Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

Fraktur radius distal adalah salah satu dari macam fraktur yang biasa
terjadi pada pergelangan tangan. Umumnya terjadi karena jatuh dalam keadaan
tangan menumpu dan biasanya terjadi pada anak-anak dan lanjut usia. Bila
seseorang jatuh dengan tangan yang menjulur, tangan akan tiba-tiba menjadi
kaku, dan kemudian menyebabkan tangan memutar dan menekan lengan bawah.
Jenis luka yang terjadi akibat keadaan ini tergantung usia penderita. Pada anak-
anak dan lanjut usia, akan menyebabkan fraktur tulang radius.1

Fraktur radius distal merupakan 15 % dari seluruh kejadian fraktur pada


dewasa. Abraham Colles adalah orang yang pertama kali mendeskripsikan fraktur
radius distalis pada tahun 1814 dan sekarang dikenal dengan nama fraktur Colles.
(Armis, 2000). Ini adalah fraktur yang paling sering ditemukan pada manula,
insidensinya yang tinggi berhubungan dengan permulaan osteoporosis pasca
menopause. Karena itu pasien biasanya wanita yang memiliki riwayat jatuh pada
tangan yang terentang.2

Biasanya penderita jatuh terpeleset sedang tangan berusaha menahan


badan dalam posisi terbuka dan pronasi. Gaya akan diteruskan ke daerah metafisis
radius distal yang akan menyebabkan patah radius 1/3 distal di mana garis patah
berjarak 2 cm dari permukaan persendian pergelangan tangan. Fragmen bagian
distal radius terjadi dislokasi ke arah dorsal, radial dan supinasi. Gerakan ke arah
radial sering menyebabkan fraktur avulsi dari prosesus styloideus ulna, sedangkan
dislokasi bagian distal ke dorsal dan gerakan ke arah radial menyebabkan
subluksasi sendi radioulnar distal.2

Fraktur colles merupakan kira-kira 8-15% dari seluruh fraktur dan 60%
dari fraktus radius. Prevalensi kejadian fraktur colles , umur atas 50 tahun wanita
lebih banyak dari pada pria (5:1), sedang umur sebelum 50 tahun wanita sama
dengan pria. Sisi kanan lebih sering dari sisi kiri. Angka kejadian rata-rata
pertahun 0,98%. Usia terbanyak dikenai adalah antara umur 50 – 59 tahun.1
BAB II

LAPORAN KASUS

I. Identitas
Nama : Tn. S
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Maros
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal masuk : 26 September 2019

II. Anamnesa
Keluhan utama : Nyeri pada pergelangan tangan sebelah kiri
Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang ke UGD RSUD Salewangang Maros
dengan keluhan nyeri pada lengan bawah kiri yang dirasakan setelah kecelakaan
lalu lintas. Pasien mengaku terlempar dari motor dan sempat tidak sadarkan diri.
Mual (-) muntah (-), nyeri kepala (-). Riwayat pingsan (+) Riwayat berobat ke
tukang urut (-). Riwayat mengonsumsi obat (-). Riwayat HT (-) dan DM (-).

Mekanisme Trauma:

Pasien mengatakan saat itu pasien dibonceng dengan kendaraan motor


yang sedikit melaju kemudian ingin melambung mobil truk dan motor yang ada
didepannya tapi mobil truk tiba-tiba belok sehingga teman pasien rem mendadak
dan menabrak motor yang ada didepannya. Pasien mengaku terlempar dari motor
dan sempat tidak sadarkan diri.

Primary Survey
Airway : - Snouring (-)
- Gurgling (-)
- Stridor (-)
- Leher tidak ada nyeri
- Airway paten, cervical dalam batas normal
Breathing : - SaO2 100%
- RR 22x/menit
- Thorax dalam batas normal
Circulation : - TD: 110/80 mmHg
- Cor dalam batas normal
Disability : GCS 15
Exposure : Suhu 36,5 oC
Lokalis: deformitas pada ekstremitas atas dextra, hematom (-),
nyeri tekan(+), bengkak(-)

Secondary Survey
Pemeriksaan fisik :
A. Status Generalis
Compos Mentis GCS E4M6V5
Gizi cukup.
B. Status Lokalis : Regio Distal Antebrachii Sinistra
• Look : Edema (-/+), kemerahan (-/-), deformitas (-/+), luka (-/-)
• Feel : Teraba hangat (-/+), Nyeri tekan (-/+)
• Move : Nyeri (-/+), Krepitasi (-/+)
ROM Elbow joint fleksi 150 ͦ dan ekstensi 0 ,ͦ Pronasi 90 ͦ dan
Supinasi 80 ͦ
ROM Wrist joint fleksi, ekstensi, adduksi dan abduksi tidak mampu
karena nyeri
• NVD : Sensibilitas baik, Pulsasi A.Radialis teraba, CRT < 2 detik
Foto Klinis

III. Pemeriksaan penunjang


Laboratorium 26 September 2019
Hemoglobin : 13,4 gr%
Eritrosit : 4,34 jt/mm3
Leukosit : 5.400 rb/mm3
Hematokrit : 40,2 %
Trombosit : 227.000 rb/mm3
CT : 7’ 30”
BT : 3’ 30”
Foto Ro” wrist joint

Foto Antebrachii Dextra AP Lateral


Kesan : Fraktur distal radius, dengan pergeseran dorsal fragmen distal

Resume

Pasien datang ke UGD RSUD Salewangang Maros dengan keluhan nyeri


pada lengan bawah kiri yang dirasakan setelah kecelakaan lalu lintas. Pasien
mengaku terlempar dari motor dan sempat tidak sadarkan diri. Mual (-) muntah
(-), nyeri kepala (-). Riwayat pingsan (+) Riwayat berobat ke tukang urut (-).
Riwayat mengonsumsi obat (-). Riwayat HT (-) dan DM (-).

Status lokalis regio distal antebrachii sinistra : Edema (+), Hematom (+),
deformitas (+), nyeri tekan (+), krepitasi (+), Wrist joint fleksi, ekstensi, adduksi
dan abduksi tidak mampu karena nyeri. Pemeriksaan penunjang foto Antebrachii
sinistra posisi AP/lateral : tampak fraktur distal radius.
Diagnosis Kerja : Neglected Closed Fracture Colles Sinistra
Planning Diagnosa
PLANNING DIAGNOSA

 IVFD RL 20 tpm
 Pre Medikasi : Imipenem 1gr/12j/IV
 Operatif: Open Reduction Internal Fixation

Laporan operasi
- Pasien dibaringkan dengan posisi supine dalam general anastesi
- Dilakukan desinfeksi dan dropping prosedur pada region antebrachii
sinistra
- Dilakukan insisi pada dorsal antebrachii dari wrist joint kearah
dorsocranial sepanjang 5 cm dan pada dorsum manus sepanjang 3cm,
diperdalam secara tajam dan tumpul sampai periosteum
- Periosteum dibuka. Identifikasi fraktur tampak kallus, kallus dibersihkan
dan dilakukan reposisi dan reduksi dengan Teknik MIPO (Minimally
Invasive Percutaneous Osteosynthesis.
- Kontrol perdarahan, cuci luka operasi dengan NaCl 0,9% hingga bersih
- Jahit luka operasi lapis demi lapis, kemudian tutup dengan kasa steril dan
elastic verban
- Operasi selesai
Lampiran Dokumentasi Operasi
BAB III
PEMBAHASAN

Diagnosa awal dilakukan dengan anamnesa pasien. Berdasarkan teori


gejala klinis pasien dengan fraktur colles berupa nyeri tekan lokal dan nyeri bila
pergelangan tangan digerakkan. Selain itu pada pasien ini juga didapatkan
kekakuan, gerakan yang bebas terbatas, dan pembengkakan di daerah yang
terkena. Selain itu anamnesa kronologis kejadian yang terjadi pada pasien, tempat
jatuh, penyebab jatuh, posisi jatuh, yang dirasakan pasien setelah jatuh juga sangat
mendukung untuk menegakkan diagnose fraktur distal radius jenis fraktur colles,
pada pasien ini jelas didapatkan posisi jatuh yang sangat mendukung yaitu posisi
tangan yang menumpu berat badan yang dapat menyebabkan fraktur pada
pergelangan tangan.
Dari anamnesis didapatkan adanya trauma yaitu kecelakaan lalu lintas
yang menyebabkan pasien mengalami fraktur radius 1/3 distal, dan langsung
dilarikan ke UG, pasien menyangkal telah berobat ke tukang urut. Berdasarkan
referensi pada tinjauan pustaka, maka kasus ini memenuhi kriteria closed fraktur
distal radius sinistra jenis colles.

Pada pemeriksaan fisis, terlihat jelas adanya nyeri pada pergerakan atau
penekanan, terbatasnya gerakan sendi pergelangan tangan dan deformitas yang
menyerupai garpu, dikenal sebagai “dinner fork deformity” (dimana bagian distal
fragmen fraktur beranjak ke arah dorsal dan radial, bagian distal ulna menonjol ke
arah volar, sementara tangan biasanya dalam posisi pronasi).
Untuk pemeriksaan penunjang pasien ini dilakukan foto rontgen wrist joint
untuk mendukung tegaknya diagnose fraktur colles dan dari hasil foto tersebut
ditemukan adanya fraktur 1/3 distal radius sinistra disertai deformitas.
Penatalaksanaan dilakukan dengan tindakan operasi Open Reduction
Internal Fixation. Fiksasi dengan plate adalah tindakan primer untuk fraktur yang
tidak stabil dari volar dan medial kolum dari distal radius. Distal radius plate
dikategorikan berdasarkan lokasi dan tipe dari plate. Prinsip dari penanganan
dengan tindakan ini adalah mengembalikan fungsi dari sendi pergelangan tangan
(wrist joint).
BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi

Menurut Abraham colles 1814, fraktur colles adalah fraktur metafisis


distal radius yang sudah mengalami osteoporosis, garis fraktur transversal,
komplit, jaraknya 2-2,5cm proximal garis sendi, bagian distal beranjak ke dorsal
dan angulasi ke radial serta fraktur avulsi dari processus styloideus ulna.1
Menurut Mansjoer (2000), fraktur colles adalah fraktur antebrachii yang
khas, fraktur metafisis distal radius dengan jarak ±2,5 cm dari permukaan sendi
distal radius, dislokasi fragmen distalnya ke arah posterior/dorsal, subluksasi
sendi radioulnar distal, avulsi prosesus stiloideus ulna.1

3.2 Epidemiologi

Fraktur distal radius terutama ‘fraktur Colles’ lebih sering ditemukan pada
wanita, dan jarang ditemui sebelum umur 50 tahun. Secara umum insidennya kira-
kira 8 – 15% dari seluruh fraktur dan diterapi di ruang gawat darurat. Dari suatu
survey epidemiologi yang dilakukan di Swedia, didapatkan angka 74,5% dari
seluruh fraktur pada lengan bawah merupakan fraktur distal radius. Umur di atas
50 tahun pria dan wanita 1 berbanding 5. Sebelum umur 50 tahun, insiden pada
pria dan wanita lebih kurang sama di mana fraktur Colles lebih kurang 60% dari
seluruh fraktur radius. Sisi kanan lebih sering dari sisi kiri. Angka kejadian rata-
rata pertahun 0,98%. Usia terbanyak dikenai adalah antara umur 50 – 59 tahun.3

3.3 Anatomi dan Biomekanik Antebrachii Distal

Bagian antebrachii distal sering disebut pergelangan tangan, batas atasnya


kira-kira 1,5 – 2 inchi distal radius. Pada tempat ini ditemui bagian tulang distal
radius yang relatif lemah karena tempat persambungan antara tulang kortikal dan
tulang spongiosa dekat sendi. Dorsal radius bentuknya cembung dengan
permukaan beralur-alur untuk tempat lewatnya tendon ekstensor. Bagian volarnya
cekung dan ditutupi oleh otot pronator quadratus. Sisi lateral radius distal
memanjang ke bawah membentuk prosesus styloideus radius dengan posisi yang
lebih rendah dari prosesus styloideus ulna. Bagian ini merupakan tempat insersi
otot brakhioradialis.3

Gambar 1. Anatomi Os Radius dan Ulna

Pada antebrachii distal ini ditemui 2 sendi yaitu sendi radioulna distal dan
sendi radiocarpalia. Kapsul sendi radioulna dan radiocarpalia melekat pada batas
permukaan sendi. Kapsul ini tipis dan lemah tapi diperkuat oleh beberapa ligamen
antara lain :
1. Ligamentum Carpeum volare (yang paling kuat).
2. Ligamentum Carpaeum dorsale.
3. Ligamentum Carpal dorsale dan volare.
4. Ligamentum Collateral.

Gambar 2. Tampak Volar dan, Gambar 3. Tampak dorsal

Anterior
a. Struktur ini berjalan superficial terhadap retinaculum musculorum
flexorum dari medial ke lateral
1) Tendo musculus flexor carpi ulnaris
2) N. Ulnaris
3) A. Ulnaris
4) Ramus cutaneus palmaris nervi ulnaris
5) Tendo musculus palmaris longus
6) Ramus cutaneus nervi medianus
b. Struktur ini berjalan di bawah retinaculum musculorum flexorum dari
medial ke lateral
1) Tendo musculus flexor digitorum superficialis
2) N. Medianus
3) Tendo musculus flexor policis longus
4) Tendo musculus flexor carpi radialis

Posterior

a. Struktur ini berjalan superficial terhadap retinaculum musculorum


extensorum dari medial ke lateral
1) Ramus cutaneus dorsalis(posterior)nervi ulnaris
2) Vena basilica
3) Vena cepalica
4) Ramus superficialis nervi radialis

b. Struktur ini berjalan di bawah retinaculum musculorum extensorum dari


medial ke lateral
1) Tendo musculus extensorum carpi ulnaris
2) Tendo musculus extensor digiti minimi
3) Tendo musculus extensor digitorum et indicis
4) Tendo musculus extensor policis longus

Gambar 3.4.3. Inervasi lengan

Gerakan Sendi Siku


Pada sendi siku terdapat dua komponen persendian yaitu antara humerus
dengan ulna dan antara ulna dengan radius yang memberikan kemungkinan
gerakan fleksi dan ekstensi serta rotasi pada lengan bawah. Gerakan fleksi dan
ekstensi bervariasi antara 0 ͦ - 150 ͦ, serta pronasi 90 ͦ dan supinasi 80 ͦ. 4
Gerakan pada pergelangan tangan
Pergelangan tangan mempunyai dua komponen utama yaitu sendi
radiokarpal (termasuk sendi interkarpal yang memungkinkan fleksi 80 ͦ, ekstensi
90 ͦ abduksi/deviasi radial 25 ͦ, adduksi/deviasi ulnar 30 ͦ dan sendi radioulnar
inferior yang memungkinkan gerakan supinasi 90 ͦ dan pronasi 90 ͦ.4

Gambar skematis dari gerakan abduksi-adduksi (A) dan fleksi-ekstensi dari


pergelangan tangan (B).

Gerakan pada jari-jari


1. Sendi karpometakarpal ibu jari terdapat lima macam gerakan yaitu
fleksi,ekstensi, abduksi, adduksi dan oposisi.4

Gambar 3.4.4 skematis pergerakan sendi ibu jari dimana secara normal dapat
ditemukan gerakan sendi karpometakarpal 15 ͦ (A), sendi metakarpofalangeal
50 ͦ (B), dan sendi interfalangeal 80 ͦ (C)
1. Sendi metakarpofalangeal
Pada sendi metakarpofalangeal ibu jari dan jari-jari terdapat gerakan fleksi
dan gerakan ekstensi sebesar 90 ͦ.4
2. Sendi interfalangeal
Pada sendi interfalangeal ibu jari dan jari-jari hanya terdapat gerakan fleksi
dan gerakan ekstensi.4

Gambar 3.4.5 Gambar Skematis dari pergerakan sendi jari-jari tangan


dimana secara normal dapat ditemukan : A.gerakan sendi
metakarpofalangeal 90 ͦ, B. sendi interfalangeal proksimal, C.sendi
interfalangeal distal 90 ͦ.

3.4 Etiologi

Fraktur Colles dapat timbul setelah penderita terjatuh dengan tangan posisi
terkadang dan meyangga badan (Appley, 1995 ; Salter, 1981). Pasien terjatuh
dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke ke
dalam (endorotasi). Tangan terbuka yang terfiksasi di tanah berputar keluar
(eksorotasi/supinasi). Pada saat terjatuh sebagian energi yang timbul diserap oleh
jaringan lunak dan persendian tangan, kemudian diteruskan ke distal radius,
hingga dapat menimbulkan patah tulang pada daerah yang lemah yaitu antara
batas tulang kortikal dan tulang spongiosa.2
3.5 Patofisiologi

Trauma yang menyebabkan fraktur di daerah pergelangan tangan biasanya


merupakan trauma langsung, yaitu jatuh pada permukaan tangan sebelah volar
atau dorsal. Jatuh pada permukaan tangan sebelah volar menyebabkan dislokasi
fragmen fraktur sebelah distal ke arah dorsal. Dislokasi ini menyebabkan bentuk
lengan bawah dan tangan bila dilihat dari samping menyerupai garpu.2

Apabila tulang hidup normal mendapat tekanan yang berlebihan, baik


secara langsung maupun tidak langsung. Kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan
tersebut mengakibatkan jaringan tidak mampu menahan kekuatan yang
mengenainya. Maka tulang menjadi patah sehingga tulang yang mengalami
fraktur akan terjadi perubahan posisi tulang, kerusakan hebat pada struktur
jaringan lunak dan jaringan disekitarnya yaitu ligament, otot, tendon, pembuluh
darah dan persyarafan yang mengelilinginya.5
Periosteum akan terkelupas dari tulang dan robek dari sisi yang
berlawanan pada tempat terjadinya trauma. Ruptur pembuluh darah didalam
fraktur, maka akan timbul nyeri. Tulang pada permukaan fraktur yang tidak
mendapat persediaan darah akan mati sepanjang satu atau dua millimeter. 5
Setelah fraktur lengkap, fragmen-fragmen biasanya akan bergeser,
sebagian oleh karena kekuatan cidera dan bisa juga gaya berat dan tarikan otot
yang melekat. Fraktur dapat tertarik dan terpisah atau dapat tumpang tindih akibat
spasme otot, sehingga terjadi pemendekkan tulang (Apley, 1995), dan akan
menimbulkan derik atau krepitasi karena adanya gesekan antara fragmen tulang
yang patah.5

Mekanisme Cedera
Mekanisme umum fraktur radius distal pada usia muda termasuk jatuh dari
ketinggian, kecelakaan kendaraan bermotor, atau cedera karena olahraga. Pada
orang tua, fraktur radius distal sering timbul dari mekanisme energi yang rendah,
seperti terjatuh pada saat berjalan, ataupun terpeleset. Mekanisme cedera yang
paling umum terjadi adalah jatuh ke tangan terulur dengan pergelangan tangan
dalam dorsofleksi. Fraktur radius distal terjadi ketika dorsofleksi pergelangan
tangan bervariasi antara 40 dan 90 derajat, dengan derajat yang lebih rendah dari
gaya yang dibutuhkan pada sudut yang lebih kecil. Impaksi pada tulang
metaphysis distal radius terhadap tulang karpal juga sering terjadi. Selain itu,
kekuatan dari mekanisme trauma juga sering mengakibatkan keterlibatan
permukaan artikular. Mekanisme dengan energi tinggi (misalnya, trauma
kendaraan/kecelakaan lalu lintas) dapat mengakibatkan pergeseran atau fraktur
yang sangat kominutif (fraktur lebih dari tiga fragmen) dan mengakibatkan sendi
wrist tidak stabil.6

Proses Penyembuhan Fraktur


Proses penyembuhan patah tulang atau fraktur adalah proses biologis
alami yang akan terjadi pada setiap fraktur, tidak peduli apa yang telah dikerjakan
dokter pada patahan tulang tersebut.
Pada permulaan akan terjadi perdarahan oleh terputusnya pembuluh darah
pada tulang dan periost. Fase ini disebut fase hematoma. Hematom ini kemudian
akan menjadi medium pertumbuhan sel jaringan fibrosis dan vaskuler hingga
hematom berubah menjadi jaringan fibrosis dengan kapiler di dalamnya. Jaringan
ini yang menyebabkan fragmen tulang saling menempel. Fase ini disebut fase
jaringan fibrosis dan jaringan yang menempelkan fragmen patahan tulang tersebut
dinamakan kalus fibrosa. Ke dalam hematom dan jaringan fibrosis ini kemudian
juga tumbuh sel jaringan mesenkim yang bersifat osteogenik. Sel ini akan
berubah menjadi sel kondroblast yang membentuk kondroid yang merupakan
bahan dasar tulang rawan, sedangkan di tempat yang jauh dari patahan tulang
yang vaskularisasinya relatif banyak, sel ini berubah menjadi osteoblast dan
membentuk osteoid yang merupakan bahan dasar tulang. Kondroid dan osteoid
ini mula-mula tidak mengandung kalsium sehingga tidak terlihat pada foto
Rontgen. Pada tahap selnajutnya terjadi penulangan atau osifikasi. Kesemuanya
ini menyebabkan kalus fibrosa berubah menjadi kalus tulang. Pada foto Rontgen,
proses ini terlihat seperti bayangan radio-opak, tetapi bayangan garis patah tulang
masih terlihat. Fase ini disebut fase penyatuan klinis. Selanjutnya, terjadi
pergantian sel tulang secara berangsur-angsur oleh sel tulang yang mengatur diri
sesuai dengan garis tekanan dan tarikan yang bekerja pada tulang.

Akhirnya sel tulang ini mengatur diri secara lamelar seperti sel tulang
normal. Kekuatan kalus ini sama dengan kekuatan tulang biasa dan fase ini
disebut fase konsolidasi.

3.6 Klasifikasi

Ada banyak sistem klasifikasi yang digunakan pada fraktur ekstensi dari
radius distal. Namun yang paling sering digunakan adalah sistem klasifikasi oleh
Frykman. Berdasarkan sistem ini maka fraktur Colles dibedakan menjadi 4 tipe
berikut : 7
Tipe IA : Fraktur radius ekstra artikuler
Tipe IB : Fraktur radius dan ulna ekstra artikuler
Tipe IIA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radiokarpal
Tipe IIB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radiokarpal
Tipe IIIA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radioulnar
Tipe IIIB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radioulnar
Tipe IVA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radiokarpal dan sendi
radioulnar
Tipe IVB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radiokarpal dan
sendi radioulnar
3.7 Manifestasi dan Evaluasi Klinis

Kita dapat mengenali fraktur ini (seperti halnya Colles jauh sebelum
radiografi diciptakan) dengan sebutan deformitas garpu makan malam, dengan
penonjolan punggung pergelangan tangan dan depresi di depan. Pada pasien
dengan sedikit deformitas mungkin hanya terdapat nyeri tekan lokal dan nyeri bila
pergelangan tangan digerakkan. Selain itu juga didapatkan kekakuan, gerakan
yang bebas terbatas, dan pembengkakan di daerah yang terkena.1
. Dapat juga berupa garden spade biasa terjadi pada smith fracture dimana
distal dari radius displaced (bergeser) kearah volar. Pergelangan tangan biasanya
juga bengkak dengan hematoma, nyeri tekan dan keterbatasan dalam melakukan
gerakan. Siku ipsilateral dan bahu juga harus diperiksa untuk cedera terkait.
Penilaian terhadap neurovaskular juga harus dilakukan, dengan perhatian khusus
pada fungsi saraf median. Gejala sindroma karpal tunnel juga kadang terjadi (13
% sampai 23 %) karena posisi paksa hiperekstensi dari pergelangan tangan,
trauma langsung dari fragmen fraktur, pembentukan hematoma, atau peningkatan
tekanan kompartemen.6

Pada saat terjadi fraktur, terjadi kerusakan korteks, pembuluh darah,


sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut yaitu terjadi
perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitar. Keadaan ini menimbulkan
hematom pada kanal medulla antara tepi tulang dibawah periostium dengan
jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Lalu terjadilah respon inflammasi akibat
sirkulasi jaringan nekrotik dengan ditandai vasodilatasi dari plasma dan leukosit.
Tentunya hal tersebut merupakan salah satu upaya tubuh untuk melakukan proses
penyembuhan dalam memperbaiki cidera, dimana tahap tersebut menunjukkan
tahap awal penyembuhan tulang. Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot,
sehingga meningkatkan tekanan kapiler, lalu menstimulasi histamin pada otot
yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial.
Hal tersebut menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan
menekan ujung syaraf nyeri, sehingga terjadilah nyeri tekan.1,3,4,8,9,10

3.8 Diagnosis

Pengkajian fokus pada fraktur Colles meliputi anamnesis yaitu terdapat


riwayat trauma dengan pembengkakan pergelangan tangan pada orang yang
berumur lebih 50 tahun. Mekanisme trauma pada fraktur Colles terjadi akibat
benturan mengenai sepanjang lengan bawah dengan posisi pergelangan tangan
berekstensi. Tulang mengalami fraktur pada sambungan kortikokanselosa dan
fragmen distal remuk ke dalam ekstensi dan pergeseran dorsal.
Pada pemeriksaaan fisis didapatkan :
- Look : Terlihat adanya suatu deformitas yang khas berbentuk garpu makan
malam. Gambaran ini terjadi karena adanya angulasi dan pergeseran ke
dorsal, deviasi radial, supinasi, dan impaksi kearah proximal.
- Feel : Adanya keluhan nyeri tekan (tenderness) dan adanya krepitasi.
- Move : Penderita tidak mampu melakukan pergerakan pada lengan bawah.
Diagnosis fraktur dengan fragmen terdislokasi tidak menimbulkan
kesulitan. Secara klinis dengan mudah dapat dibuat diagnosis patah tulang
Colles. Bila fraktur terjadi tanpa dislokasi fragmen patahannya, diagnosis
klinis dibuat berdasarkan tanda klinis patah tulang. Pemeriksaan radiologik
juga diperlukan untuk mengetahui derajat remuknya fraktur kominutif dan
mengetahui letak persis patahannya. Pada gambaran radiologis dapat
diklasifikasikan stabil dan instabil.3,8
 Stabil bila hanya terjadi satu garis patahan.
 Instabil bila patahnya kominutif dan “crushing” dari tulang
cancellous.
Pada keadaan tipe tersebut periosteum bagian dorsal dari radius 1/3 distal
tetap utuh.. Terdapat fraktur radius melintang pada sambungan
kortikokanselosa, dan prosesus stiloideus ulnar sering putus. Fragmen radius
(1) bergeser dan miring ke belakang, (2) bergeser dan miring ke radial, dan
(3) terimpaksi. Kadang-kadang fragmen distal mengalami peremukan dan
kominutif yang hebat.2
Gambar 3.4.7 (a) deformitas garpu makan malam, (b) fraktur tidak masuk
dalam sendi pergelangan tangan, (c) Pergeseran ke belakang dan ke radial

Pemeriksaan penunjang menurut Doenges (2000), adalah :7


 Pemeriksaan radiologis dilakukan untuk menentukan ada/tidaknya
dislokasi. Lihat kesegarisan antara kondilus medialis, kaput radius, dan
pertengahan radius. Contoh:
- Pemeriksaan roentgen (Anterior Posterior & Lateral)
- Arteriogram
- Scan CT/MRI
Posisi Anteroposterior dan Lateral dari wrist joint/pergelangan tangan
harus dilakukan. Bahu atau siku juga harus dievaluasi radiologi foto
pergelangan tangan kontralateral juga biasa dilakukan untuk dapat
membantu menilai sudut ulnar varians dan sudut scapholunate.
Computed tomography scan dapat membantu untuk menunjukkan tingkat
keterlibatan intraartikular.
Penilaian Radiologi normal.
• Radial Inclination : rata-rata 23 derajat (kisaran, 13-30 derajat).
• Radial Length : rata-rata 11 mm (rentang, 8 sampai 18 mm).
• Palmar (volar) tilt : rata-rata 11 sampai 12 derajat (kisaran, 0-28
derajat).6
 Pemeriksaan laboratorium (jika fraktur terbuka dan memerlukan tindakan
operasi) :
- Hitung darah lengkap
- golongan darah
- CT
- BT
- Kreatinin
 
Pada pemeriksaan foto polos daerah fraktur, dapat dilihat karakteristik gambaran
patahan fraktur ini, yaitu:

 Garis patahan yang transversal, 2 cm distal dari radius


 Prosesus styloid ulnaris biasanya avulsi
 Biasanya hanya terdapat dua fragmen patahan tulang, tapi pada keadaan
tertentu dapat terjadi banyak patahan yang dinamakan kominutif

Dapat dilihat ada dua tipe fraktur ini, yaitu :

 Stabil, yang ditandai dengan hanya terdapat 1 garis patahan transversal


 Tidak stabil, terdapat banyak garis patahan (kominutif) dan “crushing”
dari tulang cancellous

3.9 Diagnosis Banding

1. Fraktur pergelangan tangan : fraktur Smith, fraktur Geleazzi1


2.  Dislokasi sendi Wrist1

3.10 Penatalaksanaan
Semua pasien dengan radius distal fraktur umumnya selalu ditangani
dengan reposisi tertutup dan imobilisasi dengan gyps/cast, kecuali pasien dengan
open fraktur ataupun kondisi fragmen fraktur yang tidak memenuhi kriteria
acceptable. Jika fraktur stabil dan hasil reduksi baik, maka tidak diperlukan
tindakan operasi lanjutan. Jika fraktur dinilai tidak stabil, dinilai dari pergeseran
(displaced) dari fragmen setelah dilakukan tindakan reduksi tertutup, maka dapat
dipertimbangkan tindakan operatif.

Penanganan dari fraktur radius distal :

Bila di tinjau secara biomekanik saat terjadinya trauma, sisi volar dari
radius distal mengalami kompresi yang lebih besar bila di bandingkan dengan sisi
volar. Oleh karena itu, tahap awal untuk mendapatkan reduksi yang stabil yaitu
dengan cara mengoptimalisasi fiksasi pada volar cortex, pada kasus dengan
fraktur kominutif pada sisi dorsal maka hal yang penting untuk di perhatikan yaitu
reposisi secara akurat aposisi dari korteks volar nya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Terapi/pengobatan termasuk :

 Pola fraktur.
 Faktor lokal : kualitas tulang, cedera jaringan lunak, fraktur kominusi
(fraktur lebih dari 3 fragmen), Displaced (pergeseran) dari fraktur, dan
energi dari cedera .
 Pasien faktor : usia pasien fisiologis, gaya hidup, pekerjaan, dominasi
tangan, kondisi medis yang terkait, cedera terkait, dan kepatuhan.

Secara radiologi, posisi radius dikatakan acceptable/dapat diterima, jika :


1. Panjang Radial : 2 sampai 3 mm dari pergelangan tangan kontralateral .
2. Palmar tilt : tilt netral (0 derajat).
3. Intraartikular step - off : < 2 mm.
4. Radial Inclination : < kehilangan 5 derajat.

TINDAKAN NON OPERASI


Semua fraktur harus dilakukan reduksi tertutup, jika diperlukan juga. Reduksi
fraktur membantu untuk mengurangi bengkak setelah fraktur, memberikan
penghilang rasa sakit, dan mengurangi kompresi pada saraf median. Imobilisasi
cast/gyps, diindikasikan untuk :
- Nondisplaced atau patah tulang radius dengan pergeseran minimal.
- Displaced fraktur dengan pola fraktur yang stabil diharapkan dapat
sembuh dalam posisi radiologi yg acceptable/dapat diterima.
- Dapat juga digunakan blok hematom dengan menggunakan analgetik,
berupa lidocain, ataupun juga berupa sedasi.

Teknik reduksi tertutup :


- Fragmen distal pada posisi hyperekstensi.
- Traksi dilakukan untuk mengurangi pergeseran pada bagian distal terhadap
proksimal fragmen, dengan melakukan penekanan pada distal radius.
- Kemudian dilakukan pemasangan gyps (cast), dengan pergelangan tangan
dalam posisi netral dan sedikit fleksi.
- Posisi ideal lengan, durasi imobilisasi, dan cast yang digunakan, apakah
long arm cast, ataupun short arm cast, masih kontroversial, tidak ada studi
prospektif yang telah menunjukkan keunggulan satu metode di atas yang
lain.
- Fleksi pergelangan tangan yang ekstrim harus dihindari, karena
meningkatkan tekanan karpal kanal (dan kompresi saraf median) serta
kekakuan jari tangan. Fraktur yang membutuhkan pergelangan tangan
fleksi ekstrim untuk mempertahankan reduksi mungkin memerlukan
fiksasi operatif.
- Gips harus dipakai selama kurang lebih 6 minggu atau sampai sudah
terlihat proses penyembuhan dari radiologi. Pemeriksaan radiologi juga
Sering diperlukan untuk mendeteksi hilangnya reduksi.
Gambar 6. Tehnik Reduksi tertutup pada fraktur radius distal.

Indikasi Operasi:
 Cedera energi tinggi
 Kehilangan reduksi
 Artikular kominutif, step-off, atau gap
 Metaphyseal kominutif atau adanya bone loss (bagian fragmen tulang
yang hilang)
 Kehilangan dinding penopang bagian volar disertai pergeseran (displaced)
 Terganggunya posisi DRUJ (Distal Radial Ulnar Joint).

TINDAKAN OPERASI
ORIF (Fiksasi Interna dgn plate & Screw)
Fiksasi dengan plate adalah tindakan primer untuk fraktur yang tidak stabil
dari volar dan medial kolum dari distal radius. Distal radius plate dikategorikan
berdasarkan lokasi dan tipe dari plate. Lokasinya bisa dorsal medial, volar medial
dan radial styloid.
Prinsip dari penanganan radius distal adalah mengembalikan fungsi dari
sendi pergelangan tangan (wrist joint). Plate yang konvensional dapat digunakan
buttress ataupun neutralization plate, plate dengan locking screw juga kini sering
digunakan, umumnya untuk tulang yang sudah mengalami pengeroposan
(osteoporosis).
Gambar 7,8. Contoh plating pada radius distal fraktur,dan penggunaan
konvensional plate 3 dan screw

3.11 Prognosis

Bila fraktur colles menurut klasifikasi Frykman, nomor yang lebih besar
menunjukkan fase penyembuhan yang lebih rumit dan prognosa yang lebih jelek.

3.12 Komplikasi

Umumnya akan selalu ada komplikasi, komplikasi yang mungkin terjadi


pada fraktur colles:6
 Komplikasi Dini
- Kompresi/trauma a. ulnaris dan medianus
- Kerusakan tendon
- Edema post reposisi
- Redislokasi
 Komplikasi Lanjut
- Arthrodosis dan nyeri kronis
- Shoulder hand syndrome
- Defek kosmetik (penonjolan styloideus radii)
- Malunion/ non union
- Stiff hand
- Volksman ischemic contraktur
- Suddeck atropi

BAB IV

KESIMPULAN

Fraktur colles adalah fraktur metafisis distal radius yang sudah mengalami
osteoporosis, garis fraktur transversal, komplit, jaraknya 2-2,5cm proximal garis
sendi, bagian distal beranjak ke dorsal dan angulasi ke radial serta fraktur avulsi
dari processus styloideus ulna. Fraktur colles disebabkan biasanya pasien terjatuh
dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke ke
dalam (endorotasi). Tangan terbuka yang terfiksasi di tanah berputar keluar
(eksorotasi/supinasi).

Manifestasi klinik Fraktur colles terdapat : pembengkakan pada


pergelangan tangan, nyeri pada pergerakan atau penekanan, terbatasnya gerakan
sendi pergelangan tangan, deformitas yang menyerupai garpu, dikenal sebagai
“dinner fork deformity”.

Pemeriksaan penunjang menurut Doenges (2000), adalah : pemeriksaan


roentgen, Arteriogram, Scan CT/MRI dan pemeriksaan laboratorium : hitung
darah lengkap, golongan darah, CT, BT, Kreatinin.
Penatalaksanaan Fraktur colles : pada jenis fraktur yang undisplaced, dapat
dilakukan imobilisasi dengan menggunakan ”below-elbow cast”. Pada jenis
fraktur yang displaced : dilakukan reduksi tertutup, imobilisasi, atau operasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer, A, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Media


Aeculapius : Jakarta
2. Price, Sylvia. 1990. Patofisiologi dan Konsep Dasar Penyakit. EGC :
Jakarta
3. Apley. Alan Graham , Solomon. Louis. Apley's System of Orthopaedics
and Fractures. Butterworth-Heinemann
4. Rasjad, Chairuddin. 2003.Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi.Jakarta : Yarsif
Watampone.
5. Long, B.C. . 2000. Perawatan Medikal Bedah. Edisi 7. Yayasan Alumni
Pendidikan Keperawatan Pajajaran : Bandung
6. Fraktur Radius Distal (Acces on repository.usu.ac.id)
7. Stanley hoppenfeld. 2000. Treatment and rehabilitation of Fracture. USA:
Lippincott Williams & Wilkins
8. Sjamsuhidayat.R.. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed.2. Jakarta. EGC : 2004
9. Nelson. David L .Distal Fractures of the Radius. Access from
www.emedicine.com. On 28 july 2011.
10. Dios.RR. Distal Radial Fracture Imaging.. Access from
www.emedicine.com. On 28 july 2011.
11. Utami Melati, Nurul. 2016. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian neglected fracture pada pasien rumah sakit umum daerah a.
Dadi tjokrodipo bandar lampung. Jurnal Kedokteran UNILA : Lampung.

Anda mungkin juga menyukai