(TFCC) Injuries
Disusun Oleh:
dr. Mazen
Pembimbing Kasus :
Pendamping Internsip:
dr. Safaruddin, MARS
JAKARTA SELATAN
2017
LAPORAN KASUS
DOKTER INTERNSIP ANGKATAN 3 TAHUN 2016
RSUK TEBET
PERIODE 15 Mei 13 SEPTEMBER 2017
Obyektif Presentasi:
Deskripsi: Pasien datang sendiri ke IGD RSUK TEBET dengan keluhan nyeri tangan kiri dari
pergelangan sampai siku kiri. Os bercerita 1 jam sebelumnya mengalami kecelakaan motor, os terjatuh
tangan kiri os menopang badan untuk menghindari benturan kepala, setelah itu os sadar dan tidak ada
tanda-tanda perdarahan hanya ada luka-luka lecet.
2
Tujuan: Diagnosa dan Penanganan TFCC
2. Riwayat Pengobatan:
Pasien datang ke IGD RSUK Tebet dikarenakan nyeri tangan sebelah kiri sampai siku.
4. Riwayat Keluarga: -
3
8. Lain-lain:(diberi contoh : PEMERIKSAAN FISIK, PEMERIKSAAN LABORATORIUM dan
TAMBAHAN YANG ADA, sesuai dengan FASILITAS WAHANA)
Pemeriksaan Fisik
A. Status Generalis
Kesadaran : Compos Mentis E4M6V5
KU: tampak sakit sedang
TD: 120/80 mmHg N: 89 x/menit regular, Rr: 20 x/menit, S: 36,4 0 C, SpO 2: 98%
Mata: CA (-/-), SI (-/-)
Hidung: deviasi septum (-) secret (-)
Mulut: faring hiperemis (-), mukosa kering (-)
Leher: KGB tidak membesar, tiroid dbn
Thoraks: Cor: SI-II nomal regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo: SN vesikuler simetris kanan dan kiri, wheezing (-/-), rhonki (-/-)
Abdomen: buncit, simetris, supel, NTE (-), H/L tak teraba membesar, perkusi timpani, BU (+) N.
Ekstremitas: Tangan: akral hangat (+/+), oedem (-/-), CRT <2
Kaki : akral hangat (+/+), oedem (-/-), CRT <2
B. Status Neurologis
Mata: pupil bulat isokor 3mm/3mm RCL/RCTL +/+
Rangsang Meningeal: Kaku Kuduk (-) Brudzinky I (-/-) Brudzinky II (-/-) Lasegue (-/-) Kernig (-/-)
Nervus Kranialis: Dalam batas normal
Motorik: Kekuatan ekstremitas atas 5555/5555 ekstremitas bawah 5555/5555
Refleks Fisiologis: Dalam batas normal
Refleks Patologis: Dalam batas normal
Sensorik Dalam batas normal
Otonom Dalam batas normal
C. Status lokalis
Nyeri pada pergelangan tangan kiri sampai siku
Terdapat luka-luka lecet pada dahi dan bagian bawah hidung
Pemeriksaan Radiologis
Foto rontgen radius ulnaris
Hasil dalam batas normal tidak ada gambaran fraktur dilokasi nyeri
Saran MRI dan Arthography
4
Hasil Pembelajaran:
3. Menentukan diagnosis kerja dan diagnosis banding serta merencanakan pemeriksaan lebih lanjut
untuk menegakkan diagnosis pasti.
5
1. Subyektif:
Pasien laki-laki umur 25 tahun datang sendiri ke IGD RSUK TEBET dengan keluhan nyeri tangan kiri
dari pergelangan sampai siku kiri. Os bercerita 1 jam sebelumnya mengalami kecelakaan motor, os
terjatuh tangan kiri os menopang badan untuk menghindari benturan kepala, setelah itu os sadar dan
tidak ada tanda-tanda perdarahan hanya ada luka-luka lecet..
2. Objektif:
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Nyeri pada pergelangan tangan kiri sampai siku
Terdapat luka-luka lecet pada dahi dan dibawah hidung
3. Assessment:
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan radiologis,
mengarah kepada susp TFCC.
-
DD/ Muscle strain wrist hand
Diperlukan pemeriksaan MRI dan Arthography untuk mengkonfirmasi diagnosis pasti dan
menyingkirkan diagnosis banding.
