Anda di halaman 1dari 2

Teknik Pemeriksaan Pupil

Pemeriksaan Refleks Cahaya (Swinging Light Test)

Pemeriksaan refleks cahaya (swinging light test) bertujuan untuk memeriksa kecepatan dan
kesimetrisan kedua pupil terhadap respon cahaya. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan yang
sensitif untuk memeriksa jaras visual anterior. Kontrol bukaan pupil diatur oleh muskulus
sfingter pupillae dan dilator pupillae. Sfingter pupillae merupakan otot sirkuler yang dipersarafi
serat parasimpatis bertanggung jawab pada konstriksi / miosis pupil), sedangkan dilator pupillae
yang radial berperan untuk dilatasi / midriasis pupil dan dipersarafi serat simpatis.

Respon cahaya pada pupil melibatkan jaras aferen (nervus optikus) dan eferen (nervus
okulomotor dan simpatis). Impuls aferen dari nervus optikus melewati nukleus pretectal di
batang otak, kemudian ke Edinger-Westphal Nucleus (EWN). Di sini impuls aferen bersinaps
dan bertemu dengan impuls eferen, kemudian impuls eferen akan bersinaps di ganglion siliaris
ke muskulus siliaris.

Serat parasimpatis berasal dari nervus okulomotor yang sinaps pada ganglion siliaris sebelum
mencapai muskulus sfingter pupillae. Sedangkan persarafan simpatis berasal dari hipotalamus ke
batang otak, kemudian ke kanalis servikalis dan keluar pada level T1. Kemudian dari sini akan
naik kembali ke ganglion servikalis superior (stellate), lalu ke orbit lewat arteri karotis interna
dan cabangnya kemudian ke otot dilator pupillae di iris.
Prosedur pemeriksaan refleks cahaya (swinging light test) meliputi :

1. Inspeksi

Inspeksi pupil pertama-tama dilakukan saat istirahat dengan pencahayaan yang medium.
Inspeksi dilakukan untuk melihat warna, ukuran, lokasi, bentuk, dan kesimetrisan.
Normalnya, pupil terletak di tengah iris dengan ukuran saat istirahat berkisar antara 2-4
mm, bentuk bulat, isokor, dan reguler. Normalnya pupil berwarna hitam, namun ada
kalanya pupil berwarna putih (leukokoria).

2. Pemeriksa berdiri di samping pasien dan meminta pasien untuk melihat jauh untuk
menghindari near response
3. Penlight diayunkan melewati batang hidung dari satu pupil ke pupil sebelahnya dengan
berhenti selama kurang lebih 1 detik pada setiap pupil

Pemeriksaan ini dikatakan normal apabila kedua pupil konstriksi sebagai respon sorotan cahaya
pada pupil. Bila terdapat lesi asimetri atau unilateral pada jaras visual anterior, maka pupil akan
dilatasi saat disoroti sinar. Hal ini disebut relative afferent pupillary defect (RAPD), terjadi
karena adanya defek pada retina maupun saraf optikus.

Pemeriksaan pupil yang menunjukkan midriasis total pada kedua mata (respon cahaya negatif)
menjadi salah satu kriteria brain death. Selain itu, pada pasien dengan herniasi batang otak yang
menekan saraf kranial ke-III (okulomotorius), dapat ditemukan adanya anisokoria saat dilakukan
pemeriksaan pupil dengan disoroti cahaya.

Anda mungkin juga menyukai