Anda di halaman 1dari 54

NEURO-OFTALMOLOGI

dr. Nur Shani Meida, Sp.M., M.Kes


 TIU : Mahasiswa mampu menjelaskan lintasan visual,
lintasan pupil dan sistem motorik okuler beserta
kelainannya.

 TIK :
 Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dan fisiologi
lintasan visual, lintasan pupil dan sistem motorik okuler.
 Mahasiswa mampu menjelaskan macam-macam kelainan
lintasan visual, lintasan pupil dan sistem motorik okuler.
 Mahasiswa mampu menjelaskan gejala kelainan lintasan
visual, lintasan pupil dan sistem motorik okuler beserta
pemeriksaannya.
LINTASAN VISUAL

 Definisi : lintasan yang dilalui impuls


sejak dari terbentuknya bayangan di
retina sampai kesadaran mengenai
obyek yang dilihat.
Keluhan gangguan visual

 Pengurangan visus
 Gangguan lapang pandang
 Gangguan kecerahan dan kontras
 Gangguan penglihatan warna
 Lain –lain : mual muntah, pusing,kejang.
Pemeriksaan lapang pandang

 Tes konfrontasi

 Goldmann perimetri , Humprey perimetri


Contoh gangguan lapang pandang
Lintasan visual mata

 Sel ganglion retina


 N. Optikus
 Khiasma optikum
 Traktus optikus
 Korpus geniculatum lat.
 Radiatio optika
 Kortek visual (area 17)
 Tingkat kesadaran
Retina

Obyek dapat dilihat jika :


 Mengeluarkan cahaya
 Memantulkan cahaya

Bayangan dapat terlihat jelas jika :


 Media refrakta jernih
 Kekuatan refraksi cocok dengan sumbu bola
mata
 Retina baik
Retina

 Keterangan
 Z = sel kerucut
 S = sel batang
 H = sel horizontal
 B = sel bipolar
 A = sel amakrin
 G = sel ganglion
 N.O = nervus opticus
Retina

RETINA SENTRAL RETINA PERIFER


 Sel kerucut / konus  Sel batang / basilus
 Adaptasi terang  Adaptasi gelap
 FOTOTOPIK  SKOTOTOPIK
 Detail  Deteksi
 Bentuk  Peka gerak
 Warna
 Dimensi
Retina

Ada 4 kuadran retina :


 Retina nasal (lap.pandang temporal)
 Retina temporal (lap.pandang nasal)
 Retina sup (lap.pandang inf)
 Retina inf (lap.pandang sup)
Retina

Sifat bayangan di retina;


 Hitam
 Terbalik
 Lebih kecil
 Dua dimensi
Nervus optikus

 Tersusun dari 1,2 juta akson


 Panjang 50 mm

Ada 4 bagian :
 Intraokuler (papil n. optikus / bintik buta)
 Intraorbita ( seperti huruf S)
 Intraosea (di kanalis optikus)
 Intrakranial (di rongga tengkorak)
Khiasma optikum

 Merupakan semidekusasio (setengah silang)


dari n. optikus kanan kiri
 Bagian nasal (menyilang), temporal (tidak).
 Ukuran 8 x 12 x 4 mm
 Tidak berganti neuron
Traktus optikus

 Dari tepi posterior berjalan divergen.


 Melingkupi pedunkulus serebri.
Korpus geniculatum laterale

 Merupakan akhir serabut saraf aferen dari


lintasan visual anterior.
Radiasio optika

 Berjalan menyebar dari korpus geniculatum


lateral e ke lateral inferior, melingkupi bagian
depan cornu temporalis ventrikel lateral
kemudian ke belakangberakhir ke area striata
lobus occipitalis.
Kortek visual

 Akhir perjalanan impuls dari retina


 Dibagi 2 bagian :
 Primer (area 17)
 Sekunder (area 18 dan 19)
 Fungsinya untuk deteksi bentuk obyek,
kecerahan, bayangan dll.
 Penataan RETINOTOPIK (titik tertentu di
retina ada hubungan pasti dengan titik di
kortek visual)
Tingkat kesadaran penglihatan

Belum jelas benar.


Ada bagian pusat visual sekunder :
 Kolikulus superior
 Talamus
 Lobus fontalis, parietalis, temporalis
 Korpus kalosum
Sifat bayangan akhir lintasan visual :
 Lebih besar (sesuai obyek)
 Tegaklurus
 Tiga dimensi
 Warna warni
 Diketahui namanya, kegunaannya dll.
Pemeriksaan lintasa visual

 Pemeriksaan visus
 Pemeriksaan lapang pandang
 Pemeriksaan kecerahan
 Pemeriksaan persepsi warna (Ishihara)
 Pemeriksaan funduskopi (oftalmoskop)
 Pemeriksaan pupil
 Pemeriksaan neurologis/radiologis
 Konsul : saraf, interna, bedah, tht, kardiologi
Pemeriksaan lapang pandang

 Tes konfrontasi

 Goldmann perimetri , Humprey perimetri


Defek lapang pandang
Defek lapang pandang

Kemungkinan penyebab :
 Radang ( mis : papilitis)
 Tumor ( mis : adenoma hipofise)
 Vaskuler ( mis : stroke occipitale)
 Toksik ( mis : INH, metanol)
 Kongenital ( mis: hipoplasi n.optikus)
 Demielinisasi (mis : neuritis retrobulber)
Hemianopia bitemporal

 Contoh : tumor adenoma hipofise


Hemianopia homonim

 Misal : stroke occipital


Skotoma

 Skotoma (defek dengan kebutaan parsial


atau total yang dikelilingi oleh lapang
pandang normal atau relatif normal)
 Misal : kelainan di makula
NEURITIS OPTIK

 Penyebab : idiopatik, infeksi, autoimun

 Misal :
1. Papilitis : adanya radang papil n. optikus
(fundus : hiperemi dan edema ringan pada
papil)
2. Neuritis retobulber : radang n.optikus di
belakang bola mata (fundus : normal)
PAPIL EDEMA
 Adanya kongesti papil n. optikus non inflamasi
yang disebabkan adanya kenaikan tekanan
intrakranial ( N = 100-200 mmH2O)

 Penyebab :
1. Tumor otak
2. Abses otak
3. Hidrosefalus
4. Perdarahan subdural
5. Hipertensi maligna dll
LINTASAN PUPIL

 Pupil : lubang di tengah iris


 Fungsi : Mengatur besarnya sinar masuk
Pupil normal
Ukuran kanan kiri sama ( isokor )
Diameter 3 – 4 mm
Makin tua ukuran makin kecil (menurun
0,04 / thn)
Kontrol simpatis  muskulus dilator pupil
Otot pengatur pupil
 M. dilatator pupil  M. sphincter pupil
 Melebarkan pupil  Mengecilkan pupil
 MIDRIASIS  MIOSIS
 Saraf simpatis  Saraf parasimpatis
Kondisi pupil
MIDRIASIS MIOSIS
 Usia muda  Usia bayi atau tua
 Kondisi senang  Kondisi lelah
 Kondisi gelap  Kondisi terang
 Saat siaga  Saat tidur
 Miopia  Hipermetrop
 Glaukoma akut  Uveitis
 Melihat jauh  Melihat dekat
 Obat midriatikum  Obat miotikum
Pupil dikendalikan sistem otonom

SIMPATIS :
 Gln cervicalis sup  gln siliaris  m. dilator
pupil (midriasis)

PARASIMPATIS :
 N III  gln siliaris  m.sphincter pupil
(miosis) dan m. siliaris (akomodasi)
LINTASAN PUPIL AFEREN
retina

nervus optikus (N.II)

traktus optikus

pisah dg lintasan visual

nukleus pretektum

ganti neuron

nukleus Edinger Westphal kanan - kiri


LINTASAN PUPIL EFEREN - SIMPATIS
nukleus hipotalamus posterolateralis

beberapa sinapsis (?)

medulla spinalis C8 – Th 1-2

ganglion servikalis superior

sinus kavernosus

ikut cabang N V-1 (oftalmikus)

ganglion siliaris (tidak berganti neuron)

muskulus dilator pupil (untuk melebarkan pupil)


Saraf simpatis
LINTASAN PUPIL EFEREN - PARASIMPATIS

nukleus Edinger Westphal kanan – kiri

ikut nervus okulomotorius (N.III) bagian parasimpatis

sinus kavernosus

orbita (ikut N.III ramus inferior)

ganglion siliaris (ganti neuron)

muskulus siliaris (akomodasi)


muskulus sfingter pupil (mengecilkan pupil)
Saraf parasimpatis
Pemeriksaan pupil

1. Periksa respon pupil terhadap cahaya


2. Bandingkan diameter pupil kanan kiri
3. “Swinging Flash Light”
4. Tes patologi (RAPD, pupil anisokor, defisit
monokuler/binokuler)
5. Trias melihat dekat (konvergensi,
akomodasi, miosis)
Anisokor

 Fisiologis
 Karena cetusan rangsang pusat simpatis
di nukleus Edinger Westphal yang tidak
seimbang
 Anisokori sangat ringan & reflek pupil
normal

 Patologis
 Defek simpatis
 Defek parasimpatis
Sindrom Horner

Hilangnya inervasi simpatis


monokuler
Gejala :
 Pupil kecil
 Reflek cahaya normal
 Ptosis
 Elevasi palpebra bawah
 Muka tampak merah sesisi
PUPIL ARGIL ROBERTSON

Bilateral miosis
Rangsang cahaya negatif
Rangsang dekat ada
Respon terhadap midriatil minimal
Misal : neurosifilis
SISTEM MOTORIK OKULER

 Fungsi : gerak mata


 Ada 6 otot ekstraokuler

Otot
 Insersi : di sklera
 Origo : di anulus zinii kecuali m. obliqus
inferior (di dasar orbita)
Inervasi otot

N.III (okulomotorius)
m. rektus superior (1)
m. rektus medialis (3)
m. oblikus inferior
M. rektus inferior (2)
m. levator palpebra

N.IV (troklearis)
m. oblikus superior (5)

N.VI (abdusen)
m. rektus lateralis (4)
Fungsi otot ekstraokuler

OTOT Supra Infra Adduksi Abduksi Insiklo Ensiklo


duksi duksi duksi duksi
Rektus XXXXXX
medial
Rektus XXXXXX
lateral
Rektus XXXXXX XXXXXX XXXXXX
superior
Rektus XXXXXX XXXXXX XXXXXX
inferior
Oblikus XXXXXX XXXXXX XXXXXX
superior
Oblikus XXXXXX XXXXXX XXXXXX
inferior
Parese Nervus cranialis

A B
Gerak bola mata

 Duksi (1 mata)
 Versi (2 mata searah)
 Vergen ( 2 mata berlawanan arah)
1. Konvergen (ke arah dalam)
2. Divergen (ke arah luar)
Tujuan gerak mata :

 Memindahkan fixasi dari obyek


lama ke obyek baru
 Mempertahankan obyek tetap di
makula
Macam gerak mata

 Gerak sakadik (menghentak)


 Gerak pursuit (mengikuti obyek bergerak)
 Gerak vestibulookuler (gerak konjugat untuk
mempertahankan bayangan obyek di makula
saat kepala bergerak)
 Gerak optokinetik (gerak fiksasi saat kepala
bergerak berlawanan dalam waktu lama)
Pemeriksaan gerak bola mata

 Pasien dan pemeriksa duduk berhadapan


jarak 1 meter.
 Gunakan jari tangan atau benda sebagai
fiksasi
 Arahkan jari tangan ke arah depan, kanan ,
kanan atas, kanan bawah, ke arah kiri, kiri
atas, kiri bawah (gerakan menyerupai huruf
H)
Strabismus, Hiersberg test
Kelainan gerak mata

 Nistagmus (gerak bola mata bolak balik tanpa


disadari)
 Strabismus (juling), penyebab :
1. Sensoris (gangguan media refrakta, misal
katarak kongenital, ablasi retina)
2. Motoris (misal trauma lahir, infeksi,
gangguan pertumbuhan otot)
3. Sentral (hiperaktivitas/hipoaktivitas saraf)
Terapi

 Non operatif ( kacamata, oklusi,


ortoptik)
 Operatif

Anda mungkin juga menyukai