ILMU BEDAH
Pembimbing :
dr. Tanjung Arfaksad S, Sp.OT
Penyusun :
Felicia Yuwono
2009.04.0.0161
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2015
Penyusun
: Felicia Yuwono
NIM
: 2009.04.0.0161
1. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Ny. Ririn Kusmiati
Umur
: 39 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Jln. Mulyodadi Wonoayu Sidoarjo
Pekerjaan
: Wiraswasta
Status
: Menikah
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Jawa
Bangsa
: Indonesia
Tanggal&Waktu MRS: 8 Agustus 2015, pukul 07.15 WIB
2. ANAMNESA
a. Keluhan Utama
Nyeri pada kedua pergelangan tangan
b. Keluhan Tambahan
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSAL dr Ramelan Surabaya pada
tanggal 8 Agustus 2015 pukul 07.15, dengan keluhan nyeri pada ke
dua pergelangan tangannya. Nyeri tersebut dirasakan oleh pasien
setelah mengalami kecelakaan lalu lintas pada tanggal 8 agustus
2015, di jalan dekat rumahnya pada pukul 05.30 dini hari. Awalnya
pasien sedang mengendarai sepeda motor dan berboncengan
dengan anaknya, lalu didepan pasien ada sebuah truk yang berjalan
lambat, pasien ingin mendahului truk tersebut dari sebelah kanan,
waktu itu kecepatan sepeda motor pasien berkisar antara 50-60
km/jam, pasien dan anaknya menggunakan helm, belum selesai
menyalip truk, ada sepeda motor keluar dari gang dengan arah
berlawanan dan terjadilah tabrakan. Selang beberapa menit setelah
kecelakaan, pasien mengatakan nyeri pada kedua pergelangan
tangannya, pasien tidak bisa menggerakan kedua tangannya, dan
apabila tangannya disentuh atau digerakkan akan semakin terasa
nyeri. Pasien menyangkal adanya benturan di daerah kepala dan
Status Generalis
Kepala/Leher
Anemia
Icterus
Sianosis
Dyspnea
Pembesaran KGB
Pembesaran Thyiroid
Pelebaran V.Jugularis
Thorax
Normochest
Pulmo
Cor
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
:Vesikuler / Vesikuler
Wheezing
Rhonki
:S1 S2 Tunggal
Murmur
Gallop
(-)
(-)
(-)
(-)
: Flat, Simetris
: Bising usus (+) Normal
: Soepel, H/L tidak teraba
Perkusi
Ekstrimitas Atas
Akral hangat
Edema
CRT
Ekstrimitas Bawah
Akral hangat
Edema
: Timpani
(+ / +)
(- / -)
< 2dtk
(+ / +)
(- / -)
b. Status Lokalis
Regio Antebrachii 1/3 Distal Sinistra
Look : Jejas
(-)
Ekskoriasi
(-)
Perlukaan
(-)
Edema
(+)
Kemerahan
(+)
Fistel
(-)
Deformitas
(+) : Angulasi dorsal
Feel : Hangat
(+)
Nyeri tekan
(+)
Krepitasi
(sulit dievaluasi)
Sensitabilitas
normal
AVN distal
normal
CRT
<2dtk
Move : Nyeri gerak
(+)
False movement
(sulit dievaluasi)
Gerakan
(terbatas)
Kelumpuhan
(-)
Diagnosa Banding:
-
Look :
Feel :
Move:
Jejas
(-)
Ekskoriasi
Perlukaan
Edema
Kemerahan
Fistel
Deformitas
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)
(-)
Hangat
(+)
Nyeri tekan
Krepitasi
Sensitabilitas
AVN distal
CRT
(+)
(tidak dilakukan)
normal
normal
<2dtk
Nyeri gerak
(+)
False movement
Gerakan
Kelumpuhan
(sulit dievaluasi)
(terbatas)
(-)
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Foto Antebrachii Sinistra AP / Lateral :
5. DIAGNOSA
Diagnosa Pasti :
Fraktur Colles Sinistra + Closed Fraktur Processus Styloideus
Dextra
6. RESUME
Pasien wanita usia 39 tahun post kecelakaan lalu lintas dengan nyeri
pada kedua pergelangan tangan. Kedua Pergelangan tangan pasien
terasa sangat nyeri terutama apabila disentuh atau digerakan.
Pemeriksaan fisik :
a. Pemeriksaan umum : dalam batas normal
b. Status generalis
: dalam batas normal
c. Status Lokalis
Regio Antebrachii 1/3 Distal Sinistra
Look : Edema
(+)
Deformitas
(+)
: Angulasi dorsal
Feel : Hangat
(+)
Nyeri tekan
(+)
Krepitasi
(Sulit dievaluasi)
Move : Nyeri gerak
(+)
Range of Movement (terbatas)
False Movement
(Sulit dievaluasi)
1
Regio Antebrachii /3 Distal Dextra
Look : Edema
(+)
Deformitas
(-)
Feel : Hangat
(+)
Nyeri tekan
(+)
Krepitasi
(Sulit dievaluasi)
Move : Nyeri gerak
(+)
Range of Movement (terbatas)
False Movement
(Sulit dievaluasi)
malunioin, non-union)
Foto ulang AP dan lateral regio antebrachii dextra dan sinistra
post-op.
b. Planning Terapi
KONSERVATIF
Tangan kiri:
BAB I
PENDAHULUAN
Fraktur radius distal ataupun fraktur Colles adalah satu dari macam fraktur
yang biasa terjadi pada pergelangan tangan. Umumnya terjadi karena jatuh dalam
keadaan menumpu dan biasanya terjadi pada anak-anak dan lanjut usia. Bila
seseorang terjatuh dengan tangan yang menjulur, tangan akan tiba-tiba menjadi
kaku, dan kemudian menyebabkan tangan memutar dan menekan lengan bawah.
Jenis luka yang terjadi akibat keadaan ini tergantung usia penderita. Pada anakanak dan lanjut usia akan menyebabkan fraktur tulang radius.
Fraktur radius distal merupakan 15% dari seluruh kejadian fraktur pada
dewasa. Abraham Colles adalah orang yang pertama kali mendeskripsikan fraktur
radius distalis pada tahun 1814 dan sekarang dikenal dengan nama fraktur Colles.
Ini adalah fraktur yang paling sering ditemukan pada manula, insidennya yang
tinggi berhubungan dengan permulaan osteoporosis pasca menopause. Karena itu
pasien biasanya wanita yang memiliki riwayat jatuh pada tangan yang terentang.
Biasanya penderita jatuh terpeleset sedang tangan berusaha menahan badan
dalam posisi terbuka dan pronasi. Gaya akan diteruskan ke daerah metafisis radius
distal yang akan menyebabkan patah radius 1/3 distal di mana garis patah berjarak
2 cm dari permukaan persendian pergelangan tangan. Fragmen bagian distal
radius terjadi dislokasi ke arah dorsal, radial, dan supinasi. Gerakan ke arah radial
sering menyebabkan fraktur avulsi dari prosesus styloideus ulna, sedangkan
dislokasi bagian distal ke dorsal dan gerakan ke arah radial menyebabkan
subluksasi sendi radioulnar distal. Momok cedera tungkai atas adalah kekakuan,
terutama bahu tetapi kadang-kadang siku atau tangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI
Radius bagian distal bersendi dengan tulang karpus yaitu tulang lunatum
dan navikulare ke arah distal dan dengan tulang ulna bagian distal ke arah medial.
Bagian distal sendi rediokarpal diperkuat dengan simpai di sebelah volar dan
dorsal, dan ligamen radiokarpal kolateral ulnar dan radial. Antara radius dan ulna
selain terdapat ligamen dan simpai yang memperkuat hubungan tersebut, terdapat
pula diskus artikularis yang melekat dengan semacam meniskus yang berbentuk
segitiga yang melekat pada ligamen kolateral ulna. Ligamen kolateral ulna
bersama dengan meniskus homolognya dan diskus artikularis bersama ligamen
radioulnar dorsal dan volar, yang kesemuanya menghubungkan radius dan ulna,
disebut kompleks rawan fibroid triangularis (TFCC = Triangular Fibro Cartilage
Complex).
Gerakan sendi radiokarpal adalah fleksi dan ekstensinya pergelangan tangan
serta gerakan deviasi radius dan ulna. Gerakan fleksi dan ekstensi dapat mencapai
90 derajat oleh karena adanya dua sendi yang bergerak yaitu sendi radiolunatum
dan sendi lunatum-kapitatum dan sendi lain di korpus. Gerakan pada sendi
radioulnar distal adalah gerak rotasi.
2.1.2 Anatomi Ulna
Ulna adalah tulang penstabil lengan bawah yang terletak di sebelah medial
dan tulang yang lebih panjang daripada radius. Bagian ulna yang lebih besar pada
proksimal berguna untuk artikulasi dengan humerus dan caput radius. Untuk
artikulasi dengan radius, ulna memiliki proyeksi prominen, yaitu (1) olecranon,
yang terproyeksi secara proksimal dari aspek posteriornya (membentuk ujung
siku) dan berfungsi sebagai tuas untuk ekstensi siku. (2) processus coronoideus,
yang terproyeksi ke anterior. Olecranon dan processus coronoideus membentuk
dinding incisura trochlearis yang berbentuk seperti bulan sabit dan berartikulasi
dengan trochlear humerus. Artikulasi ulna dan humerus hanya menyebabkan
fleksi dan ekstensi sendi siku, meskipun abduksi dan adduksi dapat terjadi ketika
pronasi dan supinasi lengan bawah. Di bagian inferior processus coronoideus
terdapat tuberositas ulna untuk perlekatan tendon musculus brachialis.
Pada bagian lateral processus coronoideus terdapat cekungan halus dan
bulat yaitu incisura radialis, yang berhubungan dengan caput radius. Pada bagian
inferior incisura radialis pada permukaan lateral ulna terdapat crista supinator.
Antaranya dengan bagian distal processus coronoideus terdapat cekungan yaitu
fossa supinator. Bagian profundus musculus supinator melekat pada crista dan
fossa supinator. Corpus ulna berbentuk silindris dan tebal pada proksimal,
kemudian berkurang secara diameter kea rah distalnya. Pada bagian ujung distal
ulna terdapat pembesaran yaitu caput ulna dengan processus styloideus ulna. Ulna
tidak mencapai sendi pergelangan tangan sehingga tidak membentuk sendi
pergelangan tangan (radiocarpal joint).
2.1.3 Anatomi Antebrachii
Bagian antebrachii distal sering disebut pergelangan tangan, batas atasnya
kira-kira 1,5 2 inchi distal radius. Pada tempat ini ditemui bagian tulang distal
radius yang relatif lemah karena tempat persambungan antara tulang kortikal dan
tulang spongiosa dekat sendi. Dorsal radius bentuknya cembung dengan
permukaan beralur-alur untuk tempat lewatnya tendon eksentor.
Bagian volarnya cekung dan ditutupi oleh otot pronator quadratus. Sisi
lateral radius distal memanjang ke bawah membentuk prosesus styloideus radius
dengan posisi yang lebih rendah dari prosesus styloideus ulna. Bagian ini
merupakan tempat insersi otot brachialis.
Pada antebrachii distal ditemui 2 sendi yaitu sendi radioulna distal dan sendi
radiokarpalia. Kapsul sendi radioulna dan radiokarpalia melekat pada batas
permukaan sendi. Kapsul ini tipis dan lemah tapi diperkuat oleh beberapa ligamen
1.
2.
3.
4.
antara lain :
Ligamentum Carpeum volare
Ligamentum Carepum dorsale
Ligamentum Carpal dorsale dan volare
Ligamentum Collateral
2.2 FRAKTUR
2.2.1 Definisi
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang,
tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis baik bersifat total maupun parsial yang
umumnya disebabkan oleh tekanan yang berlebihan, sering diikuti oleh kerusakan
jaringan lunak dengan berbagai macam derajat, mengenai pembuluh darah, otot,
dan persarafan. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma
langsung dan tidak langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung
pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Trauma tidak langsung
apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur.
2.2.2 Etiologi
Tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya
pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat :
1. Peristiwa Trauma
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan
berlebihan. Bila terkena kekuatan langsung, tulang dapat patah pada
tempat yang terkena, jaringan lunaknya juga pasti rusak. Bila terkena
kekuatan tak langsung, tulang dapat mengalami fraktur pada tempat
yang jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu.
2. Fraktur Kelelahan atau Tekanan
Keadaan ini paling sering ditemukan pada tibia atau fibula atau
metatarsal terutama pada atlet, penari, dan calon tentara yang berjalan
dalam jarak jauh.
3. Fraktur Patologik
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah
(misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada
penyakit Paget).
Daya pemuntir menyebabkan fraktur spiral, daya angulasi menyebabkan
fraktur melintang atau oblik pendek, biasanya pada tingkat yang sama. Pada
cedera tak langsung salah satu dari fragmen tulang dapat menembus kulit, cedera
langsung akan menembus atau merobek kulit di atas fraktur. Kecelakaan sepeda
motor adalah penyebab yang paling lazim.
2.2.3 Diagnosis
Film polos tetap merupakan pemeriksaan penunjang radiologis yang utama
pada sitem skeletal. Gambar harus selalu diambil dalam dua proyeksi. Film polos
merupakan metode penilaian awal utama pada pasien dengan kecurigaan trauma
skeletal. Setiap tulang dapat mengalami fraktur walaupun beberapa diantaranya
sangat rentan.
Tanda dan gambaran khas pada fraktur adalah :
Garis fraktur
Pembengkakan jaringan lunak
Irregularis kortikal
Posisi yang dianjurkan untuk melakukan plain X-Ray adalah AP dan lateral.
Posisi ini dibutuhkan agar letak tulang radius dan ulna tidak bersilangan serta
posisi lengan bawah menghadap ke arah datangnya sinar. Sinar datang dari depan
sehingga disebut AP (antero-posterior).
2.2.4 Proses Penyembuhan Fraktur
Penyembuhan fraktur dapat terjadi melalui 2 metode yang berbeda,
yaitu dengan kalus atau tanpa kalus. 2
Penyembuhan dengan kalus
Proses perbaikan fraktur beragam sesuai dengan jenis tulang yang
terkena dan jumlah gerakan di tempat fraktur. Pada tulang tubuler, bila
tidak difiksasi yang kaku, penyembuhan terjadi dalam 5 tahap.
1. Kerusakan jaringan dan pembentukan hematoma
pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar dan di
dalam fraktur. Tulang pada permukaan fraktur, yang tidak dapat suplai
darah, akan mati sepanjang satu atau dua millimeter.
2. Radang dan proliferasi seluler
Dalam 8 jam setelah fraktur terdapat reaksi radang akut disertai
proliferasi mesenchymal stem cells dibawah periosteum dan didalam
saluran medulla yang menembus. Ujung fragmen dikelilingi oleh
jaringan sel, yang menghubungkan tempat fraktur. Hematoma yang
membeku perlahan-lahan diabsorbsi dan kapiler baru yang halus
berkembang ke dalam daerah itu.
3. Pembentukan kalus
Sel yang berproliferasi memiliki
potensi
kondrogenik
dan
osteogenik : bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai
membentuk tulang dan dalam beberapa keadaan, juga kartilago.
yang
tekanannya
tinggi:
dinding-dinding
yang
tidak
Cedera yang digambarakan oleh Abraham Colles pada tahun 1814 yaitu
fraktur melintang pada radius tepat diatas pergelangan tangan, dengan pergeseran
dorsal fragmen distal.
2.3.2 Epidemiologi2
Fraktur distal radius terutama fraktur colles lebih sering ditemukan pada
wanita, dan jarang ditemui senelum umur 50 tahun. Secara umum insidennya kirakira 8-15% dari seluruh fraktur dan diterapi di ruang gawat darurat. Dari suatu
survey epidemiologi yang dilakukan di Swedia, didapatkan angka 74.5% dari
seluruh fraktur pada lengan bawah merupakan fraktur distal radius. Umur di atas
50 tahun pria dan wanita 1 banding 5. Sebelum umur 50 tahun, insiden pada pria
dan wanita kurang lebih sama dimana fraktur Colles kurang lebih 60% dari
seluruh fraktur radius.
2.3.3 Etiologi1,2,3
Usia lanjut
Postmenopause
Massa otot rendah
Osteoporosis
Kurang gizi
Kekerasan
2.3.4 Patogenesis2,3,4
Umumnya fraktur distal radius terutama fraktur colles dapat timbul setelah
penderita terjatuh dengan tangan posisi menyangga badan. Pada saat terjatuh
sebagian energi yang timbul diserap oleh jaringan lunak dan persendian tangan,
kemudian baru diteruskan ke distal radius hingga dapat menimbulkan patah tulang
pada daerah yang lemah yaitu antara batas tulang kortikal dan tulang spongiosa.
Khusus pada fraktur Colles biasanya fragmen dapat bergeser ke dorsal,
tertarik ke proksimal dengan angulasi ke arah radial serta supinasi. Adanya fraktur
prosesus styloid ulna mungkin akibat adanya tarikan triangular fibrokartilago atau
ligamen ulnar collateral.
Berdasarkan percobaan cadaver didapatkan bahwa fraktur distal radius dapat
terjadi, jika pergelangan tangan berada dalam posisi dorsofleksi 40-900 dengan
beban gaya tarikan seberat 195 kg pada wanita dan 282 kg pada pria.
sirkulasi jaringan nekrotik dengan ditandai vasodilatasi dari plasma dan leukosit.
Tentunya hal tersebut merupakan salah satu upaya tubuh untuk melakukan proses
penyembuhan dalam perbaikan cidera. Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di
otot sehingga meningkatkan tekanan kapiler lalu menstimulasi histamin pada otot
yang iskemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstisial.
Hal tersebut menyebabkan edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung
syaraf nyeri sehingga terjadilah nyeri tekan.
2.3.6 Klasifikasi4
Ada banyak sistem klasifikasi yang digunakan pada fraktur ekstensi dari
radius distal. Namun yang paling sering digunakan adalah sistem klasifikasi oleh
Frykman. Berdasarkan sistem ini maka fraktur Colles dibedakan menjadi 4 tipe
berikut :
Tipe IA
Tipe IB
Tipe IIA
Tipe IIB
Tipe IIIA
Tipe IIIB
radiokarpal
: Fraktur radius distal yang mengenai sendi radioulnar
: Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi
Tipe IVA
radioulnar
: Fraktur radius distal yang mengenai sendi radiokarpal dan
Tipe IVB
sendi radioulnar
: Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi
radiokarpal dan radioulnar.
2.3.7 Diagnosis1,2,3,5
Diagnosis fraktur dengan fragmen terdislokasi tidak menimbulkan kesulitan.
Secara klinis dengan mudah dapat dibuat diagnosis patah tulang Colles. Bila
fraktur terjadi tanpa dislokasi fragmen patahannya, diagnosis klinis dibuat
berdasarkan tanda klinis patah tulang.
Pemeriksaan radiologik juga diperlukan untuk mengetahui derajat remuknya
fraktur kominutif dan mengetahui letak persis patahannya. Pada gambaran
radiologis dapat diklasifikasikan stabil dan instabil.
Stabil bila hanya terjadi satu garis patahan
Instabil bila patahnya kominutif
Pada keadaan tipe tersebut periosteum bagian dorsal dari radius 1/3 distal tetap
utuh. Terdapat fraktur radius melintang pada sambungan kortikokanselosa dan
prosesus stilodeus ulnar sering putus. Fragmen radius (1) bergeser dan miring ke
belakang, (2) bergeser dan miring ke radial, dan (3) terimpaksi. Kadang-kadang
fragmen distal mengalami peremukan dan kominutif yang hebat.
Gambar 2.5 a. Deformitas Garpu makan malam, b.Fraktur tidak masuk sendi, c.
Pergeseran ke belakang dan ke radial
Dalam evaluasi fraktur, beberapa hal yang perlu dipertimbangkan :
1. Apakah fraktur ini juga menyebabkan fraktur pada prosesus styloideus
ulna atau pada collum ulna?
2. Apakah melibatkan sendi radioulnar?
3. Apakah melibatkan sendi radiokarpal?
Gambar 2.6 Gambaran radiologi fraktur dan deformitas distal lengan bawah
Dinner fork deformity merupakan temuan klinis klasik radiologi pada
fraktur colles. Dislokasi dan angulasi dorsal dari fragmen distal radius
mengakibatkan suatu bentuk garis pada proyeksi lateral yang menyerupai kurva
garpu makan malam.
Fraktur tak bergeser (atau hanya sedikit sekali bergeser), fraktur dibebat
dalam slab gips yang dibalutkan sekitar dorsum lengan bawah dan
fragmen.
Angulasi normal sendi radiokarpal bervariasi mulai dari 1 sampai 23
disfikasi.
Bila kondisi ini tidak dapat segera dihadapkan pada ahli ortopedik, maka
beberapa hal berikut dapat dilakukan :
1. Lakukan tindakan dibawah anestesi regional
2. Reduksi dengan traksi manipulasi. Jari-jari ditempatkan pada chineese
finger traps dan siku dielevasi sebanyak 90 derajat dalam keadaan fleksi.
Beban seberat 8-10 pon digantungkan pada siku selama 5-10 menit atau
sampai fragmen disimpaksi.
3. Kemudian lakukan penekanan fragmen distal pada sisi volar dengan
menggunakan ibu jari, dan sisi dorsal tekanan pada segmen proksimal
menggunakan jari-jari lainnya. Bila posisi yang benar telah didapatkan,
maka beban dapat diturunkan.
4. Lengan bawah sebaiknya diimobilisasi dalam posisi supinasi atau
midposisi terhadap pergelangan tangan sebanyak 15 derajat fleksi dan
20 derajat deviasi ulna.
5. Lengan bawah sebaiknya dibalut dengan selapis Webril diikuti dengan
pemasangan anterioposterior long arms splint.
6. Lakukan pemeriksaan radiologi pasca reduksi untuk memastikan bahwa
telah tercapai posisi yang benar, dan juga pemeriksaan pada saraf
medianusnya.
Closed fracture
Reduksi
Walaupun terapi resusitasi dan keadaan umum harus diutamakan, tetapi
sebaiknya jangan menunda penangan terhadap fraktur. Karena pembengkakan
jaringan selama 12 jam membuat reduksi semakin sulit. Adapun keadaan
keadaan yang tidak membutuhkan reduksi, yaitu pada keadaan dimana hanya ada
sedikit atau tidak ada pergeseran tulang, pergeseran tidak terlalu bermakna(seperti
pada beberapa fraktur clavicula), dan ketika reduksi diramalkan tidak akan
berhasil (seperti pada fraktur kompresi pada vertebra).2
Reduksi harus bertujuan untuk aposisi yang adekuat dan garis(alignment)
normal dari fragmen tulang. Semakin besar area permukaan kontak antara
fragmen fragmen semakin baik proses penyembuhannnya. Jarak antara fragmen
merupakan penyebab umum dari union yang tertunda atau non-union. Reduksi
dapat tertutup atau terbuka.2
1. Reduksi tertutup
Manipulasi tertutup cocok untuk semua fraktur bergeser minimal, untuk
semua fraktur pada anak dan untuk fraktur yang terlihat akan stabil setelah
dilakukan reduksi. Pada fraktur yang tidak stabil terkadang dilakukan reduksi
tertutup terlebih dahulu sebelum dilakukan fiksasi mekanik. Dengan anastesi dan
relaksan otot, fraktur direduksi dengan threefold manouver : (1) Bagian distal dari
ekstremitas ditarik pada garis tulang; (2) Sebagai fragmen-fragmen yang terlepas,
mereka direposisi (dengan membalikkan arah kekuatan asal); dan (3) Penjajaran
disesuaikan ke setiap bidang. Cara ini efektif bila periosteum dan otot pada satu
sisi fraktur tetap utuh. Pengikatan jaringan lunak mencegah over reduksi dan
menstabilkan fraktur setelah direduksi.2
(Gambar 2.10. Reduksi tertutup (a) Traksi sejajar pada garis tulang (b)
Manipulasi untuk disimpaksi fragmen tulang (c) Manipulasi lanjutan untuk
menekan bagian distal fragmen ke posisi reduksi)
2. Reduksi terbuka
Reduksi bedah dengan penglihatan langsung diindikasikan untuk : (1) Bila
reduksi tertutup gagal, baik karena kesulitan dalam menahan fragmen atau karena
adanya jaringan lunak diantara fragmen-fragmen itu ; (2) Ketika ada fragmen
artikular yang besar yang perlu ditempatkan secara tepat (3) Pada fraktur avulsi
dimana fragmen terpisah oleh tarikan otot; (4) Ketika operasi dibutuhkan untuk
injuri yang berhubungan (misalnya jejas pada arteri), reduksi terbuka adalah
langkah pertama untuk fiksasi internal. 2
Retensi (Imobilisasi)
Metode metode yang digunakan untuk mempertahankan reduksi adalah
- Traksi menetap
- Pembebatan dengan gyps
- Functional bracing
- Fiksasi internal
- Fiksasi eksternal.2
1. Traksi Menetap
Traksi dilakukan pada tungkai di bagian distal dari fraktur, agar terdapat
penarikan yang terus menerus pada poros panjang tulang itu. Cara ini sangat
berguna untuk fraktur batang yang bersifat oblik atau spiral yang mudah tergeser
oleh kontraksi otot. Traksi tidak dapat menahan fraktur tetap diam, tetapi traksi
dapat menarik tulang panjang secara lurus . Dan sementara itu pasien dapat
menggerakkan sendi-sendinya dan melatih ototnya.
menetap ,yaitu :
Traksi dengan gaya gravitasi, cara ini hanya berlaku pada cedera
tungkai atas. Karena itu, bila memakai kain penggendong lengan,
berat lengan akan memberikan traksi terus-menerus pada humerus .
Untuk kenyamanan dan stabilitas, suatu U-slab atau gips bentuk U
dapat dibalutkan pada lengan yang fleksi.
Traksi Kulit, dapat menahan tarikan yang tak lebih dari 4 atau 5 kg.
Ikatan Holland atau elastoplast ditempelkan pada kulit dan
dipertahankan dengan perban elastis. Dan untuk traksi digunakan tali
atau plester.
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(Gambar 2.11 Metode traksi (a) traksi dengan gaya gravitasi (b-d) traksi kulit (e)
traksi skeletal)
2. Fraktur yang tidak stabil, fraktur yang cenderung terpisah karena tertarik
oleh otot.
3. Fraktur yang penyatuannya kurang baik dan perlahan-lahan (contoh
fraktur pada colum femur)
4. Fraktur patologis
5. Fraktur multiple
6. Fraktur pada pasien yang sulit penangannya (pasien usia lanjut dan pasien
dengan para plegia)
Tipe - tipe dari fiksasi internal
Sekrup, sangat berguna untuk memfiksasi fragmen kecil terhadap tulang
utama.
K-Wire, dimasukkan perkutan tanpa membongkar fraktur. Digunakan jika
fraktur dapat diprediksi dapat menyembuh dengan cepat.
Plates and screw, plat logam dan sekrup, digunakan untuk fraktur metafiseal
dari tulang panjang dan fraktur diafiseal pada tulang radius dan ulna.
Intramedullary nails (paku intramedularis), cocok digunakan untuk untuk
tulang panjang. Nail atau paku dimasukkan kedalam canal medularis untuk
menahan fraktur.2
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
(g)
(Gambar 2.12 (a) Sekrup tunggal interfragmen ; (b) Plat dan sekrup ; (c) Flexibel
intramedullary nail ; (d) Interlocking nail and screw ; (e) Dynamic compression
plate and screw ; (f) Simple K-Wire; (g) Tension band wiring)
Komplikasi dari fiksasi internal
Komplikasi dari fiksasi internal akibat teknik yang buruk, perlengkapan yang
buruk, atau kondisi operasi yang buruk.
-Infeksi , infeksi iatrogenik sekarang merupakan penyebab umum
osteomyelitis kronis. Logam bukan merupakan predisposisi dari infeksi,
tetapi kualitas dari jaringan pasien dan proses operasilah yang merupakan
predisposisi. Jika infeksi tidak dengan cepat diatasi dengan antibiotik IV,
implan harus diganti dengan fiksasi eksternal.
Non-union, disebabkan karena terlalu banyaknya jaringan lunak yang
hilang, kerusakan yang tidak perlu terhadap suplai pembuluh darah di
dalam fiksasi operatif dan fiksasi yang rigid dengan adanya gap atau jarak
diantara fragmen fragmen tulang
Kegagalan implan, logam merupakan subjek yang lemah, dan tidak
semestiinya diberi tekanan sampai fraktur menyatu. Pasien dengan fraktur
tibia atau femoral harus memakai crutches atau tongkat sampai ada tandatanda penyembuhan fraktur (kurang lebih 6 minggu). Nyeri pada daerah
fraktur merupakan tanda yang bahaya.
Re-fraktur atau fraktur ulang, penting untuk tidak melepas logam terlali
dini, atau tulang akan mengalami fraktur ulang. Minimal 1 tahun atau
paling tidak 18 atau 24 bulan lebih aman. Untuk beberapa minggu setelah
implan dilepas, tulang masih lemah, jadi pemberian tekanan yang kuat
harus dihindari, dengan kata lain pasien harus tetap menggunakan tongkat.
2
5. Fiksasi eksternal
Fraktur dapat dipertahankan dengan sekrup pengikat atau kawat penekan
yang melalui tulang di atas dan di bawah fraktur dan diletakkan pada suatu
kerangka luar.
Indikasi fiksasi luar adalah :
Fraktur yang disertai dengan kerusakan jaringan lunak yang hebat dimana
luka dapat dibiarkan terbuka untuk pemeriksaan, pembalutan, atau
pencangkokan kulit.
Latihan
Bertujuan untuk memulihkan fungsi, bukan saja pada bagian yang mengalami
cedera tetapi juga pada pasien secara keseluruhan. Tujuannya adalah mengurangi
edema, mempertahankan gerakan sendi , memulihkan tenaga otot dan memandu
pasien kembali ke aktivitas normal.
Cara yang dilakukan adalah melakukan peninggian pada tungkai yang fraktur.
Dan melatih otot-otot dengan melakukan gerakan - gerakan ringan
2.3.10 Komplikasi2,3
Umumnya akan selalu ada komplikasi, menurut Cooney hanya ada 2,9%
kasus yang tidak mengalami disabiliti dan gangguan fungsi. Adapun komplikasi
yang mungkin terjadi :
A. DINI
Komplikasi awal dari fraktur bisa muncul pada beberapa hari atau
beberapa minggu . Yang termasuk komplikasi awal dari fraktur adalah :
- Cidera pada organ visera, seperti paru pada fraktur iga dan ruptur
kandung kemih dan urethra pada fraktur pelvis.
- Cidera pada syaraf
- Cidera pada pembuluh darah
- Compartment Syndrome
- Haemarthrosis
- Gas gangrene
- Infeksi
- Fracture blisters
- Plaster sores dan Pressure sore
B. LANJUT
- Union yang tertunda
- Non-union
- Malunion
- Osteoarthritis
- Avascular necrosis
Pada jaringan lunak :
- Kaku sendi
- Kontraktur otot
- Ruptur tendon
- Osifikasi heterotopic
DAFTAR PUSTAKA
1. Apley, Alan Graham, Solomon. Louis. Apleys System of Orthopaedics
and Fracture, Butterworth-Heinemann
2. Dios, RR. Distal Radial Fracture
Imaging.
Access
from
www.emedicine.com
3. Nelson, David L. Distal Fractures of the Radius. Access from
www.emedicine,com
4. Hoynak. Bryan, C. Wrist Fracture in Emergency Medicine. Access from
www.emedicine.com
5. Moore, KL. Agur, AMR. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : Hipokrates.
2002
6. Sjamsuhidayat. R. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed. 2. Jakarta. EGC : 2004