Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI

BLOK METABOLISME DAN IMUNOLOGI 1

Disusun Oleh:

Tri Wira Jati Kusuma Hamdin


(017.06.0025)

Dosen pembimbing:
Rusmiatik, S.Si. M.Biomed (AAM)

LABORATORIUM TERPADU I
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
2018 / 2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Dalam hal ini manusia memiliki sistem pertahanan yang kompleks. Dalam
metabolisme juga terdiri atas proses yang sangat kompleks yang saling mengatur
satu sama lainnya. Kelenjar,,

1.2.Tujuan
1. Untuk memahamistruktur histologis dari sistem genitalia maskulina.
2. Untuk memahami struktur histologis dari sistem reproduksi.
3. Untuk memahami korelasi fungsi dari setiap organ yang ada.

1.3.Manfaat
1. Dapat memahami kajian histologi sistem genitalia maskulina.
2. Dapat memahami kajian histologi osistem reproduksi.
3. Dapat memahami korelasi fungsi yang ada dari setiap organ yang diamati.
BAB II

LANDASAN TEORI

BAB II
PEMBAHASAN
A. ORGANA GENETALIA EKSTERNAL

Gambar 1. Anatomi reproduksi pria


1. Penis
Penis (dari bahasa Latin yang artinya “ekor”, akar katanya sama dengan
phallus, yang berarti sama) adalah alat kelamin jantan. Penis merupakan organ
eksternal, karena berada di luar ruang tubuh. Pada manusia, penis terdiri atas tiga
bangunan silinder berisi jaringan spons. Dua rongga yang terletak di bagian atas
berupa jaringan spons korpus kavernosa berfungsi ketika ereksi dan satu bagian
yang lebih kecil di bawah . Satu rongga lagi berada di bagian bawah yang berupa
jaringan spons korpus spongiosum yang membungkus uretra berfungsi sebagai
saluran air seni ketika kencing dan saluran untuk sperma ketika ejakulasi. Ujung
penis disebut dengan glan penis. Penis sebagai alat penting dalam hubungan seks
baik untuk kreasi atau prokreasi. Uretra pada penis dikelilingi oleh jaringan erektil
yang rongga-rongganya banyak mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung
saraf perasa. Bila ada suatu rangsangan, rongga tersebut akan terisi penuh oleh
darah sehingga penis menjadi tegang dan mengembang (ereksi).

Penis berfungsi sebagai alat persetubuhan serta alat senggama dan juga
sebagai saluran untuk pembuangan sperma dan air seni. Waktu lembek dengan
mengukur dari pangkal dan ditarik sampai ujung sekitar 9-12 cm. Sebagian ada
yang lebih pendek dan juga ada yang lebih panjang. Pada saat ereksi yang penuh,
penis akan memanjang dan membesar sehingga menjadi sekitar 10-14 cm. Pada
orang Caucasian (barat) atau orang timur tengah lebih panjang dan lebih besar
sekitar 12,2-15,4 cm.

Gambar 2. Struktur penis

Penis sejati dimiliki oleh mamalia. Reptilia tidak memiliki penis sejati
karena hanya berupa tonjolan kecil serta tidak tampak dari luar, sehingga disebut
sebagai hemipenis (setengah penis).

