OLEH :
PEMBIMBING :
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Nervus optikus merupakan kumpulan akson yang berasal dari sel-sel ganglioner
pada seluruh retina. Satu mata mengandung kira-kira 1,25 juta akson. Nervus
optikus membentang dari bagian polus posterios mata sampai khiasma optikum.
Setelah bersilangan, serabut saraf berjalan melalui traktus optikus menuju badan
genikulatum laterale dengan total panjang nervus optikus 35-55 mm.
Atrofi papil merupakan degenerasi saraf optik, yang tampak sebagai papil berwarna
pucat, akibat menghilangnya serabut saraf dan kapiler. Hal ini disertai dengan
kemunduran tajam penglihatan atau kelainan lapang pandang yang merupakan
stadium akhir suatu proses yang terjadi di retina, papil nervus optikus, atau pada
saraf retrobulbar. Atrofi papil dibedakan menjadi atrofi akuisita dan herediter.
Kondisi ini bersifat irreversible, sehingga tidak ada terapi definitive yang dapat
diberikan selain tindakan pencegahan terhadap progresivitas kerusakan nervus
optikus, untuk itu kita perlu mengetahui cermat gejala dan etiologi atrofi papil ini
untuk memperlambat timbulnya komplikasi kebutaan.
1. Batasan Masalah
2. Tujuan
3. Metode penulisan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada retina dibedakan retina bagian nasal dan bagian temporal dengan batas
vertical yang ditarik melalui macula lutea. Demikian pula pembagian retina
bagian atas dan bagian bawah dengan garis yang ditarik juga melewati
macula lutea. Akson sel-sel ganglioner akan berkumpul pada diskus optikus
(papilla nervus optikus) dengan penataan sebagai berikut : 1
1. Nervus optikus
Bagian intraorbita
Bagian intraossea atau intraanalikular yang berasa pada
kanalis optikus
Bagian intrakranial
Gambar 2 : Nervus Optikus
Diskus optikus terletak 3-4 mm di sebelah nasal fovea dengan diameter kira-
kira 1,5 mm. Karena diskus optikus merupakan berkas saraf, maka di tempat
itu tidak ada sel-sel fotoreseptor (konus dan basilus), sehingga merupakan
tempat yang tidak dapat menerima cahaya dan memberikan skotoma
absolute pada pemeriksaan lapangan pandang dengan diameter 5 sampai
7. Tetapi skotoma negative ini tidak kita sadari dan hanya teridentifikasi
pada pemeriksaan. 1
Kemudian yang berasal dari retina bagian atas (baik dari nasal maupun temporal)
berada di atas, dan yang berasal dari bagian bawah retina berada di bawah. 1
Nervus optikus intra orbita tidak berjalan lurus, tetapi seperti huruf S atau
sigmoid, sehingga saraf ini tidak mudahteregang pada saat bola mata
bergerak. Pada kanalis optikus nervus optikus ini terfiksir dan saat keluar
dari kanalis optikus akan berakhir pada khiasma optikus, yang merupakan
perssatuan antara nervus optikus kanan dan kiri. 1
1. Khiasma optikum
Bagian nervus optikus yang mengadakan persilangan (yang dari nasal) cara
menyilangnya adalah mengikuti penataan tertentu, sehingga di dalam
khiasma juga terjadi penataan serabut saraf lebih lanjut, dan kelainan pada
tempat tertentu pada khiasma akan memberikan defect lapangan pandang
yang khas. Khiasma sangat berhubungan erat dengan bangunan-bangunan
tertentu dalam otak, tetapi yang paling penting adalah hubungannya dengan
glandula pituitaria dan sisa-sisa epitelium kantung Rathke. 1
2. Traktus optikus
Berdekatan dengan area 17 terdapat area asosiasi visual yang lebih tinggi
yaitu area 18 (korteks parastriata) dan area 19 (korteks peristriata) untuk
integrasi visual. Area 17 terutama terdiri dari sel-sel simpleks sedangkan
area 18 dan area 19 terutama terdiri dari sel-sel kompleks dan sel-sel
hiperkompleks. Dengan kerja ketiga macam sel inilah terdapat integrasi
visual. Untuk intrgrasi visual dan kesadaran visual juga dibutuhkanadanya
hubungan antara korteks visual kanan dan kiri lewat splenium dan korpus
kalosum. 1
Pemeriksaan visus, baik visus sentral jauh maupun sentral dekat dengan
usaha koreksi sebaik mungkin
Pemeriksaan lapangan pandang baik dengan cara yang paling sederhana
atau dengan alat yang canggih misalnya :
Uji konfrontasi
Ada dua macam atropi nervus optikus yaitu atrofi optik akuisita dan atropi optik
heredodegeneratif (kongenital).1
A. Definisi
Atropi optik adalah hilangnya akson nervus optikus dan digantikan oleh jaringan
glia.1
B. Etiologi1
Oklusi vaskular
Proses degenerasi
Setelah menderita papil edema
Setelah menderita neuritis optik
Pada adanya tekanan nervus optikus oleh apapun
Karena glaukoma
Gangguan metabolisme misalnya diabetes melitus
Karena toksin
Karena kelainan kongenital
Karena trauma
Karena degenerasi retina
C. Klasifikasi1
Pada atropi optik ada istilah atropi primer yang ditandai pupil pucat dan batas tegas,
atropi sekunder yang ditandai papil pucat dengan batas kabur karena adanya bekas
pembengkakan papil dan atropi konsekutif yaitu atropi papil yang terjadi karena
kelainan retina, misalnya pada retinitis pigmentosa.
Gejala dan tanda atropi papil tentunya juga tergantung dari penyakit yang
mendasari. Gejala dan tanda umum adalah sebagai berikut:
Penurunan visus
Gangguan persepsi warna
Gangguan lapangan pandang yang beraneka ragam tergantung
penyebabnya.
Bentuk kelainan pada lapangan pandang dapat berupa membesarnya bintik buta
fisiologik , bisa terjadi ;
Perubahan vasa yang terjadi pada atropi optik adalah ditemukan vasa yang menjadi
lebih jelas, mengalami pengecilan dan mengalami sheating. Pada atropi optik yang
masih menyisakan fungsi penglihatan sehingga dapat dianalisis dengan
pemeriksaan lapang pandang akan memberikan perkiraan letak lesi yang lebih
tepat.
A. Definisi 1
Atropi optik ini merupakan sebagian penyebab dari gangguan visus sentral bilateral
simetris yang berlangsung pelan-pelan.
B. Klasifikasi 1,2
Gejala :
Pemeriksaan fisik :
Diagnosis :
Atropi optik resesif kadang-kadang terjadi pada neonatus sehingga disebut atropi
optik kongenital. Mula timbulnya kebanyakan umur 3-4 tahun. Gangguan visusnya
biasanya berat, kadang-kadang dengan nistagmus. Diskus optikusnya pucat dan
terjadi pengecilan pembuluh darah. Atropi optik juga bisa merupakan bagian dari
sindroma yang lebih luas. Dapat disertai penurunan pendengaran progresif,
kuadriplegia spastik dan demensia. Sindrom Wolfram (insipidus juvenilis, diabetes
melitus, atrofi optik, dan tuli) bisa juga menyertai. Diabetes juvenilis disertai atropi
optic yang kepucatan diskus optikusnya sebanding dengan beratnya atropi optik.
Penyakit ini mula-mula ditemukan oleh Leber tahun 1871.Neuropati optik herediter
Leber adalah suatu penyakit yang jarang dan ditandai oleh serentetan neuropati
optik subakut
Epidemiologi :
Etiologi :
Penyakit ini disebabkan kelainan genetik, mutasi yang mengenai suatu titik (point
mutation) pada DNA mitokondria (mtDNA) dengan lebih 90% keluarga yang
terkena mengalami mutasi titik pada posisi 1178, 14484, atau 3460 . mtDNA secara
ekslusif diturunkan dari ibu dan akibatnya sesuai dari pola umum pewarisan
mitokondria (maternal) mutasinya diteruskan melalui garis wanita, hal ini
disebabkan karena spermatozoa tidak mengandung mitokondria dan kalaupun ada
mitokondria maka mitokondria ini akan mati saat pembuahan, penyakit ini jarang
bermanifestasi pada wanita karier, diprediksikan akan bermanifestasi pada
keponakan laki-laki sesuai garis ibu.
Gejala :
Penglihatan kabur
Skotoma sentral tampak pada satu mata, kemudian pada mata sebelahnya
Timbul sakit kepala dan tanda meningeal karena terjadi peradangan
arakhnoid
Patofisiologi :
Pada fase akut akan terjadi edema diskus optikus dan retina peripapilar
disertai pelebaran pembuluh-pembuluh darah kecil yang teleangiektasis di
permukaannya; tetapi khasnya tidak ada kebocoran diskus optikus pada
pemeriksaan angiografi fluoresein.
Kedua nervus optikus akhirnya menjadi atrofi dan penglihatan biasanya
antara 20/200 dan hitung jari.
Hilangnya penglihatan biasanya tidak total dan tidaka da kekambuhan.
Penyakit ini mungkin disertai dengan penyakit mirip skeloris multipel,
defek konduksi jantung, dan distonia
Diagnosis :
Diagnosis Banding :
PENUTUP
Atropi papil nervus optikus adalah degenerasi saraf optic yang tampak sebagai papil
berwarna pucat akibat hilangnya akson nervus optikus dan digantikan oleh jaringan
glia. Atrofi papil bukan merupakan penyakit akan tetapi merupakan tanda akan
kondisi yang berpotensi serius, keadaan ini merupakan proses akhir dari suatu
proses yang terjadi di retina, kerusakan yang sangat luas dari nervus optikus akan
menimbulkan atrofi papil dan dapat menimbulkan mata menjadi buta, untuk itu
diperlukan penegakan diagnosis yang cermat dan tepat sehingga dapat segera
tertangani. Gejala awal berupa keluhan mata kabur disertai pandangan gelap yang
disertai dengan sakit kepala, lemas dan mual. Penegakan diagnosis atrofi papil
memerlukan pemeriksaan mata yang lengkap seperti ; pemeriksaan visus, tes lapang
pandang, penglihatan warna, reflex pupil, pemeriksaan retina dan diskus optikus
dengan menggunakan oftalmoskop. Pemeriksaan penunjang lainnya berdasarkan
penyakit yang menyebabkannya.
DAFTAR PUSTAKA