Anda di halaman 1dari 36

CLOSED FRAKTUR PROKSIMAL

HUMERUS DEXTRA
dr. Elisabet Nababan
IDENTITAS
Nama : Ny. DA
Tanggal Lahir : 21/04/1973
Usia : 46 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pegawai swasta
Alamat : Jl. Apel gg. Apel dalam no.8
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
No. RM : 004851
HMRS : 24 November 2019
Tanggal pemeriksaan : 24 November 2019
Ruang Perawatan : IGD
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
Nyeri pada tangan atas sebelah
kanan dan tidak bisa
digerakkan.
Riwayat Penyakit Sekarang
 Pasien datang dengan keluhan nyeri dan tidak bisa digerakan

pada tangan kanan atas sejak ± jam 4.00 PM SMRS. Pasien


sedang mengendarai motor dengan membawa barang kira-kira 4
buah kardus yang diletakan di depan dan dibelakang tempat
duduk motor, karena beban yang terlalu berat pasien menjadi sulit
untuk membelokan kearah kanan dan kiri, dan kardus yang
berada di depan pasien menghalangi pandangan pasien untuk
mengendarai motor.
Kemudian pasien menabrak batu dan terjatuh ke arah jurang

yang berada disisi kiri pasien, setelah itu pasien di tolong oleh
orang sekitar dan di reposisi oleh salah satu warga yang
mengaku sebagai ahli tulang, karena merasa sudah lebih
baik, pasien pulang kerumah dan setibanya di rumah tangan
kanan atas pasien semakin nyeri dan tidak dapat digerakkan,
kemudian pasien dibawa ke RSUD SSMA. pusing (-) mual (-)
muntah (-) pingsan (-).
Riwayat Penyakit Sekarang

 Os disarankan melakukan pemeriksaan foto rontgen humerus

dextra karena terdapat deformitas, bengkak & nyeri hebat


pada tangan kanan atas.

 Hasil rontgen menunjukkan bahwa pasien mengalami patah

tulang tangan kanan atas dan disarankan untuk operasi.


Keluhan Penyerta Lain
 penurunan kesadaran (-)  mual (-)
 pusing (-)  muntah (-)
 perdarahan: (-)  demam (˗)
 vulnus laseratum (-)  sesak (-)
 Memar (-)  nyeri perut (-)
 nyeri pinggang (˗)
 nyeri berkemih (˗)
 gangguan miksi (˗)
 gangguan defekasi (˗)
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat alergi
• Pasien tidak pernah mengalami • Alergi Makanan : (-)
kejadian dan sakit serupa
• Alergi obat(-)
sebelumnya
• Rawat inap (˗)
• Diabetes (-) Riwayat Gaya Hidup
• Hipertensi (-) • Rokok (-)
• Penyakit Jantung (-) • Olahraga : tidak teratur
• Asma (-) • Konsumsi alkohol (-)
• Penyakit Autoimun (˗)

Riwayat penyakit keluarga Riwayat penggunaan obat


Tidak ada (-) Tidak ada (-)
 Status Generalis:
KU : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis; GCS = E4 M5 V6, Pupil Isokor
Vital Sign
Suhu : 36,8oC
Nadi : 80x/menit
Nafas : 24x/menit
TD : 110/70 mmHg
 Pemeriksaan Head To Toe:
 Kepala :Normocephali
 Mata :Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-
 Leher :Tidak ada deviasi trakhea, tidak ada
pembesaran KGB, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid. JVP 5-2 cmH2O
 Jantung :Iktus kordis tidak terlihat, tidak teraba.
Bunyi jantung 1 dan 2 normal, tidak ada murmur, tidak
ada gallop.
Paru-paru :
Inspeksi : Gerakan dada statis dan dinamis simetris, tidak ada deformitas,
tidak ada venektasi
Palpasi : Ekspansi dan fremitus kedua lapang paru simetris, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada emfisema subkutis
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, tidak ada wheezing, terdapat rhonki
basah halus di basal paru kiri
Abdomen : Abdomen supel, tidak ada nyeri tekan. Hepar, lien, dan ginjal
tidak teraba.
Kulit : Prespirasi normal, turgor kulit kembali normal
Ekstremitas : Tangan kanan deformitas(+), nyeri(+), oedem(+), tidak dapat
digerakkan, tidak ada clubbing finger.
1. Laboratorium
DARAH LENGKAP
 Leukosit : 13,03
 Eritrosit : 4,10
 Hemoglobin : 12,6
 Hematokrit : 36,50
 Trombosit: 234
INDEX ERITROSIT
 MCV : 89,1
 MCH : 30,7
 MCHC : 34,5
 RDW-CV : 12,2
HITUNG JENIS LEKOSIT
 Basofil : 0,10
 Neutrofil : 88,00
 Limfosit : 8,90
 Monosit : 2,80
 Eosinofil : 0,20
GOLONGAN DARAH+RHESUS
 Golongan darah ABO : B
 Rhesus Faktor : Positif
HEMOSTASIS
 Masa Pendarahan (BT): 2’ 00”
 Masa Pembekuan (CT): 9’ 00”
KIMIA KLINIK
Gula Darah
 Glukosa Darah Sewaktu: 154
Faal Hati
 AST (SGOT) : 18
 ALT (SGPT) : 15
Faal Ginjal
 Ureum : 12,5
 Kreatinin : 0,63
IMUNOSEROLOGI
Anti HIV
 Anti HIV Reagen 1 ONCOBROPE : Non Reaktif
Pasien datang dengan keluhan nyeri dan tidak bisa digerakan pada
tangan kanan atas sejak ± jam 4.00 PM SMRS. Pasien sedang
mengendarai motor dengan membawa barang kira-kira 4 buah kardus
yang diletakan di depan dan dibelakang tempat duduk motor, karena
beban yang terlalu berat pasien menjadi sulit untuk membelokan
kearah kanan dan kiri, dan kardus yang berada di depan pasien
menghalangi pandangan pasien untuk mengendarai motor. Kemudian
pasien menabrak batu dan terjatuh ke arah jurang yang berada disisi
kiri pasien, setelah itu pasien di tolong oleh orang sekitar dan di
reposisi oleh salah satu warga yang mengaku sebagai ahli tulang,
karena merasa sudah lebih baik, pasien pulang kerumah dan setibanya
di rumah lengan kanan atas pasien semakin nyeri dan tidak dapat
digerakkan, kemudian pasien dibawa ke RSUD SSMA. pusing (-) mual
(-) muntah (-) pingsan (-). Sebelumnya pasien tidak ada keluhan seperti
ini dan tidak ada penyakit lainya.
DIAGNOSA KERJA
 Closed fraktur humerus 1/3 proksimal dextra

TERAPI
 Posisikan pasien semifowler
 Foto Rontgen
 Konsul dr. Andika Dwiputra Djaja Sp.OT
 Isi Konsul:
 - Rawat Inap
 - Cek EKG
 - Cek DL, GDS, Ur, Cr, Anti HIV, Gol.darah, BT, CT, SGOT, SGPT,
 - IVFD RL 500cc + Inj. Tramadol 100mg + Inj. Ketorolac 30mg + Inj.
Ondancentron 4mg -> 20tpm.
 PROGNOSA
 Quo ad vitam : ad bonam
 Quo ad functionam : ad bonam
 Quo ad sanationam : ad bonam
25-11-2019 26-11-2019
S: Nyeri tangan kanan (+), S: Keluhan nyeri tangan kanan
tangan terasa kesemutan(+) O: Sadar hemodinamik stabil
O: KU: baik, CM E4 V5 M6 St lokalis deformitas shoulder dx NVD
TTV: TD: 110/80mmHg, normal
HR: 20x/menit, RR: 18x/menit, A: Close Fraktur Proksimal Humerus Dextra
Temp: 36,2 C P: Pro ORIF
A: Close Fraktur Proksimal Humerus Saran ORIF di fasilitas yang memadai
Dextra (sudarso atau antonius)
P: IVFD RL 500 cc 20tpm,
Inj.Ketorolac 30mg, Inj. Tramadol 27-11-2019
100mg, Inj. Ondancentron 8mg S: Keluhan nyeri tangan kanan
O: Sadar hemodinamik stabil
St lokalis stqa
A: Close Fraktur Proksimal Humerus
Dextra
P: Terapi ganti oral -> meloxicam 1x15mg
• Suatu kondisi DISKONTINUITAS STRUKTUR TULANG yang dapat bersifat
komplit / inkomplit.
• Fraktur terjadi akibat adanya gaya yang melebihi elastisitas tulang.
• Deskripsi Fraktur:
– Hubungan dengan jaringan sekitar (open/closed)
– Orientasi (transverse, oblique, spiral)
– Lokasi (dorsal, volar, metaphysis, diaphysis, epiphysis middle/shaft, dll)
– Nama tulang (letak tulang -> dextra/sinistra)
Anatomi Humerus dan Tampilan
Saraf di Sekitar Humerus
Di bagian posterior tengah humerus, melintas
nervus radialis yang melingkari periosteum
diafisis humerus dari proksimal ke distal dan
mudah mengalami cedera akibat patah tulang
humerus bagian tengah. Secara klinis, pada
cedera nervus radialis didapati
ketidakmampuan melakukan ekstensi
pergelangan tangan sehingga pasien tidak
mampu melakukan fleksi jari secara efektif
dan tidak dapat menggenggam.
Gambar. Nervus
Radialis dan Otot-
Otot yang
Disarafinya
Kebanyakan fraktur dapat saja terjadi
karena kegagalan tulang humerus Tekanan pada tulang dapat berupa:
menahan tekanan terutama tekanan
 Tekanan berputar yang menyebabkan
membengkok, memutar, dan tarikan.
fraktur bersifat oblik atau spiral
Trauma dapat bersifat:  Tekanan membengkok yang menyebabkan
Langsung fraktur transversal
Trauma langsung menyebabkan tekanan  Tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat
langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada menyebabkan fraktur impaksi, dislokasi,
daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya atau fraktur dislokasi
bersifat kominutif dan jaringan lunak ikut  Kompresi vertikal yang dapat
mengalami kerusakan. menyebabkan fraktur kominutif atau
memecah
Tidak langsung
 Trauma oleh karena remuk
Trauma tidak langsung terjadi apabila trauma
dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah  Trauma karena tarikan pada ligament atau
fraktur. tendon akan menarik sebagian tulang
EPIDEMIOLOGI KLASIFIKASI
Fraktur humerus dapat diklasifikasikan
 Di Amerika Serikat, fraktur diafisis
sebagai berikut:
humerus terjadi sebanyak 1,2% kasus dari
seluruh kejadian fraktur, dan fraktur 1. Fraktur Proximal Humerus
proksimal humerus terjadi sebanyak 5,7%  Pada fraktur jenis ini, insidensinya
kasus dari seluruh fraktur. Sedangkan meningkat pada usia yg lebih tua yang
kejadian fraktur distal humerus terjadi terkait dengan osteoporosis. Perbandingan
sebanyak 0,0057% kasus dari seluruh wanita dan pria adalah 2:1.
fraktur.Walaupun berdasarkan data
tersebut fraktur distal humerus merupakan  Mekanisme trauma pada orang dewasa tua
yang paling jarang terjadi. biasa dihubungkan dengan kerapuhan
tulang (osteoporosis). Pada pasien dewasa
muda, fraktur ini dapat terjadi karena high-
energy trauma, contohnya kecelakaan lalu
Gejala klinis pada fraktur ini adalah nyeri, lintas sepeda motor. Mekanisme yang
bengkak, nyeri tekan, nyeri pada saat jarang terjadi antara lain peningkatan
digerakkan, dan dapat teraba krepitasi. abduksi bahu, trauma langsung, kejang,
Ekimosis dapat terlihat dinding dada dan proses patologis: malignansi.
pinggang setelah terjadi cedera. Hal ini harus
dibedakan dengan cedera toraks.
FRAKTUR SHAFT HUMERUS FRAKTUR DISTAL HUMERUS
 Fraktur ini adalah fraktur yang sering  Fraktur ini jarang terjadi pada
terjadi. 60% kasus adalah fraktur sepertiga
dewasa. Kejadiannya hanya sekitar
tengah diafisis, 30% fraktur sepertiga
proximal diafisis dan 10% sepertiga distal 2% untuk semua kejadian fraktur dan
diafisis. hanya sepertiga bagian dari seluruh
 Mekanisme terjadinya trauma dapat
secara langsung maupun tidak langsung. kejadian fraktur humerus.
 Gejala klinis pada jenis fraktur ini adalah  Mekanisme cedera untuk fraktur
nyeri, bengkak, deformitas, dan dapat terjadi
pemendekan tulang pada tangan yang ini dapat terjadi karena trauma
fraktur. langsung atau trauma tidak langsung.
Pemeriksaan neurovaskuler adalah penting
dengan memperhatikan fungsi nervus
Trauma langsung contohnya adalah
radialis. Pada kasus yang sangat bengkak, apabila terjatuh atau terpeleset
pemeriksaan neurovaskuler serial
dengan posisi siku tangan menopang
diindikasikan untuk mengenali tanda-tanda
dari sindroma kompartemen. tubuh atau bisa juga karena siku
tangan terbentur atau dipukul benda
tumpul.
Trauma tidak langsung apabila jatuh dalam posisi tangan menopang
tubuh namun posisi siku dalam posisi tetap lurus. Hal ini biasa
terjadi pada orang dewasa usia pertengahan atau wanita usia tua.
Gejala klinis dari fraktur ini antara lain pada daerah siku dapat
terlihat bengkak, kemerahan, nyeri, kaku sendi dan biasanya pasien
akan mengeluhkan siku lengannya seperti akan lepas. Kemudian
dari perabaan (palpasi) terdapat nyeri tekan, krepitasi, dan
neurovaskuler dalam batas normal.
Ada beberapa hal yang menyebabkan 2. Kelainan bentuk/pembengkokan
penderita datang untuk minta pertolongan: Angulasi/rotasi/discrepancy
1. Sakit/nyeri (pemendekan/selisih panjang)
Sifat dari sakit/nyeri: Benjolan atau karena ada
Lokasi setempat/meluas/menjalar pembengkakan
Ada trauma, riwayat trauma atau tidak 3. Kekakuan/kelemahan
Sejak kapan dan apa sudah mendapat Kekakuan:
pertolongan Pada umumnya mengenai
Bagaimana sifatnya: pegal/seperti ditusuk- persendian. Apakah hanya kaku, atau
tusuk/rasa panas/ditarik-tarik, terus-menerus disertai nyeri, sehingga pergerakan
atau hanya waktu bergerak/istirahat dan terganggu?
seterusnya Kelemahan:
Apa yang memperberat/mengurangi nyeri Apakah yang dimaksud instability
Nyeri sepanjang waktu atau pada malam atau kekakuan otot
hari menurun/melemah/kelumpuhan
Apakah keluhan ini untuk pertama kali atau
sering hilang timbul
Dibagi menjadi dua yaitu 2. Pemeriksaan lokal:
(1) pemeriksaan umum (status generalisata) a. Look (inspeksi)
untuk mendapatkan gambaran umum Bandingkan dengan bagian yang sehat
(2) pemeriksaan setempat (status lokalis). Perhatikan posisi anggota gerak
1. Gambaran umum: Apakah terdapat luka pada kulit dan
Perlu menyebutkan: jaringan lunak untuk membedakan fraktur
a. Keadaan Umum (K.U): baik/buruk, yang tertutup atau terbuka
dicatat adalah tanda-tanda vital yaitu: Ekstravasasi darah subkutan dalam
Kesadaran penderita; apatis, sopor, koma, beberapa jam sampai beberapa hari
gelisah Perhatikan adanya deformitas berupa
Kesakitan angulasi, rotasi dan kependekan.
Tanda vital seperti tekanan darah, nadi, b. Feel (palpasi)
pernapasan, dan suhu Hal-hal yang perlu diperhatikan:
b. Kemudian secara sistematik diperiksa dari Temperatur setempat yang meningkat
kepala, leher, dada (toraks), perut (abdomen: Nyeri tekan, nyeri tekan yang bersifat
hepar, lien) kelenjar getah bening, serta superfisial biasanya disebabkan oleh
kelamin. kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat
c. Ekstremitas atas dan bawah serta fraktur pada tulang
punggung (tulang belakang) Krepitasi
Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal Sendi pergelangan tangan:
trauma berupa palpasi arteri radialis, arteri Pada dasarnya merupakan gerak dari radio
dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai karpalia dan posisi netral adalah pada posisi
dengan anggota gerak yang terkena. Refilling pronasi, dimana jari tengah merupakan sumbu
(pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada dari antebrachii. Diperiksa gerakan ekstensi-
bagian distal daerah trauma, temperatur kulit. fleksi dan juga radial dan ulnar deviasi.
Pengukuran tugkai terutama pada tungkai Jari tangan:
bawah untuk mengetahui adanya perbedaan Ibu jari merupakan bagian yang penting
panjang tungkai karena mempunyai gerakan aposisi terhadap
c. Move (pergerakan terutama mengenai jari-jari lainnya selain abduksi dan adduksi,
lingkup gerak) ekstensi, dan fleksi.
Perhatikan gerakan aktif dan pasif sendi. Jari-jari lainnya hampir sama, MCP (Meta
Anggota gerak atas: Carpal Phalangeal Joint) merupakan sendi
Sendi bahu pelana dan deviasi radier atau ulnar dicatat
Sendi siku tersendiri, sedangkan PIP (Proximal Inter
Gerak fleksi ekstensi adalah gerakan ulna Phalanx) dan DIP (Distal Inter Phalanx)
humeral (olecranon terhadap humerus). Gerak hanya diukur fleksi dan ekstensi.
pronasi dan supinasi adalah gerakan dari
antebrachii dan memiliki sumbu ulna; hal ini
diperiksa pada posisi siku 90˚ untuk
menghindari gerak rotasi dari sendi bahu.
Pemeriksaan Laboratorium Penatalaksanaan

Pemeriksaan laboratorium meliputi: Penatalaksanaan secara umum:


Pemeriksaan darah rutin untuk Bila terjadi trauma, dilakukan
mengenai keadaan umum, infeksi primary survey terlebih dahulu.
Sebelum penderita diangkut, pasang
akut/menahun bidai untuk mengurangi nyeri,
atas indikasi tertentu: diperlukan mencegah (bertambahnya) kerusakan
pemeriksaan kimia darah, reaksi jaringan lunak dan makin buruknya
imunologi, fungsi hati/ginjal kedudukan fraktur. Bila tidak
Pemeriksaan mikroorganisme kultur
terdapat bahan untuk bidai, maka
bila lesi di anggota gerak bagian atas
dan sensitivity test untuk sementara anggota yang sakit
dibebatkan ke badan penderita
 Pemeriksaan radiologis dilakukan  Dua anggota gerak. Pada anak-anak
dengan beberapa prinsip dua: sebaiknya dilakukan foto pada kedua
anggota gerak terutama pada fraktur
 Dua posisi proyeksi; dilakukan epifisis
sekurang-kurangnya yaitu pada antero-
posterior dan lateral  Dua trauma, pada trauma yang hebat
sering menyebabkan fraktur pada dua
 Dua sendi pada anggota gerak dan daerah tulang. Misalnya pada fraktur
tungkai harus difoto, di proximal dan kalkaneus atau femur, maka perlu
distal sendi yang mengalami fraktur dilakukan foto pada panggul dan tulang
belakang
 Dua kali dilakukan foto. Pada fraktur
tertentu misalnya fraktur tulang skafoid
foto pertama biasanya tidak jelas
sehingga biasanya diperlukan foto
berikutnya 10-14 hari kemudian.
Adapun komplikasi yang dapat terjadi:
 Kekakuan sendi bahu (ankilosis). Lesi pada n.Sirkumfleksi aksilaris
menyebabkan paralisis m.Deltoid.
 Apabila pada fraktur medial humerus disertai komplikasi cedera n.Radialis,
harus dilakukan operasi reduksi dan internal fiksasi dengan plate screw untuk
humerus disertai eksplorasi n.Radialis.
 Sindroma kompartemen yang biasa disebut dalam 5 P (Pain, Pallor,
Pulselesness, Paraesthesia, Paralysis), terjepitnya a. Brakhialis yang akan
menyebabkan nekrosis otot-otot dan saraf.
 Mal union cubiti varus (carrying angle berubah) dimana siku berbentuk O,
secara fungis baik, tapi kosmetik kurang baik. Perlu dilakukan koreksi dengan
operasi meluruskan siku dengan teknik French osteotomy.

Anda mungkin juga menyukai