I. PENDAHULUAN
Pupil merupakan lubang pada iris dan fisiologinya merupakan indikator (petunjuk)
mengenai status fungsional jaringan sekitarnya dan keadaan retina serta keadaan
struktur intrakranial. Pupil bisa melebar dan mengecil, dan mempunyai fungsi :
Ukuran pupil normal manusia bervariasi,. Diameter pupil normal pada adaptasi
gelap adalah 4,5 - 7 mm, sedangkan pada adaptasi terang adalah 2,5 – 6 mm. Pupil
yang kecil disebut miosis dengan diameter kurang dari 3 mm, dan pupil yang lebar
disebut midriasis dengan diameter 6 mm. Ukuran pupil ditentukan oleh beberapa faktor
yang meliputi umur, status emosi, tingkat kewaspadaan, tingkat iluminasi retina, jarak
melihat jauh atau dekat, dan besarnya usaha akomodasi. Pupil secara normal juga
Evaluasi respon pupil penting untuk menentukan lokasi lesi yang mengenai jaras
1
II. ANATOMI DAN FISIOLOGI PUPIL
Pupil atau biasa di sebut anak mata merupakan lubang di tengah iris yang mengatur
banyak sedikitnya cahaya yang masuk kedalam mata. Pupil anak-anak berukuran kecil
karena belum berkembangnya saraf simpatis sedangkan pupil orang dewasa berukuran
sedang dan pada orang tua, pupil mengecil akibat rasa silau yang di sebabkan oleh
Ukuran pupil normal manusia bervariasi,. Diameter pupil normal pada adaptasi gelap
adalah 4,5 - 7 mm, sedangkan pada adaptasi terang adalah 2,5 – 6 mm. Pupil yang
kecil disebut miosis dengan diameter kurang dari 3 mm, dan pupil yang lebar disebut
midriasis dengan diameter 6 mm. Perubahan diameter pupil dipengaruhi oleh aktifitas
jaras eferen serabut simpatis dan parasimpatis. Fungsi saraf simpatik adalah dilatasi
(http://droualb.faculty.mjc.edu/Course20Materials/Physiology20101/Chapter20Notes/Fall202011/chapter_1020Fall202011.htm)5
Ukuran pupil ditentukan oleh beberapa faktor yang meliputi umur, status emosi,
tingkat kewaspadaan, tingkat iluminasi retina, jarak melihat jauh atau dekat, dan
2
besarnya usaha akomodasi. Pupil secara normal juga berespon terhadap system
Salah satu fungsi pupil adalah sebagai jalan pengatur keluar masuknya cahaya ke
dalam mata. Cahaya yang masuk kedalam mata melalui pupil di teruskan ke retina.
Cahaya yang diterima pupil disaring terlebih dahulu sebelum diteruskan ke retina. Bila
cahaya yang datang menyilaukan, pupil akan menyempit sehingga pupil terlihat
mengecil dari luar. Sebaliknya, bila cahaya yang masuk kemata terlalu sedikit, maka
Bila seseorang dalam keadaan emosi, marah atau dalam keadaan senang pupl juga
akan membesar. Demikian pula untuk melihat seseorang sudah meninggal, maka dapat
dilihat dari ukuran pupil yang melebar/membesar. Kondisi pupil yang mengecil,
manandakan hati dalam keadaan sedang dan tenang (dalam keadaan normal). 3
Reaksi pupil terhadap cahaya, kemungkinan berasal dari jaras yang sama, dengan
jaras rangsang cahaya yang ditangkap oleh sel kerucut dan batang,yang
jaras pupilomotor mengikuti jaras visuosensoris melalui traktus optikus dan keluar
sebelum mencapai korpus genikulatum lateral, kemudian masuk ke batang otak melalui
3
brachium dari colliculus superior. Jaras ( neuron ) afferent tersebut kemudian
NC. Pretektal yang kemudian menuju NC Edinger westphal melalui neuron inter kalasi
Edinger wepsthal menuju ganglion slliaris ipsilateral dan bersinaps disini, kemudian
4
Jaras parasimpatetik
Jaras efferent pupil keluar dari otak tengah menuju nervus III. Jaras
efferent pupil di basis otak terletak pada permukaaan superior nervus III yang
dapat tertekan oleh aneurisma antara arteri komunikans posterior dan arteri
karotis interna atau pada kejadian hemiasi unkus. Ketika nervus III berjalan
cavernous, jaras pupil kemudian berjalan kebawah sekeliling luar saraf diantara
bagian anterior sinus kavernous dan posterior orbita, kumpulan jaras terbagi 2,
dimana jaras pupilomotor akan memasuki divisi inferior, lalu memasuki cabang
saraf untuk muskulus oblikus inferior dan akhirnya mencapai ganglion silliaris.
sfinghter papillae.4,5
Jaras simpatetik
5
kemudian bersinaps diganglion servikal superior yang terletak dekat dasar
tengkorak.
vasomotor orbita, kelenjar lakrimal, pupil dan otot mulleri mengikuti arteri
dengan jaras optic nervus trigeminal dan memasuki urbita melalui fissure
gangguan fungsi pupil itu sendiri, dan kedua, untuk mendeteksi gangguan-gangguan
system penglihatan afferent dan invervasi otonomik pada mata. Pendekatan yang
temuan. Pemeriksaan harus dilakukan dengan cara yang logis, karena sIstem pupil
merespon dengan cara yang logis juga. Tes yang tidak menghasilkan informasi yang
6
Pengujian pupil memerlukan dua cahaya yang terang (contoh ophthalmoscope tidak
langsung dan lampu senter yang terang), sebuah gauge saku untuk mengukur
diameter pupil, neutral density filters, sebuah slit lamp, larutan topical berisi 5% kokain,
Ada banyak informasi yang berguna dalam respon anatomi dan fisiologi sIstem pupil.
2. Reaksi pupil normal bisa sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak variable
(status akomodasi, emosi, kewaspadaan, dan efek obat). Perbedaan ini bisa
pupillomotor afferents tidak dipisahkan oleh mata, tetapi oleh visual hemifields.
7
multisynaptic connection ke kedua sisi Edinger-Westphal nuclei. Neuron-neuron
dengan soma mereka dalam nuclei ini mengirimkan axon mereka melalui cranial
nerves, dan berhakhir di papillary sphintcter. Pembagian input saraf bilateral ini
memiliki konsekuensi yang penting yang merusak afferent visual pathways yang
Maka, anisokoria tidak pernah merupakan suatu tanda adanya gangguan affrent,
tetapi tanda gangguan efferent pupilary. Ini dalah landasan fisiologis untuk
dilakukannya tes.4,5,6,8
Langkah Pertama:
Pastikan bahwa pupil merespon terhadap cahaya. Hanya di ruangan gelap saja
bahwa cahaya ruangan seredup mungkin. Pasien harus diminta untuk melihat ke
kedua.
8
Bila salah satu pupil tidak tampak bereaksi maka telah ditemukan keadaan
Langkah kedua:
innervations pada mata masih utuh (intact). Bila ada anisocoria, ulangi pengujian
Langkah ketiga: Lakukan uji goyang lampu senter (Swinging Flashlight Test).
Langkah ini membandingkan respon pupil aferen satu mata dengan yang
lainnya.
Ketika pupil sangat tidak reaktif atau tidak bereaksi terhadap stimulus cahaya, uji
lampu senter goyang tidak bisa dilakukan dengan cara seperti biasanya karena uji itu
mensyaratkan kedua pupil bereaksi secara sama terhadap cahaya. Selain itu, bila ada
menunjukkan bahwa ketika ada perbedaan sebesar 0,5 mm atau lebih pada diameter
pupil, uji ini paling tepat dilakukan dengan menilai gerakan pupil yang memiliki reaksi
Tes ini dilakukan dengan cara memberikan cahaya pada mata pada ruangan
yang agak gelap, menggunakan penlight terang dengan cahaya yang terfokus. Pada
saat tes, pasien diharuskan memfiksasi pengelihatan pada satu target untuk
menghindari akomodasi. Cahaya yang diberikan harus langsung sesuai pada axis mata
9
untuk mengiluminasi pupil yang satu dengan yang lainnya. Tes ayun cahaya didiamkan
Anisocoria 0,3 mm ata kurang tidak selalu terlihat. Bila respon normal telah ditemukan
hingga titik ini, uji diakhiri. Perlu dicatat sebagai: “ukuran pupil dan respon cahaya
(Crick, R.P., Khaw, P.T. A Textbook of Clinical Ophtalmology. Neurology. 3 rd Edition. World Scientific Publishing Co. London.
2003)19
(Crick, R.P., Khaw, P.T. A Textbook of Clinical Ophtalmology. Neurology. 3 rd Edition. World Scientific Publishing Co. London.
2003)19
10
Langkah keempat:
2. Sebuah anisokoria dengan respon normal terhadap cahaya pada kedua mata
Uji dilasi menggunaka perbandingan kecepatan dilasi pupil kedua mata setelah
dipadamkan rangsang cahaya yang terang. Uji ini menentukan apakah ada bukti
uji ini dilakukan di ruang gelap. Idealnya, kita harusmenggunakan sebuah system video
inframerah untuk memeriksa greakan pupil di tempat gelap, yaitu setelah mematikan
stimulus cahaya. Alternative yang praktis adalah menggunakan sebuah smber cahaya
terpisah yang lemah untuk menerangi kedua mata pada sudut tangential dari bawah,
sehingga kedua pupil terlihat dan sedikit saja wilayah retina yang diterangi di tiap mata.
Paling baik tidak melihat mata dengan rangsang yang lebih terang, karena ini
11
menyebabkan adaptasi cahaya pada mata si pemeriksa, yang menyulitkannya melihat
Ketika pupil membesar dengan baik dan tanpa perbedaan kecepatan diantera
tidak umum, sehingga ketika perbedaannya elbih dari 1 mm, gunakan uji cocaine.
Juga, ketika pupil yang lebih kecil membesar lebih kecil, uji kokain juga dianjurkan.
Pengamatan pupil di ruang gepap denga cahaya inframerah lebih sederhana dan
penerangan redup. Perekaman video inframerah saat ini mudah dilaksanakan. Video
vcordres pada umumnya memiliki seting ‘malam’ atau ‘zero lux’, yang merupakan salah
satu bentuk perekaman video inframerah. Filter penghambat pada kamera bisa
dihilangkan, dan sumber cahaya inframerah dihidupkan. Prangkat seperti itu tidak
12
Kokain menghambat reuptake dan inaktivasi noradrenalin dalam synaptic cleft. Maka,
ada tingkat pelepasan noradrenalin yang konstan kedalam synapse, dan kokain
mengakibatkan pembesaran pupil. Ibla anisocoria nya bersifat fisiologis, pupil kecil
Tetas kokain 5% pada kedua mata (semua uji farmakologi pupil harus dilakukan
secara simetris, membandingkan satu mata dengan lainnya). Langkah ini biasanya bisa
penggunaan pada mata, tetes mata harus segera diulang. Ketika menguji bayi dan
anak-anak kecil, penggunaan larutan kokain 2,5% dianjurkan. Diameter kedua pupil
diukur sebelumnya dan 1 jam setelah instilasi tetes, dengan menggunakan tingkat
penerangan yang sama. Biasanya memadai bila kita mengukur diameter pupil dengan
pocket card yang memiliki semicircles dengan berbagai diameter. Bila menghendaki
Maka, uji kokain jelas membedakan antara anisocoria fisiologis dengan sindroma
Horner. Bila hasilnya meragukan, uji harus diulang.. Efek pemberian larutan 5% kokain
secara topical ke mata bisa dideteksi dalam sampel urin untuk beberapa hari.
cleft pada terminus end neuron rantai sympathetic. Obat-obat ini memiliki efek
adrenergic hanya bila end neuron utuh dan berfungsi. Bila terminal neuron telah mati,
13
produksi transmiternya turut pergi. Prosedurnya sama dengan uji kokain, kecuali bahwa
pupil diukur 45 menit setelah pemberian tetes mata. Efek mydriatic cocok dengan efek
yang ditemukan dengan uji kokain. Bila pupil yang tidak terpengaruh membesar dan
pupil yang terpengaruh membesar 2,5 mm atau kurang, kehilangan fungsi adrenergic
pada pupil yang terpengaruh bisa dikaitkan dengan kerusakan neuron ketiga (terminal)
pada sympathetic pathway, yaitu pada atau diatas ganglion cervical superius pada
rantai sympathetic.
pelemahan pupillary dilators. Pada bayi, kita seringkali menemukan adanya anisocoria
dengan reaksi cahaya pupil normal dan tidak da ptosis yang berlanjut setelah instilasi
topical cocaine. Bila anisocoria tetap ada setelah instilasi larutan 2,5% phenylephrine,
bisa disimpulkan bahwa dilator pupil kecil kemungkinan hypophastik. Ini adalah
gangguan jinak yang tidak berhubungan dengan abnormalitas lain pada perkembangan
segmen anterior , dan pada umumnya akan normal sendiri dengan berlalunya
waktu.4,5,6,8
Reaksi dekat harus diujiketika ada abnormalitas unilateral atau bilateral pada reaksi
cahaya pupil. Tidak ada laporan yang terdokumentasikan tentang kehilangan reaksi
diduga berhubungan dengan botulisme atau diphtheria, dimana akomodasi dan respon
dekat pupil terpengaruh secara signifikan daripada reaksi cahaya. Namun, respon
14
Ketika menguji reaksi dekat pupil, tingkat penerangan harus cukup terang sehingga
pupil bisa mudah terlihat, dan sebuah obyek dengan detil permukaan halus (untuk
paresis syaraf ketiga, sedangkan bilateral deficit bisa berhubungan dengan vertical
Slit lamp memungkinkan dilakukanya pemeriksaan anatomi pupil dan iris dari
jarak dekat, khususnya dlaam mencari bukti sphincter atrophy atau gangguan
atau tidak, apakah rangsang cahaya yang kuat mengakibatkan respon kontraksi yang
besar, apakah sejumlah bagian sphincter bergerak lebih kuat dibandingkan yang
lainnya, dan apakah gerakan vermiform yang patologis dan spontan dijumpai atau tidak.
Bila pupil tidak tempak merespon terhadap rangsang cahaya, respon dekatnya bisa
diuji pada slit lamp. Selain itu, segmental parese (yang menyeabkan pupil berbentuk
aneh) dan gerakan vermiform (tonic pupil) mudah terlihatmelalui isntrumen slit lamp.
15
Pembesaran kembali pupil yang mengecil yang terlihat pada slit lamp juga membantu
Menguji dengan pilocarpine lemah (0,1%) breguna ketika dicurigai ada diagnosis
tonic pupil tetapi tidak bisa dikonfirmasi dengan slit lamp. Tonic pupil memiliki
rendah pilocarpine harus selalu dilakukan terlebih duli bila tampak ada absolute
papillary paralysis (tidak merespon terhadap stimulasi ringan atau usaha akomodasi
yang terlalu lama). Pupil yang bundar dan tidak bergerak pada posisi mid-dilation
Menguji dengan pilocarpine rendah bisa dipengaruhi oleh keadaan permeabilitas (bisa
rendah.4,5,6,8
16
KESIMPULAN
2. Lintasan pupil terdiri dari bagian aferen dan bagian eferen. Bermula dari
pada mata.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan, Daniel G, dkk. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta: Penerbit Widya
Medika. 2010.
2. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. FKUI. Jakarta. 2007.
3. http://www.psychologymania.com/2012/04/fungsi-pupil-mata.html
5. http://droualb.faculty.mjc.edu/Course20Materials/Physiology20101/Chapter20Not
es/Fall202011/chapter_1020Fall202011.htm
6. London : Little Brown, 1990: 144 Burde, RM. Et al. Aniscocoria and abnormal
221-245
edition.Stuttgart : Thieme.2005
8. http://pintarbahasa.com/artikel-kedokteran/optalmologi/diagnosis-gangguan-
pupil/
10. Hartono. Sari Neurooftalmologi. Yogyakarta: Bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas
18