabung dengan serabut-serabut auditorik di
dalam kanalis fasialis. Serabut-serabut ini kemudian memasuki pons, serabut vestibutor berjalan
menyebar melewati batang dan serebelum.
Saraf Glosofaringeus (N. IX)
Saraf Glosofaringeus menerima gabungan dari saraf vagus dan asesorius
pada waktu meninggalkan kranium melalui foramen tersebut, saraf
glosofaringeus mempunyai dua ganglion, yaitu ganglion intrakranialis
superior dan ekstrakranialis inferior. Setelah melewati foramen, saraf
berlanjut antara arteri karotis interna dan vena jugularis interna ke otot
stilofaringeus. Di antara otot ini dan otot stiloglosal, saraf berlanjut ke
basis lidah dan mempersarafi mukosa faring, tonsil dan sepertiga
posterior lidah.
Saraf Vagus (N. X)
Saraf vagus juga mempunyai dua
ganglion yaitu ganglion superior atau
jugulare dan ganglion inferior atau
nodosum, keduanya terletak pada
daerah foramen jugularis, saraf vagus
mempersarafi semua visera toraks dan
abdomen dan menghantarkan impuls
dari dinding usus, jantung dan paruparu.
Saraf Asesorius (N. XI)
Sistem motorik merupakan sistem yang mengatur segala gerakan pada manusia. Gerakan diatur
oleh pusat gerakan yang terdapat di otak, diantaranya yaitu area motorik di korteks, ganglia basalis,
dan cerebellum. Jaras untuk sistem motorik ada dua, yaitu traktus piramidal dan ekstrapiramidal :
A.
o
o
o
2. Tractus Tectospinalis
Asal :
Colliculus superior mes-encephalon (neuron orde pertama)
Jalan : Menyilang garis tengah dan turun melalui pons, medulla oblongata. Jalannya dekat
sekali dengan fasciculus longitudinale medialis
Tujuan: cornu anterius medulla spinalis (pusat spinal) dan bersinaps dengan neuron orde kedua
dan ketiga
Fungsi :
1) terjadinya reflex pupilodilatasi sbg. respon kalau lagi berada dalam ruang gelap
2) terjadinya reflex gerakan tubuh sbg. respon terhadap ransang penglihatan
3. Tractus Rubrospinalis
Asal
: nucleus ruber (neuron orde pertama) pada tegmentum mes-encephalon setinggi
coliculus superior.
Jalan : axon neuron orde pertama menyilang garis tengah turun kebawah melewati pns,
medulla oblongata menuju cornu anterior meulla spinalis subt. grisea (pusat spinal)
Fungsi : memacu kontraksi otot fleksor dan menghambat kontraksi otot ekstensor berkaitan
dengan fungsi keseimbangan tubuh
4. Tractus vestibulospinalis
Asal
: nuclei vestibularis = neuron orde pertama (dalam pons dan med. oblongata), menerima
akson dari auris interna melalui N.vestibularis dan cerebelum
Tujuan : cornu anterius medulla spinalis (pusat spinal)
Fungsi : memacu kontraksi otot ekstensor dan menghambat kontraksi otot fleksor berkaitan
dengan fungsi keseimbangan tubuh
5. Tractus olivospinalis
Asal : nucleus olivarius inferius (neuron orde pertama), menerima axon dari cortex cerebrii,
corpus striatum, nuceu ruber
Tujuan : cornu anterius med. spinalis (pusat spinal)
Fungsi : mempengaruhi kontraksi otot skelet berkaitan dengan fungsi keseimbangan tubuh
a. Tractus Corticothalamus
Asal : area brodmann 10, 11, 12
Tujuan: nucleus medialis thalami
Asal : area brodmann 9 dan 11
Tujuan: nuclei septi thalami
Asal : area brodmann 9
Tujuan: nucleus medialis et lateralis thalami
Asal : area brodmann 6
Tujuan: nuclei septi thalami, nucleus medualis et lateralis thalami
Asal : area brodmann 4
Tujuan: nuclei lateralis thalami
b. Tractus corticohypothalamicus
Asal
: cortec hypocampi
Tujuan
: hypothalamus
c. Tractus corticosubthalamicus
Asal
: area brodman 6
Tujuan
: subthalamus
d. Tractus Corticonigra
Asal
: area brodmann 4, 6 dan 8
Tujuan : substantia nigra
e. Tractus yang berasal dari area brodmann 4 dan 6
Tujuan
: tegmentum (mes-encephalon), nuclei pontis (pons), nucleus olivarius inferius (medulla
oblongata)
2. Sensorik
Reseptor adalah sel atau organ yang berfungsi menerima rangsang atau stimulus. Dengan alat ini
sistem saraf mendeteksi perubahan berbagai bentuk energi di lingkungan dalam dan luar. Setiap
reseptor sensoris mempunyai kemampuan mendeteksi stimulus dan mentranduksi energi fisik ke
dalam sinyal (impuls) saraf.
