Anda di halaman 1dari 18

TRAUMA ABDOMEN

PENGERTIAN
 Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen,
dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta
trauma yang disengaja atau tidak disengaja.
 Trauma abdomen merupakan trauma pada isi
rongga abdomen, dapat terjadi dengan atau
tanpa tembusnya dinding abdomen dimana
pada penanganan/ penatalaksanaan lebih
bersifat kedaruratan, dapat pula dilakukan
tindakan laparatomi.
ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI
1. Trauma tembus (trauma abdomen dengan
penetrasi kedalam rongga peritonium).
Disebabkan oleh : luka tusuk, luka tembak.
2. Trauma tumpul (trauma abdomen tanpa
penetrasi kedalam rongga peritonium).
Disebabkan oleh : pukulan, benturan,
ledakan, kompresi atau sabuk pengaman
(set-belt)
PATOFISIOLOGI
1. Trauma tumpul abdomen mengakibatkan :
Kehilangan darah.
Memar/jejas pada dinding perut.
Kerusakan organ-organ.
Nyeri.
Iritasi cairan usus.
2. Trauma tembus abdomen mengakibatkan :
Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
Respon stres simpatis
Perdarahan dan pembekuan darah
Kontaminasi bakteri
Kematian sel
PATOFISIOLOGI

1 & 2 di atas menyebabkan :


• Kerusakan integritas kulit
• Syok dan perdarahan
• Kerusakan pertukaran gas
• Risiko tinggi terhadap infeksi
• Nyeri akut
TANDA DAN GEJALA
1. Trauma tembus (trauma abdomen dengan penetrasi kedalam
rongga peritonium) :
- Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
- Respon stres simpatis
- Perdarahan dan pembekuan darah
- Kontaminasi bakteri
- Kematian sel
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga
peritonium) :
- Kehilangan darah.
- Memar/jejas pada dinding perut.
- Kerusakan organ-organ.
- Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan
(rigidity) dinding perut.
- Iritasi cairan usus.
KOMPLIKASI

Segera : hemoragi, syok, dan cedera.


Lambat : infeksi.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan rektum : adanya darah menunjukkan kelainan
pada usus besar ; kuldosintesis, kemungkinan adanya darah
dalam lambung ; dan kateterisasi, adanya darah
menunjukkan adanya lesi pada saluran kencing.
2. Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit dan
analisis urine.
3. Radiologik : bila diindikasikan untuk melakukan laparatomi.
4. IVP/sistogram : hanya dilakukan bila ada kecurigaan
terhadap trauma saluran kencing.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
5. Parasentesis perut : tindakan ini dilakukan pada trauma
tumpul perut yang diragukan adanya kelainan dalam
rongga perut atau trauma tumpul perut yang disertai
dengan trauma kepala yang berat, dilakukan dengan
menggunakan jarum pungsi no 18 atau 20 yang
ditusukkan melalui dinding perut didaerah kuadran bawah
atau digaris tengah dibawah pusat dengan mengosongkan
buli-buli terlebih dahulu.
6. Lavase peritoneal : pungsi dan aspirasi/bilasan rongga
perut dengan memasukkan cairan garam fisiologis melalui
kanula yang dimasukkan kedalam rongga peritonium.
PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan kedaruratan ; ABCDE.
2. Pemasangan NGT untuk pengosongan isi lambung dan
mencegah aspirasi.
3. Kateter dipasang untuk mengosongkan kandung kencing
dan menilai urin yang keluar (perdarahan).
4. Pembedahan/laparatomi (untuk trauma tembus dan
trauma tumpul jika terjadi rangsangan peritoneal : syok ;
bising usus tidak terdengar ; prolaps visera melalui luka
tusuk ; darah dalam lambung, buli-buli, rektum ; udara
bebas intraperitoneal ; lavase peritoneal positif ; cairan
bebas dalam rongga perut)
MANAJEMEN
KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Pengkajian pasien trauma abdomen adalah meliputi :
1. Trauma Tembus abdomen
• Dapatkan riwayat mekanisme cedera ; kekuatan tusukan/tembakan ; kekuatan
tumpul (pukulan).
• Inspeksi abdomen untuk tanda cedera sebelumnya : cedera tusuk, memar, dan
tempat keluarnya peluru.
• Auskultasi ada/tidaknya bising usus dan catat data dasar sehingga perubahan
dapat dideteksi. Tidak adanya bising usus adalah tanda awal keterlibatan
intraperitoneal ; jika ada tanda iritasi peritonium, biasanya dilakukan laparatomi
(insisi pembedahan kedalam rongga abdomen).
• Kaji pasien untuk progresi distensi abdomen, gerakkan melindungi, nyeri tekan,
kekakuan otot atau nyeri lepas, penurunan bising usus, hipotensi dan syok.
• Kaji cedera dada yang sering mengikuti cedera intra-abdomen, observasi
cedera yang berkaitan.
• Catat semua tanda fisik selama pemeriksaan pasien.
PENGKAJIAN
2. Trauma tumpul abdomen
 Dapatkan riwayat detil jika mungkin (sering tidak bisa didapatkan, tidak akurat, atau
salah).
 Dapatkan semua data yang mungkin tentang hal-hal berikut :
• Metode cedera.
• Waktu awitan gejala.
• Lokasi penumpang jika kecelakaan lalu lintas (sopir sering
menderita ruptur limpa atau hati). Sabuk keselamatan
digunakan/tidak, tipe restrain yang digunakan.
• Waktu makan atau minum terakhir.
• Kecenderungan perdarahan.
• Penyakit dan medikasi terbaru.
• Riwayat immunisasi dengan perhatian pada tetanus.
• Alergi.
 Lakukan pemeriksaan cepat pada seluruh tubuh pasien untuk mendeteksi masalah yang
mengancam kehidupan.
 Pasang sabuk lingkar abdomen untuk observasi jika ada pembesaran abdomen karena
perdarahan intra abdominal.
PENATALAKSANAAN KEDARURATAN
1. Mulai prosedur resusitasi (memperbaiki jalan napas,
pernapasan, sirkulasi) / (ABCD) sesuai indikasi.
2. Pertahankan pasien pada brankar atau tandu papan ; gerakkan
dapat menyebabkan fragmentasi bekuan pada pembuluh
darah besar dan menimbulkan hemoragi masif.
a) Pastikan kepatenan jalan napas dan kestabilan pernapasan
serta sistem saraf.
b) Jika pasien koma, bebat leher sampai setelah foto radiologi
leher didapatkan.
c) Gunting baju dari luka.
d) Hitung jumlah luka.
e) Tentukan lokasi luka masuk dan keluar.
3. Kaji tanda dan gejala hemoragi. Hemoragi sering menyertai
cedera abdomen, khususnya hati dan limpa mengalami
trauma.
PENATALAKSANAAN KEDARURATAN
4. Kontrol perdarahan dan pertahanan volume darah sampai pembedahan
dilakukan.
a) Berikan kompresi pada luka perdarahan eksternal dan
bendungan luka dada.
b) Pasang kateter IV diameter besar untuk penggantian
cairan cepat dan memperbaiki dinamika sirkulasi.
c) Perhatikan kejadian syok setelah respons awal terjadi
terhadap transfusi ; ini sering merupakan tanda adanya
perdarrahan internal.
d) Dokter dapat melakukan parasentesis untuk mengidentifikasi
tempat perdarahan.
5. Aspirasi lambung dengan selang nasogastrik. Prosedur ini membantu
mendeteksi luka lambung, mengurangi kontaminasi terhadap rongga
peritonium, dan mencegah komplikasi paru karena aspirasi.
PENATALAKSANAAN KEDARURATAN
6. Tutupi visera abdomen yang keluar dengan balutan steril,
balutan salin basah untuk mencegah kekeringan visera.
a) Fleksikan lutut pasien ; posisi ini mencegah protusi lanjut.
b) Tunda pemberian cairan oral untuk mencegah meningkatnya
peristaltik dan muntah.
7. Pasang kateter uretra menetap untuk mendapatkan kepastian
adanya hematuria dan pantau haluaran urine.
8. Pertahankan lembar alur terus menerus tentang tanda vital,
haluaran urine, pembacaan tekanan vena sentral pasien (bila
diindikasikan), nilai hematokrit, dan status neurologik.
9. Siapkan untuk parasentesis atau lavase peritonium ketika
terdapat ketidakpastian mengenai perdarahan intraperitonium.
PENATALAKSANAAN KEDARURATAN
10. Siapkan sinografi untuk menentukan apakah terdapat
penetrasi peritonium pada kasus luka tusuk.
a) Jahitan dilakukan disekeliling luka.
b) Kateter kecil dimasukkan ke dalam luka.
c) Agens kontras dimasukkan melalui kateter ; sinar x
menunjukkan apakah terjadi penetrasi peritonium .
11. Berikan profilaksis tetanus sesuai ketentuan.
12. Berikan antibiotik spektrum luas untuk mencegah infeksi.
trauma dapat menyebabkan infeksi akibat karena kerusakan
barier mekanis, bakteri eksogen dari lingkungan pada waktu
cedera dan manuver diagnostik dan terapeutik (infeksi
nosokomial).
13. Siapkan pasien untuk pembedahan jika terdapat bukti adanya
syok, kehilangan darah, adanya udara bebas dibawah
diafragma, eviserasi, atau hematuria.
Wassalam

Anda mungkin juga menyukai