Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN CLINICAL SCIENCE SESSION

JARAS PENGLIHATAN DAN KELAINANNYA

Preseptor:
Dr. Karmelita Satari, dr., SpM(K)
Grimaldi Ihsan, dr., SpM

Disusun oleh :
Averina Octaxena
Vania Putri Sanggaita
Atika Hana I.
Geethanjali Patrick

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
RUMAH SAKIT MATA CICENDO
2019
JARAS PENGLIHATAN

Bola mata manusia bertindak seperti kamera, menerima berbagai cahaya untuk dilihat

dan disampaikan kepada otak melalui jaras penglihatan. Jaras penglihatan merupakan proses

perjalanan informasi penglihatan yang berasal dari lingkungan untuk selanjutnya diolah di dalam

otak. Jaras penglihatan ini terdiri dari saraf optik, kiasma optik, traktus optik, badan genikulatum,

serta radiasi optikus. Penglihatan diproduksi oleh fotoreseptor di retina yang kemudian

dihantarkan melalui saraf optik dan akan berdekusasi di kiasma optik, lalu akan berlanjut menuju

traktus optikus pada otak tengah. Serat-serat dari tiap traktus optikus bersinaps di nukleus

genikulatum lateralis dorsalis pada talamus, dan dari sini, serat-serat tersebut berjalan melalui

radiasio optikus atau traktus genikulokalkarina, kemudian menuju korteks penglihatan primer

yang terletak di fisura kalkarina lobus oksipitalis.

Retina

Retina merupakan lapisan terdalam bola mata, mengandung sel-sel fotoreseptor yaitu sel-

sel batang dan kerucut. Retina berkembang dari cangkir optik (optic cup), suatu struktur

berbentuk cangkir yang terbentuk sebagai hasil proses invaginasi (penonjolan ke arah dalam)

gelembung optik primer (primary optic vesicle). Gelembung optik primer ini berkembang dari

penonjolan keluar prosencephalon (otak depan). Tangkai dari cangkir optik (optic stalk) akan

berkembang menjadi saraf optikus (optic nerve). Dinding luar cangkir optik (optic cup)

berkembang menjadi lapisan pigmen luar sementara bagian saraf retina (neural retina)

berkembang dari lapisan dalam cangkir optik.


Lempeng optik (optik disk) yang terletak di dinding belakang bola mata merupakan

tempat keluarnya nervus optikus. Serat-serat saraf di daerah ini akan bertumpuk membentuk suatu

tonjolan yang disebut papila nervus optikus. Daerah ini tidak mengandung sel-sel fotoreseptor,

tidak peka terhadap cahaya, sehingga di sebut juga sebagai bintik buta (blind spot).

Saraf optik bukan merupakan saraf perifer tetapi suatu traktus sistem saraf pusat antara sel

ganglion retina dan otak tengah (midbrain). Saraf ini berjalan ke posterior ke kiasma optikus dan

mengandung lebih dari seribu berkas serat saraf bermielin yang disokong oleh neuroglia (astrosit)

dan bukan endoneurium. Selaput otak dan ruang subarakhnoid melanjutkan diri dari otak sebagai

sarung pembungkus saraf optik.

Kira-kira 2,5 mm lateral dari bintik buta terdapat daerah berpigmen kuning yang dikenal

sebagai Makula lutea (bintik kuning). Bagian tengah makula lutea dikenal sebagai fovea sentralis

yang merupakan daerah penglihatan yang paling peka. Fovea sentralis merupakan suatu sumur

dangkal berbentuk bulat terletak 4 mm ke arah temporal dari lempeng optik dan sekitar 0,8 mm di

bawah meridian meridian horizontal. Cekungan ini disebabkan tidak adanya lapisan dalam retina,

pada retina di daerah ini. Sel penglihat pada lantai fovea terdiri dari hanya kerucut yang tersusun

rapat dan berukuran lebih panjang di bandingkan dengan yang dibagian perifer retina.

Retina optikal atau neural melapisi khoroid mulai dari papila saraf optik di bagian posterior

hingga ora serrata di anterior. Pada irisan histologik terdapat 10 lapisan retina dari luar ke dalam

yaitu:

1. Epitel pigmen

2. Lapisan batang dan kerucut


3. Membran limitans luar

4. Lapisan inti luar

5. Lapisan pleksiform luar

6. Lapisan inti dalam

7. Lapisan pleksiform dalam

8. Lapisan sel ganglion

9. Lapisan serat saraf

10. Membran limitans dalam

Lapisan batang dan kerucut mengandung 2 jenis sel fotoreseptor yaitu sel batang dan sel

kerucut yang merupakan modifikasi sel saraf. Sel batang yang hanya teraktivasi dalam keadaan

cahaya redup (dim light) sangat sensitive terhadap cahaya. Sel ini dapat menghasilkan suatu

sinyal dari satu photon cahaya. Tetapi sel ini tidak dapat menghasilkan sinyal dalam cahaya

terang (bright light) dan juga tidak peka terhadap warna.


Cahaya yang masuk ke dalam retina diserap oleh rhodopsin, suatu protein yang tersusun

dari opsin (protein transmembran) yang terikat pada aldehida vitamin A. Penyerapan cahaya ini

akan menyebabkan isomerisasi rhodopsin dan memisahkan opsin dari ikatannya dengan aldehida

vitamin A menjadi opsin bentuk aktif. Opsin bentuk aktif kemudian memfasilitasi pengikatan

guanosin triphosphate (GTP) dengan protein transducin. Kompleks GTP-transducin ini kemudian

mengaktifkan ensim cyclic guanosin monophosphate phosphodiesterase suatu ensim yang

berperan dalam pembentukan senyawaan cyclic guanosin monophosphate (cGMP).

Siklik guanosin monophosphate (cGMP) ini berperan dalam pembukaan kanal natrium di

dalam plasmalema sel batang dan menyebabkan masuknya natrium dari segmen luar sel batang

menuju ke segmen dalam sel batang. Keadaan ini akan menyebabkan hiperpolarisasi di segmen

dalam sel batang dan merangsang dilepaskannya neurotransmitter dari sel batang menuju ke sel

bipolar. Oleh sel bipolar rangsang kimiawi ini dirubah menjadi impuls listrik yang akan

diteruskan menuju ke sel ganglion untuk selanjutnya dikirim ke otak.

Sel kerucut mempunyai struktur yang mirip dengan sel batang tetapi segmen luar yang

mengecil dan membesar ke arah segmen dalam, sehingga berbentuk seperti botol. Sel kerucut

teraktivasi dengan cahaya terang (bright light) dan menghasilkan aktivitas visual yang lebih besar

di bandingkan sel batang. Sel kerucut merupakan sel fotoreseptor yang peka terhadap warna. Ada

3 jenis sel kerucut yang masing-masing mengandung pigmen iodopsin yang berbeda. Setiap jenis

iodopsin mempunyai sensitivitas tertentu terhadap warna merah, biru dan hijau.

Saraf Optik

Setiap saraf optik (CN II) dimulai dari diskus optik dan memanjang hingga ke Kiasma

optik, tempat kedua saraf bertemu. Saraf optik merupakan kelanjutan dari lapisan serat saraf
retina, yang terdiri atas akson yang berasal dari sel ganglion. Saraf optik juga mengandung serat

aferen dari refleks cahaya pupil.

Saraf optik memiliki panjang sekitar 47-50 mm, dan dapat dibagi menjadi 4 bagian:

intraokular (1 mm), intraorbital (30 mm), intracanalicular (6-9 mm) dan intracranial (10 mm).

1. Bagian intraokular melewati sklera (mengubahnya menjadi struktur seperti saringan -

lamina cribrosa), koroid dan akhirnya muncul di dalam mata sebagai diskus optik.

2. Bagian intraorbital memanjang dari belakang bola mata ke foramina optik. Bagian ini

sedikit berliku-liku untuk membantu gerakan mata.

3. Bagian intrakanalikular terkait erat dengan arteri oftalmikum yang terletak inferolateral

terhadapnya dan menyilang, saat memasuki orbit.

4. Bagian intrakranial dari saraf optik terletak di atas sinus kavernosa dan bertemu dengan

saraf optik dari mata yang lain untuk membentuk Kiasma optik.

Pia mater, arachnoid dan dura yang menutupi otak saling terhubung dan melingkupi saraf

optik. Di kanal optik, dura melekat kuat dengan tulang di sekitarnya. Ruang subarachnoid dan

subdural di sekitar saraf optik juga terhubung dengan yang ada di otak.

Kiasma optik

Kiasma optik adalah struktur datar berukuran 12 mm (horizontal) dan 8 mm (anterioposterior).

Struktur ini terletak di atas tuberculum dan diafragma sellae. Serat yang berasal dari bagian

hidung retina menyilang di kiasma optik.


Saluran Optik

Saluran optic merupakan bundel silinder dari

serabut saraf yang memanjang ke luar dan ke

belakang dari aspek posterolateral dari kiasma

optic. Setiap saluran optik terdiri dari setengah

serat temporal retina mata yang sama dan

setengah serat bagian nasal dari mata yang

berlawanan. Di posterior, setiap saluran optik

berakhir di tubuh geniculate lateral. Serat

refleks pupil diteruskan ke nukleus pretektal di

otak tengah melalui brakium superior. beberapa

serat berakhir di colliculus superior

Badan Genikulatum Lateral

Badan Genikulatum Lateral (LGB), atau Nukleus Genikulatum Lateral (LGN), adalah

komponen sinaptik terakhir dari jalur aferen sebelum mencapai di korteks visual primer. Terletak

pada thalamus, badan genikulatum lateral terletak masing masing pada bagian kiri dan kanan.

Sekitar 1,2 juta traktus optikus pada setiap sisi akan memproyeksikan sekitar 5 juta neuron

radiasi optik, yang merupakan segmen terakhir dari jalur aferen ke korteks serebral. Fungsi

korpus genikulatum lateral yaitu sebagai area relay visual.

Badan genikulatum lateral memiliki bentuk seperti kulit bawang yang menerima sinyal

input dari kedua mata dan memproses data dalam berbagai lapisannya. Akson dari ganglion
retina yang membawa informasi mengenai spasial, persepsi warna, dan stereopsis akan bersinaps

pada sistem parvoselular. sedangkan akson ganglion retina yang membawa informasi berupa

stimulus gerak akan dari sel ganglion retina akan bersinaps di system magnoselular.

Lesi pada badan genikulatum lateral relatif jarang dan biasanya disebabkan oleh penyakit

vaskular. Kelainan pada bagian genikulatum akan memberikan gambaran defek lapang pandang

yang mempengaruhi lapang pandang bagian tengah dengan bentuk seperti baji. Biasanya, defek

berhubungan dengan RAPD kontralateral dimana lesi yang terdapat pada badan genikulatum

atau pada daerah sekeliling genikulatum hingga 16mm. Ketika lesi jauh dari nucleus

genikulatum (lebaih dari 16mm) biasanya tidak terdapat RAPD.

Radiasi Optikus (traktus genikulokalkarina)

Radiasi optik keluar dari badan genikulatum dalam 3 bundel. Bundel anterior akan

melekuk secara anterolateral diatas temporal horn membentuk lengkung Meyer. Lengkung

Meyer ini biasanya mencapai limit anterior dari temporal horn, kemudian melekuk ke posterior

di sepanjang dinding inferolateral atrium. Bundel tengah memanjang secara lateral di sekeliling
dan melekuk ke posterior di sepanjang dinding lateral atrium dan occipital horn. Bundel posterior

melekuk langsung kebagian belakang, sepanjang dinding lateral atrium dan occipital horn.

Lesi pada bagian ini akan menciptakan gambaran defek visual yang mempunyai batas

jelas, absolut, homonym contralateral.


Penglihatan Visual Cortex

Visual korteks dibagi menjadi dua, yaitu primary visual cortex (area broadman 17) and

secondary visual cortex atau disebut juga visual association areas ( are broadman 18 and 19)

seperti di gambar atas. Primary visual cortex bertanggung jawab untuk menerima nformasii

penglihatan dan menyadari sensasi warna. Sedangakan secondary visual cortex menghubungkan

informasi visual yang diterima oleh area visual primer dengan pengalaman masa lalu sehingga

memungkinkan individu untuk mengenal dan mengapresiasikan apa yang dilihat sehingga

menyebabkan informasi-informasi penglihatan menjadi berarti, selain itu berperan juga dalam

refleks gerakan mata apabila sedang memandang atau mengikuti suatu objek.
Kelainan pada pemeriksaan lapang pandang

Jika terdapat lesi di sepanjang lintasan nervus optikus (N.II) hingga korteks sensorik,akan

menunjukkan gejala gangguan penglihatan yaitu pada lapang pandang atau medanpenglihatan.

Lesi pada nervus optikus akan mengakibatkan kebutaan atau anopsia pada matayang disarafinya.

Hal ini disebabkan karena penyumbatan arteri centralis retina yang mendarahiretina tanpa

kolateral, ataupun arteri karotis interna yang akan bercabang menjadi arterioftalmika yang

kemudian menjadi arteri centralis retina. Kebutaan tersebut terjadi tiba-tiba dandisebut amaurosis

fugax.

Lesi pada bagian medial kiasma akan menghilangkan medan penglihatan temporal yangdisebut

hemianopsia bitemporal, sedangkan lesi pada kedua bagian lateralnya akanmenimbulkan

hemianopsia binasal. Lesi pada traktus optikus akan menyebabkan hemianopsiahomonim

kontralateral. Lesi pada radiasio optika bagian medial akan menyebabkanquadroanopsia inferior

homonim kontralateral, sedangkan lesi pada serabut lateralnya akanmenyebabkan quadroanopsia

superior homonim kontralateral.


Gambar 5. Lintasan impuls visual dan gangguan medan penglihatan akibat berbagai lesi di

Lintasan Visual

Kelainan pada pemeriksaan funduskopi

Dalam bidang neurologi, kelainan papil nervus optikus yang perlu diperhatikan adalahpapil yang

mengalami atrofi dan sembab atau papiledema.Pada papil yang mengalami atrofi, warna papil

menjadi pucat, batasnya tegas danpembuluh darah berkurang. Pada atrofi sekunder warna papil

juga pucat tetapi batasnya tidaktegas. Lamina cribrosa terlihat pada atrofi primer. Atrofi primer

dijumpai pada kasus lesi nervusoptikus atau kiasma optikum (misalnya pada tumor hipofise atau
arachnoiditis opto-kiasmatis).Atrofi sekunder merupakan akibat lanjut dari papiledema, misalnya

pada pasien yang menderitatekanan tinggi intrakranial yang lama.

Papiledema dapat disebabkan oleh radang aktif ataupun bendungan. Bila oleh radangaktif hal ini

disebut papilitis atau neuritis optik yang biasanya disertai perburukan visus yanghebat. Bila di

bagian distal N.II yang mengalami inflamasi, sedangkan papilnya normal, hal inidisebut neuritis

retrobulbar.

Anda mungkin juga menyukai