Anda di halaman 1dari 49

PATOLOGI

PUPIL

L/O/G/O 1. Fika Anjana (2009.04.0.0158)


2. Resti Vi ctoria (2009.04.0.0030)
3. Davis Alif Qafabi (2008.04.0.0145)
ANATOMI
IRIS
• Iris merupakan bagian melingkar dari mata yang
membentuk pupil yang berfungsi untuk mengontrol
cahaya yang masuk ke mata untuk mendapatkan visus
yang baik
• Konsentrasi melanosit merupakan faktor utama yang
menentukan warna iris. Mulai warna dari biru muda
sampai coklat tua. Warna sering bervariasi antara dua
mata dan bahkan dalam iris yang sama.
• Terdapat struktur yang berbentuk segitiga yang
merupakan pemanjangn dari koroid yang disebut dengan

Otot siliaris :
korpus siliaris
Longitudinal
sirkuler, radial prosesus siliaris
IRIS
Pada iris terdapat 2 otot polos :
• Muskulus sfingter pupil (sirkularis) : merupakan otot
dengan lebar 0,75 mm dan dan tebalnya 0,15 mm.
Jaringan ikat kolagen terletak di depan dan di belakang
serabut otot dan berikatan dengan akhir muskulus dilator
pupil.
• Muskulus dilator pupil (radial) : merupakan lapisan tipis
yang letaknya di bagian anterior setelah lapisan epitel
posterior dari iris. Otot ini mempunyai ketebalan 4 μm,
lebar 7 μm dan panjang 60 μm.
ANATOMI
Vaskularisasi
arteri siliaris anterior dan posterior yang merupakan
cabang dari arteri ophtalmica.

Nervus
Iris di inervasi terutama oleh nervus siliaris longus
cabang dari nervus nasosiliaris dan nervus siliaris
brevis cabang siliaris ganglion.
Akson mielin Akson non mielin
postganglionik postganglionik
(parasimpatik) yang (simpatik) yang
menginervasi menginervasi
muskulus sfingter muskulus dilator
pupil pupil
ANATOMI PUPIL
• Normal ukuran pupil sekitar 3-4 mm
• Ukuran pupil normal berbeda-beda pada berbagai
umur dan pada satu orang ke orang lain. sehingga
pada anak cenderung lebih besar, dengan
bertambahnya usia pupil akan semakin mengecil
• Diameter pupil dapat dapat sebesar1 mm –8mm.
• Banyak orang normal yang ukuran pupilnya
kanan dan kiri berbeda sedikit (anisokori fisiologis).
FISIOLOGI
Fungsi pupil
Mengontrol
cahaya yang
masuk kemata
untuk
mendapatkan
visus yang
tepat dengan
cara konstriksi
atau dilatasi
pupil
Pupillary Reflex Pathway (Parasimpatik)
Refleks yang mengatur diameter dari pupil sebagai
respons dari intensitas cahaya yang berlebihan pada mata.

Jalur ini memiliki 2 bagian :


Jalur aferen : jalur yang menyalurkan impuls cahaya
yang masuk dari pupil sampai ke otak

Jalur eferen : jalur yang menyalurkan impuls mulai


dari midbrain kembali ke ganglion siliaris
dan nervus occulomotorius yang
menyebabkan pupil miosis meskipun
hanya satu mata yang mendapatkan cahaya.
Pupillary Reflex Pathway (Parasimpatik)

Eferen

Aferen
Pupillary Dillator Pathway (Simpatik)
Hipotalamus (Posterolateral)

Cornu intermedio lateral medspin C8-T

keluar dari medspin dengan radix T1

Masuk ke paravertebra yang berdekatan dengan simpatik


yang menuju ke pleura dan apex paru

Gangglion cervikalis inferior , media, dan akhirnya di


superior

masuk kedalam tengkorak bersama A. Carotid interna

serabut sarafnya ke otot-otot dilator pupil, otot Muller pada


kelopak atas dan bawah, kelenjar lakrimal
Refleks melihat dekat
Pada waktu mata melihat ke obyek dekat akan
terjadi tida reaksi yaitu :
- akomodasi
- konvergensi
- miosis pupil
sehingga memberikan bayangan yang tepat
pada titik di retina
Pemeriksaan pupil
1. Bentuk dan ukuran pupil
- normal adalah bulat, jika tidak maka ada kemungkinan
bekas operasi mata
- Pada sifilis bentuknya menjadi tidak teratur atau
lonjong/segitiga
- Pupil miosis, yang biasanya terdapat pada Sindroma
Horner, pupil Argyl Robertson( sifilis, DM, multiple
sclerosis)
- Pupil midriasis, yang biasanya terdapat pada parese/
paralisa m. sphincter dan kelainan psikis
2
Pemeriksaan pupil
2. Perbandingan antara pupil kanan dan kiri

- Perbedaan diameter pupil sebesar 1 mm


masih dianggap normal.
- Isokor atau anisokor akibat lesi non
neurologis(kelainan iris, penurunan visus)
ataukah neurologis (akibat lesi batang
otak, saraf perifer N. III, herniasi tentorium.
Pemeriksaan pupil
2. Refleks pupil :

- Langsung
- Tidak langsung (Konsensual)
- Refleks defek aferen pupil (Marcus gunn pupillary
response test)
- Swinging light test (Alternate light testing)
- Accomodative (Near) Pupillary Reflex
Refleks pupil Langsung
Diperiksa mata kanan dan kiri sendiri-sendiri. Satu
mata ditutup kemudian diberi cahaya dari samping
mata. Pemeriksa tidak boleh berada ditempat yang
cahayanya langsung mengenai mata. Dilihat
keadaan pupil mata yang disinari apakah misosis
(mengecil) pada saat disinari.
Miosis = +
Jika (–)maka ada kelainan seperti saraf optik terganggu
seperti adanya atrofi papilitis, neuritis. Kerusakan nervus
occulomotorius
Refleks pupil Konsensual
Pemeriksaan ini langsung menggunakan kedua mata
sekaligus tetapi mata tidak boleh langsung terkena cahaya,
diantara kedua mata diletakkan selembar kertas atau
pengahadang supaya cahaya tidak masuk pada mata yang
satunya. Mata sebelah diberi cahaya, kemudian dilihat
keadaan pupil mata yang tidak disinari apakah terjadi
miosis (mengecil) pada saat penyinaran mata sebelahya.

Mata sebelah Miosis = +


Jika (–)maka ada kelainan saraf pada mata yang disinari
atau kelainan nervus occulomotorius mata yang sedang di
periksa refleks konsensual.
Refleks defek aferen pupil
(Marcus gunn pupillary response test)

mata yang sehat disinari dan terjadi refleks


konsensual pada mata sakit dengan derajat
miosis mata sakit sama dengan mata yang sehat.
Setelah itu mata sakit disinari langsung dan dilihat
apakah terjadi dilatasi pupil mata yang sehat.

Mata sehat : langsung (+), konsesnsual (+)


Mata Sakit : Langsng (-), konsensual (+)
Swinging light test
(Alternate light testing)

untuk mengetahui fungsi saraf optik


Accomodative (Near)
Pupillary Reflex
Penderita disuruh melihat benda yang dipegang
pemeriksa dan disuruh mengikuti gerak benda tersebut
dimana benda tersebut digerakkan pemeriksa menuju
bagian tengah dari kedua mata penderita. Maka
reflektoris pupil akan kontriksi.

Reflek cahaya dan akomodasi penting untuk melihat


pupil Argyl Robetson dimana reflek cahayanya negatif
namun reflek akomodasi positif.
PATOLOGI PUPIL
Kelainan pada pupil umumnya dilihat dari
ukuran pupil, dapat dibagi menjadi pupil
kecil,pupil asimetris, dan pupil besar13.
ANISOKORIA

• Adalah ukuran pupil yang asimetris (selisih


ukuran pupil antara mata kiri dan kanan >
1 mm)2.
• Lesi pada jaras aferen  Isokor
• Lesi pada jaras eferen, iris, atau otot-otot
pupil6.  Anisokor
• Apabila reflek cahaya buruk pada satu
pupil,dan anisokor lebih jelas terlihat saat
ada cahaya terang maka pupil yang
abnormal akan terlihat lebih lebar.
• Apabila reflek cahaya baik pada kedua
pupil tetapi dilatasinya buruk saat cahaya
diredupkan (pupil lebih anisokor saat
cahaya diredupkan) maka pupil yang
abnormal terlihat lebih kecil19.
• a. Sindrom Horner pada mata kanan (Miosis
unilateral) ; b. Midrasis bilateral dengan
pemberian paredrine 1%
(hydroxyamphetamine) dikedua mata6
Defek pupil aferen (Pupillary
afferent defect)
• Apabila terdapat suatu lesi di nervus
optikus maka jika mata yang sakit diberi
rangsangan cahaya maka respon pupil
terhadap reflek cahaya (baik reflek
langsung maupun reflek konsensual)
lemah dibandingkan dengan saat mata
normal dirangsang. Fenomena ini disebut
defek pupil aferen relatif (Relative Afferent
Pupillary Defect / RAPD atau sering
dikenal dengan Marcus-Gunn pupil)
RAPD
PENYEBAB :
• lesi yang
inkomplit
(incomplete
lesion) pada
nervus optikus
atau beberapa
penyakit retina
Pemeriksaan
RAPD 
SWINGING
TEST
AAPD
PENYEBAB : lesi disepanjang
nervus optikus (complete
lesion), ditandai dengan :
• Kedua mata yang terkena
benar-benar buta/Amaurotik
(tidak ada refleks cahaya)
• Ukuran kedua pupil sama.
• Ketika salah satu mata yang
abnormal diberi rangsangan
cahaya, mata yang sebelahnya
juga tidak memberikan reaksi,
tetapi jika mata normal yang
diberi rangsangan cahaya
maka kedua pupil memberikan
reaksi.
• Reflek melihat dekat bereaksi
normal pada kedua mata
• Defek pupil aferen tetap dapat diketahui bila
satu pupil tidak terlihat ( misalnya akibat
penyakit kornea, atau akibat kerusakan
struktural atau kerusakan pada persarafan,
misalnya kelumpuhan nervus III) dengan
memeriksa pupil yang normal17 karena lesi di
jaras aferen menyebabkan pupil tetap
isokor6, sehingga walaupun hanya satu pupil
yang bisa dievaluasi, pemeriksa tetap dapat
melihat reflek yang dihasilkan dari pupil yang
normal tersebut.
Pupillary light - near diassociation

• Dalam kondisi ini respon pupil terhadap reflek


cahaya sangat lambat bahkan tidak ada
respon
• respon terhadap rangsangan melihat dekat
(Near reflex / acomodation test) normal13
• Terjadi pada beberapa sindroma seperti
parinaud’s syndorme, neurosifilis atau argyll
robertson pupil, Holmes-adie pupil,pada
pasien dengan miotonik distrofi, dan pada
pasien diabetes yang mengalami neuropati
pupil.
Dorsal midbrain atau parinaud’s
syndorme
• Penyebab : lesi ( Pinealoma,
cranipharyngioma) yang menekan sabut-
sabut saraf yang mengatur reflek cahaya
pada pupil.
• Tanda : Pupil lebar dan eksentrik, tidak
dapat menatap keatas (absence of upgaze),
retraksi palpebra superior, nistagmus
konvergensi yang ditandai dengan gerakan
konvergensi yang cepat dan retraksi kedua
mata saat penderita diminta untuk mencoba
menatap ke atas13
• a. Pada cahaya redup kedua pupil kecil dan mungkin
ireguler;
• b. Tidak ada respon pada kedua pupil saat ada rangsangan
cahaya;
• c. Pada reflek melihat dekat (acomodation test-near reflex)
kedua pupil konstriksi
• d. Tidak ada respon pada kedua pupil saat pemberian tetes
pilocarpin 0.1% pada kedua mata.
Pupil tonik (The Adie’s tonic
pupil)
• Penyebab : kerusakan pada ganglion ciliare atau
pada nervus ciliaris brevis.
• benign, terjadi pada wanita muda. Kelainan ini
biasanya berhubungan dengan hilangnya refleks
tendon dalam (Adie’s syndrome)17.
• Pada Adie’s syndrome tidak ditemukan refleks
cahaya, rangsangan dekat (near reflex) sangat
lambat dan tonik.
• Pupil yang sakit akan lebih lebar (anisokor), biasanya
unilateral.
• Pupil yang terkena Adie’s syndrome akan konstriksi
dengan tetes pilocarpin lemah 0,125%, dimana ini
tidak terjadi pada pupil yang normal7
• Pupil Adie tonik pada mata kanan a. Pupil mata kanan lebih
lebar dan reguler; b. Reflek cahaya langsung tidak ada atau
lambat pada pupil mata kanan; c. Reflek konsensual lambat
atau tidak ada pada pupil mata kanan ; d. Berkurangnya
reflek tendon dalam (deep tendon reflex)
Penyebab pupillary light-near
dissociation6
Horner’s syndrome

• Disebabkan oleh suatu lesi di jaras simpatis


• Bagian sentral : berjalan dari hipotalamus
posterior melalui batang otak ke korda
spinalis bagian atas (C8-T2)
• Bagian Pre-ganglion : keluar dari korda
spinalis dan bersinaps di ganglion servikalis
(stelata) superior
• Bagian Pasca-ganglion : dari ganglion
servikalis superior melalui pleksus karotikus
dan divisi oftalmikus nervus trigeminus yang
masuk kedalam orbita.
Penyebab Sindroma Horner
• Tanda :
– Miosis unilateral
– ptosis parsial
– enoftalmus karena celah mata yang menyempit,
– tidak adanya keringat di wajah dan leher
ipsilateral. Wajah berkeringat normal pada lesi
pascaganglion karena serat-serat pascaganglion
ke wajah untuk pengeluaran keringat mengikuti
arteri karotis eksterna dan bukannya arteri karotis
interna.
• Kelumpuhan otot dilator iris menyebabkan
miosis, yang tampak lebih jelas saat cahaya
redup.
• Pematangan melanosit di iris seorang bayi
tergantung pada persarafan simpatis, dengan
demikian bila terdapat lesi kongenital, iris jadi
kurang berpigmen (tampak lebih biru).
• Kelumpuhan otot muller menimbulkan
proptosis.
• Sindrom Horner a. Mata kanan ; b.
Heterochromia iridis dengan sindroma
kongenital Horner mata kiri pada anak6
Sekian Dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai