Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN KEGIATAN

PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR


PUSKESMAS OEPOI
Oleh:
Nama: Made A. W. Mahayasa, S.Ked
NIM: 1108012036

I. PENDAHULUAN

Lebih dari 12 juta anak berusia kurang dari 5 tahun meninggal setiap tahun, sekitar 2
juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Serangan penyakit
tersebut akibat status imunisasi dasar yang tidak lengkap pada sekitar 20% anak sebelum ulang
tahun yang pertama. Berdasarkan estimasi global yang dilakukan WHO tahun 2007
pelaksanaan imunisasi dapat mencegah kurang lebih 25 juta kematian balita tiap tahun akibat
penyakit difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan) dan campak. Di seluruh dunia, cakupan
imunisasi polio yang diterima bayi dengan 3 dosis vaksin polio tahun 2007 adalah 82% dan
cakupan imunisasi Hepatitis B dengan 3 dosis vaksin adalah 65%. Sedangkan cakupan
imunisasi DPT dan campak masing-masing sebesar 81% dan 82%.(1)
Departemen Kesehatan RI telah mencanangkan Pengembangan Program Imunisasi
(PPI) secara resmi pada tahun 1997, yang menganjurkan agar semua anak diimunisasi enam
macam penyakit yaitu difteri, pertusis, tetanus, tuberkulosis, polio, campak. Tahun 1991/1992
Departemen Kesehatan RI telah mulai mengembangkan program imunisasi hepatitis B dengan
mengintegrasikannya ke dalam program imunisasi rutin yang telah ada di empat propinsi yaitu
Nusa Tenggara Barat, Bali, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, yang terus
dikembangkan ke propinsi lainnya dan akhirnya pada tahun 1997/1998 imunisasi hepatitis B
sudah dapat menjangkau seluruh bayi di Indonesia.(1)
Imunisasi dilakukan di seluruh kelurahan di wilayah Indonesia. Imunisasi rutin
diberikan kepada bayi di bawah umur satu tahun, wanita usia subur, yaitu wanita berusia 15
hingga 39 tahun termasuk ibu hamil dan calon pengantin. Imunisasi pada bayi disebut dengan
imunisasi dasar, sedangkan imunisasi pada anak usia sekolah dasar dan wanita usia subur
disebut dengan imunisasi lanjutan. Vaksin yang diberikan pada imunisasi rutin meliputi, pada
bayi: hepatitis B, BCG, Polio, DPT, dan campak. Pada usia anak sekolah: DT (Difteri Tetanus),
campak dan Tetanus Toksoid. Pada imunisasi terhadap wanita usia subur diberikan Tetanus
Toksoid. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2014, pemberian imunisasi
2

hepatitis B-0 diberikan satu kali pada saat bayi lahir hingga usia 12 jam, empat kali imunisasi
polio, satu kali imunisasi BCG, empat kali imunisasi DPT (imunisasi DPT keempat diberikan
satu tahun setelah pemberian DPT ketiga), dan dua kali imunisasi campak yaitu pada usia 9
dan 24 bulan.(2,3)

II. LAPORAN KEGIATAN


a. Imunisasi DPT/HB combo(2,3)
 Tujuan imunisasi DPT/HB combo
Mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan dan
pertusis yang inaktifasi serta vaksin hepatitis yang merupakan sub unit vaksin virus
yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non infectious. Imunisasi DPT
bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap 3 penyakit penting yaitu difteri,
tetanus dan pertusis. Sedangkan imunisasi hepatitis B bertujuan untuk memberikan
kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B.
 Jadwal imunisasi DPT/HB combo
Imunisasi DPT diberikan sebanyak 4 kali. Diberikan pada anak mulai usia lebih
dari 6 minggu dengan interval 1-2 bulan untuk pemberian selanjutnya dan
pemberian DPT keempat adalah selang satu tahun dari DPT ketiga. Pemberian
imunisasi DPT pada anak usia kurang dari 6 minggu tidak dianjurkan karena respon
terhadap pertusis tidak optimal.
 Pemberian imunisasi DPT/HB combo
Imunisasi DPT/HB combo diberikan dengan cara menyuntikkan vaksin ke otot
anak. Biasanya penyuntikan dilakukan di otot paha.
 Biaya imunisasi DPT/HB combo
Karena DPT termasuk imunisasi dasar yang diwajibkan maka biaya imunisasi ini
digratiskan pemerintah. Anda dapat melakukan imunisasi DPT/HB combo anak
anda di posyandu atau puskesmas terdekat.
 Jenis vaksin DPT
Imunisasi DPT merupakan salah satu jenis vaksin combo. Artinya, dalam satu
vaksin mengandung beberapa jenis vaksin untuk beberapa jenis penyakit. Saat ini
terdapat 2 jenis vaksin DPT. Yang pertama dengan kandungan seluruh sel kuman
pertusis (whole cell pertussis) disingkat dengan DTwP. Vaksin kombo inilah yang
tersedia di posyandu dan puskesmas. Yang kedua, yang tidak mengandung kuman
pertusis, tapi berisi komponen spesifik toksin dari kuman pertusin, disebut sebagai
3

aseluler pertusis, disingkat DTaP. Keuntungan vaksin yang ini, angka kejadian
komplikasi yang ditimbulkan lebih sedikit dibanding vaksin yang whole cell.
Artinya, lebih sedikit bikin demam, bengkak, nyeri atau komplikasi lainnya.
Kerugiannya, harganya relatif mahal.
 Efek samping imunisasi DPT/HB combo
Efek samping yang terjadi adalah pembengkakan dan kemerahan daerah suntikan.
Kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas, meracau yang terjadi
24 jam setelah imunisasi. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang
dalam 2 hari.
 Kontra indikasi imunisasi DPT/HB combo
Kontra indikasi dari imunisasi ini adalah apabila adanya gejala keabnormalan otak
pada bayi baru lahir atau gejala serius keabnormalan pada saraf yang merupakan
kontraindikasi pertusis, hipersensitif terhadap komponen vaksin, penderia infeksi
berat yang disertai kejang.(1,2,3)
 Pelaksanaan Kegiatan
- Waktu : 14 April 2016
- Tempat : Ruangan imunisasi Puskesmas Sikumana
- Pendamping : Ibu Ona
- Pasien
 Nama : An. Eveline
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Umur : 2 bulan
 Alamat : Kelapa Lima
 Dokumentasi

Gambar 1.1 dokter muda sedang melakukan imunisasi


4

b. Imunisasi Tetanus toksoid(2,3)


 Pengertian Imunisasi TT
Imunisasi TT Pada ibu Hamil adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh
kekebalan pada ibu hamil terhadap infeksi tetanus yaitu dengan menyuntikan vaksin
tetanus toxoid
 Tujuan pemberian Imunisasi TT
- Memberikan kekebalan pasif kepada ibu hamil terhadap tetanus, karena vaksinasi
selama hamil juga ikut membantu bayinya menghindari tetanus selama beberapa minggu
setelah lahir.
- Mencegah terjadinya penyakit tetanus pada ibu saat hamil, bersalin dan nifas.
- Melindungi bayi baru lahir dari tetanus neonatorum misalnya akibat infeksi tali pusat
pada proses persalinan.
 Jadwal pemberian Imunisasi TT
TT1 : Diberikan pada kunjungan awal/ Trimester I
TT2 : 4 Minggu setelah TT1 perlindungan 3 tahun
TT3 : 6 Bulan setelah TT2 perlindungan 5 Tahun
TT4 : 1 Tahun setelah TT3 perlindungan 10 Tahun
TT5 : 1 Tahun setelah TT4 perlindungan 25 Tahun
 Interval Pemberian imunisasi TT
- Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil adalah 2 kali dengan selang waktu pemberian
minimal 4 minggu
- Apabila sebelumnya ibu telah mendapatkan imunisasi TT pada masa calon pengantin,
maka imunisasi TT cukup diberikan 1X saja.
- Bila ibu belum pernah TT atau masih ragu, perlu diberikan TT sejak kunjungan 1
sebanyak 2x dengan jadwal minimal 1 bulan atau 4 minggu.
- Apabila pernah menerima TT 2 kali pada kehamilan terdahulu dengan jarak kehamilan
tidak Lebih dari 2 tahun, maka TT cukup di berikan 1 kali.(TT ulang)pada kunjungan
kehamilan yang pertama.
 Tempat penyuntikan Imunisasi TT
Imunisasi TT di berikan selama masa kehamilan pada 1/3 lengan kiri atas bagian luar
dengan dosis 0,5 cc.

 Efek samping penyuntikan


Nyeri, kemerahan, bengkak selama 1- 2 hari pada tempat penyuntikan.
5

 Pelaksanaan Kegiatan
- Waktu : 14 April 2016
- Tempat : Ruangan imunisasi Puskesmas Sikumana
- Pendamping : Ibu Ona
- Pasien
 Nama : Ny. A.S
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Umur : 30 tahun
 Alamat : Kayu Putih
 Usia Kehamilan : 25 minggu
 Dokumentasi

Gambar 2.1 Dokter muda sedang melakukan imunisasi

III. KESIMPULAN
Telah dilaporkan 2 kegiatan imunisasi yang dilakukan pada balita dan ibu hamil di
Puskesmas Oepoi yaitu imunisasi DPT/HB combo pada balita dan Tetanus Toxoid (TT) pada
ibu hamil. Pasien telah diedukasi mengenai gejala-gejala yang sering ditimbulkan setelah
pemberian imunisasi, serta telah diberikan paracetamol dengan anjuran seperempat tablet
apabila pasien mengalami keluhan panas, dan diedukasi untuk tidak mengompres pada daerah
tempat suntikan.
6

DAFTAR PUSTAKA

1. Simangunsong S. Perilaku Suami dalam Mendukung Pemberian Imunisasi pada Bayi di


Wilayah Kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah
Tahun 2011. Universitas Sumatera Utara; 2011.
2. Probandari AN, Handayani S, Laksono NJDN. Keterampilan Imunisasi. Semarang;
2013.
3. Satgas Imunisasi IDAI. Jadwal Imunisasi Rekomendai IDAI. Sari Pediatr. 2000;Volume
2.

Anda mungkin juga menyukai