4. Plan:
Non Medika Mentosa
Kompres dingin 3 hari selama 10-20 menit 4x sehari
Medikamentosa
Desketoprofen 25 mg 3x1 tablet / oral
Eprison hcl 50 mg 3x1 tablet / oral
B12 3x1 tablet / oral
6
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan pada daerah tersebut akibat cedera atau degenerasi dapat menyebabkan
gangguan yang lebih berat dari sprain pergelangan tangan. Cedera TFCC dapat menimbulkan
kecacatan pada pergelangan tangan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi
Pergelangan tangan terdiri dari sekumpulan sejumlah besar tulang dan sendi. Terdapat
15 tulang yang menghubungkan bagian distal lengan bawah dengan tangan.
Pergelangan tangan sendiri terdiri dari 8 tulang kecil, yang disebut dengan tulang
karpal. Tulang tersebut dikelompokkan dalam 2 baris. Baris proksimal adalah baris dimana
lipatan pergelangan tangan muncul saat ditekuk. Baris kedua adalah tulang tulang karpal,
disebut sebagai baris distal, berhubungan dengan baris proksimal sedikit lebih jauh ke arah
jari tangan.
Baris proksimal tulang karpal menghubungkan dua tulang pada lengan bawah, yaitu
tulang radius dan ulna, ke tulang tulang tangan. Pada sisi ulna pergelangan tangan, ujung
distal tulang ulna bergerak dengan dua tulang karpal, yaitu os lunatum dan os triquetrum.
Seluruh TFCC terletak antara tulang ulna dan dua tulang karpal (os lunatum dan os
triquetrum). TFCC berinsersi ke os lunatum dan triquetrum melalui ligamen ulnolunatum dan
ulnotriquetrum. TFCC menstabilkan sendi radioulnaris distal dan memperbaiki range of
motion (ROM) serta gerakan gliding pada pergelangan tangan.
Terdapat bantalan kartilago kecil yang disebut dengan diskus artikularis di sentral
kompleks tersebut yang menjadi bantalan bagian pergelangan tangan. Bagian lain dari TFCC
adalah ligamen radioulnaris dorsal, ligamen radioulnaris volar, meniskus homolog (meniskus
ulnokarpal), ligamen kolateral ulnaris, subsheath m. extensor carpi ulnaris, serta ligamen
ulnolunatum dan ligamen ulnotriquetrum.
8
Cedera pada triangular fibrocartilage complex melibatkan robekan diskus
fibrokartilago sendi dan meniskus homolog. Homolog adalah suatu jaringan yang
menghubungkan diskus ke os triquetrum di pergelangan tangan. Homolog bekerja seperti
sling atau tali antara kedua struktur tersebut.
Struktur penting lainnya yang harus dipahami dalam cedera TFCC adalah fovea
ulnaris. Fovea adalah lekukan yang memisahkan styloid ulnaris dari caput ulnaris. Lekukan
tersebut terletak di antara os ulnaris dan pergelangan tangan. Styloid merupakan tonjolan
kecil yang terletak pada tepi pergelangan tangan (pada sisi yang menjauhi ibu jari) dimana
tulang ulna berhubungan dengan pergelangan tangan. Makalah ini nanti akan membahas uji
fovea untuk penegakan diagnosis cedera TFCC.
Penyebab
Atlet dengan kebutuhan tinggi seperti petenis atau pesenam (termasuk anak anak
dan remaja) memiliki risiko terbesar untuk mengalami cedera TFCC. Cedera TFCC pada
anak dan remaja lebih sering terjadi setelah fraktur styloid ulna yang tidak mengalami
penyembuhan.
Cedera power drill juga dapat menyebabkan ruptur TFCC ketika drill tersebut
mengikat, bukan menggigit, sehingga pergelangan tangan terputar. Robekan TFCC juga
dapat terjadi dengan perubahan degeneratif. Pronasi berulang dan menggenggam beban
dengan kekuatan tinggi merupakan faktor risiko untuk degenerasi jaringan. Frekuensi dan
tingkat keparahan perubahan degeneratif pada struktur TFCC juga akan meningkat seiring
pertambahan usia. Penipisan struktur jaringan lunak dapat menyebabkan robekan TFCC
dengan kekuatan kecil atau trauma minimal.
9
Terdapat beberapa faktor risiko anatomi. Penelitian menunjukkan bahwa pasien
dengan robekan TFCC seringkali memiliki varian ulna dan lengkungan tulang ulnar yang
berada lebih ke depan. Varian ulna adalah tulang ulna yang lebih panjang dari tulang radius
karena pemendekan tulang radius kongenital.
Gejala
Nyeri pada pergelangan tangan di sepanjang sisi ulnaris merupakan gejala utama.
Beberapa pasien melaporkan adanya nyeri difus. Hal ini berarti bahwa nyeri terjadi di seluruh
daerah pergelangan tangan. Nyeri diperberat oleh aktivitas atau posisi apapun yang
memerlukan rotasi lengan bawah dan pergerakan ke arah ulna. Gerakan tersebut merupakan
aktivitas sederhana seperti memutar kenop pintu atau kunci, menggunakan pembuka kaleng,
atau mengangkat wajan berat atau galon susu dengan satu tangan.
Gejala lain yang dialami pasien adalah pembengkakan; bunyi klik, snap, atau
crackling yang disebut dengan krepitus; dan kelemahan. Beberapa pasien melaporkan
adanya instabilitas pergelangan tangan dirasakan seperti akan terlepas. Pasien juga dapat
merasakan sensasi sesuatu yang terperangkap di dalam sendi. Nyeri tekan di sepanjang sisi
ulnaris pergelangan tangan juga sering ditemukan.
Jika fraktur pada ujung distal os ulnaris (pada pergelangan tangan) terjadi bersamaan
dengan instabilitas jaringan lunak, maka rotasi lengan bawah akan terbatas. Arah
keterbatasan gerakan tersebut (telapak tangan terbuka atau tertutup) bergantung pada arah
dislokasi ulna.
Diagnosis
Diagnosis yang akurat dan penilaian cedera (tingkat keparahan) sangat penting untuk
cedera TFCC. Umumnya, derajat tersebut dibuat berdasarkan besar disrupsi ligamen (robekan
10
minimal, parsial, atau komplit). Terdapat dua derajat dasar cedera TFCC. Kelas 1 digunakan
untuk cedera traumatik. Kelas 2 digunakan untuk keadaan degeneratif.
Pemeriksaan lain juga dapat dilakukan untuk mencetuskan gejala dan pemeriksaan
untuk gerakan berlebih. Pemeriksaan tersebut antara lain adalah hipersupinasi (overrotating
lengan bawah dalam posisi supinasi) dan meletakkan pergelangan tangan dalam posisi
deviasi ulnar (menggerakkan tangan menjauhi ibu jari) dan ekstensi pergelangan tangan.
Sebuah pemeriksaan terbaru, yaitu fovea sign, dilakukan dengan memberikan tekanan
eksternal ke daerah fovea. Pemeriksa membandingkan pergelangan tangan yang terlibat dan
pergelangan tangan yang sehat. Nyeri tekan dan nyeri yang muncul saat pemeriksaan tersebut
dilakukan merupakan tanda bahwa terdapat cedera split tear.
Split tear lebih sering terjadi pada cedera torsi berulang dengan energi rendah, seperti
cedera akibat bowling atau golf. Cedera ligamen jenis tersebut pertama kali ditemukan ketika
dokter bedah menekan daerah nyeri tersebut menggunakan artroskopi untuk melihat bagian
dalam sendi. Dokter bedah tersebut melihat adanya ligamen yang terbuka seperti buku.
Pemeriksaan foto polos dapat menunjukkan adanya disrupsi pada TFCC ketika terjadi
fraktur pada tulang. Instabilitas ligamen tanpa fraktur tulang akan terlihat normal dalam
pemeriksaan foto polos. Pemeriksaan foto polos dengan kontras yang diinjeksikan disebut
dengan wrist arthrography. Artrografi disebut positif untuk cedera TFCC jika kontras
tersebut merembes ke sendi lain. Pemeriksaan ini dilakukan pada tiga daerah sendi khusus,
sehingga disebut seabgai triple injection wrist arthrogram.
Cedera akut yang mengalami pembengkakan dan terasa sangat nyeri sehingga
menyulitkan pemeriksaan. Pada kasus tersebut, pencitraan yang lebih canggih seperti MRI
(dengan atau tanpa kontras) dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan ligamen atau
jaringan lunak lainnya. Ketika MRI dilakukan dengan injeksi kontras di daerah yang
mengalami kerusakan, pemeriksaan tersebut disebut sebagai artrografi. Pemeriksaan tersebut
merupakan MRI arthrogram. Jika kontras bergeser dari satu kompartemen sendi ke
kompartemen lain, maka dicuriga adanya robekan jaringan lunak. Tetapi, penelitian
menunjukkan bahwa hampir separuh pasien dengan robekan TFCC memiliki hasil
pemeriksaan artrogram normal.
