Preseptor:
Dr. Karmelita Satari, dr., SpM(K)
Grimaldi Ihsan, dr., SpM
Disusun oleh :
Averina Octaxena
Vania Putri Sanggaita
Atika Hana I.
Geethanjali Patrick
Bola mata manusia bertindak seperti kamera, menerima berbagai cahaya untuk dilihat
dan disampaikan kepada otak melalui jaras penglihatan. Jaras penglihatan merupakan proses
perjalanan informasi penglihatan yang berasal dari lingkungan untuk selanjutnya diolah di dalam
otak. Jaras penglihatan ini terdiri dari saraf optik, kiasma optik, traktus optik, badan genikulatum,
serta radiasi optikus. Penglihatan diproduksi oleh fotoreseptor di retina yang kemudian
dihantarkan melalui saraf optik dan akan berdekusasi di kiasma optik, lalu akan berlanjut menuju
traktus optikus pada otak tengah. Serat-serat dari tiap traktus optikus bersinaps di nukleus
genikulatum lateralis dorsalis pada talamus, dan dari sini, serat-serat tersebut berjalan melalui
radiasio optikus atau traktus genikulokalkarina, kemudian menuju korteks penglihatan primer
Retina
Retina merupakan lapisan terdalam bola mata, mengandung sel-sel fotoreseptor yaitu sel-
sel batang dan kerucut. Retina berkembang dari cangkir optik (optic cup), suatu struktur
berbentuk cangkir yang terbentuk sebagai hasil proses invaginasi (penonjolan ke arah dalam)
gelembung optik primer (primary optic vesicle). Gelembung optik primer ini berkembang dari
penonjolan keluar prosencephalon (otak depan). Tangkai dari cangkir optik (optic stalk) akan
berkembang menjadi saraf optikus (optic nerve). Dinding luar cangkir optik (optic cup)
berkembang menjadi lapisan pigmen luar sementara bagian saraf retina (neural retina)
tempat keluarnya nervus optikus. Serat-serat saraf di daerah ini akan bertumpuk membentuk suatu
tonjolan yang disebut papila nervus optikus. Daerah ini tidak mengandung sel-sel fotoreseptor,
tidak peka terhadap cahaya, sehingga di sebut juga sebagai bintik buta (blind spot).
Saraf optik bukan merupakan saraf perifer tetapi suatu traktus sistem saraf pusat antara sel
ganglion retina dan otak tengah (midbrain). Saraf ini berjalan ke posterior ke kiasma optikus dan
mengandung lebih dari seribu berkas serat saraf bermielin yang disokong oleh neuroglia (astrosit)
dan bukan endoneurium. Selaput otak dan ruang subarakhnoid melanjutkan diri dari otak sebagai
Kira-kira 2,5 mm lateral dari bintik buta terdapat daerah berpigmen kuning yang dikenal
sebagai Makula lutea (bintik kuning). Bagian tengah makula lutea dikenal sebagai fovea sentralis
yang merupakan daerah penglihatan yang paling peka. Fovea sentralis merupakan suatu sumur
dangkal berbentuk bulat terletak 4 mm ke arah temporal dari lempeng optik dan sekitar 0,8 mm di
bawah meridian meridian horizontal. Cekungan ini disebabkan tidak adanya lapisan dalam retina,
pada retina di daerah ini. Sel penglihat pada lantai fovea terdiri dari hanya kerucut yang tersusun
rapat dan berukuran lebih panjang di bandingkan dengan yang dibagian perifer retina.
Retina optikal atau neural melapisi khoroid mulai dari papila saraf optik di bagian posterior
hingga ora serrata di anterior. Pada irisan histologik terdapat 10 lapisan retina dari luar ke dalam
yaitu:
1. Epitel pigmen
Lapisan batang dan kerucut mengandung 2 jenis sel fotoreseptor yaitu sel batang dan sel
kerucut yang merupakan modifikasi sel saraf. Sel batang yang hanya teraktivasi dalam keadaan
cahaya redup (dim light) sangat sensitive terhadap cahaya. Sel ini dapat menghasilkan suatu
sinyal dari satu photon cahaya. Tetapi sel ini tidak dapat menghasilkan sinyal dalam cahaya
dari opsin (protein transmembran) yang terikat pada aldehida vitamin A. Penyerapan cahaya ini
akan menyebabkan isomerisasi rhodopsin dan memisahkan opsin dari ikatannya dengan aldehida
vitamin A menjadi opsin bentuk aktif. Opsin bentuk aktif kemudian memfasilitasi pengikatan
guanosin triphosphate (GTP) dengan protein transducin. Kompleks GTP-transducin ini kemudian
Siklik guanosin monophosphate (cGMP) ini berperan dalam pembukaan kanal natrium di
dalam plasmalema sel batang dan menyebabkan masuknya natrium dari segmen luar sel batang
menuju ke segmen dalam sel batang. Keadaan ini akan menyebabkan hiperpolarisasi di segmen
dalam sel batang dan merangsang dilepaskannya neurotransmitter dari sel batang menuju ke sel
bipolar. Oleh sel bipolar rangsang kimiawi ini dirubah menjadi impuls listrik yang akan
Sel kerucut mempunyai struktur yang mirip dengan sel batang tetapi segmen luar yang
mengecil dan membesar ke arah segmen dalam, sehingga berbentuk seperti botol. Sel kerucut
teraktivasi dengan cahaya terang (bright light) dan menghasilkan aktivitas visual yang lebih besar
di bandingkan sel batang. Sel kerucut merupakan sel fotoreseptor yang peka terhadap warna. Ada
3 jenis sel kerucut yang masing-masing mengandung pigmen iodopsin yang berbeda. Setiap jenis
iodopsin mempunyai sensitivitas tertentu terhadap warna merah, biru dan hijau.
Saraf Optik
Setiap saraf optik (CN II) dimulai dari diskus optik dan memanjang hingga ke Kiasma
optik, tempat kedua saraf bertemu. Saraf optik merupakan kelanjutan dari lapisan serat saraf
retina, yang terdiri atas akson yang berasal dari sel ganglion. Saraf optik juga mengandung serat
Saraf optik memiliki panjang sekitar 47-50 mm, dan dapat dibagi menjadi 4 bagian:
intraokular (1 mm), intraorbital (30 mm), intracanalicular (6-9 mm) dan intracranial (10 mm).
lamina cribrosa), koroid dan akhirnya muncul di dalam mata sebagai diskus optik.
2. Bagian intraorbital memanjang dari belakang bola mata ke foramina optik. Bagian ini
3. Bagian intrakanalikular terkait erat dengan arteri oftalmikum yang terletak inferolateral
4. Bagian intrakranial dari saraf optik terletak di atas sinus kavernosa dan bertemu dengan
saraf optik dari mata yang lain untuk membentuk Kiasma optik.
Pia mater, arachnoid dan dura yang menutupi otak saling terhubung dan melingkupi saraf
optik. Di kanal optik, dura melekat kuat dengan tulang di sekitarnya. Ruang subarachnoid dan
subdural di sekitar saraf optik juga terhubung dengan yang ada di otak.
Kiasma optik
Struktur ini terletak di atas tuberculum dan diafragma sellae. Serat yang berasal dari bagian
Badan Genikulatum Lateral (LGB), atau Nukleus Genikulatum Lateral (LGN), adalah
komponen sinaptik terakhir dari jalur aferen sebelum mencapai di korteks visual primer. Terletak
pada thalamus, badan genikulatum lateral terletak masing masing pada bagian kiri dan kanan.
Sekitar 1,2 juta traktus optikus pada setiap sisi akan memproyeksikan sekitar 5 juta neuron
radiasi optik, yang merupakan segmen terakhir dari jalur aferen ke korteks serebral. Fungsi
Badan genikulatum lateral memiliki bentuk seperti kulit bawang yang menerima sinyal
input dari kedua mata dan memproses data dalam berbagai lapisannya. Akson dari ganglion
retina yang membawa informasi mengenai spasial, persepsi warna, dan stereopsis akan bersinaps
pada sistem parvoselular. sedangkan akson ganglion retina yang membawa informasi berupa
stimulus gerak akan dari sel ganglion retina akan bersinaps di system magnoselular.
Lesi pada badan genikulatum lateral relatif jarang dan biasanya disebabkan oleh penyakit
vaskular. Kelainan pada bagian genikulatum akan memberikan gambaran defek lapang pandang
yang mempengaruhi lapang pandang bagian tengah dengan bentuk seperti baji. Biasanya, defek
berhubungan dengan RAPD kontralateral dimana lesi yang terdapat pada badan genikulatum
atau pada daerah sekeliling genikulatum hingga 16mm. Ketika lesi jauh dari nucleus
Radiasi optik keluar dari badan genikulatum dalam 3 bundel. Bundel anterior akan
melekuk secara anterolateral diatas temporal horn membentuk lengkung Meyer. Lengkung
Meyer ini biasanya mencapai limit anterior dari temporal horn, kemudian melekuk ke posterior
di sepanjang dinding inferolateral atrium. Bundel tengah memanjang secara lateral di sekeliling
dan melekuk ke posterior di sepanjang dinding lateral atrium dan occipital horn. Bundel posterior
melekuk langsung kebagian belakang, sepanjang dinding lateral atrium dan occipital horn.
Lesi pada bagian ini akan menciptakan gambaran defek visual yang mempunyai batas
Visual korteks dibagi menjadi dua, yaitu primary visual cortex (area broadman 17) and
secondary visual cortex atau disebut juga visual association areas ( are broadman 18 and 19)
seperti di gambar atas. Primary visual cortex bertanggung jawab untuk menerima nformasii
penglihatan dan menyadari sensasi warna. Sedangakan secondary visual cortex menghubungkan
informasi visual yang diterima oleh area visual primer dengan pengalaman masa lalu sehingga
memungkinkan individu untuk mengenal dan mengapresiasikan apa yang dilihat sehingga
menyebabkan informasi-informasi penglihatan menjadi berarti, selain itu berperan juga dalam
refleks gerakan mata apabila sedang memandang atau mengikuti suatu objek.
Kelainan pada pemeriksaan lapang pandang
Jika terdapat lesi di sepanjang lintasan nervus optikus (N.II) hingga korteks sensorik,akan
menunjukkan gejala gangguan penglihatan yaitu pada lapang pandang atau medanpenglihatan.
Lesi pada nervus optikus akan mengakibatkan kebutaan atau anopsia pada matayang disarafinya.
Hal ini disebabkan karena penyumbatan arteri centralis retina yang mendarahiretina tanpa
kolateral, ataupun arteri karotis interna yang akan bercabang menjadi arterioftalmika yang
kemudian menjadi arteri centralis retina. Kebutaan tersebut terjadi tiba-tiba dandisebut amaurosis
fugax.
Lesi pada bagian medial kiasma akan menghilangkan medan penglihatan temporal yangdisebut
kontralateral. Lesi pada radiasio optika bagian medial akan menyebabkanquadroanopsia inferior
Lintasan Visual
Dalam bidang neurologi, kelainan papil nervus optikus yang perlu diperhatikan adalahpapil yang
mengalami atrofi dan sembab atau papiledema.Pada papil yang mengalami atrofi, warna papil
menjadi pucat, batasnya tegas danpembuluh darah berkurang. Pada atrofi sekunder warna papil
juga pucat tetapi batasnya tidaktegas. Lamina cribrosa terlihat pada atrofi primer. Atrofi primer
dijumpai pada kasus lesi nervusoptikus atau kiasma optikum (misalnya pada tumor hipofise atau
arachnoiditis opto-kiasmatis).Atrofi sekunder merupakan akibat lanjut dari papiledema, misalnya
Papiledema dapat disebabkan oleh radang aktif ataupun bendungan. Bila oleh radangaktif hal ini
disebut papilitis atau neuritis optik yang biasanya disertai perburukan visus yanghebat. Bila di
bagian distal N.II yang mengalami inflamasi, sedangkan papilnya normal, hal inidisebut neuritis
retrobulbar.