Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

UNUSUAL PRESENTATION OF POPLITEAL SOFT


TISSUE SARCOMA: NOT EVERY SWELLING IN THE
KNEE IS A BAKER’S CYST

Pembimbing :
dr. Ratri Dianti, Sp.Rad
dr. Srie Retno Endah, Sp.Rad,M.Kes

Disusun Oleh :

Lino Kurniawan (03013114)


Nada Salsabila Zulti (03119015)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH
PERIODE 6 JANUARI – 7 FEBRUARI 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
BAB I
STATUS PASIEN

1.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. X
Umur : 80 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat :
Agama :
Suku bangsa :
Status pernikahan :
Pekerjaan :

1.2 Anamnesis
Dilakukan autoanamnesis
1.2.1 Keluhan utama
Nyeri pada lutut kanan sejak 3 bulan SMRS
1.2.2 Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke dokter umum dengan keluhan sejak tiga bulang yang lalu
mengalami bengkak di di belakang lutut kanan, trasa nyeri, tidak ada riwayat
trauma

1.2.3 Riwayat penyakit dahulu


 Tidak ada riwayat penyakit serupa
1.2.4 Riwayat pekerjaan
Pekerjaan sehari-hari ibu rumah tangga

1.2.5 Riwayat kebiasaan


Jarang berolah raga

1
BAB II
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum

- Kesadaran : compos mentis


- Kesan : tampak sakit berat

Tanda Vital

 Tekanan darah : 130/90 mmHg


 Nadi : 98x/menit
 Pernafasan : 20x/menit
 Suhu : 36,7° C
 Saturasi Oksigen : 99 %

Status Generalisata

 Kepala : normocephal
 Mata : conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
pupil bulat isokor, reflek cahaya (+/+)
 Hidung : Tidak ada pernafasan cuping hidung, mukosa tidak
hiperemis, sekret tidak ada, tidak ada deviasi
septum

 Telinga : Simetris, tidak ada kelainan, otore (-/-)


 Mulut : Bibir tidak sianosis, gusi tidak ada perdarahan,
lidah tidak kotor,faring tidak hiperemis

2
 Leher : Tidak ada deviasi trakhea, tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid dan getah bening

 Thorax

 Paru-paru :
Inspeksi : Bentuk dan pergerakan pernafasan kanan-
kiri

simetris
Palpasi : Vokal fremitus simetris kanan-kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler pada seluruh
lapangan
paru, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

 Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba.


Perkusi : Batas kanan sela iga IV garis sternal kanan
Batas kiri sela iga V garis midklavikula kiri
Auskultasi : Bunyi jantung I – II reguler, murmur (-),
gallop (-)

 Abdomen :
Inspeksi : Perut datar simetris.

Palpasi : Hepar dan Lien tidak membesar, nyeri


tekan
epigastrium (+), nyeri Lepas (-), defans
muskuler (-)

3
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal

4
 Ekstremitas
Superior : Sianosis (-), oedem (-), ikterik (-)

Inferior : Sianosis (-), oedem (-), ikterik (-)


Status Lokalis Regio Genu Dextra

Look

- Oedema (+)
- Hiperemis (+)
- Asimetris (-)
- Bekas luka (-)
- Luka terbuka (-)

Feel

- Nyeri tekan (+)


- Perabaan hangat (+)

Move

- Terdapat keterbatasan gerak pada bahu

ROM : Fleksi o

Ekstensi o

5
BAB III
PEMERIKSAAN PENUNJANG

3.1 Pemeriksaan penunjang


Pada pemeriksaan USG, tampak lesi berupa massa yang besar dan
homogen di fossa poplitea diantara otot gastrocnemius dan terdapat pemubuluh
darah yang besar di regio tengah massa. Ukuran massa tersebut 13 x 5.5 x 4.4 cm.