Menurut letaknya, reseptor dibagi menjadi:
Exteroseptor : perasaan tubuh permukaan (kulit), seperti sensasi nyeri, suhu, dan raba
Proprioseptor : perasaan tubuh dalam, seperti pada otot, sendi, dan tendo.
Interoseptor : perasaan tubuh pada alat-alat viscera atau alat-alat dalam, seperti jantung,
lambung, usus, dll.
Menurut tipe atau jenis stimulus, reseptor dibagi menjadi :
Mekanoreseptor
Kelompok reseptor sensorik untuk mendeteksi perubahan tekanan, memonitor tegangan pada
pembuluh darah, mendeteksi rasa raba atau sentuhan. Letaknya di kulit, otot rangka, persendn
dna organ visceral. Contoh reseptornya : corpus Meissner (untuk rasa raba ringan), corpus
Merkel dan badan Paccini (untuk sentuhan kasar dan tekanan).
Thermoreseptor
Reseptor sensoris unuk mendeteksi perubahan suhu. Contohnya : bulbus Krause (untuk suhu
dingin), dan akhiran Ruffini (untuk suhu panas).
Nociseptor
Reseptor sensorik untuk mendeteksi rasa nyeri dan merespon tekaan yang dihasilkan oleh
adanya kerusakan jaringan akibat trauma fisik maupun kimia. Contoh reseptornya berupa
akhiran saraf bebas (untuk rasa nyeri) dan corpusculum Golgi (untuk tekanan).
Chemoreseptor
Reseptor sensorik untuk mendeteksi rangsang kimiwa, seperti : bu-bauan yang diterima sel
reseptor olfaktorius dalam hidung, rasa makanan yang diterima oleh sel reseptor pengecap di
lidah, reseptor kimiawi dalam pembuluh darah untuk mendeteksi oksigen, osmoreseptor untuk
mendeteksi perubahan osmolalitas cairan darah, glucoreseptor di hipotalamus mendeteksi
perubahan kadar gula darah.
Photoreseptor
Reseptor sensorik untuk mendeteksi perbahan cahaya, dan dilakukan oleh sel photoreceptor
(batang dan kesrucut) di retina mata.
Jaras somatosensorik yang dilalui oleh sistem sensorik adalah sebagai berikut :
A. Untuk rasa permukaan (eksteroseptif) seperti rasa nyeri, raba, tekan, dan suhu : sinyal diterima
reseptor dibawa ke ganglion spinale melalui radiks posterior menuju cornu posterior medulla
spinalis berganti menjadi neuron sensoris ke-2 lalu menyilang ke sisi lain medulla spinalis
membentuk jaras yang berjalan ke atas yaitu traktus spinotalamikus menuju thalamus di otak
berganti menjadi neuron sensoris ke-3 menuju korteks somatosensorik yang berada di girus
postsentralis (lobus parietalis)
B. Untuk rasa dalam (proprioseptif) seperti perasaan sendi, otot dan tendo :
sinyal diterima reseptor ganglion spinale radiks posterior medulla spinalis lalu naik sebagai
funiculus grasilis dan funiculus cuneatus berakhir di nucleus Goll berganti menjadi neusron
sensoris ke-2 menyilang ke sisi lain medulla spinalis menuju thalamus di otak berganti
menjadi neuron sensoris ke-3 menuju ke korteks somatosensorik di girus postsentralis (lobus
parietalis).
Capsula Interna
Merupakan berkas serabut saraf berbentuk pita lebar substansia alba yang memisahkan nucleus
lenticularis dengan nucleus caudatus dan thalamus. Mengandung serabut saraf penghubung bolakbalik antara cortex cerebri dengan thalamus dan medula spinalis. Pada penampang lintang verventuk
huruf V, dimana titik sudutnya disebut genu menghadap ke medial dan kaki-kakinya disebut crus
anterior dan crusposterior.
Crus anterior capsula interna :
Terletak antara nucleus caudatus dan nucleus lenticularis, di dalamnya terdapat :
Pars lenticulothalamicus
Mengandung serabut radiatio thalamicus yang bercampur dengan tractus eferen utama yang
turun dari cortex cerebri antara lain :
Tractus corticobulbaris
Menuju nuclei motorik nn. Craniales.
Letak : pada genu.
Tractus corticospinalis
Menuju nuclei motorik nn. Spinales. Di belakang tractus ini, terdapat serabut yang
menghubungkan thalamus ke cortexgyrus centralis posterior yang merupakan pusat
somasthesia.
Letak : yang ke lengan dekat genu, yang ke kaki lebih jauh dari genu.
Tractus corticorubralis
Ke nucleus ruber pada mes-encephalon
Pars retrolenticularis
Terletak lateral dari thalamus dan di belakang nucleus lenticularis.
Mengandung radiatio thalamicus posterior.
Pars sublenticularis
Letak : ventralis dari ujung posterio nucleus lenticularis
Mengandung :
Tractus temporopontin
Dari cortex lobus temporalis ke nucleus pontin
Tractus geniculocalcarina
Dari corpus geniculatum laterale ke cortex fissura calcarina
Radiatio auditorius
Dari corpus geniculatum mediale ke gyrus temporalis tranversa
Uddin, Jurnalis. 2009. Anatomi Susunan Saraf Manusia. FKUY : Jakarta.
Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena konstriksi ateroma pada
arteri yang menyuplai darah ke otak.
4. Haemorrhagi serebral
Terjadi ketika sebuah pembuluh darah didalam otak pecah dan menyebabkan perdarahan
didalam jaringan otak yang mengelilinginya. Sehingga menyebabkan suatu stroke dengan
merampas darah dan oksigen pada bagian-bagian dari otak. Darah tersebut juga dapat
mengiritasi otak dan menyebabkan pembengkakan jaringan otak (cerebral edema). Edema dan
akumulasi darah dari cerebral hemorrhage meningkatkan tekanan didalam tengkorak dan
menyebabkan kerusakan dengan menekan otak terhadap tulang tengkorak.
a. Haemorrhagi ekstradural (haemorrhagi epidural) adalah kedaruratan bedah neuro yang
memerlukan perawatan segera. Keadaan ini biasanya mengikuti fraktur tengkorak dengan
robekan arteri tengah arteri meninges lain, dan pasien harus diatasi dalam beberapa jam
cedera untuk mempertahankan hidup.
b. Haemorrhagi subdural pada dasarnya sama dengan haemorrhagi epidural, kecuali bahwa
hematoma subdural biasanya jembatan vena robek. Karenanya periode pembentukan
hematoma lebih lama danc menyebabkan tekanan pada otak. Beberapa pasien mungkin
mengalami haemorrhagi subdural kronik tanpa menunjukkan tanda atau gejala.
c. Haemorrhagi subarakhnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau hipertensi, tetapi
penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisme pada area sirkulus Willisi dan
malformasi arteri vena kongenital pada otak. Darah berkumpul pada ruangan dibawah
selaput arachnoid yang melapisi otak. Darah berasal dari suatu pembuluh darah abnormal
yang bocor atau pecah yang seringkali berasal dari suatu aneurysm (suatu penonjolan
keluar yang abnormal dari dinding pembuluh). Subarachnoid hemorrhages biasanya
menyebabkan sakit kepala mendadak yang berat dan leher yang kaku. Jika tidak dikenali
dan dirawat, konsekwensi-konsekwensi neurologi utama, seperti koma, dan kematian
otak akan terjadi.
d. Haemorrhagi intracerebral adalah perdar ahan di substansi dalam otak paling umum pada
pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral, karena perubahan degeneratif karena
penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah. Biasanya awitan tiba -tiba,
dengan sakit kepala berat. Bila ha emorrhagi membesar, makin jelas defisit neurologik
yang terjadi dalam bentuk penurunan kesadaran dan abnormalitas pada tanda vital
Strok non hemoragik
Jenis strok ini pada dasarnya disebabkan oleh oklusi pembuluh darah otak yang kemudian
menyebabkan terhentinya pasokan oksigen dan glukosa ke otak. Strok ini sering diakibatkan oleh
thrombosis akibat plak aterosklerosis arteri otak/ yang memberi vaskularisasi pada otak atau
suatu emboli pembuluh darah diluar otak yang tersangkut di arteri otak.
Strok hemoragik
Strok ini diakibatkan oleh pecahnya suatu mikro aneurisma dari charcot atau etat crible
diotak.
Faktor Resiko
a) Non modifiable risk factors :
Usia
Jenis kelamin
Ras/etnis
Genetik
Hipertensi
Diabetes
Dislipidemia
Inaktivitas fisik
Obesitas
Sindroma metabolic
Penyalahgunaan alcohol
Sleep-disordered breathing
Hiperhomosisteinemia
Hypercoagulability
Inflamasi
Iskemik
Global
Hemoragik
Fokal
Subaraknoid
Arteri
Vena
TROMBUS
Interserebral
pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang sempit antara permukaan
otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).
b. Stroke non-hemoragik (stroke iskemik, infark otak, penyumbatan)
Stroke iskemik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke
otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah stroke Iskemik. Stroke
iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1) Stroke akibat trombosis serebri
- Proses terbentuknya thrombus yang membuat penggumpalan
2) Emboli serebri
- Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah
3) Hipoperfusi sistemik
-
saraf yangmenyebabkan pembukaan kanal ion Ca. Hal ini akan memicu kenaikan influks Ca
secara cepatsehingga terjadi gangguan padanca homeostasis. Ca merupakan signalling molekul
yangmengaktivasi berbagai enzim dan memicu proses biokimia yang bersifat eksitotoksik
yangmenyebabkan kematian sel saraf (nekrosis maupun apotosis), sehingga gejala yang
timbultergantung pada saraf mana yang mengalami kerusakan/kematian
Iskemik otak mengakibatkan perubahan dari sel neuron otak secara bertahap
Tahap 1
a) Penurunan aliran darah
b) Pengurangan O2
c) Kegagalan energy
d) Terminal depolarisasi dan kegagalan homeostasis ion
Tahap 2
a) Eksitoksisitas dan kegagalan homeostasis ion
b) Spreading depression
Tahap 3 : Inflamasi
Tahap 4 : Apoptosis
Proses patofisiologi pada cedera SSP akut sangat kompleks dan melibatkan permeabilitas
patologis dari sawar darah otak, kegagalan energi, hilangnya homeostasis ion sel, asidosis,
peningkatan kalsium ekstraseluler, eksitotoksisitas dan toksisitas yang diperantarai oleh radikal
bebas.
Stroke Hemoragik
Hemoragik merupakan penyebab ketiga tersering serangan stroke. Penyebab
utamanya:hipertensi yang terjadi jika tekanan darah meningkat dengan signifikan, sehingga
pembuluh arteri robek dan menyebabkan perdarahan pada jaringan otak. Hal tersebut
menimbulkanmembentuk suatu massa yang menyebabkan jaringan otak terdesak, bergeser, atau
tertekan (displacement of brain tissue) sehingga fungsi otak terganggu. Semakin besar hemoragi
yangterjadi, semakin besar displacement jaringan otak yang terjadi. Pasien dengan stroke
hemoragik sebagian besar mengalami ketidaksadaran dan akhirnya meninggal
Price.Sylvia A.,Wilson.Lorraine M, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Edisi 6.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2.6 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi klinis Stroke
Gejala akibat lesi :
Lesi di korteks
o Gejala terlokalisasi, mengenai daerah lawan dari letak lesi
o Hilangnya sensai kortikal (stereognosis, diskriminasi 2 titik) ambang sensorik yang
bervariasi
o Kurang perhatian terhadap rangsang sensorik
o Bicara dan pengelihatan mungkin terkena
Lesi di kapsula
o Lebih luas, mengenai daerah lawan letak lesi
o Sensasi primer menghilang
o Bicara dan pengelihatan terganggu
5.
6.
7.
8.
Hipertensi
Kesadaran
Kaku kuduk
1.
2.
3.
4.
9.
Hemiparesis
10. Deviasi mata
11. Gangguan bicara
Hampir selalu
Bisa hilang
Jarang
Sering sejak awal
Bisa ada
Sering
Biasanya tidak
Bisa hilang sebentar
Bisa ada pada
permulaan
Tidak ada
Tidak ada
Jarang
Stroke Non
Hemoragik
Berat/ringan
+/ biasa
Pelan (jam/hari)
Ringan/ tak ada
Tidak, kecuali lesi di
batang otak
Sering kali
Dapat hilang
Tidak ada
Sering dari awal
mungkin ada
Sering
12. Likuor
13. Perdarahan Subhialoid
Sering berdarah
Tak ada
Selalu berdarah
Bisa ada
Mungkin (+)
Jernih
Tak ada
-
Bila
skor >
20 termasuk stroke hemoragik, skor < 20 termasuk stroke non-hemoragik. Ketepatan
diagnostik dengan sistim skor ini 91.3% untuk stroke hemoragik, sedangkan pada stroke
non-hemoragik 82.4%. Ketepatan diagnostik seluruhnya 87.5%
Terdapat batasan waktu yang sempit untuk menghalangi suatu stroke akut dengan obat
untuk memperbaiki suplai darah yang hilang pada bagian otak. Pasien memerlukan evaluasi
yang sesuai dan stabilisasi sebelum obat penghancur bekuan darah apapun dapat digunakan.
jenis patologi
lokasi lesi
ukuran lesi
MRI scan: Magnetic resonance imaging (MRI) menggunakan gelombang magnetik untuk
membuat gambaran otak. Gambar yang dihasilkan MRI jauh lebih detail jika dibandingkan
dengan CT scan, tetapi ini bukanlah pemeriksaan garis depan untuk stroke. jika CT scan dapat
selesai dalam beberapa menit, MRI perlu waktu lebih dari satu jam. MRI dapat dilakukan
kemudian selama perawatan pasien jika detail yang lebih baik diperlukan untuk pembuatan
keputusan medis lebih lanjut. Orang dengan peralatan medis tertentu (seperti, pacemaker) atau
metal lain di dalam tubuhnya, tidak dapat dijadikan subyek pada daerah magneti kuat suatu MRI.
Computerized tomography dengan angiography: menggunakan zat warna yang disuntikkan ke
dalam vena di lengan, gambaran pembuluh darah di otak dapat memberikan informasi tentang
aneurisma atau arteriovenous malformation. Seperti abnormalitas aliran darah otak lainnya dapat
dievaluasi dengan peningkatan teknologi canggih, CT angiography menggeser angiogram
konvensional.
Conventional angiogram: suatu angiogram adalah tes lain yang kadang-kadang digunakan untuk
melihat pembuluh darah. Suatu pipa kateter panjang dimasukkan ke dalam arteri (biasanya di area
selangkangan) dan zat warna diinjeksikan sementara foto sinar-x secara bersamaan diambil.
Meskipun angiogram memberikan gambaran anatomi pembuluh darah yang paling detail, tetapi
ini juga merupakan prosedur yang invasif dan digunakan hanya jika benar-benar diperlukan.
Misalnya, angiogram dilakukan setelah perdarahan jika sumber perdarahan perlu diketahui
dengan pasti. Prosedur ini juga kadang-kadang dilakukan untuk evaluasi yang akurat kondisi
arteri carotis ketika pembedahan untuk membuka sumbatan pembuluh darah dipertimbangkan
untuk dilakukan.
Carotid Doppler ultrasound: adalah suatu metode non-invasif (tanpa injeksi atau penempatan
pipa) yang menggunakan gelombang suara untuk menampakkan penyempitan dan penurunan
aliran darah pada arteri carotis (arteri utama di leher yang mensuplai darah ke otak)
Tes jantung: tes tertentu untuk mengevaluasi fungsi jantung sering dilakukan pada pasien stroke
untuk mencari sumber emboli. Echocardiogram adalah tes dengan gelombang suara yang
dilakukan dengan menempatkan peralatan microphone pada dada atau turun melalui esophagus
(transesophageal achocardiogram) untuk melihat bilik jantung. Monitor Holter sama dengan
electrocardiogram (EKG), tetapi elektrodanya tetap menempel pada dada selama 24 jam atau
lebih lama untuk mengidentifikasi irama jantung yang abnormal.
Tes darah: tes darah seperti sedimentation rate dan C-reactive protein yang dilakukan untuk
mencari tanda peradangan yang dapat memberi petunjuk adanya arteri yang mengalami
peradangan. Protein darah tertentu yang dapat meningkatkan peluang terjadinya stroke karena
pengentalan darah juga diukur. Tes ini dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab stroke yang
dapat diterapi atau untuk membantu mencegah perlukaan lebih lanjut. Tes darah screening
mencari infeksi potensial, anemia, fungsi ginjal dan abnormalitas elektrolit mungkin juga perlu
dipertimbangkan.
Perbedaan jenis stroke dengan menggunakan alat bantu.
Gaman
CT-Scan Stroke Infark dan Stroke Hemoragik
Diagnosis Banding
c) Blood : Tekanan darah dijaga agar tetap cukup tinggi untuk mengalirkan darah ke otak.
Pengobatan hipertensi pada fase akut dapat mengurangi tekanan perfusi yang justru akan
menambah iskemik lagi. Kadar Hb dan glukosa harus dijaga cukup baik untuk metabolisme otak.
Pemberian infus glukosa harus dicegah karena akan menambah terjadinya asidosis di daerah
infark yang akan mempermudah terjadinya udem. Keseimbangan elektrolit harus dijaga.
d) Bowelm : Defekasi dan nutrisi harus diperhatikan. Hindari terjadinya obstipasi karena akan
membuat pasien gelisah. Nutrisi harus cukup. Bila perlu diberikan nasogastric tube (NGT).
e) Bladder : Miksi dan balance cairan harus diperhatikan. Jangan sampai terjadi retentio urin.
Pemasangan kateter jika terjadi inkontinensia.
Perawatan suportif
b
c
d
e
f
a Pelihara oksigenasi jaringan secara adekuat; membutuhkan bantuan saluran napas dan ventilasi.
Cek aspirasi pneumonia yang mungkin terjadi.
Tekanan darah; pada kebanyakan kasus, tekanan darah tidak boleh diturunkan secara cepat. Jika terlalu
tinggi, menurunkan tekanan darah secara berhati-hati, karena status neurologis dapat bertambah buruk
ketika tekanan darah diturunkan.
Status volume darah; koreksi hipovolemia dan elektrolit-elektrolit tetap pada batas normal.
Demam; harus dicari sumber dari demam dan diturunkan dengan anti piretik yang sesuai.
Hypoglycemia/dan atau hyperglycemia; harus dijaga dengan kontrol yang ketat. Hiperglikemia dapat
bertambah buruk pada cedera iskemik.
Profilaksis DVT; stroke dengan pasien yang mempunyai risiko tinggi untuk DVT. Penting untuk
menggunakan heparin subcutan 5,000 IU q. 8 atau 12 jam atau subkutan enoksaparin 30 mg q. 12 jam
pada ambulasi awal.
Penatalaksanaan Stroke Hemoragik
a) Singkirkan kemungkinan koagulopati. Pastikan hasil masa protrombin dan masa
tromboplastin parsial adalah normal. Jika masa protrombin memanjang, berikan plasma beku
segar (FFP) 4-8 unit intravena setiap 4 jam dan vitamin K 15 mg intravena bolus, kemudian 3
kali sehari 15 mg subkutan sampai masa protrombin normal. Koreksi antikoagulasi heparin
dengan protamin sulfat 10-50 mg bolus lambat (1 mg mengoreksi 100 unit heparin).
b) Kendalikan HT. Tekanan yang tinggi bisa menyebabkan perburukan perihematom. Tekanan
darah sisitolik >180mmHg dengan labetalol (20 mg intravena dalam 2 menit ulangi 40-80
mg intravena dalam interval 10 menit sampai tekanan yang diinginkan kemudian infus 2
mg/menit dan dirasi atau penghambat ACE 12,5 mg-25 mg, 2-3 kali sehari atau antagonis
kalsium (nifedipin oral 4x 10 mg).
c) Pertimbangkan bedah saraf apabila perdarahan serebelum diameter lebih dari 3 cm atau
volum lebih dari 50 ml. Pemasangan ventrikulo-peritoneal bila ada hidroefalus obstruktif akut
atau kliping aneurisma.
d) Pertimbangkan angiografi untuk menyingkirkan aneurisma/malformasi arteriovenosa.
e) Berikan manitol 20% (1 mg/kg BB intravena dalan 20-30 menit). Steroid tidak terbukti
efektif pada perdarahan intraserebral.
f) Pertimbangkan fenitoin (10-20 mg/kg BB intravena atau peroral). Pada umumnya anti
konvulsan diberikan bila terdapat kejang.
g) Pertimbangkan terapi hipervolemik dan nimodipin untuk mencegah vasospasme.
h) Untuk mengatasi perdarahan intracerebral : obati penyebabnya, turunkan TIK, beri
neuroprotektor, tindakan bedah dengan pertimbangan GCS >4 dilakukan pada pasien dengan
perdarahan serebelum > 3cm, hidrosefalus akibat perdarahan intraventrikel atau serebelum,
perdarahan lobar diatas 60 cc dengan tanda peningkatan TIK akut dan encaman herniasi.
Pada TIK yang meninggi :
a) Manitol bolus, 1 gr/kgBB dalam 20-30 menit lanjutkan dengan 0,25-0,5g/kgBB tiap 6 jam
smpai maksimal 48 jam.
b) Gliserol 50% oral, 0,25-1 gr/kgBB setiap 4-6 jam atau gliserol 10% intravena 10 ml/kgBB
dalam 3-4 jam (untuk edema serebri ringan-sedang).
c) Furosemid 1mg/ kg BB intravena.
d) Intubasi dan hiperventilasi terkontrol sampai pCO2 29-35 mmHg
e) Penggunaan steroid masih kontroversial.
f) Kraniotomi dekompresif.
Perdarahan subaraknoid
a) Nimodipin digunakan untuk mencegah vasospasme.
b) Tindakan operasi dapat dilakukan pada perdarahan subaraknoid stadium I dan II akibat
pecahnya aneurisma sakular berry dan adanya komplikasi hidrosefalus obstruktif.
Penatalaksanaan Stroke Non-Hemoragik
Tujuan terapi
a) Pencegahan stroke melalui reduksi faktor risiko.
b) Pencegahan sejak awal atau pada stroke yang rekuren dengan memodifikasi proses patologik
mendasar.
c) Mereduksi kerusakan otak sekunder dengan pemeliharaan perfusi yang adekuat pada daerah
yang secara garis besar mengalami iskemik dengan mengurangi dan atau menurunkan edema.
Penanganan dari Serangan Iskemia Akut
a) Mengeleminasi atau mengontrol faktor-faktor risiko.
b) Memberi edukasi pada pasien mengenai pengurangan faktor risiko dan tanda serta gejalagejala dari TIA dan stroke ringan.
c) Intervensi-Bedah
d) Endarterektomi karotis ( Cea)
e) Pengeluaran plak ateromatosa dengan cara bedah.
f) Pasien yang direservasi untuk pengeluaran bekuan atau lesi berulserasi yang mengoklusi >
70% dari aliran darah pada arteri karotis.
g) Dapat menurunkan risiko dari strok > 60% selama tahun keduanya setelah dioperasi dan
wajib mengikuti mengikuti prosedur.
h) Endarterektomi vertebra umumnya tidak lagi digunakan.
i) Angioplasti balon : Menempatkan suatu balon kecil yang dideflasikan pada pembuluh darah
yang yang mengalami stenose Balon kemudian dipompakan menekan plak ateromatosa ke
arah dinding. Mempunyai risiko melepasnya emboli kecil yang dapat berpindah ke retina atau
otak.
j) Penempatan Sten : Prosedur eksperimental; > 50-60% mengalami kekambuhan.
Menempatkan suatu coil baja tahan-karat kedalam pembuluh darah yang kemudian difiksasi
pada salah satu dinding dari arteri; saat ini coil ditambahkan dengan obat-obatan slowrelease.
k) Agen-agen antiplatelet
Golongan/Obat
Tiazid
Diazoksid
ACEI
Enalaprit
Mekanisme
Aktivasi
sensitive
channels
Esmolol
Alfa Blocker
Fentolamin
Trimetafan
<
Efek Samping
5 Retensi cairan
dan
garam,
hiperglikemia
berat,
durasi
lama
(1-12
jam).
Awitan cepat
(1-5 menit),
tidak terjadi
rebound.
Eliminasi
tidak
dipengaruhi
oleh disfungsi
hati/
renal,
potensi
interaksi obat
rendah.
Bradikardia,
hipotensi,
durasi lama (46 jam).
Vasodilator Langsung
Hidralasin
NO terkait dengan 2,5-10 mg IV
mobilisasi kalsium bolus (sampai
dalam otot polos.
40 mg).
Thiopental
Interaksi Obat
ACE inhibitor
Beta Blocker
Labetalol
Dosis
Serum sicknesslike,
druginduced lupus,
durasi jam (3-4
jam),
awitan
lambat (15-30
menit)
Aktivasi reseptor 30-60 mg IV.
Awitan cepat Depresi
GABA
(2
menit), miokardial
durasi
singkat (5-10
1-5 mg/ menit menit).
Blockade
Bronkospasme,
IV
ganglionik.
retensi
urin,
Awitan
segera, durasi siklopegia,
Edema
serebri:
defisit
neurologis
cenderung
memberat,
dapat
mengakibatkanpeningkatan tekanan intrakranial, herniasi, dan akhirnya menimbulkan
kematian.
Infark miokard
Emboli peru: Cenderung terjadi 7 -14 hari pasta stroke, seringkali path saat
penderitamulai mobilisasi.
Stroke rekuren, infark miokard, gangguan vaskular lain: penyakit vascular perifer.
Komplikasi yang terjadi pada pasien stroke yaitu:
Hipoksia serebral diminimsdknn dengan memberi oksigeriasi
Penurunan darah serebral
Embolisme serebral
2.10 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Stroke
Indikator prognosis adalah : tipe dan luasnya serangan, age of onset, dan tingkat kesadaran
1) Hanya 1/3 pasien bisa kembali pulih setelah serangan stroke iskemik
2) Umumnya, 1/3-nya lagi adalah fatal, dan 1/3- nya mengalami kecacatan jangka
panjang
3) Jika pasien mendapat terapi dengan tepat dalam waktu 3 jam setelah serangan, 33%
diantaranya mungkin akan pulih dalam waktu 3 bulan1/2/2009 Zullies Ikawati's
Lecture Notes 8
4) Prognosis pasien dgn stroke hemoragik (perdarahan intrakranial) tergantung pada
ukuran hematoma hematoma > 3 cm umumnya mortalitasnya besar, hematoma
yang massive biasanya bersifat lethal
5) Jika infark terjadi pada spinal cord prognosis bervariasi tergantung keparahan
gangguan neurologis Jika kontrol motorik dan sensasi nyeri terganggu
prognosis jelek
2.11 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Stroke
Rekomendasi American Stroke Association (ASA) tentang pencegahan stroke adalah sebagai
berikut:
1. Pencegahan Primer Stroke
Pendekatan pada pencegahan primer adalah mencegah dan mengobati faktor-faktor risiko
yang dapat dimodifikasi.
Hipertensi
Hipertensi harus diobati, untuk mencegah stroke ulang maupun mencegah penyakit
vaskular lainnya. Pengendalian hipertensi ini sangat penting artinya bagi para penderita
stroke iskemik dan TIA. Target absolut dalam hal penurunan tekanan darah belum dapat
ditetapkan, yang penting adalah bahwa tekanan darah < 120 / 80 mm Hg. Modifikasi
berbagai macam gaya hidup berpengaruh terhadap upaya penurunan tekanan darah
secara komprehensif.
Obatobat yang dianjurkan adalah diuretika dan ACE inhibitor; namun demikian
pilihan obat disesuaikan dengan kondisi / karakteristik masingmasing individu.
Diabetes melitus
Pada penderita diabetes melitus maka penurunan tekanan darah dan lipid darah
perlu memperoleh perhatian yang lebih serius. Dalam kasus demikian ini maka obat
antihipertensi dapat lebih dari 1 macam. ACE inhibitor merupakan obat pilihan untuk
kasus gangguan ginjal dan diabetes melitus
Pada penderita stroke iskemik dan TIA, pengendalian kadar gula direkomendasikan
sampai dengan mendekati kadar gula plasma normal (normoglycemic), untuk
Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang
maruf. (QS. Al Baqarah: 228).
Dari Aisyah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,