11
kartilago. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan dengan memasukkan jarum tipis panjang
ke dalam sendi. Kamera TV kecil pada ujung instrumen memungkinkan dokter untuk melihat
ligamen secara langsung. Dengan menggunakan probe, dokter memeriksa integritas jaringan
lunak. Uji trampolin khusus dapat dilakukan untuk menilai diskus fibrokartilago. Dokter
tersebut kemudian menekan center diskus dengan probe. Tegangan yang baik dan
kemampuan untuk memantul menunjukkan bahwa diskus tersebut melekat secara normal dan
tidak mengalami robekan atau kerusakan. Jika probe terbenam, pemeriksaan dianggap positif
(mengindikasikan adanya robekan). Satu keuntungan dari pemeriksaan artroskopi adalah
bahwa terapi dapat dilakukan pada waktu bersamaan.
TATALAKSANA
Jika pergelangan tangan masih tidak stabil, maka pasien dianjurkan untuk menjalani
terapi konservatif (non operatif). Dilakukan pemasangan splint sementara selama 4 6
minggu. Splint tersebut akan menyebabkan imobilisasi pergelangan tangan dan
memungkinkan jaringan parut untuk membantu penyembuhan cedera. Obat antiinflamasi dan
fisioterapi juga dapat dilakukan. Pasien mungkin mengalami perbaikan dengan pemberian 1
2 kali injeksi steroid dengan jarak beberapa minggu.
Jika pergelangan tangan tidak stabil, tetapi pasien tidak menginginkan pembedahan,
dapat dilakukan pemasangan gips pada pergelangan tangan dan lengan bawah. Splint
digunakan selama 6 minggu, kemudian fisioterapi dapat dimulai. Dokter akan membantu
pemilihan terapi terbaik untuk cedera yang dialami oleh pasien.
Pembedahan
Tatalaksana bedah dilakukan berdasarkan cedera yang terjadi. Instabilitas yang terjadi
akibat ruptur ligamen komplit, terutama dengan fraktur tulang, memerlukan pembedahan
sesegera mungkin.
Batas terluar TFCC memiliki suplai darah yang cukup baik. Robekan di daerah
tersebut dapat diperbaiki. Tetapi, penyembuhan tidak mungkin terjadi jika robekan terjadi di
12
bagian sentral dimana tidak terdapat suplai darah. Arthroscopic debridement (meratakan atau
mengikis) dapat dilakukan pada jaringan yang mengalami kerusakan.
Dokter bedah melakukan debridement pada semua robekan diskus atau meniskus
homolog yang mungkin bersinggungan dengan permukaan sendi lain. Dokter kemudian
mencari masalah yang terjadi pada ligamen fovea. Sebuah probe digunakan untuk mendeteksi
ketegangan atau kelemahan ligamen. Kelemahan (laxity) merupakan tanda suatu cedera.
Beberapa robekan komplit memerlukan open repair. Open repair berarti dokter
melakukan insisi dan membuka jaringan untuk melakukan tindakan pembedahan. Tindakan
ini memperluas lapangan pandang dokter dan memberikan akses yang lebih baik.
Tindakan spesifik bergantun pada jaringan yang mengalami cedera dan luas cedera.
Sebagai contoh, terputusnya ligamen radioulnaris umumnya memerlukan penggunaan wire
untuk mempertahankan daerah tersebut hingga penyembuhan terjadi.
Pada kasus lain, tindakan pembedahan tertunda cukup lama hingga ligamen yang
robek mengalami retraksi, sehingga direct repair tidak mungkin untuk dilakukan. TFCC
kronik dan degeneratif mungkin memerlukan pendekatan bedah yang berbeda. Debridement
yang dilakukan pada kondisi tersebut tidak sesukses debridement yang dilakukan pada cedera
TFCC akut. Kadang diperlukan pemendekan os ulna untuk meredakan rasa nyeri.
Terdapat dua tindakan yang digunakan untuk memperpendek os ulna dan membuka
sendi ulnokarpal, yaitu metode pemendekan tulang ulna (diafisis) dan metode Feldon wafer
13
(osteotomi pemendakan caput ulnaris distal). Jika terjadi instabilitas os lunatum triquetrum,
pemendekan ulna dapat dilakukan untuk mengeratkan ligamen ulnokarpal dan menurunkan
pergerakan antara os lunatum dan os triquetrum.
Ketika mengambil keputusan mengenai tindakan mana yang akan dilakukan, dokter
bedah mempertimbangkan jumlah pemendekan yang dibutuhkan dan konformasi sendi
radioulnaris distal yang akan mempengaruhi beban sendi.
Distal ulnar head shortening osteotomy (misalnya, metode Feldon wafer) dengan
menggunakan artroskopi atau open method (pemendekan hanya 2 3 mm) bersifat kurang
invasif dan dapat mengurangi rasa nyeri yang sama dengan metode pemendekan diafisis.
REHABILITASI
Sejumlah besar pasien dengan cedera TFCC ringan mampu kembali bekerja dan/atau
berolahraga pada tingkat pra cedera.
Kelemahan residual dapat menetap setelah terapi non operatif cedera TFCC. Jika
terapi konservatif tidak berhasil, kelemahan sendi persisten dan instabilitas dapat
menyebabkan degenerasi kartilago sendi. Kekuatan yang terlalu besar atau kompresi pada
kedua sisi sendi dapat menimbulkan rasa nyeri dan gangguan pola gerak. Pembedahan
mungin diperlukan untuk mengembalikan pergerakan pergelangan tangan normal.
Setelah Operasi
Pergelangan tangan akan di imobilisasi dengan gips atau perban tebal. Jenis alat
imobilisasi dan posisi pergelangan tangan bergantung pada jenis pembedahan yang
dilakukan. Latihan pergerakan umumnya dimulai 5 7 hari setelah operasi.
14
mengembalikan stabilitas dan fungsi menahan beban pada pergelangan tangan. Setelah rasa
nyeri pascaoperasi berkurang, pasien akan mengalami nyeri yang berkurang secara
signifikan. Sebagian besar pasien melaporkan keadaan bebas nyeri.
Rencana follow up setelah operasi dapat bervariasi tergantung pada jenis tindakan
yang digunakan oleh dokter bedah. Metode terbaru dan metode yang lebih baik
memungkinkan pasien untuk memiliki aktivitas penuh, tanpa keterbatasan dalam 6 minggu
pascaoperasi.
Hasil operasi standar umumnya mengikuti perjalanan penyakit yang umum. Satu
minggu setelah operasi, splint akan digantikan dengan gips jenis fibercast (masih dalam
posisi supinasi). Siku dibebaskan agar dapat bergerak bebas. Gips dibuka dalam 6 minggu
setelah operasi. Pembukaan gips tersebut diikuti dengan fisioterapi selama 6 8 minggu.
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain adalah rasa nyeri dan kekakuan yang
persisten. Infeksi atau delayed union atau nonunion atau fraktur tulang dapat menjadi
komplikasi. Tindakan pembedahan lanjutan mungkin dibutuhkan untuk memperbaiki
pembedahan pertama. Beberapa pasien memerlukan tindakan pembedahan lain untuk
mengangkat alat yang digunakan untuk stabilisasi sendi. Pengangkatan basis ulna, yang
disebut dengan styloid ulna mungkin dilakukan. Pada kasus langka, tindakan tersebut gagal
memberikan hasil yang diinginkan. Fusi sendi dapat menjadi langkah selanjutnya.
15
BAB III
KESIMPULAN
Beberapa robekan TFCC dapat sembuh sendiri, beberapa tidak. Ketika cedera TFCC
tidak menunjukan tanda penyembuhan, terapi perbaikan TFCC melalui prosedur artroskopi
harus dilakukan untuk menstabilkan pergelangan tangan. Artroskopi adalah suatu tindakan
diagnostik dan terapi yang bertujuan melihat ke dalam sendi untuk memperbaiki berbagai
kerusakan yang ditemukan. Untuk memperbaiki ligamen yang robek, dokter biasanya
melakukan prosedur rekonstruksi untuk menyambung ligamen yang robek tersebut. TFCC
yang tidak diterapi dapat menyebabkan instabilitas menahun, yang akan menyebabkan
perubahan degeneratif seperti peradangan sendi pada pergelangan tangan.
16
DAFTAR PUSTAKA
17