2. Glans Penis
Glans adalah bagian depan atau kepala penis. Glans banyak mengandung
pembuluh darah dan saraf. Kulit yang menutupi glans disebut foreskin
(preputium). Di beberaa Negara memiliki kebiasaan membersihkan daerah sekitar
preputium ini atau dikenal dengan yang namanya sunat.
3. Buah zakar
Buah zakar terdiri dari kantung zakar yang didalamnya terdapat sepasang
testis dan bagian-bagian lainnya. Kulit luar nya disebut skrotum. Skrotum
berfungsi melindungi testis serta mengatur suhu yang sesuai untuk spermatozoa
(sel sperma).
4. Skrotum
Skrotum adalah kantung (terdiri dari kulit dan otot) yang membungkus
testis atau buah zakar. Skrotum terletak di antara penis dan anus serta di depan
perineum. Pada wanita, bagian ini serupa dengan labia mayora. Skrotum
berjumlah sepasang, yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri. Di antara skrotum
kanan dan skrotum kiri dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan otot
polos (otot dartos). Otot dartos berfungsi untuk menggerakan skrotum sehingga
dapat mengerut dan mengendur. Di dalam skrotum juga tedapat serat-serat otot
yang berasal dari penerusan otot lurik dinding perut yang disebut otot kremaster.
Pada skrotum manusia dan beberapa mamalia bisa terdapat rambut pubis. Rambut
pubis mulai tumbuh sejak masa pubertas.
Fungsi utama skrotum adalah untuk memberikan kepada testis suatu
lingkungan yang memiliki suhu 1-8oC lebih dingin dibandingkan temperature
rongga tubuh. Fungsi ini dapat terlaksana disebabkan adanya pengaturan oleh
sistem otot rangkap yang menarik testis mendekati dinding tubuh untuk memanasi
testis atau membiarkan testis menjauhi dinding tubuh agar lebih dingin. Pada
manusia, suhu testis sekitar 34°C. Pengaturan suhu dilakukan dengan
mengeratkan atau melonggarkan skrotum, sehingga testis dapat bergerak
mendekat atau menjauhi tubuh. Testis akan diangkat mendekati tubuh pada suhu
dingin dan bergerak menjauh pada suhu panas.

B. ORGANO GENETALIA INTERNA


Organa genetalia maskulina interna terdiri dari testis, saluran pengeluaran
(epididimis, vas deferens, saluran ejakulasi , uretra), dan saluran pelengkap
(vesikula seminalis, kelenjar prostat, kelenjar cowper)
a. Testis
Testis adalah organ lunak, berbentuk oval, dengan panjang 4 – 5 cm (1,5 –
2 inci) dan berdiameter 2,5 cm (1 inci) yang terletak di dalam skrotum. Testis
berjumlah sepasang. Testis terdapat di bagian tubuh sebelah kiri dan kanan. Testis
kiri dan kanan dibatasi oleh suatu sekat yang terdiri dari serat jaringan ikat dan
otot polos. Funsi testis secara umum merupakan alat untuk memproduksi sperma
dan hormone kelamin pria yang disebut testoteron. Dibagian kelenjar testis ada
beberapa bagian yaitu :
a.) Tunika albuginea, yaitu kapsul yang membungkus testis yang merentang ke arah
dalam yang terdiri dari sekitar 250 lobulus.
b.) Tubulus seminiferus, yaitu tempat berlangsungnya spermatogenenesis yang
terlilit dalam lobules, di dalamnya terdapat sertoli yang fungsinya adalah member
nutrisi pada spermatozoa yang sedang berkembang. Pembentukan hormone
testosterone dan estrogen serta produksi hormone inhibin (negative feed back)
sehingga FSH turun.
c.) Duktus, yang membawa sperma masuk dari testis ke bagian exterior tubuh.
Dalam testis sperma bergerak ke lumen tubulus rekti, kemudian menuju jaringan-
jaringan kanal testis yang bersambung dengan 10-15 duktus deferen yang muncul
dari bagian testis.

b. Saluran pengeluaran

a) Epididimis
Epididimis adalah struktur di dalam skrotum yang melekat di bagian
belakang testis dan memanjang sampai ke vas deferens. Epididimis
berfungsi untuk menahan testis di tempatnya dan menyimpan sperma selama
proses pematangan. Struktur epididimis terdiri dari kaput (kepala), korpus (badan)
dan kauda (ekor). Sperma yang diproduksi testis masuk ke kaput epididimis
melalui korpus dan berhenti di kauda untuk disimpan. Ketika sperma keluar dan
berjalan ke kauda, mereka belum bisa berenang dan membuahi sel telur. Pada saat
mencapai kauda, mereka telah dapat membuahi sel telur. Sperma akan ditransfer
ke vesikula seminalis melalui vas deferens. Sperma belum bisa berenang sehingga
membutuhkan kontraksi otot untuk mendorong mereka ke vesikula seminalis, di
mana mereka mencapai kematangan penuh.

b) Vas Deferens
Vas Deferens merupakan saluran lanjutan dari epididimis. Maka vas deferens
merupakan saluran lurus dan mengarah ke atas. Bagian ujungnya terdapat di
dalam kelenjar prostat. Fungsi vas deferens ini adalah untuk jalanya (mengangkut)
sperma dari epididimis menuju ke kantong sperma atau vesikula seminalis
c) Saluran ejakulasi
Saluran ejakulasi merupakan saluran pendek yang menghubungkan kantung
semen dengan uretra. Saluran ini berfungsi untuk mengeluarkan sperma agar
masuk ke dalam uretra.
d) Uretra
Uretra merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di dalam penis.
Uretra berfungsi sebagai saluran kelamin yang berasal dari kantung semen dan
saluran untuk membuang urin dari kantung kemih.

c. Saluran pelengkap
a.) Vesikula seminalis
Vesikula seminalis dikenal juga dengan istilah kantung semen atau kantung
mani, merupakan salah satu kelenjar assesori pada organ reproduksi pria,
berjumlah sepasang dengan bentuk yang berlekuk-lekuk dan terletak di belakang-
bawah kantung kemih (vesika urinaria). Saluran pada masing-masing vesikula
seminalis bersatu dengan duktus deferens pada sisinya untuk membentuk duktus
ejakulatorius. Dinding vesikula seminalis menghasilkan zat makanan yang
merupakan sumber makanan bagi sperma.
b.) Kelenjar prostat
Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak di bagian bawah
kantung kemih. Kelenjar prostat menghasilkan getah yang mengandung
kolesterol, garam dan fosfolipid yang berperan untuk kelangsungan hidup sperma.
Fungsi utamanya adalah untuk mengeluarkan dan menyimpan sejenis cairan yang
menjadi dua pertiga bagian dari air mani.
c.) Kelenjar cowper
Kelenjar Cowper (kelenjar bulbouretra) merupakan kelenjar yang salurannya
langsung menuju uretra. Kelenjar Cowper menghasilkan getah yang bersifat alkali
(basa).

C. Proses Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel spermatozoa (tunggal :
spermatozoon) yang terjadi di organ kelamin (gonad) jantan yaitu testis tepatnya
di tubulus seminiferus. Sel spermatozoa, disingkat sperma yang bersifat haploid
(n) dibentuk di dalam testis melewati sebuah proses kompleks. Spermatogenesis
mencakup pematangan sel epitel germinal dengan melalui proses pembelahan dan
diferensiasi sel. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian
disimpan dalam epididimis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel
germinal yang disebut spermatogonia (jamak). Spermatogonia terletak di dua
sampai tiga lapis luar sel-sel epitel tubulus seminiferus. Spermatogonia
berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk membentuk
sperma.
Tahapan pada proses spermatogenesis, yaitu :
a. Spermatocytogenesis
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan
menjadi spermatosit primer. Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat
melakukan reproduksi (membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini
mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit
primer. Spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau mengandung 23 kromosom
berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal yang disebut
spermatogonia tipe A. Spermatogonia tipe A membelah secara mitosis menjadi
spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini
akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid. Spermatosit
primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami
meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit
sekunder.
b. Tahapan Meiois
Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak
dan segera mengalami meiosis I menghasilkan spermatosit sekunder yang n
kromosom (haploid). Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara
meiosis II membentuk empat buah spermatid yang haploid juga. Sitokenesis pada
meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap terpisah, tapi
masih berhubungan lewat suatu jembatan (Interceluler bridge). Dibandingkan
dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.
c. Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4
fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir
berupa empat spermatozoa (sperma) masak. Ketika spermatid dibentuk pertama
kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid
mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala
dan ekor. Bila spermatogenesis sudah selesai, maka ABP testosteron (Androgen
Binding Protein Testosteron) tidak diperlukan lagi, sel Sertoli akan menghasilkan
hormon inhibin untuk memberi umpan balik kepada hipofisis agar menghentikan
sekresi FSH dan LH.
Spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan cairan
yang dihasilkan oleh kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar
cowper. Spermatozoa bersama cairan dari kelenjar-kelenjar tersebut dikenal
sebagai semen atau air mani. Pada waktu ejakulasi, seorang laki-laki dapat
mengeluarkan 300 – 400 juta sel spermatozoa.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Waktu
 Hari : Selasa
 Tanggal : 3 April 2018
 Waktu : 14.40 WITA – 16.20 WITA.

Tempat
 Laboratorium Terpadu 1 Universitas Islam Al-Azhar, Mataram.

3.2. Alat dan Bahan


Alat
 Mikroskop

Bahan
 Sediaan Preparat
3.3.Cara Kerja
1. Disiapkan mikroskop.
2. Disiapkan masing-masing preparat yang akan diamati dibawah
mikroskop.
3. Diamati bentuk, struktur, dan jenis dari jaringan penyusun dari organ
jantung dan pembuluh darah.
4. Dilengkapi gambar dengan keterangan yang jelas.
5. Dibuat pembahasan hasil pengamatan serta disimpulkan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

1. TESTIS

100 X

Tempat Keterangan

1. Tunika kuskolosa
2. Septum
Testis
3. Jaringan ikat
interstisial
4. Epitel germanial
5. Tubulus simeniferi
2. EPIDIDIMIS

400 X

Tempat Keterangan

1. Jaringan ikat
2. Otot polos
epididimis
3. Hereosilia
4. Sperma
3. VAS DEFERENS

100 X

Tempat Keterangan

1. Lapisan sirkulasi tengah

Vas deferens 2. Lamina propria


3. Epitel bertingkat
4. Adventisia
5. Pembuluh darah
6. Plica longitudinalis
4. GLANDULA VESICULOSA

400 X

Tempat Keterangan

1. Lapisan otot vaskule


dalam
Glandula
2. Lipatan mukosa primer
vesiculosa
3. Epitel
5. GLANDULA PROSTAT

100 X

Tempat Keterangan

1. Kelenjar prostat
2. Stroma fibromoskuler
3. Serat otot polos
Glandula prostat
6. GLANDULA BULBO URETRALIS

400 X

Tempat Keterangan

1. Septum jaringan ikat


2. Serat otot rangka
3. Kapsul jaringan
Glandula bulbo
uretralis
7. AMPULA

100 X

Tempat Keterangan

1. Plica longitudinal
2. Lumen
3. Epitel
Ampula 4. Lapisan otot
longitudinal dalam
5. Diverticula
6. Lapisan otot
longitudinal luar
7. adventisia
8. PENIS

100 X

Tempat Keterangan

1. Tunika albuginea
2. Barat
3. Arteri dorsalis
Penis 4. Arteri propumda
5. Epididimis
6. Fascia penis
propumda
7. Arteri helicina
8. Uretra
9. Tunica dartos
3.2. PEMBAHASAN
3.2.1. Textus muskularis striatus (melintang)

Dari hasil pengamatan terlihat serat otot rangka pada potongan


melintang dan potongan longitudinal. Pada masing-masing potongan
serat otot terlihat sebagai miofibril kecil. Pada bagian itu juga terlihat
banyak seran lintang. Pada serat otot rangka nukleus terletak di
perifer. Setiap serat otot rangka di bungkus oleh suatu lapisan tipis
jaringan ikat yang di namai endomisum yang terlihat pada potongan
lintang. Lapisan jaringan ikat yang di namai perimisium membugkus
sekelompok serat otot yang di sebut fasikulus. Di sekitar jaringan ikat
perimisium terlihat kapiler dengan eritrosit menggepeng.

