Pembimbing :
dr. Ratri Dianti, Sp.Rad
dr. Srie Retno Endah, Sp.Rad,M.Kes
Disusun Oleh :
1.2 Anamnesis
Dilakukan autoanamnesis
1.2.1 Keluhan utama
Nyeri pada lutut kanan sejak 3 bulan SMRS
1.2.2 Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke dokter umum dengan keluhan sejak tiga bulang yang lalu
mengalami bengkak di di belakang lutut kanan, trasa nyeri, tidak ada riwayat
trauma
1
BAB II
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Tanda Vital
Status Generalisata
Kepala : normocephal
Mata : conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
pupil bulat isokor, reflek cahaya (+/+)
Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung, mukosa tidak
hiperemis, sekret tidak ada, tidak ada deviasi
septum
2
Leher : Tidak ada deviasi trakhea, tidak ada pembesaran
Thorax
Paru-paru :
Inspeksi : Bentuk dan pergerakan pernafasan kanan-
kiri
simetris
Palpasi : Vokal fremitus simetris kanan-kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler pada seluruh
lapangan
paru, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Abdomen :
Inspeksi : Perut datar simetris.
3
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
4
Ekstremitas
Superior : Sianosis (-), oedem (-), ikterik (-)
Look
- Oedema (+)
- Hiperemis (+)
- Asimetris (-)
- Bekas luka (-)
- Luka terbuka (-)
Feel
Move
ROM : Fleksi o
Ekstensi o
5
BAB III
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada MRI di sendi genu kanan tampak lesi berupa massa yang besar di
aspek posterior masuk ke arah fossa poplitea. Setelah ditambah dengan gadolinum
tampak enhacement tetapi bukan mengindikasikan adanya cairan. Ukuran massa
tersebut 8.39 x 6.14 x 12.72 cm dan terlihat diantara otot sembrimembranosa dan
bisep femoris. Tidak tampak infiltrasi yang terlihat.
6
Gambar 1. USG pada genu kanan. Tampak massa heterogen antara
otot gastrocnemius
Gambar
Gambar 2. MRI
2. MRI dengan
denganT1WT1Wtampak massa
tampak di bagian
massa posterior
di bagian posterior
disendi genu
disendi otototot
genu gastrocnemius
gastrocnemius memanjang ke ke
memanjang proksimal tungkai
proksimal tungkai
(kiri). Tampak
(kiri). Tampak lesilesi
yang sama
yang pada
sama MRI
pada MRIT2WT2W(kanan)
(kanan)
7
Gambar 3. MRI dengan potongan aksial tampak gambaran sarcoma
(kiri). MRI setelah diberi gadolinium menunjukan lesi yang
sirkumferensial
8
3.2 Diagnosis Kerja
Soft tissue sarcoma
3.3 Diagnosis Banding
Kista Baker
Tindakan Operatif
3.5 Prognosis
a. Ad vitam:
b. Ad Functionam:
c. Ad Sanationam:
9
BAB IV
RESUME KASUS
Pasien perempuan usia 80 tahun datang ke IGD RSUD Budhi Asih dengan
keluhan utama bengkak di lutut kanan sejak 3 bulan yang lalu dengan keluhan
tambahan nyeri.
Hasil pemeriksaan laboratorium darah baik & dalam batas normal. Pada
pemeriksaaan radiologi X-ray sendi genu kanan tampak gambaran soft tissue
swelling & efusi di medio-posterior sendi genu. Pada USG sendi genu tampak lesi
berupa massa yang besar homogen di fossa poplitea diantara otot gastrocnemius
dan terdapat pemubuluh darah yang besar di regio tengah massa.. Pada MRI di
sendi genu kanan tampak lesi berupa massa yang besar di aspek posterior masuk
ke arah fossa poplitea. Terlihat diantara otot sembrimembranosa dan bisep
femoris. Tidak tampak infiltrasi yang terlihat.
10
BAB V
PEMBAHASAN KASUS
Berdasarkan keluhan utama pasien seorang perempuan berusia 80 tahun
dengan keluhan bengkak pada belakang lutut kanan, bengkak disertai rasa nyeri
dirasakan sejak 3 bulan SMRS
11
robekan pada rotator cuff. Pasien merupakan seorang petani yang pekerjaan
sehari-hari nya menanam padi, mengangkat dan memindahkan karung yang
berisikan padi, dan menyangkul. Seorang petani merupakan pekerjaan yang keras
dan memiliki risiko terjadinya robekan pada rotator cuff, apalagi pasien memiliki
kebiasaan menyangkul, mengangkat dan memindahkan karung serta menanam
padi. Cedera tingan yang berlangsung lama (kronis) pada rotator cuff paling
sering terjadi pada orang yang berulang kali melakukan gerakan overhead
(gerakan tangan diatas kepala) dalam pekerjaan maupun aktivitas. Gerakan
overhead ini dapat menyebabkan puncak dari tulang lengan atas bergesekan
dengan sebagian bahu dan tendonnya, sehingga menyobek serat-seratnya. Cedera
ringan ini dapat menyebabkan reaksi radang local atau tendinitis . Kondisi ini
akan sembuh sendirinya bila diistirahatkan dari gerakan-gerakan yang memicu
gesekan tersebut. Namun pada orangtua dengan kondisi tendon yang lemah atau
bila tetap dipaksakan melakukan aktivitas terus menerus, dapat terjadi robekan
kecil yang prosesnya dapat terus menerus berlanjt menjadi robekan besar.
Robekan Rotator cuff didefinisikan sebagai parsial(partial) atau ketebalan penuh
(full thickness). Full Thicknes Tear berarti tendonnya tidak lagi menempel pada
tulang. Dalam robekan yang traumatis terdapat avulsi dari tuberositas, atau sebuah
tendon secara medial robek dari insersi tendon, sehingga satu bagian insersi tetap
utuh. Berkaitan dengan kondisi ini , Pada status lokalis ditemukan hiperemis (+),
oedem (+), nyeri tekan (+), perabaan hangat (+), ROM terbatas, dan job test (+).
Kemudian untuk menegakkan diagnosis robekan full thickness tendon
supraspinatus sinistra, dilakukan pemeriksaan lanjutan yaitu foto rotgen bahu
sinistra, pada rontgen bahu tampak bayangan suatu massa pada bagian yang
dianggap sebagai musculus supraspinatus, ditemukan bayangan elips hampir
isointense ke epifisis lengan atas, ditemukan robekan full thickness pada tendon
supraspinatus , dan dalam tendon residual massa hampir isointense ke sumsum
tulang terlihat baik gambar yang disempurnakan T1- dan T2.
12
Dari data anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, pada
pasien ini kemudian dapat ditegakkan diagnosis robekan full thickness tendon
supraspinatus sinistra.
13
1