Anda di halaman 1dari 60

NEURO OFTALMOLOGI

Dr. Trisna Rini, SpM

NEURO - OFTALMOLOGI
Adalah cabang dari oftalmologi yg
mempelajari manifestasi mata pada
penyakit saraf.
Banyak penyakit neurologis yg
memperlihatkan gejala pada mata.

8 nervi kraniales yg berhubungan


dg fungsi mata :
N. Olfaktorius : terletak sangat dekat dg
N . Optikus shg srg terlibat bersama pd
proses intrakranial.
N. Optikus : mrpk saraf penglihatan yg
menghantarkan rangsang cahaya ke pusat
penglihatan.
3

N. Okulomotorius, N. Troklearis, N. Abdusen


saraf2 penggerak bola mata.
Khusus N. III mengandung saraf parasimpatis
utk mata.
N. Oftalmikus (cabang pertama N.
Trigeminus) & N. Facialis mrpk saraf sensoris
pd mata dan menginervasi m. orbikularis
okuli.
4

N. Vestibulokoklearis :
berhubungan dg mata krn ada
hubungan antara fungsi vestibular dg
fungsi okulomotor.

RUANG LINGKUP
NEURO - OFTALMOLOGI
Lintasan visual (Visual Pathway)
Lintasan pupil
Gerak bola mata

LINTASAN VISUAL
Dimulai dari sel sel ganglioner di retina dan
diakhiri pd polus posterior korteks occipitalis.
Terdiri dari :
Sel sel ganglioner retina
N. Optikus
korpus genic. lat
Khiasma optikum
radiasio optika
Traktus optikus
korteks occipitalis
7

1. Sel sel ganglioner di retina


Retina :
- nasal
- temporal
Akson sel-sel ganglioner
berkumpul pd diskus optik
(papilla N. II)

2. N. Optikus
Di dalam N. II serabut saraf mengalami
penataan sbb :
Dari makula : di sentral
Dari retina nasal : di medial
Dari retina temporal : di lateral
Dari retina atas : di atas
Dari retina bawah : di bawah
9

3. Khiasma Optikum
Khiasma artinya berbentuk huruf X.
Tempat bersatunya N. Optikus intrakranial
kanan dan kiri.
Jumlah srbt saraf pd khiasma + 2,5 juta akson.
Srbt saraf dari retina temporal : tdk menyilang.
Srbt saraf dari retina nasal : menyilang.
Merupakan hemidekusasio (menyilang
separuh).
10

11

4. Traktus optikus
Merupakan bagian dari N. II setelah
meninggalkan khiasma optikum.
Ada 2 : kanan dan kiri
Tr. Optikus kanan terbentuk dari :
srbt retina OD bagian temporal, &
srbt retina OS bagian nasal

12

Tr. Optikus kanan utk menghantarkan


rangsang dr lapang pandang kiri.
Tr. Optikus kiri utk manghantarkan
rangsang dr lapang pandang kanan.

13

14

15

5. Korpus genikulatum lateral


Mrpk tempat berakhirnya traktus optikus
yg menghantar rangsang cahaya untuk
berganti neuron di sini.
N. II yg membawa srbt aferen pupil tdk
berakhir di sini, tp berakhir pd nukl.
Edinger Westphal.

16

6. Radiasio optika & korteks occipitalis


Radiasio optika disebut jg radiasio
genikulokalkarina atau traktus
genikulokalkarina.
Badan sel srbt ini berada pd korpus
genikulatum lat dan akson berakhir di
dalam korteks oksipitalis.

17

PATOLOGI LINTASAN VISUAL


Intrinsik : karena kelainan lintasan visual
itu sendiri.
Ekstrinsik : kelainan bangunan yg dilewati
/ berdekatan.
Gawat darurat neuro-oftalmologi :
meliputi gawat darurat thd VISUS dan
JIWA.
18

GEJALA UMUM
Dikelompokkan mjd :
1. Gejala sensoris visual : pe visus, ggn
lap pandang, ggn kecerahan & kontras,
ggn penglihatan warna.
2. Gejala selain sensoris visual : TIK
(sakit kepala, mual, muntah), gejala
neurologis lain.

19

Ggn lapang pandang sentral


Skotoma sentral : jalur makula terkena.
Disertai ggn visus, warna dan kecerahan.

20

Ggn lapang pandang perifer


Skotoma perifer, bisa berupa penyempitan.
Srg tdk disadari penderita, kecuali sudah
luas dan mencapai / hampir mencapai
sentral.

21

Ggn lapang pandang perifer

22

Ggn kecerahan dan kontras


Pasien merasa cahaya seperti meredup.
Perlu ditanyakan, seberapa besar
meredupnya pencahayaan ruang ( misal
75 % ).

23

Ggn penglihatan warna


Buta warna dapatan.
Perlu ditanyakan apakah sebelumnya ada
buta warna bawaan.

24

Pemeriksaan kelainan lintasan visual


Pemeriksaan visus ( sentral jauh, sentral
dekat, visus koreksi).
Pemeriksaan lapang pandang (sederhana
canggih ).
Pemeriksaan persepsi warna.
Pemeriksaan kecerahan dan kontras.
Pemeriksaan refleks pupil.
25

Anomali diskus optikus kongenital


Bisa berdiri sendiri /
bagian dr kelainan
mata lain / kelainan
sistemik.
Contoh : hipoplasia N.
II, megalopapil,
anomali ekskavasi
discus.
26

Papilitis
Peradangan pada
papil.
Visus turun perlahan,
ggn kecerahan, ggn
lapang pandang
(defek arkuata).
FC : papil kabur,
hiperemia, a / v
membesar, berkelok
27

Neuropati Optik Iskemik Anterior


(NOIA)
Adalah infark papil
Ggn mendadak,
irreversible.
Defek lapang
pandang, pe visus,
ggn wrn.
Papil bengkak, kabur,
pucat pd tempat yg
infark.
28

Papiledema
Pembengkakan papil
yg disebabkan
kenaikan tekanan
intra kranial.
Papil bengkak, kabur,
menonjol, a/v melebar
dan berkelok, biasa
tjd pd 2 mata

29

Atrofi papil
Ditandai dg
hilangnya akson
saraf optik.

30

Kebutaan Fungsional
Malingering (pura-pura sakit)
Exaggeration (melebih-lebihkan penyakit)

Mengeluh tdk bisa melihat


refleks pupil normal, fundus normal,
respon visual normal.

Utk mdpt perhatian, keuntungan (ganti rugi),


hindari tugas berat.
31

Dissimulation :
menyembunyikan penyakit
Agar dpt lulus ujian kesehatan.
Utk melanjutkan sekolah.
Promosi jabatan.

32

PUPIL
Pupil berfungsi :
Mengatur masuknya cahaya ke bola mata
Reflek pupil :
- Reflek cahaya
- Reflek akomodasi

33
33

Pupil melebar pada keadaan :


- tempat gelap
- melihat jauh
- emosi / kesiagaan
Pupil menyempit pada keadaan :
- tempat terang
- melihat dekat
- saat lelah

34
34

Lintasan pupil terdiri dari bagian aferen


dan bagian eferen.
Bagian aferen : bermula dari sel sel di
retina dan berakhir di daerah pretektum.
Bagian eferen : - lintasan parasimpatis
- lintasan simpatis

35
35

Reflek Cahaya
Satu mata disinari --> konstriksi pupil ODS
Reflek cahaya langsung : lintasan impuls
mata yg disinari sampai miosis.
Reflek cahaya tidak langsung (indirek /
konsensual)
36

PUPIL INNERVATION
Afferent Pupillary Pathway
Pupillary fiber follows the optic tract and
separate from the optic tract just anterior to
the lateral geniculate body.
They then enter the midbrain, where they
synapse the pretectal nucleus.
Leave pretectal nucleus & distributes
approximately equally to both EndingerWestphal nuclei.

37

Efferent Pupillary Defect


The efferent pupillary light pathway begins at
the Endinger-Westphal nuclei.
The efferent pupillary pathway divided :
Parasymphatetic pathway
Symphatetic pathway
1. Central (first-order) neuron
2. Preganglionic (second-order) neuron
3. Postganglionic (third-order) neuron
38

PUPIL SIZE

Afferent defect

Efferent defect

Normal size pupil


Large pupil
Parasympathetic defect

Small pupil
Sympathetic defect

39

Reflek akomodasi
Mata melihat dekat tjd reaksi :
- akomodasi
- konvergensi
- miosis

40

PATOLOGI PUPIL

41
41

Defek pupil aferen relatif


(Pupil Marcus Gunn)
Contoh kasus neuritis optik OD :
Reflek direk OD lebih lemah drpd reflek
indirek (OS disinari, OD pupilnya
menyempit).
OD alami defek aferen relatif.
Eferen ke OD dan OS normal.

42
42

Anisokoria
Tjd karena adanya defek eferen
parasimpatis atau simpatis pada 1 mata.
Pada kebutaan satu mata tdk tja
anisokoria krn mata yg sehat mbrk impuls
aferen dan eferen yg sama kuat ke kedua
mata.
Defek aferen tdk menimbulkan anisokoria.
Anisokoria disebabkan oleh defek eferen.
43
43

Gangguan akomodasi
Tjd krn insufisiensi dan kelumpuhan
akomodasi .
Umur tua / presbiopia.
Pemberian obat Sulfas atropin, menderita
peny sistemik (DM, ggn neurologis, lesi
parasimpatis / paresis N. III).

44
44

45
45

FISIOLOGI GERAK BOLA


MATA
Gerak BM dilakukan oleh otot2 penggerak
BM (otot2 ekstra okuler).
N. III mensarafi :
- 4 otot ekstra okuler.
- m. Levator palpebra.
- membawa srbt parasimpatis utk otot
intraokuler (m. Siliaris, m. Sfingter
pupil).
46
46

N. IV mensarafi m. Oblikus superior.


N. VI mensarafi m. Rektus lateral.
Gerak versi : gerak konjugat (arah putaran
sama).
Gerak vergens : gerak mata disjugat (arah
berlawanan)
- konvergen
- divergen
47
47

48
48

PATOLOGI GERAK BOLA


MATA

49

Gejala gangguan gerak BM


DIPLOPIA
Tdk sejajarnya aksis visual kedua BM akan
mybbk bayangan jatuh di kedua retina pd
daerah nonkoresponden diplopia
binokuler.
Bila 1 mata ditutup diplopia menghilang.
PENGLIHATAN KABUR
Pasien tdk menyadari adanya diplopia.
50
50

VERTIGO
Sensasi ilusi gerak pd dirinya sendiri /
sktrnya.
OSILOPSIA
Gerak ilusi bolak balik alam sekitar
yg
( horisontal, vertikal, torsional,
gabungan ).

51
51

KELUMPUHAN N. III
Kelumpuhan N. III total ditandai oleh :
BM bergulir ke lateral (krn N. VI masih
utuh).
BM agak kebawah (krn N. IV masih utuh).
Pupil dilatasi, tdk bereaksi thd cahaya
direk / indirek.
Kelumpuhan akomodasi.
52
52

KELUMPUHAN N. IV
N. IV mensarafi m. Oblikus sup yg
sebabkan BM intorsi dan bergulir ke bawah.
Kelumpuhan : BM alami ekstorsi dan
kelemahan melirik ke bwh dalam posisi
aduksi.
Mata alami diplopia vertikal (obyek yg
dilihat dg mata yg paresis terletak lebih ke
atas).
53
53

54
54

KELUMPUHAN N. VI
Gerak BM ke lateral terganggu
strabismus konvergen paralitikus
(esotropia paralitik).
Diplopia homonim, satu obyek terlihat
dobel.
Kelumpuhan bilateral mengeluh
diplopia saat melirik ke kanan atau ke kiri.

55
55

56
56

57
57

Ggn gerak mata miogenik


Gerak BM dilaksanakan oleh otot2 EO.
Kelainan muskular ggn.
Contoh :
- Oftalmoplegia eksternal progresif kronik
(ggn fungsi otot2 EO pd anak2 atau dewasa
scr progresif tanpa ggn pupil).
- Oftamopati tiroid.
- Miastenia gravis (kelelahan & kelemahan
otot lurik ).
58
58

Nistagmus
Gerak mata osilasi yg berirama / ritmis.
- N. Fisiologis :
- N. end point (melirik ke lateral
scr ekstrim).
- N. Optokinetik.
- N. Patologis :
- N. Kongenital.
59
59

TERIMA KASIH

60

Anda mungkin juga menyukai