3.2.2. Textus muskularis striatus cardiacus


Dari hasil pengamatan serat otot jantung memperlihatkan seran
lintang, serat yang bercabang dan satu nukleus. Diskus interkalaris
yang berwarna gelap menghubungkan masing-masing serat otot
jantung. Miofibril kecil terlihat di dalam setiap serat otot jantung. Sel-
sel gepeng dan fusiform yang mengelilingi serat otot jantung adalah
fibrosit endomisium. Meskipun tidak terlihat dalam ilustrasi ini,
masing-masing serat otot jantung dibungnkus oleh jaringan ikat halus
yanag di sebut endomisium.
3.2.3. Cartilago fibrosa
Dari hasil pengamatan kartilago fibrosa, matriks terisi oleh serat
kolagen padat yang sering memperlihatkan susunan paralel, yang
terlihat di tendo. Kondrosit kecil di dalam lakuna biasanya
terdistribusi dalam barisan di dalam kartilago fibrosa dan tidak secara
acak atau dalam kelompok isogen. Seperti yang di jumpai pada
kartilago hyalin atau elastik. Semua kondrosit dan lakuna memiliki
ukuran yang sama tidak terdapat gradasi dari kondrosit sentral besar ke
sel perifer yang lebih kecil atau pipih.
3.2.4. Cartilago hyalin
dari hasil pengamatan perikondrium dari fibroblast mengelilingi
kartilago. Lapisan kondrogrnik di bagian dalam mengahasilkan
kondroblast yang berdifisiensi menjadi kondrosit. Kondrosit dalam
lakuna tampak sendiri-sendiri atau dalam kelompok yang isogen.
Lakuna dan kondsorit di bagian tengah lempeng kartilago tampak
besar dan speris, tetapi secara progresif menjadi lebih pipih ke arah
perifer menjadi kondroblast yang berdifisiensi. Matrix intertoritorial
berwarna terang, sementara matrix toritorial berwarna gelap.
3.2.5. Cartilago elastika
Dari hasil pengamatan pada kartilago elastik banyak tampak serat
elastik didalam matriksnya. Dari pewarnaan memperllihatkan serat
elastik tipis. Serat elastik masuk ke matriks kartilago dari jaringan ikat
sekitar, yaitu perikondrium dan terdistribusi sebagai serat bercabang
dan beranastomosis dengan berbagai ukuran. Kepadatan kartilago
elastik bervariasi bahkan diantara bagian yang berbeda pada kartilago
yang sama.
3.2.6. Textus muskularis non-striatus
Dari hasil pengamatan serat otot polos terdiri atas 2 lapisan yakni
lapisan sirkular dalam dan lapisan longitudinal luar. Di lapisan
sirkular dalam terlihat satu nukleus di bagian tengah sitoplasma serat
otot yang lain. Di lapisan longitudinal luar yang terpotong melintang
sitoplasma tampak kosong bdan terlihat satu nukleus di masing-
masing serat otot hanya terlihat jika bidang potongan melewatinya.
Diantara lapisan-lapisan otot polos terdapat sekelompok neuron
autonom dari flexus saraf mienterikus. Diantara masing-masing serat
otot dan lapisan otot terlihat pembuluh darah kecil.
3.2.7. Textus muskularis striatus (membujur)
dari hasil pengamatan di termukan membran sel, atau sarkolema,
membungkus setiap serat otot rangka. Terlihat nukleus gepeng serat
otot yang berada di perifer. Di samping nukleus, terdapat sitoplasma
tipis atau sarkkoplasma dengan organel-orgenelnya. Setiap serat otot
teridiri dari miofibril yang tersusun secara longitudinal. Miofibril
palling jelas terlihat pada potong-lintang serat otot rangka. Setiap serat
otot ranngka di bungku oleh jaringan ikat tipis endomisium, yang
mengandung sel jarigan ikat, fibrosit dan kapiler dengan sel darah.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa terdapat sangat


banyak keberagaman jenis otot. Perlu di ketahui bahwa otot itu sendiri
terdiri atas tiga jenis yang bekerja sama dan bersinergis untuk
melaksanakan homeostasis yang ada pada tubuh guna mempertahankan
kehidupan. Otot itu sendiri dapat di bagi berdasarkan struktur dan
fungsinya. Dibagi menjadi otot rangka, otot polos dan otot jantung.
Keberagaman dari segi struktur ini memnyebabkan perbedaan fungsi dan
lokasi dari masing-masing otot tersebut. Misalkan pada otot jantung
bekerja untuk memompa darah agar dapat di alirkan ke seluruh tubuh. Otot
ini sendiri bekerja secara involunter atau di luar kesadaran. Jadi otot itu
menyesuikan kerja berdasarkan kondisi yang ada dan diatur secara tidak
sadar. Lain halnya dengan otot rangka yang bekerja secara volunter untuk
melakukan aktivitasnya. Artinya otot ini ini berkontraksi dan berelaksasi
atas perintah kesadaran.
DAFTAR PUSTAKA

Eroschenko, VP. (2010). Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi Fungsional.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Gartner, LP. Hiatt, JL. (2007). Buku Ajar Berwarna Histologi. Ed-3. China:
Elsevier

Gunawijaya, FA. Kartawiguna, E. (2009). Penuntun Praktikum: Kumpulan Foto


Mikroskopik Histology. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti.

Mescher, AL. (2011). Histologi Dasar Junqueira: Teks & Atlas. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai