Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

TRAUMA ABDOMEN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

1. BAIQ MISHUT AGUSTINAH HARIATI

2. ELA SAFITRI

3. SILA JANNATUL

4. NI LUH BUDI ASTUTI

5. ORIEN

6. VIRA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

JURUSAN KEPERAWATANPROGRAM STUDI S.1

TAHUN AJARAN 2019/2020


LAPORAN PENDAHULUAN

TRAUMA ABDOMEN

I. KONSEP TEORI
A. Definisi
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau
emosional (Dorland, 2002). Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau
cedera fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001)
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer,
2001). Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan
atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan
lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi (FKUI, 1995).

B. Etiologi
1. Penyebab trauma penetrasi (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga
peritonium)
a. Luka akibat terkena tembakan
b. Luka akibat tikaman benda tajam
c. Luka akibat tusukan
2. Penyebab trauma non-penetrasi (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga
peritonium).
a. Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
b. Hancur (tertabrak mobil)
c. Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
d. Cidera akselerasi/deserasi karena kecelakaan olah raga (FKUI, 1995)

C. Manifestasi Klinis
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium)
a. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
b. Respon stres simpatis
c. Perdarahan dan pembekuan darah
d. Kontaminasi bakteri
e. Kematian sel
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium)
a. Kehilangan darah.
b. Memar/jejas pada dinding perut.
c. Kerusakan organ-organ.
d. Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding perut
e. Iritasi cairan usus (FKUI, 1995).

D. Patofisiologi
Jika terjadi trauma penetrasi atau non-pnetrasi kemungkinan terjadi
pendarahan intra abdomen yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda-tanda
iritasi yang disertai penurunan hitung sel darah merah yang akhirnya gambaran
klasik syok hemoragik. Bila suatu organ viseral mengalami perforasi, maka tanda-
tanda perforasi, tanda-tanda iritasi peritonium cepat tampak. Tanda-tanda dalam
trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan, nyeri spontan, nyeri lepas dan
distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadi peritonitis umum.
Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami takikardi dan peningkatan
suhu tubuh, juga terdapat leukositosis. Biasanya tanda-tanda peritonitis mungkin
belum tampak. Pada fase awal perforasi kecil hanya tanda-tanda tidak khas yang
muncul. Bila terdapat kecurigaan bahwa masuk rongga abdomen, maka operasi
harus dilakukan (Mansjoer, 2001).
E. Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan rektum : adanya darah menunjukkan kelainan pada usus besar ;
kuldosentesi, kemungkinan adanya darah dalam lambung ; dan kateterisasi,
adanya darah menunjukkan adanya lesi pada saluran kencing.
2. Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit dan analisis urine.
3. Radiologik : bila diindikasikan untuk melakukan laparatomi.
4. IVP/sistogram : hanya dilakukan bila ada kecurigaan terhadap trauma saluran
kencing.
5. Parasentesis perut : tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut yang
diragukan adanya kelainan dalam rongga perut atau trauma tumpul perut yang
disertai dengan trauma kepala yang berat, dilakukan dengan menggunakan
jarum pungsi no 18 atau 20 yang ditusukkan melalui dinding perut didaerah
kuadran bawah atau digaris tengah dibawah pusat dengan menggosokkan buli-
buli terlebih dahulu.
6. Lavase peritoneal : pungsi dan aspirasi/bilasan rongga perut dengan
memasukkan cairan garam fisiologis melalui kanula yang dimasukkan
kedalam rongga peritonium (FKUI, 1995).
7. Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan
disangsikan adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum.
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian pasien trauma abdomen (Smeltzer, 2001) adalah meliputi :

1. Trauma Tembus abdomen

a. Dapatkan riwayat mekanisme cedera; kekuatan tusukan/tembakan;

kekuatan tumpul (pukulan).

b. Inspeksi abdomen untuk tanda cedera sebelumnya: cedera tusuk, memar,

dan tempat keluarnya peluru. Selain itu perlu juga di kaji anterior

abdomen, punggung,panggul, dan rectum. Sedangkan untuk mengetahui

kemungkinan adanya pendarahan, maka perawat harus menggunakan

petunjuk cullen’s sign yaitu perdarahan pada umbilicus bila terjadi truma

panggul dan Turner’s sign yaitu perdarahan retroperitoneal bila terjadi

perdarahan pada dinding abdomen.

