Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi. Darah

tinggi sering diberi gelar The Silent Killer karena hipertensi merupakan pembunuh

tersembunyi yang penyebab awalnya tidak diketahui atau tanpa gejala sama sekali,

hipertensi bisa menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit lain,

bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke dan ginjal. Data WHO (2011)

menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4 % penghuni bumi

mengidap hipertensi. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2 % di

tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan

639 sisanya berada di Negara berkembang, termasuk Indonesia.1

Menurut WHO (2011), hipertensi membunuh hampir 8 juta orang setiap

tahun, dimana hampir 1,5 juta adalah penduduk wilayah Asia Tenggara.

Diperkirakan 1 dan 3 orang dewasa di Asia Tenggara menderita hipertensi. Menurut

data Departemen Kesehatan, hipertensi dan penyakit jantung lain meliputi lebih dari

sepertiga penyebab kematian, dimana hipertensi menjadi penyebab kematian kedua

setelah stroke. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dari 70%

penderita hipertensi yang di ketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan

hanya 12,5% yang diobati dengan baik (adequately treated cases) diperkirakan

sampai tahun 2025 tingkat terjadinya tekanan darah tinggi akan bertambah 60%. 1,2

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, prevalensi hipertensi di

Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar 25,8 persen.
Jadi cakupan nakes hanya 36,8 persen, sebagian besar (63,2%) kasus hipertensi di

masyarakat tidak terdiagnosis. Data secara nasional yang belum lengkap, sebagian

besar penderita hipertensi di Indonesia tidak terdeteksi, sementara mereka yang

terdeteksi umumnya tidak menyadari kondisi penyakitnya.1,2,3

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian terhadap penderita hipertensi dengan judul Pengetahuan Masyarakat

Terhadap Penyakit Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Beru. Responden yang

diambil pada mini project ini adalah pasien Prolanis Puskesmas Beru. Sehingga

keseluruhan responden berusia lanjut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan masyarakat di wilayah kerja

puskesmas Beru tentang penyakit Hipertensi?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan masyarakat di wilayah kerja

puskesmas Beru terkait penyakit hipertensi.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman bagi penulis

dalam meneliti secara langsung di lapangan.

b. Untuk memenuhi salah satu tugas peneliti dalam menjalani program

internsip dokter umum Indonesia.

2
2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan agar masyarakat tahu dan mengerti tentang

penyakit hipertensi.

3. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Puskesmas Beru

dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya penyakit

hipertensi.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Definisi Pengetahuan5

Menurut Notoatmodjo pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini

terjadi setelah orang tersebut melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif

adalah domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over

behavior). Dari hasil pengalaman serta penelitian terbukti bahwa perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan. Penelitian yang dilakukan oleh Rogers (1974)

mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadaptasi perilaku yang baru

didalam diri orang tersebut terjadi proses yang beruntun yaitu:

a. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik) merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut

disini sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya) hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang

dikehendaki oleh stimulus.


e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan.

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan5

Menurut Bloom (1987) dikutip oleh Notoatmodjo (2007), pengetahuan

yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

a. Tahu (Know) diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall), terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (Comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Aplication) diartikan kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis (Analysis) merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam satu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama

lain.

5
e. Sintesis (Syntesis) menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemajuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan5

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Pengalaman, dimana dapat diperoleh dari pengalaman diri sendiri atau orang

lain. Misalnya, jika seseorang pernah merawat seorang anggota keluarga yang

sakit hipertensi, umumnya menjadi lebih tahu tindakan yang harus dilakukan

jika terkena hipertensi.

b. Tingkat pendidikan, dimana pendidikan dapat membawa wawasan atau

pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang memiliki pengetahuan

yang tingi akan mempunyai pengalaman yang lebih luas dibandingkan dengan

seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

c. Sumber informasi, keterpaparan seseorang terhadap informasi mempengaruhi

tingkat pengetahuaannya. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi

pengetahuan seseorang, misalnya televise, radio, Koran, buku, majalah dan

internet.

6
2.1.4 Pengukuran Pengetahuan5

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur. Kedalaman pengetahuan

yang ingin kita ketahui dapat disesuaikan dengan tingkat domain diatas.

2.2 Hipertensi

2.2.1 Definisi Hipertensi6,7

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan

sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg). Menurut

Potter dan Perry (2006), hipertensi merupakan gangguan asimptomatik yang

ditandai dengan peningkatan tekanan darah persisten, dimana diagnosa hipertensis

pada orang dewasa ditetapkan paling sedikit dua kunjungan dimana lebih tinggi

atau pada 140/90 mmHg.

2.2.2 Klasifikasi Hipertensi8

Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on

Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7)

klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,

prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2 seperti yang terlihat pada tabel 1

dibawah.

Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7


Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah
Darah (mmHg) Diatolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prahipertensi 120 – 139 80 -89
Hipertensi Derajat 1 140 – 159 90 – 99
Hipertensi Derajat 2 ≥ 160 ≥ 100

7
2.2.3 Faktor Penyebab Hipertensi

Berhubung lebih dari 90% penderita hipertensi digolongkan atau

disebabkan oleh hipertensi primer, maka secara umum yang disebut hipertensi

primer. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,

data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan

hipertensi, yaitu:

a. Faktor Keturunan

Hipertensi merupakan suatu kondisi yang bersifat menurun dalam suatu

keluarga. Anak dengan orang tua hipertensi memiliki kemungkinan dua kali

lebih besar untuk menderita hipertensi daripada anak dengan orang tua yang

tekanan darahnya normal.9

b. Ras

Statistik menunjukkan prevalensi hipertensi pada orang kulit hitam hampir dua

kali lebih banyak dibandingkan dengan orang kulit putih.

c. Usia

Wanita premenopause cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi

daripada pria pada usia yang sama, meskipun perbdaan diantara jenis kelami

kurang tampak setelah usia 50 tahun. Penyebabnya, sebelum menopause,

wanita cenderung terlindungi dari penyakit jantung oleh hormone esterogen.10

d. Jenis Kelamin

Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada

wanita. Hipertensi berdasarkan jenis kelamin ini dapat pula dipengaruhi faktor

psikologis. Pada pria seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok,

8
kelebihan berat badan), depresi dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan

pada wanita lebih berhubungan dengan pekerjaan yang mempengaruhi faktor

psikis kuat.11

e. Stress psikis

Stress meningkatkan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini mempengaruhi

meningkatnya tekkana darah secara bertahap. Apabila stress berkepanjangan

dapat berakibat tekanan darah tetap tinggi.11

f. Obesitas

Pada orang yang obesitas terjadi peningkatan kerja pada jantung untu

memompa darah agar dapat menggerakan beban berlebih dari tubuh tersebut.

Berat badan yang berlebihan menyebabkan bertambahnya volume darah dan

perluasan sistem sirkulasi. Bila bobot ekstra dihilangkan, TD dapat turun lebih

kurang 0,7/1,5 mmHg setiap kg penurunan berat badan.

g. Asupan garam Na

Ion natrium mengakibatkan retemsi air, sehingga volume darah bertambah dan

menyebabkan daya tahan pembuluh meningkat. Juga memperkuat efek

vasokonstriksi noradrenalin.

h. Rokok

Nikotin dalam tembakau adalah penyebab tekanan darah meningkat. Hal ini

karena nikotin terserap oleh pembuluh darah yang kecil dalam paru-paru dan

disebarkan keseluruh aliran darah. Hanya dibutuhkan waktu 10 detik bagi

nikotin untuk sampai ke otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan

memberikan sinyal kepada kelenjar adrenal untuk melepaskan efinefrin

9
(adrenalin). Hormon yang sangat kuat ini menyempitkan pembuluh darah,

sehingga memaksa jantung untuk memompa lebih keras dibawah tekanan yang

lebih tinggi.12

i. Konsumsi Alkohol

Alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara keseluruhan

semakin banyak alkohol yang diminum semakin tinggi tekanan darah.10

j. Olahraga

Olahraga yang bersifat kompetensi dan meningkatkan kekuatan dapat memacu

emosi sehingga dapat mempercepat peningkatan tekanan darah seperti tinju,

panjat tebing dan angkat besi. Bentuk latihan yang paling tepat untuk penderita

hipertensi adalah jalan kaki, bersepeda, senam, berenang dan aerobic.

2.2.4 Patofisiologi Hipertensi13,14

Mekanisme patogenesis hipertensi yaitu peningkatan tekanan darah yang

dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer. Mekanisme hipertensi tidak

dapat dijelaskan dengan satu penyebab khusus, melainkan sebagai akibat interaksi

dinamis antara faktor genetik, lingkungan dan faktor lainnya. Tekanan darah

dirumuskan sebagai perkalian antara curah jantung dan atau tekanan perifer yang

akan meningkatkan tekanan darah. Retensi sodium, turunnya filtrasi ginjal,

meningkatnya rangsangan saraf simpatis, meningkatnya aktifitas renin angiotensin

alosteron, perubahan membransel, hiperinsulinemia, disfungsi endotel merupakan

beberapa faktor yang terlibat dalam mekanisme hipertensi.

Mekanisme patofisiologi hipertensi salah satunya dipengaruhi oleh sistemr

enin angiotensin aldosteron, dimana hampir semua golongan obat anti

10
hipertensi bekerja dengan mempengaruhi sistem tersebut. Renin angiotensin

aldosteron adalah sistem endogen komplek yang berkaitan dengan pengaturan

tekanan darah arteri. Aktivasi dan regulasi sistem renin angiotensin aldosteron

diatur terutama oleh ginjal. Sistem renin angiotensi aldosteron mengatur

keseimbangan cairan, natrium dan kalium. Sistem ini secara signifikan berpengaruh

pada aliran pembuluh darah dan aktivasi sistem saraf simpatik serta homeostatik

regulasi tekanan darah.

Gambar 1. Pengaruh Renin Angiotensin Aldosteron Terhadap Kenaikan

Tekanan Darah

11
2.2.5 Manifestasi Klinis Hipertensi15

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala,

meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya

berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala

yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah

kemerahan dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi

maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.

Hipertensi diduga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih

serius dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Sering kali hipertensi disebut

sebagai silent killer karena dua hal yaitu:

a. Hipertensi sulit disadari seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala

khusus, gejala ringan seperti pusing, gelisah, mimisan dan sakit kepala biasanya

jarang berhubungan langsung dengan hipertensi, hipertensi dapat diketahui

dengan mengukur secara teratur.

b. Hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai risiko besar

untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan

jantung, gagal jantung dan gagal ginjal.

Jika timbul hipertensinya berat atau menahun dan tidak terobati, bisa timbul

gejala berikut:

1. Sakit kepala

2. Kelelahan

3. Jantung berdebar-debar

4. Mual

12
5. Muntah

6. Sesak nafas

7. Gelisah

8. Pandangan menjadi kabur

9. Telinga berdenging

10. Sering buang air kecil terutama di malam hari.

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan

bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati

hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

2.2.6 Komplikasi dari Hipertensi12,16, 17

Salah satu alasan mengapa kita perlu mengobati tekanan darah tinggi adalah

untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi yang dapat timbul jika

penyakit ini tidak disembuhkan. Beberapa komplikasi hipertensi yang umum terjadi

sebagai berikut :

1. Stroke

Hipertensi adalah faktor resiko yang penting dari stroke dan serangan

transient iskemik. Pada penderita hipertensi 80% stroke yang terjadi merupakan

stroke iskemik, yang disebabkan karena trombosis intra-arterial atau embolisasidari

jantung dan arteri besar. Sisanya 20% disebabkan oleh pendarahan (haemorrhage),

yang juga berhubungan dengan nilai tekanan darah yang sangat tinggi. Studi

populasi menunjukan bahwa penurunan tekanan darah sebesar 5 mmHg

menurunkan resiko terjadinya stroke.

13
2. Penyakit jantung koroner dan gagal jantung

Nilai tekanan darah menunjukan hubungan yang positif dengan resiko

terjadinya penyakit jantung koroner (angina, infark miokard atau kematian

mendadak). Bukti dari suatu studi epidemiologik yang bersifat retrospektif

menyatakan bahwa penderita dengan riwayat hipertensi memiliki resiko enam kali

lebih besar untuk menderita gagal jantung daripada penderita tanpa riwayat

hipertensi.

3. Penyakit vaskular

Penyakit vaskular meliputi abdominal aortic aneurysm dan penyakit

vaskular perifer. Kedua penyakit ini menunjukan adanya atherosklerosis yang

diperbesar oleh hipertensi. Hipertensi juga meningkatkan terjadinya lesi

atherosklerosis pada arteri carotid, dimana lesi atherosklerosis yang berat seringkali

merupakan penyebab terjadinya stroke.

4. Retinopati

Hipertensi dapat menimbulkan perubahan vaskular pada mata, yang disebut

retinopati hipersensitif. Perubahan tersebut meliputi bilateral retinal falmshaped

haemorrhages, cotton woll spots, hard exudates dan papiloedema. Pada tekanan

yang sangat tinggi (diastolic >120 mmHg, kadang-kadang setinggi 180 mmHg atau

bahkan lebih) cairan mulai bocor dari arteriol-arteriol kedalam retina, sehingga

menyebabkan padangan kabur.

5. Kerusakan ginjal

Ginjal merupakan organ penting yang sering rusak akibat hipertensi. Dalam

waktu beberapa tahun hipertensi parah dapat menyebabkan insufiensi ginjal,

14
kebanyakan sebagai akibat nekrosis febrinoid insufisiensi arteri-ginjal kecil.

Perkembangan kerusakan ginjal akibat hipertensi biasanya ditandai oleh

proteinuria. Proteinuria dapat dikurangi dengan menurunkan tekanan darah secara

efektif.

2.2.7 Penatalaksanaan pada Penderita Hipertensi18,19,20

Penatalaksanaan pengobatan hipertensi harus secara holistik dengan tujuan

menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi dengan menurunkan

tekanan darah seoptimal mungkin sambil mengontrol faktor-faktor resiko

kardiovaskular lainnya.

Menurut Joint National Commission (JNC) 7, rekomendasi target tekanan

darah yang harus dicapai adalah < 140/90 mmHg dan target tekanan darah untuk

pasien penyakit ginjal kronik dan diabetes adalah ≤ 130/80 mmHg. American Heart

Association (AHA) merekomendasikan target tekanan darah yang harus dicapai,

yaitu 140/90 mmHg, 130/80 mmHg untuk pasien dengan penyakit ginjal kronik,

penyakit arteri kronik atau ekuivalen penyakit arteri kronik, dan ≤ 120/80 mmHg

untuk pasien dengan gagal jantung.

Promosi kesehatan modifikasi gaya hidup direkomendasikan untuk individu

dengan pra-hipertensi dan sebagai tambahan terhadap terapi obat pada individu

hipertensi. Intervensi ini untuk risiko penyakit jantung secara keseluruhan. Pada

penderita hipertensi, bahkan jika intervensi tersebut tidak menghasilkan penurunan

tekanan darah yang cukup untuk menghindari terapi obat, jumlah obat atau dosis

yang dibutuhkan untuk mengontrol tekanan darah dapat dikurangi. Modifikasi diet

yang efektif menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan,

15
mengurangi asupan NaCl, meningkatkan asupan kalium, mengurangi konsumsi

alkohol, dan pola diet yang sehat secara keseluruhan.

Mencegah dan mengatasi obesitas sangat penting untuk menurunkan

tekanan darah dan risiko penyakit kardiovaskular. Berolah raga teratur selama 30

menit seperti berjalan, 6-7 perhari dalam seminggu, dapat menurunkan tekanan

darah. Ada variabilitas individu dalam hal sensitivitas tekanan darah terhadap NaCl,

dan variabilitas ini mungkin memiliki dasar genetik. Konsumsi alkohol pada orang

yang mengkonsumsi tiga atau lebih minuman per hari (minuman standar berisi ~

14 g etanol) berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Begitu pula dengan DASH

(Dietary Approaches to Stop Hypertension) meliputi diet kaya akan buah-buahan,

sayuran, dan makanan rendah lemak efektif dalam menurunkan tekanan darah.

Tabel 2.2. Modifikasi gaya hidup untuk mencegah dan mengatasi hipertensi

Modifikasi Rekomendasi Penurunan potensial


TD sistolik
Diet natrium Membatasi diet natrium 2-8 mmHg
tidak lebih dari 2400
mg/hari atau 100
meq/hari
Penurunan Berat Badan Menjaga berat badan 5-20 mmHg per 10 kg
normal; BMI = 18,5-24,9 penururnan berat badan
kg/
Olahraga aerobik Olahraga aerobik secara 4-9 mmHg
teratur, bertujuan untuk
melakukan aerobik 30
menit
Latihan sehari-hari dalam
seminggu. Disarankan
pasien berjalan-jalan 1
mil per hari di atas
tingkat aktivitas saat ini

16
Diet DASH Diet yang kaya akan 4-14 mmHg
buah-buahan, sayuran,
dan mengurangi jumlah
lemak jenuh dan total
Membatasi konsumsi Pria ≤2 minum per hari, 2-4 mmHg
alkohol wanita ≤1 minum per
hari

Jadi, modifikasi gaya hidup merupakan upaya untuk mengurangi tekanan

darah, mencegah atau memperlambat insiden dari hipertensi, meningkatkan efikasi

obat antihipertensi, dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.

Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang

dianjurkan oleh JNC 7 adalah:

a. Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosteron Antagonist

b. Beta Blocker (BB)

c. Calcium Chanel Blocker atau Calcium antagonist (CCB)

d. Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACEI)

e. Angiotensin II Receptor Blocker atau Areceptor antagonist/blocker (ARB)

Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap, dan

target tekanan darah tercapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan

untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang

memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari. Pilihan apakah

memulai terapi dengan satu jenis obat antihipertensi atau dengan kombinasi

tergantung pada tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi. Jika terapi

dimulai dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian tekanan darah

belum mencapai target, maka langkah selanjutnya adalah meningkatkan dosis obat

17
tersebut, atau berpindah ke antihipertensif lain dengan dosis rendah. Efek samping

umumnya bisa dihindari dengan menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun

kombinasi. Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk

mencapai target tekanan darah, tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan biaya

pengobatan dan menurunkan kepatuhan pasien karena jumlah obat yang harus

diminum bertambah. Kombinasi obat yang telah terbukti efektif dan dapat

ditolerensi pasien adalah :

a. CCB dan BB

b. CCB dan ACEI atau ARB

c. CCB dan diuretika

d. AB dan BB

e. Kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat

Tabel 2.3. Tatalaksana Hipertensi Menurut JNC 7


Klasifikasi TDS TDD Perbaikan Terapi Obat Awal
Tekanan (mmHg) (mmHg) Pola Tanpa Indikasi Dengan
Darah Hidup yang Memaksa Indikasi
yang
Memaksa
Normal < 120 < 80 Dianjurkan
Prehipertensi 120 - Atau 80 Ya Tidak indikasi Obat-obatan
139 – 89 obat untuk
indikasi yang
memaksa
Hipertensi 140 - Atau 90 Ya Diuretika jenis Obat-obatan
Derajat 1 159 – 99 Thiazide untuk untuk
sebagian besar indikasi yang
kasus dapat memaksa
dipertimbangkan obat
ACEI, ARB, antihipertensi
BB, CCB, atau lain
kombinasi (diuretika,
ACEI, ARB,
BB, CCB)

18
sesuai
kebutuhan
Hipertensi ≥ 160 Atau ≥ Ya Kombinasi 2
Derajat 2 100 obat untuk
sebagian besar
kasus umumnya
diuretika jenis
Thiazide dan
ACEI atau ARB
atau BB atau
CCB

19
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang analitik untuk

mengetahui tingakat pengetahuan masyarakat terhadap penyakit hipertensi dan

pengaruh pemberian intervensi berupa penyuluhan terhadap peningkatan

pengetahuan pada kelompok yang sama.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Puskesmas Beru, kelurahan Kota Baru, Kecamatan Alok Timur,

Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Mei 2018.

3.3 Populasi dan Subjek Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah kelompok pasien Prolanis di Puskesmas Beru

yang datang selama jangka waktu penelitian dilakukan.

3.3.2 Subjek Penelitian

Subjek Penelitian adalah populasi target yang masuk dalam kriteria inklusi

1. Bertempat tinggal di lokasi penelitian;

2. Pasien bersedia diwawancarai dan menandatangani informed concent.

Kriteria eksklusi sampel:

a. Pasien yang mengalami penyakit berat dan sulit di wawancarai.


3.4. Kriteria Pemilihan Subjek Penelitian

3.4.1. Kriteria Inklusi

1. Bertempat tinggal di lokasi penelitian;

2. Pasien bersedia diwawancarai dan menandatangani informed concent.

3.4.2. Kriteria Eksklusi

a. Pasien yang mengalami penyakit berat dan sulit di wawancarai.

3.5 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

3.5.1 Tenik Pengumpulan Data

Data diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah disiapkan oleh peneliti

dengan menggunakan teknik wawancara.

3.5.2 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian berupa kuesioner yang berisi 10 pertanyaan tertulis

tentang pengetahuan terhadap penyakit hipertensi.

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data

3.6.1 Teknik Pengolahan Data

a. Pengolahan Data (editing)

Meneliti kembali apakah lembar kuesioner sudah cukup baik sehingga dapat

di proses lebih lanjut. Editing dapat dilakukan di tempat pengumpulan data

sehingga jika terjadi kesalahan maka upaya perbaikan dapat segera

dilaksanakan.

b. Pengkodean (Coding)

Usaha mengklarifikasi jawaban-jawaban yang ada menurut macamnya,

menjadi bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode.

21
c. Pemasukan Data (Entry)

Memasukan data ke dalam perangkat komputer sesuai dengan kriteria.

d. Pembersihan Data (Cleaning data)

Data yang telah di masukan kedalam komputer diperiksa kembali untuk

mengkoreksi kemungkinan kesalahan.

3.6.2 Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini digunakan analisa univariat yaitu analisa yang dilakukan

terhadap setiap variabel dari hasil penelitian dalam analisa ini hanya menghasilkan

distribusi dan persentase dari tiap variabel yang diteliti yaitu variabel pengetahuan,

dan variabel perilaku.

22
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Distribusi usia

USIA

5
5
4 3
3 2 2 2 2 2
2 1 1
1
0 Series1
60.00 61.00 64.00 65.00 66.00 68.00 70.00 71.00 72.00

Grafik 4.1 Distribusi usia subyek penelitian

Dalam 20 responden, didapatkan rerata usia yaitu 64.74 tahun. Dengan usia

tertinggi 72 tahun dan usia terendah 60 tahun serta usia tebanyak 60 tahun.

4.2 Distribusi Jenis Kelamin

JENIS KELAMIN
Laki-Laki Perempuan

25%

75%

Grafik 4.2 Distribusi jenis kelamin subyek penelitian


Jenis kelamin terbanyak sebagai responden dalam penelitian adalah perempuan

(75%) sedangkan jenis kelamin laki-laki (25%).

4.3 Distribusi Pendidikan

PENDIDIKAN
10
SMA, 9
9
8
7
S1, 6
6
5
4
SMP, 3
3
D3, 2
2
1
0
S1 SMA SMP D3

Grafik 4.3 Distribusi tingkat pendidikan subyek penelitian

Dari grafik ini didapatkan tingkat pendidikan terbanyak yaitu tamat SMA sebesar

(45%). Tingkat pendidikan tertinggi sarjana ( 30%) dan tingkat pendidikan terendah

SMP (15%). Hal ini dapat memungkin tingkat pengetahuan masyarakat tentang

penyakit Hipertensi.

24
BAB V

INTERVENSI

5.1 Intervensi

Masalah : Penyakit Hipertensi

Rencana Intervensi : Penyuluhan Tentang Penyakit Hipertensi

Tujuan Umum :

1. Menambah pengetahuan masyarakat di wilayah Puskesmas Beru

mengenai pengertian penyakit hipertensi.

2. Menambah pengetahuan masyarakat di wilayah Puskesmas Beru

mengenai penyebab hipertensi.

3. Menambah pengetahuan masyarakat di wilayah Puskesmas Beru

mengenai faktor risiko hipertensi.

4. Menambah pengetahuan masyarakat di wilayah Puskesmas Beru

mengenai gejala utama hipertensi.

5. Menambah pengetahuan masyarakat di wilayah Puskesmas Beru

mengenai dampak terburuk hipertensi.

6. Menambah pengetahuan masyarakat di wilayah Puskesmas Beru

mengenai pencegahan hipertensi.

7. Menambah pengetahuan masyarakat di wilayah Puskesmas Beru

mengenai pengobatan hipertensi.

Sasaran : pasien puskesmas beru

Jumlah sasaran : 40 orang

Target peserta : 20 orang


Rencana Kegiatan Pre-test

Hari/tanggal : Jumat, 25 Mei 2018

Waktu : 08.00 – 10.00 wita

Tempat : Puskesmas Beru

Acara : Pemberian pre-test tentang Hipertensi

Penyuluhan tentang Hipertensi

Pemberian post-test tentang Hipertensi

Sumber Daya Manusia

Dokter : 1 orang

Petugas Kesehatan : 1 orang

Material dan peralatan : Laptop, LCD Proyektor, kuisioner, alat tulis leaflet

Evaluasi : Menilai hasil pretest dan posttest

Materi yang di sampaikan :

 Pengertian hipertensi.

 Penyebab hipertensi.

 Faktor risiko hipertensi.

 Gejala utama hipertensi.

 Usia potensi terkena hipertensi.

 Dampak terburuk hipertensi.

 Pencegahan hipertensi.

5.2 Pelaksanaan Intervensi

Hari/tanggal : Jumat, 25 Mei 2018

Waktu : 08.00 – 10.00 wita

26
Tempat : Puskesmas Beru

Acara : Pemberian pre-test tentang Hipertensi

Penyuluhan tentang Hipertensi

Pemberian post-test tentang Hipertensi

Target : 40 orang

Peserta : 20 orang

Sumber Daya Manusia

Dokter : 1 orang

Petugas Kesehatan : 1 orang

Material dan peralatan : Laptop, LCD Proyektor, kuisioner, alat tulis leaflet

Materi yang di sampaikan :

 Pengertian hipertensi.

 Penyebab hipertensi.

 Faktor risiko hipertensi.

 Gejala utama hipertensi.

 Usia potensi terkena hipertensi.

 Dampak terburuk hipertensi.

 Pencegahan hipertensi.

5.3 Evaluasi

INPUT

SDM program ini adalah 1 dokter sebagai narasumber, dibantu 1 orang

petugas kesehatan sebagai pengawas dan dokumentasi, sesuai dengan perencanaan.

27
Semua anggaran dana berasal dari uang pribadi dan terdapat perbedaan

biaya karena harga yang lebih murah dari perencanaan. Penyuluhan diberikan

dengan menggunakan sarana laptop dan LCD proyektor serta leaflet.

Telah ditentukan diagnosis masalah kesehatan melalui kuisioner pretest-

posttest yaitu sesuai dengan perencanaan.

PROSES

Kegiatan pemberiaan pretest dan posttes selesai dari waktu yang

dijadwalkan, kegiatan penyuluhan yang dimulai 08.15 terlambat 15 menit dari

perencanaan awal dikarenakan pengumpulan peserta-peserta yang belum hadir.

Jumlah peserta yang hadir lebih sedikit dibandingkan target peserta yang

direncanakan. Masalah yang terjadi adanya peserta yang kurang memperhatikan

penyuluhan.

Pemecahan masalah: dokter berudaha menarik perhatian peserta dan untuk

menangani masalah keadaan yang kurang memperhatikan dengan memberikan

kesempatan kepada peserta untuk memberikan pertanyaan terhadap masalah yang

kurang dimengerti.

28
OUTPUT

Table 5.1 Hasil Perbandingan Nilai Pre Test dan Post Test

Pre Test Post Test


Nomor Nilai Nilai
1 70 90
2 60 80
3 50 70
4 40 70
5 80 90
6 70 80
7 80 100
8 70 80
9 70 90
10 60 80
11 50 70
12 60 80
13 50 80
14 60 90
15 70 90
16 60 80
17 60 90
18 80 100
19 60 90
20 70 80

Nilai rata-rata = Jumlah nilai responden

Jumlah Responden

Nilai rata-rata = 84

29
Presentase Kenaikan Nilai = Post test – Pre test / Pre Test x 100%

= 84 – 63.5/63.5 x 100%

= 32.28 %

Keterangan :

Setelah dilakukan penyuluhan mengenai hipertensi hasil pre test rata-rata 20

responden adalah 63.5 poin. Sedangkan setelah diberikan penyuluhan, hasil post

test rata-rata dari 40 responden adalah 84 poin. Hal ini berarti, telah terjadi

peningkatan pengetahuan responden sebesar 20.5 poin (32.28%). Hal ini

menandakan penyuluhan menganai hipertensi yang diberikan berhasil menambah

pengetahuan responden.

Tabel 5.2 Peningkatan Pengetahuan Berdasarkan Pertanyaan

Pertanyaan Sebelum Setelah Kenaikan


Intervensi Intervensi
N % N % N %
Pengertian Hipertensi 17 85% 20 100% 3 17.6%
Pentingnya pemeriksaan 17 85% 20 100% 3 17.6%
tekanan darah pda
penderita hipertensi
Membatasi makanan 13 65 % 17 85% 4 30.07%
berlemak untuk
mencegah hipertensi
Mengkonsumsi garam 16 80% 17 85% 1 6.25%
berlebihan menyebabkan
hipertensi
Mengkonsumsi buah- 9 45% 17 85% 8 88,8%
buahan segar dan
olahraga teratur
menccegah hipertensi

30
Merokok dan minum 13 65% 16 80% 3 23.07%
alcohol penyebab
hipertensi
Menjauhkan diri dari 9 45% 16 80% 7 77.7%
stress untuk mencegah
hipertensi
Dukungan keluarga 7 35% 13 65% 6 85.71%
merupakan salah satu
cara dalam menjalankan
perubahan gaya hidup
Minum obat anti 12 60% 16 80% 4 33,33%
hipertensi secara teratu
dan mengontrol pola
makan usaha mencegah
kekambuhan hipertensi
Menjaga berat badan 14 70% 16 80% 2 14.28%
mengurai risiko
hipertensi

31
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai Pengetahuan tentang

Penyakit hipertensi Pada Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskemas Beru Tahun

2018, dapat disimpulkan bahwa sebelum dilakukan penyuluhan tentang penyakit

hipertensi hasil pretest rata- rata dari 20 responden adalah 63.5 poin. Sedangkan

setelah di lakukan intervensi berupa penyuluhan tentang penyakit hipertensi hasil

post test rata – rata dari 20 responden adalah 84 poin. Hal ini berarti menandakan

penyuluhan mengenai penyakit hipertensi yang diberikan berhasil menambah

pengetahuan responden.

6.2 Saran

1. Bagi pelayanan kesehatan

Diharapkan dapat meningkatkan peran dalam promosi kesehatan sebagai

health educator terhadap upaya pencegahan penyakit hipertensi.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian lebih lanjut, di rekomendasikan untuk peneliti selanjutnya

adalah area penelitian data dikembangkan dengan jumlah populasi lebih

banyak dan jumlah variable yang di teliti juga ditambah, sehingga dapat

menghasilkan hasil yang akurat.


DAFTAR PUSTAKA

1. Hanid, Seminar the 5th scientific meeting on hypertension 2011. Available


from: http://www.to-
day.co.id/read/2011/02/26/13140/astagaprevalensi_hipertensi_di_indonesi
a_sangat_tinggi.
2. Depkes RI. 2007. Pedoman Surveilans Epidemiologi Penyakit Jantung
dan Pembuluh Darah. Depkes, Jakarta : ii + 52 hlm.
3. Riskesda. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Depkes RI. Jakarta.
4. Salwati S. Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Kebon Baru 2013.
Jakarta.2014
5. Notoatmodjo, S. 2007.Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
6. Smeltzer, C. Suzanne, Bare G. Brenda., 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal – Bedah. Alih Bahasa: dr. H. Y. Kuncara. Jakarta: EGC
7. Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep,
proses, dan praktik edisi 4. Jakarta : EGC
8. Gray, et al. (2005). Lecture Notes Kardiologi edisi 4. Jakarta: Erlangga
Medical Series.
9. Kumar, P., and Clark, M., 2005. Clinical Medicine 6th ed. London, UK:
Elseveir Saunders.
10. Beevers, D. G. 2002. Tekanan Darah. Jakarta : Dian Rakyat.
11. Hariwijaya, M., & Sutanto. (2007). Pencegahan Dan Pengobatan Penyakit
Kronis. Jakarta : Edsa Mahkota.
12. Gardner, D.S. Hypertension and impaired renal function accompany
juvenileobesity: the effect of prenatal diet. Kidney International. 2007
13. Soemantri, Djoko, Nugroho, J. 2006. Standar Diagnosis dan Terapi
Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. Edisi 4. Surabaya: Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga.
14. Dipiro, J.T., et al. 2005. Pharmacotherapy Handbook. Sixth edition. The
Mc. Graw Hill Company. USA.
15. Macnair, Trisha. 2001. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta : Erlangga
16. Shankie, Susan. 2001. Hypertension In Focus. Pharmaceutical Pr. USA.
17. Padmawinata, Kosasih. (2001). Pengendalian Hipertensi, Bandung: ITB
18. Cohen, L.D., Townsend, R.R., 2008. In the Clinic Hypertension.
Available from: www.annals.org/intheclinic/
19. Joint National Comitte on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure. 2003. Seventh Report of The Joint
National Committe on Prevention,Detection,Evaluation,and Treatment of
High Blood Pressure JNC Express(NIH Publication No.03-5233).
Bethesda, MD:U.S.Department of Helath and Human Services.
20. Yogiantoro Mohammad, 2006. Hipertensi Esensial. In: Sudoyo, Aru.w.,
ed. Ilmu Penyakit Dalam Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI,
Lampiran

KUESIONER PENELITIAN
Pengetahuan Masyarakat Terhadap Penyakit Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Beru
Identitas
Petunjuk pengisian
Isilah data berikut ini dengan benar
a. Tanggal pengisian kuesioner :
b. Nama :
c. Umur :
d. Pendidikan :
e. Alamat :

A. Aspek pertanyaan pengetahuan


Petunjuk pengisian :
Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap paling benar, dengan member
tanda (x) pada huruf pilihan tersebut!.
1. Penyakit hipertensi merupakan tekanan darah tinggi
Benar (1) Salah (0)
2. Penderita tekanan darah tinggi penting memeriksakan tekanan darah ke
pelayanan kesehatan yang terdekat
Benar (1) Salah (0)
3. Membatasi makanan berlemak merupakan salah satu usaha untuk mencegah
tekanan darah tinggi
Benar (1) Salah (0)
4. Mengkonsumsi garam berlebihan akan menyebabkan tekanan darah
meningkat.
Benar (1) Salah (0)
5. Selain dari mengkonsumsi buah-buahan segar, usaha lain untuk mencegah
tekanan darah tinggia dalah olahraga secara teratur.
Benar (1) Salah (0)
6. Merokok dan minuman alcohol merupakan penyebab timbulnya
kekambuhan penyakit tekanan darah tinggi
Benar (1) Salah (0)
7. Menjauhkan diri dari stress salah satu cara untuk mencegah tekanan darah
tinggi
Benar (1) Salah (0)
8. Dukungan keluarga merupakan salah satu yang penting untuk memotivasi
penderita hipertensi dalam menjalankan perubahan gaya hidupnya.
Benar (1) Salah (0)
9. Meminum obat anti hipertensi secara teratur dan mengontrol pola makan
adalah usaha mencegah kekambuhan penyakit tekanan darah tinggi
Benar (1) Salah (0)
10. Menjaga berat badan dalam kisaran normal bias mengurangi risiko
terjadinya penyakit hipertensi
Benar (1) Salah (0)

35

Anda mungkin juga menyukai