BAB II
KAJIAN TEORI
A. Definisi
Delay Development (DD) adalah keterlambatan tumbuh kembang anak
berupa ketertinggalan secara signifikan pada fisik, kemampuan kognitif,
perilaku, emosi, atau perkembangan sosial seorang anak bila dibandingkan
dengan anak normal seusianya (Wahyono,2008).
B. Epidemiologi
Global Delay Development sekitar 5-10% pada anak di seluruh dunia,
sedangkan di amerika serikat angka kejadian Global Delay Development
diperkirakan 1-3% dari anak-anak berumur <5 Tahun (Walters, 2010).
Di indonesia khususnya di jakarta, telah dilakukan Stimulasi Deteksi dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak (SDIDTK). Hasilnya 22 anak
mengalami Global Delay Development dari 476 anak (Perna, 2013).
Sementara Di antara 604 pasien di KKTK yang dievaluasi didapatkan 187
(30,9 %) pasien dengan keterlambatan perkembangan umum, 93 kasus
(49,7%) di antaranya mempunyai sebab yang jelas kelainan kongenital,
mikrosefali, makrosefali, epilepsi, gangguan sensori integrasi, kejang demam,
ensefalitis, cerebral palsy, hipotiroid kongenital, sindrom down, riwayat
asfiksia, dan ADHD. Sisanya 94 (50,3%) tanpa penyakit penyerta, terdiri dari
62 (66%) lakilaki dan 32 orang perempuan (Tjandrajani, 2012).
Coba tambahkan jumalh pasien GDD ini yang ada di RSAB
C. Patofisiologi
D. Etiologi
Gambar 2.4 Anak duduk mandiri, merangkak, berdiri/berjalan dengan bantuan dan
tanpa bantuan
Sumber : ECCD, 2010
f. Usia 3 tahun
1) Melempar dan menangkap bola
2) Berdiri dan menendang bola tanpa jatuh
2. Motorik Halus
a. Usia 0-3 bulan
1) Membuka dan menutup telapak tangan
2) Memegang benda kecil
3) Memegang dengan jari-jari
Gambar 2.8 Anak membuka dan menutup mata, memegang benda kecil, dan
memegang dengan jari
Sumber : ECCD, 2010
Gambar 2.9 Anak meraih obyek dan mengeploitasi obyek dengan tangan dan mulut
Sumber : ECCD, 2010
Gambar 2.10 Anak bermain dengan benda kecil dan memukul obyek bersamaan
Sumber : ECCD, 2010
H. Gejala Klinis
Sebagian besar pemeriksaan pada anak dengan delay development
difokuskan pada keterlambatan perkembangan kemampuan motorik halus,
motorik kasar atau bahasa. Gejala yang terdapat biasanya (Soetjiningsih.
1995) :
1. Keterlambatan kemampuan motorik :
a. anak belum mampu mengangkat kepala saat usia 4 bulan,
b. anak belum mampu tengkurap dan terlentang saat usia 6 bulan,
c. anak belum mampu merangkak saat usia 7 bulan,
d. anak belum mampu duduk mandiri saat usia 9 bulan,
e. anak belum mampu berjalan pada usia 12 bulan,
f. anak belum berlari saat usia 2 tahun
2. Rendahnya kemampuan sosial
3. Perilaku agresif
4. Masalah dalam komunikasi (Soetjiningsih. 1995)
I. Proses Fisioterapi
Dalam melakukan praktek fisioterapi, seorang fisioterapi harus melakukan
asuhan atau proses fisioterapi yang terdiri dari lima bagian utama, yaitu sebagai
berikut:
1. Assesment Fisioterapi
Adalah pemeriksaan pada perorangan atau kelompok, nyata atau yang
berpotensi untuk terjadi kelemahan, keterbatasan fungsi, ketidakmampuan
atau kondisi kesehatan lain dengan cara pengambilan perjalanan penyakit
(history taking), skreening, test khusus, pengukuran dan evaluasi dari hasil
pemeriksaan melalui analisis dan sintesa dalam sebuah proses
pertimbangan klinis. Dapat dilakukan dengan jalan tanya jawab antara
terapis dengan sumber data. Filosofi assessment terdiri dari dua, yaitu
sebagai berikut:
a. Anamnesis
Yaitu cara pengumpulan data dengan metode tanya jawab
antara fisioterapis dengan sumber data. Anamnesis terdiri dari
autoanamnesis, merupakan anamnesis yang langsung ditujukan pada
pasien yang bersangkutan, sedangkan heteroanamnesis merupakan
anamnesis yang ditujukan pada keluarga pasien atau orang terdekat
atau orang yang mengetahui riwayat penyakit pasien. Anamnesis
tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut:
1) Identitas anak, meliputi : nama, umur, jenis kelamin, anak ke
berapa dari berapa bersaudara, alamat.
2) Riwayat Penyakit
a) Keluhan Utama: Merupakan satu atau lebih gejala
dominan yang mendorong keluarga atau pengasuh untuk
mencari pertolongan atau pengobatan. Apa keluhan
utama nya?
b) Riwayat Penyakit: Gambaran riwayat penyakit secara
lengkap mencakup lokasi kualitas, waktu, sifat, faktor-
faktor yang memperberat atau memperingan keluhan,
pemeriksaan lain sebelumnya, pertolongan sebelumnya,
dan pengaruh terhadap aktivitas penderita, yang meliputi:
(1) Riwayat Kandungan
Riwayat kandungan sangat penting untuk
diketahui karena berhubungan dengan
perkembangan dan pertumbuhan pada anak.
(a) Apakah usia ibu saat mengandung cukup umur
atau tidak?
(b) Apakah pada saat mengandung pernah
mengalami trauma atau tidak?
(c) Apakah pada saat meengandung pernah
mengkonsumsi obat-obatan?
(d) Apakah pada saat mengandung asupan makanan
dari ibu ke janin cukup atau tidak?
(e) Apakah pada saat mengandung ibu rajin
memeriksa kandungan ke dokter atau tidak?
(2) Riwayat Kelahiran :
(a) Berapa usia kandungan saat anak lahir, apakah
cukup bulan atau premature?
(b) Berapa berat badan atau panjang badan pada
bayi lahir?
(c) Berapa lingkar kepala pada bayi? (Ukuran
lingkar kepala saat lahir sangat berpengaruh
pada anak dengan gangguan hidrosefalus, untuk
mengetahui perkembangan otaknya)
(d) Bagaimana persalinan dilakukan oleh dokter
atau bidan?
(3) Riwayat Imunisasi :
Berisikan keterangan lengkap atau tidaknya
imunisasi yang pernah diberikan kepada anak
tersebut.
3) Gambaran komunikasi :
Untuk mengetahui kemampuan anak dalam menerima
informasi dan menyampaikan informasi.
4) Gambaran Kemampuan Fungsional (ADL)
Untuk mengetahui kemampuan anak dalam melakukan
aktifitas sehari-hari, apakah anak dibantu atau dapat
melakukan secara mandiri.
5) Gambaran Temperamen Anak
Untuk mengetahui emosi anak, mudah tidaknya terkena
rangsangan emosi, kekuatan serta kecepatannya bereaksi,
kualitas kekuatan suasana hatinya, segala cara dari pada
fluktuasi (gelombang) dan identitas suasana hati.
6) Gambaran Tonus Postural
Bagaimana kondisi tonus otot, apakah hipertonus,
hipotonus atau flukluatif.
7) Gambaran Kemampuan Kognitif atau kecerdasan anak
Untuk menilai aktivitas mental seperti
memperhatikan, mengingat, melambangkan,
mengelompokkan, merencanakan, menalar, memecahkan
masalah, menghasilkan dan membayangkan. Perkembangan
kognitif anak melibatkan ketrampilan belajar pada anak yang
terjadi melalui proses elaborasi di dalam otak (mind), dan
kegiatan mental internal yang kompleks.
b. Pemeriksaan Umum
1) Vital Sign, yang terdiri dari :
a) Denyut nadi
Alat ukur : Stopwatch
Prosedur :
(1) Palpasi menggunakan 3 jari pada arteri brachialis.
(2) Hitung selama 60 detik.
(3) Nilai normal frekuensi denyut nadi anak
(4) Ini judulnya apa?
Umur Frekuensi nadi rata-rata
Lahir 140
1 bulan 130
1-6 bulan 130
6-12 bulan 115
1-2 tahun 110
2-4 tahun 105
6-10 tahun 95
10-14 tahun 85
14-18 tahun 82
Tabel 2.1 Frekuensi denyut nadi anak normal
sumber : joyce Eagel, 2005 (letakan di atas table)
(5) Catat dan dokumentasikan.
deskripsikan
b) Pernafasan :
Alat ukur : stopwatch
metode: inspeksi
Prosedur:
(1) Alihkan perhatian pasien dari usaha mengatur
pernafasan normal.
(2) Hitung frekuensi napas dalam satu menit, satu
hitungan meliputi satu kali inspirasi dan satu kali
ekspirasi.
(3) Amati pula usaha bernapas, pola pernapasan,
keikutsertaan otot bantu pernapasan
(4) Nilai normal dalam kisaran 20-30 kali/ menit.
(5) Catat dan dokumentasikan
c) Temperatur
Alat ukur : thermometer digital.
Prosedur :
(1) Menggunakan metode axilla
(2) Letakan thermometer di axilla
(3) Tunggu hingga thermometer bunyi
(4) Normal: 36,5˚- 37˚C
d) Panjang badan
Alat ukur : midline, metode observasi.
Prosedur :
(1) Ukur panjang badan secara horizontal dimulai dari
telapak kaki hingga permukaan kepala atas.
(2) Catat dan dokumentasikan.
e) Berat badan
Alat ukur: timbangan berat badan, metode: observasi.
Prosedur :
(1) Pastikan pasien tidak memakai peralatan yang
terlalu memberi beban seperti sepatu, tas, dan lain-
lain.
(2) Pastikan timbangan masih berfungsi dengan baik,
jarum berawal dari titik 0.
(3) Bawa pasien naik keatas timbangan, dan perhatikan
perubahan jarum penunjuk.
(4) Catat dan dokumentasikan.
f) Tingkat kesadaran
(1) Compos mentis: kesadaran penuh
(2) Apatis: sadar namun diberi stimulasi tidak terdapat
respon
(3) Somnolent: keadaan mengantuk, mudah
dibangunakan, dan mampu memberi jawaban verbal
dan menangkis rangsang nyeri.
(4) Soporo stupor: masih dapat dibangunkan dengan
ransang yang kuat, masih dapat mengikuti suruhan
singkat dan terlihat gerakan spontan, namun reaksi
terhadap perintah tidak konsisten dan samar.
(5) Soporo koma: tidak ada respon dengan ransang
verbal gerakan yang timbul sebagai respon terhadap
ransang nyeri, tidak dapat dibangunkan.
(6) Koma: tidak ada gerakan spontan, tidak ada jawaban
sama sekali terhadap ransang nyeri yang
bagaimanapun kuatnya.
g) Status gizi: Status gizi anak dapat dilihat dari
pemeriksaan turgor kulit, konjungtiva mata, proporsi
tubuh dan IMT.
2) Inspeksi
Merupakan pemeriksaan dengan cara melihat dan
mengamati, seperti: keadaan umum, sikap tubuh, deformitas,
cara berjalan, ekspresi wajah, dan warna kulit.
3) Palpasi
Merupakan pemeriksaan dengan cara meraba dan
merasakan dengan tangan, sepert: tonus otot, suhu lokal, dan
oedem.
4) Askultasi
Merupakan pemeriksaan dengan cara mendengar
menggunakan stetoskop, seperti: bunyi suara napas dan letak
sputum.
c. Pemeriksaan Fisik
Merupakan pemeriksaan dengan cara melihat keadaan
postur tubuh pasien baik dari kepala, leher, punggung,, panggul,
tes khusus, ROM, ektremitas atas dan bawah (antara kiri dan
kanan).
d. Pemeriksaan khusus (deskripsikan dulu apa itu pemeriksaan
khusus)
1) Gross Motor Function Classification System (GMFCS)
Gross Motor Function Classification System (GMFCS)
adalah sistem klasifikasi yang universal berlaku untuk semua
bentuk. GMFCS membatu menentukan tindakan operasi,
pengobatan, terapi, dan teknologi pendukung yang cenderung
menghasilkan hasil yang terbaik untuk anak. Selain itu
GMFCS adalah sistem yang kuat bagi para peneliti, dimana
dapat meningkatan pengumpulan dan analisis data, karenanya
menghasilkan pemahaman yang lebih baik untuk penanganan
kasus dengan masalah delay development.
Klasifikasi GMFCS dibuat berdasarkan kemampuan
dan keterbatasan motorik anak dirumah, sekolah, maupun
dilingkungan. Kemampuan motorik yang diamati terutama
kemampuan duduk (trunk control) dan berjalan yang terbagi
menjadi 5 tingkatan (derajat I sampai V). Skala GMFCS dapat
membantu menentukan pilihan terapi yang tepat sesuai dengan
usia pasien dan tingkatan fungsi motorik,serta memprediksi
prognosis fungsi motorik kasar. (IDAI,2017)
Menurut Palisano,dkk (2007) GMFCS yang sekarang
sudah diperluas dan mencakup rentang usia untuk remaja usia
12 hingga 18 tahun dan menekankan konsep-konsepnya
melekat dalam International Classification of Functioning,
Disability and Health (ICF) Organisasi Kesehatan Dunia.
Fokus GMFCS adalah menentukan level mana yang paling
mewakili kemampuan dan keterbatasan anak-anak atau remaja
dalam fungsi motorik kasar. Penekanan pada kinerja biasa
seperti di rumah, sekolah, dan komunitas (mis., apa yang
mereka lakukan). GMFCS mampu mengelompokan anak
berdasarkan usia (0-2, 2-4, 4-6, 6-12, dan 12-18).
Tabel 2.1 Gross Motor Function Classification System
(GMFCS) (usahakan tabel jangan terpotong)
GMFCS Kriteria
Level
Kelompok usia 0 – 2 tahun
e. Problematik Fisioterapi
Berisikan tentang gangguan pada pasien yang berhubungan
dengan kondisi penyakitnya yang diurutkan berdasarkan prioritas.
Problematik fisioterapi pada kasus ini yaitu: (ini msh teori jgn
dimasukan hasis cukup deskripsinya saja
1) Adanya gangguan keseimbangan
2) Adanya kelemahan otot tungkai
3) Anak belum mampu berdiri seimbang
4) Anak belum mampu berjalan
2. Diagnosa Fisioterapi
Merupakan suatu pernyataan yang berisikan problematik pasien
dan hubungannya dengan sistem yang terkait. Dapat pula disebutkan
nama penyakit atau kondisi medisnya. (berikan contoh diagnose
secara umum pd GDD)
Diagnosa fisioterapi pada kasus ini adalah Anak belum bisa
berjalan akibat adanya gangguan keseimbangan dan kelemahan otot
tungkai pada kasus Global Delay Development. (inikan nanti masuk
bab 3
5. Re-evaluasi Fisioterapi
Evaluasi fisioterapi merupakan hasil pengukuran yang
menunjukan efektivitas program fisioterapi yang dilakukan dalam
upaya mencapai tujuan jangka pendek maupun jangka panjang.
Adapun evaluasi fisioterapi terdiri evaluasi sesaat, evaluasi periodik
dan evaluasi kumulatif.