c. Auskultasi ada/tidaknya bising usus dan catat data dasar sehingga

perubahan dapat dideteksi. Adanya bising usus adalah tanda awal

keterlibatan intraperitoneal; jika ada tanda iritasi peritonium, biasanya

dilakukan laparatomi (insisi pembedahan kedalam rongga abdomen).

d. Perkusi dengan menggunakan jari tangan, bila terdengar suara timpani

yang berlebihan, maka dicurigai adanya penumpukan udara bebas yang

mengindikasikan adanya luka tembus. Namun, bila terdengar redup, maka

perawat menduga terjadinya akumulasi cairan atau darah pada daerah usus

besar dan lambung.

e. Palpasi harus hati-hati dan lembut, karena pada daerah abdomen terjadi

akumulasi cairan atau darah atau udara, sehingga abdomen akan

mengalami distensi.
f. Kaji pasien untuk progresi distensi abdomen, gerakkan, nyeri tekan,

kekakuan otot atau nyeri lepas, penurunan bising usus, hipotensi dan syok.

g. Kaji cedera dada yang sering mengikuti cedera intra-abdomen, observasi

cedera yang berkaitan.

h. Catat semua tanda fisik selama pemeriksaan pasien.

2. Trauma tumpul abdomen


Dapatkan riwayat detil jika mungkin (sering tidak bisa didapatkan, tidak
akurat, atau salah). dapatkan semua data yang mungkin tentang hal-hal sebagai
berikut :
a. Metode cedera.
b. Waktu awitan gejala.
c. Lokasi penumpang jika kecelakaan lalu lintas (sopir sering menderita
ruptur limpa atau hati). Sabuk keselamatan digunakan/tidak, tipe restrain
yang digunakan.
d. Waktu makan atau minum terakhir.
e. Kecenderungan perdarahan.
f. Penyakit dan medikasi terbaru.
g. Riwayat immunisasi, dengan perhatian pada tetanus.
h. Alergi.

Lakukan pemeriksaan cepat pada seluruh tubuh pasien untuk mendeteksi


masalah yang mengancam kehidupan.

Dasar pemeriksaan fisik ‘head to toe’ harus dilakukan dengan singkat tetapi
menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki.
Pengkajian data dasar menurut Doenges (2000), adalah :

a. Aktifitas/istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas
Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan
cedera (trauma).
b. Sirkulasi
Data Obyektif : Kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola
napas(hipoventilasi, hiperventilasi, dll).
c. Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang atau
dramatis)
Data Obyektif : Cemas, bingung, depresi.
d. Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami
gangguan fungsi.
e. Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen
f. Neurosensori
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status
mental, kesulitan dalam menentukan posisi tubuh
g. Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang
berbeda, biasanya lama.
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
h. Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas
i. Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru / trauma karena kecelakaan.
Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif, gangguan rentang gerak.
B. Diagnosa Dan Intervensi Keperawatan