Pada MRI di sendi genu kanan tampak lesi berupa massa yang besar di
aspek posterior masuk ke arah fossa poplitea. Setelah ditambah dengan gadolinum
tampak enhacement tetapi bukan mengindikasikan adanya cairan. Ukuran massa
tersebut 8.39 x 6.14 x 12.72 cm dan terlihat diantara otot sembrimembranosa dan
bisep femoris. Tidak tampak infiltrasi yang terlihat.

6
Gambar 1. USG pada genu kanan. Tampak massa heterogen antara
otot gastrocnemius

Gambar
Gambar 2. MRI
2. MRI dengan
denganT1WT1Wtampak massa
tampak di bagian
massa posterior
di bagian posterior
disendi genu
disendi otototot
genu gastrocnemius
gastrocnemius memanjang ke ke
memanjang proksimal tungkai
proksimal tungkai
(kiri). Tampak
(kiri). Tampak lesilesi
yang sama
yang pada
sama MRI
pada MRIT2WT2W(kanan)
(kanan)

7
Gambar 3. MRI dengan potongan aksial tampak gambaran sarcoma
(kiri). MRI setelah diberi gadolinium menunjukan lesi yang
sirkumferensial

8
3.2 Diagnosis Kerja
Soft tissue sarcoma
3.3 Diagnosis Banding

Kista Baker

3.4 Rencana Pengobatan

Tindakan Operatif

3.5 Prognosis

a. Ad vitam:
b. Ad Functionam:
c. Ad Sanationam:

9
BAB IV
RESUME KASUS

Pasien perempuan usia 80 tahun datang ke IGD RSUD Budhi Asih dengan
keluhan utama bengkak di lutut kanan sejak 3 bulan yang lalu dengan keluhan
tambahan nyeri.

Pada pemeriksaan fisik pasien memiliki hipertensi dengan tekanan darah


140/90, tampak edema & hiperemis di regio genu dekstr. Pada bagian yang
bengkak disertai nyeri tekan teraba hangat dengan konsistensi lunak, imobile dan
berukuran 5 cm. Pada pemeriksaan gerak pasif didapatkan keterbatasan gerak
pada genu kanan dengan range of movement fleksi 40o dan ekstensi 40o.

Hasil pemeriksaan laboratorium darah baik & dalam batas normal. Pada
pemeriksaaan radiologi X-ray sendi genu kanan tampak gambaran soft tissue
swelling & efusi di medio-posterior sendi genu. Pada USG sendi genu tampak lesi
berupa massa yang besar homogen di fossa poplitea diantara otot gastrocnemius
dan terdapat pemubuluh darah yang besar di regio tengah massa.. Pada MRI di
sendi genu kanan tampak lesi berupa massa yang besar di aspek posterior masuk
ke arah fossa poplitea. Terlihat diantara otot sembrimembranosa dan bisep
femoris. Tidak tampak infiltrasi yang terlihat.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang sudah dilakukan dapat


dibuat diagnosis kerja kista pada jaringan synovial fossa poplitea dextra (Kista
Baker) dengan diagnosis banding kista di jaringan ganglion dan soft tissue
sarcoma pada sendi genu. Rencana pengobatan pada pasien ini adalah pemberian
NSAID berupa acetaminophen 3 x 500 mg dan aspirasi kista dengan injeksi
kortikosteroid.

10
BAB V
PEMBAHASAN KASUS
Berdasarkan keluhan utama pasien seorang perempuan berusia 80 tahun
dengan keluhan bengkak pada belakang lutut kanan, bengkak disertai rasa nyeri
dirasakan sejak 3 bulan SMRS

Berdasarkan keluhan utama pasien seorang laki-laki usia 74 tahun yaitu


keluhan nyeri pada bahu kiri sejak 1 minggu SMRS, nyeri dirasakan semakin
memberat sampai mengganggu aktifitas pasien dan tidak bisa bekerja, maka pada
pasien ini dicurigai bahwa terdapat robekan full thickness tendon supraspinatus
sinistra. Pasien mengatakan nyeri sering dirasakan pada saat mengambil dompet
di saku belakang celana , menggaruk- garuk punggung dan juga nyeri bertambah
berat pada malam hari saat isitirahat. Gejala tersebut sangat khas jika terjadinya

11
robekan pada rotator cuff. Pasien merupakan seorang petani yang pekerjaan
sehari-hari nya menanam padi, mengangkat dan memindahkan karung yang
berisikan padi, dan menyangkul. Seorang petani merupakan pekerjaan yang keras
dan memiliki risiko terjadinya robekan pada rotator cuff, apalagi pasien memiliki
kebiasaan menyangkul, mengangkat dan memindahkan karung serta menanam
padi. Cedera tingan yang berlangsung lama (kronis) pada rotator cuff paling
sering terjadi pada orang yang berulang kali melakukan gerakan overhead
(gerakan tangan diatas kepala) dalam pekerjaan maupun aktivitas. Gerakan
overhead ini dapat menyebabkan puncak dari tulang lengan atas bergesekan
dengan sebagian bahu dan tendonnya, sehingga menyobek serat-seratnya. Cedera
ringan ini dapat menyebabkan reaksi radang local atau tendinitis . Kondisi ini
akan sembuh sendirinya bila diistirahatkan dari gerakan-gerakan yang memicu
gesekan tersebut. Namun pada orangtua dengan kondisi tendon yang lemah atau
bila tetap dipaksakan melakukan aktivitas terus menerus, dapat terjadi robekan
kecil yang prosesnya dapat terus menerus berlanjt menjadi robekan besar.
Robekan Rotator cuff didefinisikan sebagai parsial(partial) atau ketebalan penuh
(full thickness). Full Thicknes Tear berarti tendonnya tidak lagi menempel pada
tulang. Dalam robekan yang traumatis terdapat avulsi dari tuberositas, atau sebuah
tendon secara medial robek dari insersi tendon, sehingga satu bagian insersi tetap
utuh. Berkaitan dengan kondisi ini , Pada status lokalis ditemukan hiperemis (+),
oedem (+), nyeri tekan (+), perabaan hangat (+), ROM terbatas, dan job test (+).
Kemudian untuk menegakkan diagnosis robekan full thickness tendon
supraspinatus sinistra, dilakukan pemeriksaan lanjutan yaitu foto rotgen bahu
sinistra, pada rontgen bahu tampak bayangan suatu massa pada bagian yang
dianggap sebagai musculus supraspinatus, ditemukan bayangan elips hampir
isointense ke epifisis lengan atas, ditemukan robekan full thickness pada tendon
supraspinatus , dan dalam tendon residual massa hampir isointense ke sumsum
tulang terlihat baik gambar yang disempurnakan T1- dan T2.

12
Dari data anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, pada
pasien ini kemudian dapat ditegakkan diagnosis robekan full thickness tendon
supraspinatus sinistra.

Penatalaksanaan awal yang diberikan pada pasien ini dilakukan perbaikan


keadaan umum dengan istirahat dan batasi gerak pada area bahu yang
memperberat gejala, hindari semua aktivitas gerakan bahu yang memicu
timbulnya rasa nyeri dan memperparah kesurasakan/robekan (gerakan overhead).
Penggunaan Arm Sling, untuk mengistirahatkan dan dan melindungi bahu
sementara dari gerakan-gerakan yang mungkin memperparah robekan. Namun
tidak disarankan untuk jangka panjang karena dapat menyebabkan Frozen
Shoulder. Pemberian kompres dingin (es batu yang telah dilapisi kain atau
handuk) dianjurkan untuk mengurangi peradangan, pembengkakan dan nyeri
terutama pada proses akut. Kompres dapat dilakukan selama 15-20 menit setiap 4-
6 jam sekali, serta melakukan fisio terapi. Untuk medikamentosa diberikan obat
oral anti inflamasi non steroid (NSAID); ibuprofen atau naproxen dan diberikan
kortkosteroid (anti inflamasi). Serta dilakukan terapi operatif berupa reseksi
lokalis jaringan yang mengeras.

13
1

Anda mungkin juga menyukai