ATROFI PAPIL
Oleh:
Preseptor:
PADANG
2013
1
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
nervus optikus, retina merupakan bagian dari otak meskipun secara fisik terletak di perifer dari
sistem saraf pusat (SSP). Komponen yang paling utama dari retina adalah sel-sel reseptor
sensoris atau fotoreseptor dan beberapa jenis neuron dari jaras penglihatan. Lapisan terdalam
(neuron pertama) retina mengandung fotoreseptor (sel batang dan sel kerucut) dan dua lapisan
yang lebih superfisial mengandung neuron bipolar (lapisan neuron kedua) serta sel-sel ganglion
(lapisan neuron ketiga). Sekitar satu juta akson dari sel-sel ganglion ini berjalan pada lapisan
serat retina ke papila atau kaput nervus optikus. Pada bagian tengah kaput nervus optikus
tersebut keluar cabang-cabang dari arteri centralis retina yang merupakan cabang dari a.
oftalmika.
2
Nervus optikus memasuki ruang intrakranial melalui foramen optikum. Di depan tuber
sinerium (tangkai hipofisis) nervus optikus kiri dan kanan bergabung menjadi satu berkas
membentuk kiasma optikum. Di depan tuber sinerium nervus optikus kanan dan kiri bergabung
menjadi satu berkas membentuk kiasma optikum, dimana serabut bagian nasal dari masing
masing mata akan bersilangan dan kemudian menyatu dengan serabut temporal mata yang lain
membentuk traktus optikus dan melanjutkan perjalanan untuk ke korpus genikulatum lateral dan
kolikulus superior. Kiasma optikum terletak di tengah anterior dari sirkulus Willisi. Serabut
saraf yang bersinaps di korpus genikulatum lateral merupakan jaras visual sedangkan serabut
saraf yang berakhir di kolikulus superior menghantarkan impuls visual yang membangkitkan
Setelah sampai di korpus genikulatum lateral, serabut saraf yang membawa impuls
penglihatan akan berlanjut melalui radiatio optika (optic radiation) atau traktus
tersebut mendapat vaskularisasi dari a. kalkarina yang merupakan cabang dari a. serebri
posterior. Serabut yang berasal dari bagian medial korpus genikulatum lateral membawa impuls
lapang pandang bawah sedangkan serabut yang berasal dari lateral membawa impuls dari lapang
3
pandang atas.
Pada refleks pupil, setelah serabut saraf berlanjut ke arah kolikulus superior, saraf akan
berakhir pada nukleus area pretektal. Neuron interkalasi yang berhubungan dengan nukleus
Eidinger-Westphal (parasimpatik) dari kedua sisi menyebabkan refleks cahaya menjadi bersifat
konsensual. Saraf eferen motorik berasal dari nukleus Eidinger-Westphal dan menyertai nervus
okulomotorius (N.III) ke dalam rongga orbita untuk mengkonstriksikan otot sfingter pupil.
Secara umum saraf optikus dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Bagian intraokular yang terbagi menjadi kepala saraf optikus ( papil saraf optikus
/ opticdisc), bagian pre-laminar yang berada di depan lamina kribrosa, bagian laminar
yang berada di dalam lamina kribrosa, dan bagian post-laminar yang berada di belakang
lamina kribrosa.
2. Bagian intraorbital yang memiliki panjang sekitar 3 cm, berbentuk huruf S, dan menjulur
4
4. Bagian intrakranial yang menjulur dari kanalis optikus ke bagian anterior kiasma optikum
Cahaya datang yang berasal dari optalmoskop mengalami refleksi internal total melalui
serat aksonal dan dipantulkan kembali oleh kapiler pada permukaan disk, sehingga menimbulkan
warna kuning-merah muda sebagai karakteristik disk optik sehat. Akson yang tidak memiliki
optik yang baik, menyebabkan penampilan pucat pada disk. Menurut teori lain, hilangnya kapiler
Permulaan saraf optikus di retina inilah yang disebut sebagai papil saraf optikus (optic
disc). Karena ketiadaan fotoreseptor di papil saraf optikus, maka bagian retina ini tidak dapat
berespon terhadap stimulus cahaya. Karenanya bagian ini disebut juga sebagai blind spot, dan
funduskopi. Yang perlu diperhatikan dari papil saraf optikus adalah warna, batas, cup-discratio
dan lingkaran neuroretinal. Papil yang normal akan berwarna merah musa kekuningan,dengan
batas yang jelas, non-elevated, dan memilki cup-disc ratio kurang dari 0,3.
5
1.2. Definisi Atrofi Papil2,3
yangmenyebabkan degenerasi atau destruksi saraf optikus. Secara klinis keadaan ini dikenal
sebagai pucatnya papil akibat menghilangnya pembuluh darah kapiler serta akson danselubung
myelin saraf seperti yang terlihat pada pemeriksaan funduskopi. Atrofi optik bisa sangat ringan
dengan gangguan visus dan lapang pandang yang sangat ringan ( hidden visualloss ) sampai hilangnya visus
Menurut Tielsch dkk, prevalensi kebutaan disebabkan atrofi nervus optikus diAmerika
Serikat adalah 0,8%. Menurut Munoz dkk, prevalensi gangguan penglihatan dankebutaan yang
timbul akibat atrofi nervus optikus masing-masing adalah 0,04% dan 0,12%. Atrofi
nervus optikus bukanlah suatu penyakit melainkan tanda dari berbagai proses penyakit. Dengan
demikian, morbiditas dan mortalitas pada atrofi optik tergantung pada etiologi. Berdasarkan ras,
atrofi nervus optikus lebih menonjol pada orang kulit hitam (0,3%) dibandingkan dengan kulit
putih (0,05%). Tidak ada kecenderungan jenis kelamin tertentu terhadap angka kejadian atrofi
nervus optikus. Sedangkan dari segi umur, atrofi optik terlihat dalam setiap kelompok usia.
1. Herediter: ini dibagi menjadi atrofi bawaan atau infantil optik (bentuk resesif atau
dominan), atrofi optik Behr Herediter (autosomal resesif), dan atrofi optik Leber.
6
2. Atrofi konsekutif: merupakan tipe atrofi yang biasanya mengikuti penyakit koroid
cerebromacular).
perfusi dari korpus siliar turun di bawah tekanan intraokular. Terjadi karena
oklusi arteri retina sentral, oklusi arteri karotis, dan arteritis kranial.
5. Atrofi demielinasi pada penyakit seperti multiple sclerosis dan penyakit Devic.
6. Atrofi tekanan atau traksi pada penyakit seperti glaukoma dan papil edema.
7. Atrofi post inflamasi pada penyakit seperti neuritis optik, perineuritis sekunder
hematoma selubung saraf optik, dan tubrukan saraf optik oleh benda asing atau
Pada nervus optikus terdapat sebanyak 1.2 juta axon yang berasal dari lapisan retina.
Akson- akson pada nervus optikus ini terdiri atas serabut bermielin oligodendrit dan bila
terjadinya kerusakan pada akson ia tidak akan regenerasi kembali . Pada akson yang
berdegenerasi, ia kehilangan kemampuan optik dimana pada diskus optikus yang normal terdapat
karakteristik warna kekuningan sedangkan pada diskus yang atrofi bewarna pudar.
7
Atrofi optic merupakan tanda utama kerusakan pada sel- sel ganglion retina. Kerusakan
dapat terjadi pada mana- mana bagian dari sel neuron, yaitu dari badan sel sehingga ke bagian
sinapsnya pada badan genikulatum lateral. Atrofi optic tidak terjadi secara mendadak dimana
Gliosis
Gejala dan tanda atropi papil tentunya juga tergantung dari penyakit yang mendasari.
Penurunan visus
Bentuk kelainan pada lapangan pandang dapat berupa membesarnya bintik buta fisiologik
bisa terjadi;
8
Skotoma Busur (arkuata) : dapat terlihat pada glaucoma, iskemia papil saraf optic, dan
Hemianopsia bitemporal : hilangnya setengah lapang pandang temporal kedua mata, khas
pada kelainan kiasma optic, meningitis basal, kelainan sphenoid dan trauma kiasma.
Hemianopsia binasal : defek lapang pandang setengah nasal akibat tekanan bagian
temporal kiasma optic kedua mata atau atrofi papil saraf optic sekunder akibat TIK meninggi.
Hemianopsia homonym : hilang lapang pandang pada sisi yang sama pada kedua mata,
Hemianopsia altitudinal : hilang lapang pandang sebagian atas atau bawah, dapat terjadi
pada iskemik optic neuropati, kerusakan saraf optic, kiasma dan kelainan korteks .
1.7. Diagnosis5,6
Diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis berupa keluhan subjektif pasien dan
kemungkinan faktor risiko yang diderita pasien. Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan
Lesi di sepanjang lintasan nervus optikus (N.II) hingga korteks sensorik, akan
menunjukkan gejala gangguan penglihatan yaitu pada lapang pandang. Lesi pada nervus optikus
akan mengakibatkan kebutaan atau anopsia pada mata yang disarafinya. Hal ini disebabkan
karena penyumbatan arteri centralis retina yang memperdarahi retina tanpa kolateral, ataupun
9
arteri karotis interna yang akan bercabang menjadi arteri oftalmika yang kemudian menjadi arteri
centralis retina. Kebutaan tersebut terjadi tiba-tiba dan disebut amaurosis fugax.
Lesi pada bagian medial kiasma akan menghilangkan medan penglihatan temporal yang
disebut hemianopsia bitemporal, sedangkan lesi pada kedua bagian lateralnya akan menimbulkan
hemianopsia binasal. Lesi pada traktus optikus akan menyebabkan hemianopsia homonim
kontralateral. Lesi pada radiasio optika bagian temporal akan menyebabkan quadroanopsia
superior homonim kontralateral, sedangkan lesi pada serabut parietal akan menyebabkan
Reaksi pupil terhadap cahaya dapat menghilang atau berkurang jika terdapat lesi yang
mengenai jaras penglihatan pada lintasan saraf yang berperan pada refleks pupil atau refleks
10
Kegagalan cahaya untuk mencapai retina, misalnya akibat katarak dan kekeruhan cairan
Penyakit pada retina, seperti retinitis pigmentosa, perdarahan makula, atau scar.
Penyakit atau kelainan pada nervus optikus seperti neuritis optik, neuritis retrobulbar, dan
Kelainan yang mengenai traktus optikus dan hubungannya dengan batang otak
Gangguan pada N.optikus (nervus II) dapat mengakibatkan gangguan relatif jaras aferen
pupil/RAPD (pupil Marcus Gunn). Tes yang digunakan dinamakan tes penyinaran secara
alternatif (swinging test), dimana bila mata yang sehat disinari cahaya kedua pupil akan
berkontraksi, kemudian re-dilatasi perlahan. Bila cahaya dipindahkan ke mata yang sakit,
konstraksi kedua pupil berkurang atau tidak ada re-dilatasi yang lebih lama dapat terjadi.
Dalam bidang neurologi, kelainan papil nervus optikus yang perlu diperhatikan adalah
Terdapat dua macam atrofi optik (atrofi papil) yaitu atrofi optik primer dan atrofi optik
sekunder.
Atrofi optik primer, disebut juga atrofi simpleks yaitu hilangnya serabut saraf optik
dengan gliosis yang minimal karena tidak didahului peradangan diskus optikus atau papil edema.
11
Pada atrofi primer, warna papil menjadi pucat, batasnya tegas dan pembuluh darah berkurang.
Atrofi primer dijumpai pada kasus lesi nervus optikus atau khiasma optikum (misalnya pada
tumor hipofisis). Secara mikroskopik ditemukan degenerasi akson-akson saraf dan selubung
myelin. Selalu ditemukan sedikit proliferas isel-sel glia astrosit dan bertambahnya jaringan
kolagen.
Atrofi sekunder merupakan akibat lanjut dari papilitis dan papiledema. Atrofi
sekunder juga terjadi akibat lanjut dari papiledema misalnya pada pasien yang menderita tekanan
tinggi intracranial yang lama. Pada atrofi sekunder, warna papil juga pucat tetapi batasnya tidak
tegas. Terjadi akibat peradangan akut atau lesi vaskuler saraf optic yang terletak dekat dengan
bola mata serta menimbulkan reaksi aktif sel glia dan mesenkim dekat papil. Degenerasi yang
terjadi terisi oleh proliferasi astrosit, jaringan ikat atrofi dan ditemukan pembuluh darah yang
menghilang.
12
Gambar 7. Atrofi Sekunder
Myopic cresent
Tidak ada pengobatan yang terbukti untuk atrofi optik. Namun, pengobatan yang dimulai
sebelum atrofi optik berkembang dapat membantu menyelamatkan visus. Peran steroid intravena
terbukti dalam kasus neuritis optik atau neuropati optik iskemik anterior arteritic. Diagnosis dini
dan pengobatan yang tepat dapat membantu pasien dengan neuropati toksik dan bersifat
kompresif.
13
Idebenone, analog kuinon, telah digunakan baru-baru ini dalam beberapa kasus Leber
neuropati optik untuk memperbaiki jaring sintesis ATP dengan menyediakan jalur alternatif.
Atrofi papil saraf optikus dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan mata teratur,
terutama bagi mereka yang mengalami penurunan penglihatan. Deteksi awal adanya inflamasi
atau masalah lain akan memperkecil kemungkinan terjadinya atrofi. Pasien yang secara genetic
berisiko menderita lebers hereditary optic neuropathy, disarankan untuk mengkonsumsi vitamin
c, vitamin atau anti oksidan lainnya serta menghindari paparan terhadap zat beracun dan
mencegah malnutrisi untuk menjauhkan kemungkinan terjadinya neuritis optikus toksik atau
nutritional.
Pengobatan dini dan intensif pada neuropati optik akibat nutrisi dapat memberikan pasien
dengan visus mendekati normal. Tapi setelah cadangan nutrisi habis terjadi perubahan kecil
akibat hilangnya serat saraf dimana menyebabkan penurunan yang signifikan dalam penglihatan.
Deteksi dini adalah kunci karena kita tidak dapat menggantikan akson mati. Degenerasi
dan atrofi papil saraf optic merupakan keadaan yang bersifat irreversible dan perlu tindakan
pencegahan terhadap progresivitas kerusakan nervus optikus dan kemungkinan perbaikan fungsi
14
BAB 2
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien :
Nama : Ny E
Umur : 55 tahun
Alamat : Padang
No MR : 84.75.52
Anamnesis :
Seorang pasien perempuan berusia 55 tahun datang ke Poliklinik Mata RSUP Dr. M.
Djamil Padang pada tanggal 4 November 2013 dengan :
Keluhan Utama:
- Riwayat DM disangkal
15
- Riwayat pengobatan, pasien sudah pernah berobat 5 tahun yang lalu ke salah satu
tempat praktek dokter mata dikatakan terdapat kelainan pada saraf mata pasien.
- Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti yang dikeluhkan pasien ini.
- Tidak ada anggota keluarga yang menderita hipertensi, DM mauun penyakit keganasan
Pemeriksaan fisik:
Suhu : afebris
16
STATUS OD OS
OFTALMIKUS
1/300 di nasal
Palpebra superior Edema (-), Ptosis (-) Edema (-), Ptosis (-)
Papil(-) Papil(-)
Fundus
- Papil Bulat, batas tegas c/d 0,3- Bulat, batas tegas, pucat
0,4
- Pembuluh darah aa:vv = 2:3
aa:vv = 2:3
- Retina Perdarahan (-) Eksudat (-)
Perdarahan (-) Eksudat (-)
- Makula Refleks fovea (+)
Refleks fovea (+)
Gambar
18
Diagnosis Kerja: Atrofi papil OS ec ?
- Uji ishihara
- Perimetri
- CT scan orbita
- Brain CT scan
Anjuran terapi: -
Prognosis:
19
Gambar 2.2. foto fundus OS pasien
Gambar
Gambar 2.2.
2.2. foto
foto fundus
fundus OD
OD pasien
pasien
20
BAB 3
DISKUSI
Seorang pasien perempuan umur 55 tahun datang ke poliklinik Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit M Djamil Padang pada tanggal 4 November 2013 dengan keluhan utama Mata kiri
tidak bisa melihat sejak 5 tahun yang lalu. Faktor risiko atrofi papil (atrofi optik) yang
didapatkan pada pasien ini berdasarkan literatur antara lain trauma. Akan tetapi belum jelas
trauma penyebab atrofi papil karena belum dilakukan pemeriksaan CT scan. Faktor lain seperti
Awalnya pasien merasakan pandangan mata kiri mulai kabur sejak 5 tahun yang lalu.
Ketika mata kanan ditutup mata kiri tidak bisa melihat jika melirik ke kiri kemudian lama- lama
semakin gelap dan tidak bisa melihat disemua arah lirikan. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
bahwa visus mata kanan 5/10 dan mata kiri 1/300 nasal dan 1/ proyeksi salah, RAPD (+), dan
pada funduskopi menggambarkan papil yang pucat dengan batas tegas. Hal ini sesuai dengan
tanda dan gejala kerusakan nervus optikus (atrofi papil) yaitu gangguan lapangan pandang,
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik disimpulkan bahwa pasien telah mengalami atrofi
Anjuran terapi pada pasien ini belum ada karena penyebab dari atrofi papilnya belum
dapat ditegakkan.
21
DAFTAR PUSTAKA
3. Montgomery TM. Anatomy, and Pathology of the human eye. Diunduh pada tanggal 3
www.eyeweb.org/anatomy.htm
6. Ccile Delettre-Cribaillet, PhD, Optic Atrophy Type 1.Diunduh pada tanggal 3 Juni
2013.http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK1248/?report=printable
http://www.healthatoz.com/healthatoz/Atoz/common/standard/tranorm.jsp/requestURL=/
healthatoz/Atoz/ency/optic_atrophy.jsp.
22