Rencana keperawatan
Diagnosa
No Tujan & kreteria
keperawatan Intervensi Rasional
hasil
1 Kerusakan Setelah dilakukan 1. Kaji kulit dan - mengetahui
integritas tindakan identifikasi pada sejauh mana
kulit keperawatan selama tahap perkembangan
berhubungan ± 3x24 jam perkembangan luka
dengantrauma Mencapai luka. mempermudah
tumpul penyembuhan luka 2. Kaji lokasi, dalam
abdomen pada waktu yang ukuran, warna, melakukan
sesuai. bau, serta jumlah tindakan yang
Kriteria Hasil : dan tipe cairan tepat.
- tidak ada tanda- luka. - mengidentifikasi
tanda infeksi 3. Pantau tingkat
seperti pus. peningkatan suhu keparahan luka
- luka bersih tidak tubuh. akan
lembab dan tidak 4. Berikan mempermudah
kotor. perawatan luka intervensi.
dengan tehnik
- Tanda-tanda vital - suhu tubuh yang
aseptik. Balut
dalam batas meningkat dapat
luka dengan kasa
normal atau dapat diidentifikasikan
kering dan steril,
ditoleransi. sebagai adanya
gunakan plester
proses
kertas.
peradangan.
5. Jika pemulihan
tidak terjadi - tehnik aseptik
kolaborasi membantu
tindakan lanjutan, mempercepat
misalnya penyembuhan
debridement. luka dan
6. Kolaborasi mencegah
pemberian terjadinya
antibiotik sesuai infeksi.
indikasi. - agar benda asing
atau jaringan
yang terinfeksi
tidak menyebar
luas pada area
kulit normal
lainnya.
- antibiotik
berguna untuk
mematikan
mikroorganisme
pathogen pada
daerah yang
berisiko terjadi
infeksi.
2 Nyeri Setelah dilakukan 1. Kaji nyeri secara - pilihan/
berhubungan tindakan komprehensif pengawasan
dengan keperawatan selama meliputi lokasi, keefektifan
adanya 2 x 10 menit karakteristik, intervensi.
trauma diharapkan nyeri durasi, frekuensi, - Petunjuk non-
abdomen atau yang dialami pasien qualitas, intensitas verbal dari nyeri
luka penetrasi terkontrol nyeri dan faktor atau
abdomen. Dengan kriteria presipitasi ketidaknyaman
hasil: 2. Evaluasi memerlukan
- Pasien peningkatan intervensi
iritabilitas,
melaporkan - Tindakan
nyeri berkurang tegangan otot,
alternative untuk
- Pasien tampak gelisah,
mengontrol nyeri
perubahan tanda-
rileks
tanda vital. - Memfokuskan
- TTV dalam batas kembali
3. Berikan tindakan
normal (TD 110- perhatian,
kenyamanan,
90/70-90 mmHg, meningkatkan
misalnya
nadi 60-100 rasa kontrol dan
perubahan posisi,
x/menit, RR : 16- dapat
masase
24 x/menit, suhu meningkatkan
4. Ajarkan
36, 5 – 37, 50 C) kekuatan otot;
menggunakan
- Pasien dapat teknik non- dapat
menggunakan analgetik meningkatkan
teknik non- (relaksasi harga diri dan
analgetik untuk progresif, latihan kemampuan
menangani nyeri. napas dalam, koping.
imajinasi - Menurunkan
visualisasi, stimulus nyeri
sentuhan - Dibutuhkan
terapeutik, untuk
akupresure) menghilangkan
5. Berikan spasme/nyeri
lingkungan yang otot.
nyaman
6. Kolaborasi
Berikan obat
sesuai indikasi :
relaksan otot,
misalnya :
dantren; analgesik
3 Risiko tinggi Setelah dilakukan 1. Pantau tanda- - mengidentifikasi
infeksi tindakan tanda vital. tanda-tanda
keperawatan selama 2. Lakukan peradangan
3 jam infeksi tidak perawatan luka terutama bila
terjadi / terkontrol. dengan teknik suhu tubuh
Kriteria hasil : aseptik. meningkat.
- tidak ada tanda- 3. Lakukan - mengendalikan
tanda infeksi perawatan penyebaran
seperti pus. terhadap prosedur mikroorganisme
- luka bersih tidak invasif seperti patogen.
lembab dan tidak infus, kateter, - untuk
kotor. drainase luka, dll. mengurangi
- Tanda-tanda vital 4. Jika ditemukan risiko infeksi
dalam batas tanda infeksi nosokomial.
normal atau dapat kolaborasi untuk - penurunan Hb
ditoleransi. pemeriksaan dan peningkatan
darah, seperti Hb jumlah leukosit
dan leukosit. dari normal bisa
5. Kolaborasi untuk terjadi akibat
pemberian terjadinya proses
antibiotik. infeksi.
- antibiotik
mencegah
perkembangan
mikroorganisme
patogen.
DAFTAR PUSTAKA

1. Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31. Jakarta: EGC


2. Carpenito, 1998 Buku saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis,
Edisi 6. Jakarta: EGC.
3. Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan
dan Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3. Jakarta: EGC.
4. FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu bedah. Jakarta: Binarupa Aksara.
5. Hudak & Gallo. 2001. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC
6. Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1.FKUI :
Media Aesculapius
7. Sjamsuhidayat. 1998. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC
8. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and
Suddarth Ed.8 Vol.3. : Jakarta: EGC.
9. Suddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai