TRAUMA ABDOMEN
DISUSUN OLEH :
2019040706
TAHUN 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN TRAUMA ABDOMEN
A. Definisi
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional
(Dorland, 2002).Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera
fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001).
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer,
2001).Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan
atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan
lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi (FKUI, 1995).
B. Etiologi
1. Penyebab trauma penetrasi (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga
peritonium)
- Luka akibat terkena tembakan
- Luka akibat tikaman benda tajam
- Luka akibat tusukan
2. Penyebab trauma non-penetrasi (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga
peritonium).
- Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
- Hancur (tertabrak mobil)
- Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
- Cidera akselerasi/deserasi karena kecelakaan olah raga (FKUI, 1995)
C. Patofisiologi
Jika terjadi trauma penetrasi atau non-pnetrasi kemungkinan terjadi
pendarahan intra abdomen yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda-tanda
iritasi yang disertai penurunan hitung sel darah merah yang akhirnya gambaran
klasik syok hemoragik. Bila suatu organ viseral mengalami perforasi, maka tanda-
tanda perforasi, tanda-tanda iritasi peritonium cepat tampak. Tanda-tanda dalam
trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan, nyeri spontan, nyeri lepas dan
distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadi peritonitis umum.Bila syok
telah lanjut pasien akan mengalami takikardi dan peningkatan suhu tubuh, juga
terdapat leukositosis. Biasanya tanda-tanda peritonitis mungkin belum tampak.
Pada fase awal perforasi kecil hanya tanda-tanda tidak khas yang muncul. Bila
terdapat kecurigaan bahwa masuk rongga abdomen, maka operasi harus dilakukan
(Mansjoer, 2001).
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan rektum : adanya darah menunjukkan kelainan pada usus
besar ; kuldosentesi, kemungkinan adanya darah dalam lambung ; dan
kateterisasi, adanya darah menunjukkan adanya lesi pada saluran kencing.
2. Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit dan analisis urine.
3. Radiologik : bila diindikasikan untuk melakukan laparatomi.
4. IVP/sistogram : hanya dilakukan bila ada kecurigaan terhadap trauma
saluran kencing.
5. Parasentesis perut : tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut yang
diragukan adanya kelainan dalam rongga perut atau trauma tumpul perut
yang disertai dengan trauma kepala yang berat, dilakukan dengan
menggunakan jarum pungsi no 18 atau 20 yang ditusukkan melalui
dinding perut didaerah kuadran bawah atau digaris tengah dibawah pusat
dengan menggosokkan buli-buli terlebih dahulu.
6. Lavase peritoneal : pungsi dan aspirasi/bilasan rongga perut dengan
memasukkan cairan garam fisiologis melalui kanula yang dimasukkan
kedalam rongga peritonium (FKUI, 1995).
7. Ultrasonografi dan CT Scan
Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan
disangsikan adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum.
E. Manifestasi Klinis
1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga
peritonium)
Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
Respon stres simpatis
Perdarahan dan pembekuan darah
Kontaminasi bakteri
Kematian sel
2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium)
Kehilangan darah.
Memar/jejas pada dinding perut.
Kerusakan organ-organ.
Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity)
dinding perut
Iritasi cairan usus (FKUI, 1995).
F. Terapi
1. Penanganan awal
Trauma non- penetrasi (trauma tumpul)
a. Stop makanan dan minuman
b. Imobilisasi
c. Kirim kerumah sakit.
Penetrasi (trauma tajam)
a. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya)
tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis
b. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan dengan
kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga
tidak memperparah luka.
c. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut
tidakdianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ
yang keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban
steril.
d. Imobilisasi pasien
e. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum
f. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang.
g.Kirim ke rumah sakit
3. Penatalaksanaan Kedaruratan
A. PENGKAJIAN
B. DIAGNOSA
Rencana keperawatan
Diagnosa
No Tujan &
keperawatan Intervensi Rasional
kreteria hasil
1 Kerusakan Setelah 1. Kaji kulit - mengetahui
integritas dilakukan dan sejauh mana
kulit tindakan identifikasi perkembangan
berhubungan keperawatan pada tahap luka
dengantrauma selama ± 3x24 perkembang mempermudah
tumpul jam Mencapai an luka. dalam
abdomen penyembuhan 2. Kaji lokasi, melakukan
luka pada ukuran, tindakan yang
waktu yang warna, bau, tepat.
sesuai. serta jumlah - mengidentifikas
Kriteria Hasil : dan tipe i tingkat
- tidak ada cairan luka. keparahan luka
tanda-tanda 3. Pantau akan
infeksi peningkatan mempermudah
seperti pus. suhu tubuh. intervensi.
- luka bersih 4. Berikan - suhu tubuh yang
tidak perawatan meningkat dapat
lembab dan luka dengan diidentifikasika
tidak kotor. tehnik n sebagai
aseptik.
- Tanda-tanda Balut luka
adanya proses
vital dalam peradangan.
dengan kasa
batas kering dan - tehnik aseptik
normal atau steril, membantu
dapat gunakan mempercepat
ditoleransi. plester penyembuhan
kertas. luka dan
5. Jika mencegah
pemulihan terjadinya
tidak terjadi infeksi.
kolaborasi - agar benda
tindakan asing atau
lanjutan, jaringan yang
misalnya terinfeksi tidak
debridement menyebar luas
. pada area kulit
6. Kolaborasi normal lainnya.
pemberian - antibiotik
antibiotik berguna untuk
sesuai mematikan
indikasi. mikroorganisme
pathogen pada
daerah yang
berisiko terjadi
infeksi.
2 Nyeri Setelah 1. Kaji nyeri - pilihan/
berhubungan dilakukan secara pengawasan
dengan tindakan komprehensi keefektifan
adanya keperawatan f meliputi intervensi.
trauma selama 2 x 10 lokasi, - Petunjuk non-
abdomen atau menit karakteristik, verbal dari nyeri
luka penetrasi diharapkan durasi, atau
abdomen. nyeri yang frekuensi, ketidaknyaman
dialami pasien qualitas, memerlukan
terkontrol intensitas intervensi
Dengan kriteria nyeri dan - Tindakan
hasil: faktor alternative
- Pasien presipitasi untuk
melaporkan 2. Evaluasi mengontrol
nyeri peningkatan nyeri
berkurang iritabilitas,
tegangan - Memfokuskan
- Pasien kembali
tampak otot, gelisah,
perubahan perhatian,
rileks meningkatkan
tanda-tanda
- TTV dalam vital. rasa kontrol dan
batas 3. Berikan dapat
normal (TD tindakan meningkatkan
110-90/70- kenyamanan, kekuatan otot;
90 mmHg, misalnya dapat
nadi 60-100 perubahan meningkatkan
x/menit, posisi, harga diri dan
RR : 16-24 masase kemampuan
x/menit, 4. Ajarkan koping.
suhu 36, 5 menggunaka - Menurunkan
– 37, 50 C) n teknik stimulus nyeri
- Pasien non- - Dibutuhkan
dapat analgetik untuk
menggunak (relaksasi menghilangkan
an teknik progresif, spasme/nyeri
non- latihan napas otot.
analgetik dalam,
untuk imajinasi
menangani visualisasi,
nyeri. sentuhan
terapeutik,
akupresure)
5. Berikan
lingkungan
yang
nyaman
6. Kolaborasi
Berikan obat
sesuai
indikasi :
relaksan
otot,
misalnya :
dantren;
analgesik
3 Risiko tinggi Setelah 1. Pantau -mengidentifikasi
infeksi dilakukan tanda-tanda tanda-tanda
tindakan vital. peradangan
keperawatan 2. Lakukan terutama bila
selama 3 jam perawatan suhu tubuh
infeksi tidak luka dengan meningkat.
terjadi / teknik -mengendalikan
terkontrol. aseptik. penyebaran
Kriteria hasil : 3. Lakukan mikroorganisme
- tidak ada perawatan patogen.
tanda-tanda terhadap
prosedur -untuk mengurangi
infeksi risiko infeksi
seperti pus. invasif
seperti nosokomial.
- luka bersih -penurunan Hb dan
tidak infus,
kateter, peningkatan
lembab dan jumlah leukosit
tidak kotor. drainase
luka, dll. dari normal bisa
- Tanda-tanda 4. Jika terjadi akibat
vital dalam ditemukan terjadinya proses
batas tanda infeksi.
normal atau infeksi -antibiotik
dapat kolaborasi mencegah
ditoleransi. untuk perkembangan
pemeriksaan mikroorganisme
darah, patogen.
seperti Hb
dan leukosit.
5. Kolaborasi
untuk
pemberian
antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA