PEMBIMBING
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA
TAHUN 2017
LEMBAR PENGESAHAN
RESPONSI
1
RESPONSI ILMU BEDAH ORTHOPEDI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. T
Umur : 80 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta :
II. ANAMNESA
1. Keluhan Utama :
Nyeri pada paha kanan
2. Keluhan tambahan :
Bengkak pada paha kanan
2
3. Riwayat Penyakit Sekarang (Autoanamnesa)
Pasien datang ke IGD RSUD Dr. M. Soewandhie Surabaya
pada hari Sabtu, 9 September 2017 dengan keluhan nyeri pada paha
kanan. Nyeri tersebut dirasakan oleh pasien sejak 1 hari yang lalu (8
September 2017) setelah pasien jatuh ketika hendak duduk di tempat
tidur dengan posisi miring ke kanan.
6. Riwayat Alergi : -
3
Status Generalis
Kepala/Leher
Anemia (-)
Icterus (-)
Sianosis (-)
Dyspnea (-)
Thorax
Pulmo
Perkusi :Sonor/sonor
Cor
4
Abdomen
Status Lokalis
Regio femur dextra
Look : Jejas (-)
Perlukaan (-)
Edema (+)
Rotasi (-)
Deformitas (+)
Feel : Hangat
Nyeri tekan pada 1/3 proksimal femur dextra
Sensitabilitas normal
Pulsasi arteri dorsalis pedis teraba
CRT < 2 detik
Akral Hangat, kering, kemerahan
Pemeriksaan krepitasi tidak dilakukan karena nyeri
Pengukuran : True Leg Length Dextra : 93cm
True Leg Length Sinistra : 95cm
Apparent Leg Length Dextra : 100cm
Apparent Leg Length Sinistra : 102cm
Anatomical Leg Length Dextra : 89cm
Anatomical Leg Length Sinistra : 91cm
Length Leg Discrepency : 2cm
5
Movement : ROM aktif dan pasif terbatas karena nyeri
6
IV. RESUME
1. Anamnesa
- Nyeri dan pada paha kanan
2. Pemeriksaan Fisik
Status generalis : dalam batas normal.
Status lokalis : Regio femoris Dextra
Feel: Hangat
Nyeri tekan pada 1/3 proksimal femur dextra
Sensitabilitas normal
Pulsasi arteri dorsalis pedis teraba
CRT < 2 detik
Akral Hangat, kering, kemerahan
Pemeriksaan krepitasi tidak dilakukan karena nyeri
Pengukuran : True Leg Length Dextra : 94cm
True Leg Length Sinistra : 96cm
Movement:
ROM aktif dan pasif terbatas karena nyeri
V. DIAGNOSA
Dx klinis: Close fraktur femuris dextra
Dx Radiologi: CF Femur Dextra 1/3 proksimal
VI. PENATALAKSANAAN
1. Planning Diagnosis
Radiologi
Foto rontgen regio femoris dextra AP Lateral
7
Foto rontgen regio pelvis
8
Foto Rontgen regio pelvis
2. Planning Terapi
o Non medikamentosa
Dilakukan pemasangan skin traksi beban 5 kg
o Medikamentosa
Inf. Asering 1000 cc/24 jam
Inj. Ranitidin 2x1 ampul
Inj. Santagesik 3x1 ampul
Pemasangan kateter
o Operatif
Dilakukan Open Reduction Internal Fixation (ORIF) Elektif
3. Monitoring
o Tanda-tanda vital
o Mengawasi NVD
o Foto rontgen femur dextra AP/Lat postop
o Proses penyembuhan fraktur dan luka operasi
4. Edukasi
o Edukasi pasien mengenai penyakitnya
o Edukasi mengenai terapi yang dilakukan
9
VII. PROGNOSIS
Baik
10
Bab II
TINJAUAN PUSTAKA
11
Permukaan anterior condyles dihubungkan oleh permukaan sendi untuk
patella. Kedua condyles ikut membentuk articulation genu. Di atas
condyles terdapat epicondylus lateralis dan medialis.
12
2.2 Fraktur
13
Gbr 2.2 incomplete fraktrure
2. Oblik yaitu garis patah tulang melintang sumbu tulang (<80 atau
100 dari sumbu tulang)
4. Spiral yaitu garis patah tulang berada di dua bidang atau lebih
14
Berdasarkan hubungan antar fragmen fraktur :
c. Rotated (memutar)
15
Bedasarkan ada tidaknya hubungan antara tulang yang fraktur
dengan dunia luar, fraktur dapat dibagi menjadi 2 yaitu fraktur tertutup
dan fraktur terbuka. Fraktur tertutup apabila kulit masih di atas tulang
yang fraktur. Apabila kulit di atas tulang yang fraktur tertembus dan
terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan dunia
luar maka disebut fraktur terbuka sehingga memungkinkan kuman dari
luar dapat masuk ke dalam luka sampai ke tulang yang patah dan
cenderung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi. 1
16
Patah dapat terjadi pada tulang sama seprti pada besi atau
material lainnya, karena beban yang berulang. Hal ini plaing
terjadi pada tibia dan fibula atau metatarsal, khususnya pada
atlet, penari ataupun tentara yang berjalan kaki jauh.
3) Fraktur patologis
1. Fraktur komplet
2. Fraktur inkomplet
3. Fraktur Physeal
17
2.2.6 Proses Penyembuhan Tulang
c. Pembentukan callus
18
menurun dan akhirnya fragmen fraktur bersatu
kembali. Keseluruhan proses ini diinduksi oleh protein,
termasuk fibroblast growth factor, transforming growth
factor, dan bone morphogenic protein.
d. Konsolidasi
e. Remodeling
19
2. Penyembuhan tanpa callus
20
Pedoman waktu penyembuhan tulang 2
Terapi bukan saja ditentukan oleh jenis fraktur tetapi juga oleh
keadaan jaringan lunak sekitarnya. Tscherne (1984) telah menyediakan
klasifikasi cedera tertutup : tingkat 0 adalah fraktur dengan sedikit atau
tanpa cedera jaringan lunak, tingkat 1 adalah fraktur dengan abrasi
dangkal atau memar pada kulit dan jaringan subkutan, tingkat 2 adalah
fraktur yang lebih berat dengan kontusio lunak bagian dalam dan
pembengkakan dan tingkat 3 adalah cedera berat dengan kerusakan
jaringan lunak yang nyata dan ancaman sindroma kompartemen. 2
2.2.8.1 Reduksi
21
1. Reduksi Tertutup
Cara ini efektif bila periosteum dan otot sisi fraktur tetap utuh,
pengikatan jaringan lunak mencegah over reduksi dan
menstabilkan fraktur setelah reduksi. Pada reduksi tertutup
dapat digunakan teknik : immobilisasi dengan gips, traksi atau
dengan pemasangan K-wire percutaneous.
2. Reduksi Terbuka
Indikasinya : 2
22
trephine (pin smith Peterson), plate dan screw smith
Peterson, pin plate teleskopik, pin jewett dan protesis.
Indikasi :
o Fraktur terbuka
23
fiksasi eksterrna dengan jenis-jenis lain misalnya menurut AO
atau inovasi dengan mempergunakan Screw Schanz.
Indikasi :
24
2.2.9 Fraktur Femur
Klasifikasi
a) Hubungan terhadap kapsul
Ekstrakapsul
intrakapsul
b) Sesuai lokasi
Sub-kapital
Trans-servikal
Basal
c) Radiologis
1) Berdasarkan keadaan fraktur
Tidak ada pergeseran fraktur
Fragmen distal, rotasi eksterna, abduksi dan
dapat bergeser ke proksimal
Fraktur impaksi
2) Menurut Garden
Tingkat I: Fraktur impaksi yang tidak total
25
Tingkat II: fraktur total yang tidak bergeser
Tingkat III: Fraktur total disertai sedikit pergeseran
Tingkat IV: Fraktur disertai dengan pergeseran yang
hebat
3) Menurut Pauwel
Berdasarkan atas sudut inklinasi leher femur
Tipe I: Fraktur dengan garis fraktur 30 derajat
Tipe II: Fraktur dengan garis fraktur 50 derajat
Tipe III: Fraktur dengan garis fraktur 70 derajat6
Patologi
Caput femur mendapat aliran dari tiga sumber:
a. Pembuluh darah intrameduler di dalam leher femur
b. Pembuluh darah servikal asendens dalam retinakulum
kapsul sendi
c. Pembuluh darah dari ligamen yang berputar
26
Pada saat terjadi fraktur, bila terjadi pergeseran
fragmen dapat selalu menyebabkan robekan pada
pembuluh darah intramedular dan retinakulum.
Fraktur intraservikal adalah fraktur yang selalu bersifat
intrakapsuler yang mempunyai kapasitas sangat
rendah dalam penyembuhan karena adanya kerusakan
pembuluh darah, periosteum yang rapuh serta
hambatan dari cairan sinovia.
Gambaran Klinis
Riwayat jatuh dari ketinggian disertai nyeri daerah
panggul terutama pada daerah inguinal depan. Nyeri
dan pemendekan anggota gerak bawah dalam posisi
rotasi lateral.
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologi bertujuan menentukan jenis
fraktur, klasifikasi, jenis pengobatan dan prognosis. 6
Pengobatan
Konservatif dengan indikasi yang sangat
terbatas.
Operatif: hampir selalu dilakukan baik pada
dewasa muda maupun pada orang tua karena:
-Perlu reduksi yang akurat dan stabil
-Diperlukan mobilisasi yang cepat pada orang
tua untuk mencegah komplikasi
Jenis-jenis operatif:
Pasang pin
Pasang plate screw
Arthroplasti: dilakukan pada penderita umur di
atas 55 tahun berupa eksisi arthroplasti
(pseudoartritis menurut Girdlestone),
Hemiartroplasti, artroplasti total. 6
27
Komplikasi
Mekanisme Trauma
Terjadi bila penderita jatuh dengan trauma langsung pada
trokanter mayor atau pada trauma yang bersifat memuntir.
Keretakan tulang terjadi antara trokanter mayor dan minor
dimana fragmen proksimal cenderung bergeser secara varus.
Fraktur dapat bersifat kominutif terutama pada korteks bagian
posteromedial. 6
28
Klasifikasi
i. Stabil
ii. Tidak stabil (korteks bagian medial remuk dan fragmen
besar mengalami pergeseran terutama trokanter minor)
Gambaran Klinis
Pemeriksaan Radiologis
Pengobatan
29
Fraktur tanpa pergeseran dapat dilakukan terapi konservatif
dengan traksi.
Komplikasi
3. Fraktur Subtrokanter
Dapat terjadi pada setiap umur dan biasanya akibat trauma
yang hebat.
Gambaran klinis
Anggota gerak bawah dalam keadaan rotasi eksterna
memendek dan ditemukan pembengkakan pada daerah
proksimal disertai nyeri saat bergerak. 6
30
Pemeriksaan radiologis
Dapat menunjukkan fraktur yang tejadi di bawah trokanter
minor. Garis fraktur dapat bersifat transversal, oblik, spiral dan
sering kominutif. Fragmen proksimal dalam posisi fleksi dan
distal posisi adduksi dan bergeser ke proksimal. 6
Pengobatan
Reduksi terbuka dan fiksasi interna merupakan pengobatan
pilihan dengan plate dan screw. 6
Komplikasi
Yang sering ditemukan adalah nonunion dan malunion.
Komplikasi ini dapat diatasi dengan koreksi osteotomi atau
bone grafting. 6
Mekanisme trauma
Fraktur spiral terjadi apabila jatuh dengan posisi kaki melekat
erat pada dasar sambal terjadi putaran yang diteruskan pada
femur. Fraktur yang bersifat transversal dan oblik terjadi
Karena trauma langsung dan trauma angulasi.
Klasifikasi
Fraktur femur dapat bersifat tertutup atau terbuka, simple,
komunitif, fraktus Z atau segmental.
Gambaran klinis
Penderita pada umumnya dewasa muda. Ditemukan
pembengkakan dan deformitas pada tungkai atas berupa
31
rotasi eksterna dan pemendekan tungkai dan mungkin dating
dalam keadaan syok.
Pemeriksaan radiologis
Dengan foto rontgen dapat ditentukan lokalisasi dan jenis
fraktur.
Pengobatan
1. Terapi konservatif
• Traksi kulit merupakan pengobatan sementara sebelum
dilakukan terapi definitive untuk mengurangi spasme otot.
• Traksi tulang berimbang dengan bagian Pearson pada
sendi lutut. Indikasi traksi terutama fraktur yang bersifat
komunitif dan segmental.
• Menggunakan cast bracing yang dipasang setelah terjadi
union fraktur secara klinis.
2. Terapi operatif
• Pemasangan plate dan screw terutama pada fraktur
proksimal dan distal femur.
• Mempergunakan K-nail, AO-nail atau jenis lain baik
dengan operasi tertutup ataupun terbuka. Indikasi K-nail, AO-
nail terutama pada fraktur diafisis.
• Fiksasi interna terutama pada fraktur segmental, fraktur
komunitif, infected pseudoartrosis atau fraktur terbuka dengan
kerusakan jaringan lunak yang hebat.
Komplikasi
1. Komplikasi dini
• Syok, dapat terjadi perdarahan sebanyak 1-2 liter walupun
fraktur bersifat tertutup
• Emboli lemak, sering didapatkan pada penderita muda
dengan fraktur femur. Perlu dilakukan pemeriksaan gas
darah.
• Trauma pembuluh darah besar, ujung fragmen tulang
menembus jaringan lunak dan merusak arteri femoralis.
Dapat berupa kontusio saja dengan oklusi atau terpotong
sama sekali.
• Trauma saraf, trauma pada pembuluh darah akibat
tusukan fragmen dapat disertai kerusakan saraf yang dapat
32
bervariasi dari neuropraksia sampai aksonotemesis. Trauma
saraf dapat terjadi pada nervus isiadikus atau pada
cabangnya yaitu nervus tibialis dan nervus peroneus komunis.
• Trombo-emboli, penderita dengan tirah baring yang lama
misalnya ditraksi ditempat tidur, dapat mengalami komplikasi
trombo-emboli.
• Infeksi, dapat terjadi pada fraktur terbuka akibat
kontaminasi dari luka, tetapi infeksi dapat pula terjadi setelah
tindakan operasi.
2. Komplikasi lanjut
• Delayed union, fraktur femur pada orang dewasa
mengalami union dalam 4 bulan.
• Nonunion, apabila permukaan fraktur menjadi bulat dan
sklerotik dicurigai adanya nonunion dan diperlukan fiksasi
interna dan bone graft.
• Malunion, bila terjadi pergeseran kembali kedua ujung
fragmen, maka diperlukan pengamatan terus menerus selama
perawatan. Angulasi lebih sering ditemukan. Malunion juga
menyebabkan pemendekan pada tungkai sehingga diperlukan
koreksi berupa osteotomy.
• Kaku sendi lutut, setelah fraktur femur biasanya terjadi
kesulitan pergerakan pada sendi lutut. Hal ini disebabkan oleh
adanya adhesi periarticular atau adhesi intramuskuler. Hal ini
dapat dihindari apabila fisioterapi yang intensif dan sistematis
dilakukan lebih awal.
• Refraktur, terjadi apabila mobilisasi dilakukan sebelum
terbentuk union yang solid.
Mekanisme trauma
Fraktur terjadi Karena tekanan varus tau valgus disertai
kekuatan aksial dan putaran.
33
Klasifikasi
1. Tidak bergeser
2. Impaksi
3. Bergetar
4. Komunitif
Pergeseran terjadi pada fraktur oleh Karena tarikan otot
sehingga pada terapi konservatif lutut harus difleksi untuk
menghilangkan tarikan otot.
Gambaran klinis
Berdasarkan anamnesis ditemukan riwayat trauma yang
disertai pembengkakan dan deformitas pada daerah
suprakondiler. Pada pemeriksaan mungkin ditemukan adanya
krepitasi.
Pemeriksaan radiologis
Dengan pemeriksaan radilogis dapat ditentukan jenis fraktur
Pengobatan
1. Terapi konservatif
- Traksi berimbang dengan menggunaka bidai Thomas dan
penahan lutut pearson
- Cast-bracing
- Spika panggul
2. Terapi operatif
Terapi operatif dilakukan pada fraktur terbuka atau adanya
pergeseran fraktur yang tidak dapat direduksi secara
konservatif. Terapi dilakukan dengan menggunakan nail-plate
dan screw dengan macam-macam tipe yang tersedia.
Komplikasi
1. Komplikasi dini
- Penetrasi fragmen fraktur ke kulit yang menyebabkan
fraktur menjadi terbuka
- Trauma pembuluh darah besar
- Trauma saraf
2. Komplikasi lanjut
- Malunion
34
- Kekauan sendi lutut
Klasifikasi
Klasifikasin menurut Neer, Grantham, Shelton
- Tipe I : fraktur suprakondiler dan kondiler bentuk T
- Tipe IIA : fraktur suprakondiler dan kondiler dengan
sebagian metafisis (bentuk Y)
- Tipe IIB : sama seperti IIA tetapi bagian metafisis lebih
kecil
- Tipe III : fraktur suprakondiler komunitif dengan fraktur
kondiler yang tidak total
Pengobatan
1. Terapi konservatif , seperti pada fraktur suprakondiler
dengan indikasi yang sama
2. Terapi operatif, Karena fraktur ini bersifat intra-artikuler,
maka sebaiknya dilakukan terapi operatif dengan fiksasi
interna yang rigid untuk memperoleh posisi anatomis sendi
dan segera dilakukan mobilisasi.
Komplikasi
1. Trauma pembuluh darah
2. Kaku sendi
3. Osteoarthritis lutut.
35
Gambaran klinis
Terdapat trauma pada lutut disertai nyeri dan pembengkakan.
Mungkin ditemukan krepitasi dan hematrosis sendi lutut.
Pemeriksaan radiologis
Sebaiknya dilakukan foto posisi AP, lateral dan oblik untuk
melihat posisi fraktur
Pengobatan
1. Terapi konservatif, pada fraktur yang tidak bergeser dapat
dipergunakan pemasangan gips sirkuler diatas lutut
2. Terapi operatif, mempergunakan screw agar didapatkan
posisi anatomis sendi lutut dan mobilisasi dapat segera
dilakukan.
Komplikasi
1. Trauma pembuluh darah dan saraf
2. Malunion
3. Osteoarthritis
4. Kekakuan sendi lutut.
36
DAFTAR PUSTAKA
37