A. DEFINISI
ARDS adalah suatu penyakit yang ditandai oleh kerusakan luas alveolus dan / atau
membran kapiler paru. ARDS selalu terjadi setelah suatu gangguan besar pada system
paru, kardiovaskular, atau tubuh secara luas (Corwin,2006).
ARDS adalah kondisi kedaruratan paru yang tiba-tiba dan bentuk kegagalan nafas
berat, biasanya terjadi pada orang yang sebelumnya sehat yang telah terpajan pada
berbagai penyebab pulmonal atau nonpulmonal.
ARDS adalah sindrom klinis yang ditandai dengan penurunan progresif kandungan
oksigen arteri yang terjadi setelah penyakit atau cedera (Smeltzer,2010).
ARDS merupakan suatu bentuk gagal nafas akut yang berkembang progresif pada
penderita kritis dan cedera tanpa penyakit paru sebelumnya, ditandai dengan adanya
inflamasi parenkim paru dan peningkatan permeabilitas unit alveoli kapiler yang
mengakibatkan hiperventilasi, hipoksemia berat dan infiltrate luas.
ARDS pertama kali digambarkan sebagai sindrom klinis pada tahun
1967.Diperkirakan ada 150.000 orang yang menderita ARDS tiap tahunnya dan laju
mortalitas tergantung pada etiologi dan sangat bervariasi. Tingkat mortilitasnya 50 %.
Sepsis sistemik merupakan penyebab ARDS terbesar sekitar 50%, trauma 15 %,
cardiopulmonary baypass 15 %, viral pneumoni 10 % dan injeksi obat 5 %.
B. ETIOLOGI
ARDS dapat terjadi akibat cedera langsung kapiler paru atau alveolus. Namun, karena
kapiler dan alveolus berhubungan sangat erat, maka destruksi yang luas pada salah
satunya biasanya menyebabkan estraksi yang lain. Hal ini terjadi akibat pengeluaran
enzim-enzim litik oleh sel-sel yang mati, serta reaksi peradangan yang terjadi setelah
cedera dan kematian sel. Contoh-contoh kondisi yang mempengaruhi kapiler dan alveolus
disajikan di bawah ini.
Destruksi kapiler, apabila kerusakan berawal di membran kapiler, maka akan terjadi
pergerakan plasma dan sel darah merah ke ruang interstisium. Hal ini meningkatkan jarak
yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbon dioksida untuk berdifusi, sehingga
kecepatan pertukaran gas menurun. Cairan yang menumpuk di ruang interstisium
bergerak ke dalam alveolus, mengencerkan surfaktan dan meningkatkan tegangan
permukaan. Gaya yang diperlukan untuk mengembangkan alveolus menjadi sangat
meningkat. Peningkatan tegangan permukaan ditambah oleh edema dan pembengkakan
ruang interstisium dapat menyebabkan atelektasis kompresi yang luas.
Destruksi Alveolus apabila alveolus adalah tempat awal terjadinya kerusakan, maka
luas permukaan yang tersedia untuk pertukaran gas berkurang sehingga kecepatan
pertukaran gas juga menurun. Penyebab kerusakan alveolus antara lain adalah
pneumonia, aspirasi, dan inhalasi asap. Toksisitas oksigen, yang timbul setelah 24-36 jam
terapi oksigen tinggi, juga dapat menjadi penyebab kerusakan membran alveolus melalui
pembentukan radikal-radikal bebas oksigen.
Tanpa oksigen, jaringan vaskular dan paru mengalami hipoksia sehingga semakin
menyebabkan cedera dan kematian sel. Apabila alveolus dan kapiler telah rusak, maka
reaksi peradangan akan terpacu yang menyebabkan terjadinya edema dan pembengkakan
ruang interstitium serta kerusakan kapiler dan alveolus di sekitarnya. Dalam 24 jam
setelah awitan ARDS, terbentuk membran hialin di dalam alveolus. Membran ini adalah
pengendapan fibrin putih yang bertambah secara progesif dan semakin mengurangi
pertukaran gas. Akhirnya terjadi fibrosis menyebabkan alveolus lenyap. Ventilasi,
respirasi dan perfusi semuanya terganggu. Angka kematian akibat ARDS adalah sekitar
50%. (Elisabeth J. Cowin, 2006, hal. 420-421).
Menurut Hudak & Gallo (2007), gangguan yang dapat mencetuskan terjadinya ARDS
adalah:
Sistemik:
o Syok karena beberapa penyebab
o Sepsis gram negative
o Hipotermia
o Hipertermia
o Takar lajak obat (Narkotik, Salisilat, Trisiklik, Paraquat, Metadone, Bleomisin)
o Gangguan hematology (DIC, Transfusi massif, Bypass kardiopulmonal)
o Eklampsia
o Luka bakar
Pulmonal:
o Pneumonia (Viral, bakteri, jamur, penumosistik karinii)
o Trauma (emboli lemak, kontusio paru)
o Aspirasi (cairan gaster, tenggelam, cairan hidrokarbon)
o Pneumositis
Non-Pulmonal:
o Cedera kepala
o Peningkatan TIK
o Pascakardioversi
o Pankreatitis
o Uremia
Perubahan
status kesehatan
Koping individu
tak efektif
Kurang info
tentang penyakit
Stress psikologis
Ansietas
E. Manifestasi Klinik
Gejala klinis utama pada kasus ARDS adalah:
Penurunan kesadaran mental
Takikardi, takipnea
Dispnea dengan kesulitan bernafas
Terdapat retraksi interkosta
Sianosis
Hipoksemia
Auskultasi paru: ronkhi basah, krekels, stridor, wheezing
Auskultasi jantung: BJ normal tanpa murmur atau gallop
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan hasil Analisa Gas Darah:
Hipoksemia (pe ↓ PaO2)
Hipokapnia (pe ↓ PCO2) pada tahap awal karena hiperventilasi
Hiperkapnia (pe ↑ PCO2) menunjukkan gagal ventilasi
Alkalosis respiratori (pH > 7,45) pada tahap dini
Asidosis respiratori / metabolik terjadi pada tahap lanjut
Pemeriksaan Rontgent Dada:
Tahap awal; sedikit normal, infiltrasi pada perihilir paru
Tahap lanjut; Interstisial bilateral difus pada paru, infiltrate di alveoli
Tes Fungsi paru:
Pe ↓ komplain paru dan volume paru
Pirau kanan-kiri meningkat
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Untuk menegakkan diagnosa ARDS sangat tergantung dari pengambilan anamnesa
klinis yang tepat. Pemeriksaan laboraturium yang paling awal adalah hipoksemia,
sehingga penting untuk melakukan pemeriksaan gas-gas darah arteri pada situasi klinis
yang tepat, kemudian hiperkapnea dengan asidosis respiratorik pada tahap akhir. Pada
permulaan, foto dada menunjukkan kelainan minimal dan kadang-kadang terdapat
gambaran edema interstisial. Pemberian oksigen pada tahap awal umumnya dapat
menaikkan tekanan PO2 arteri ke arah yang masih dapat ditolelir. Pada tahap berikutnya
sesak nafas bertambah, sianosis penderita menjadi lebih berat ronki mungkin terdengar di
seluruh paru-paru. Pada saat ini foto dada menunjukkan infiltrate alveolar bilateral dan
tersebar luas. Pada saat terminal sesak nafas menjadi lebih hebat dan volume tidal sangat
menurun, kenaikan PCO2 dan hipoksemia bertambah berat, terdapat asidosis metabolic
sebab hipoksia serta asidosis respiratorik dan tekanan darah sulit dipertahankan.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pasang jalan nafas yang adekuat * Pencegahan infeksi
Ventilasi Mekanik * Dukungan nutrisi
TEAP * Monitor system terhadap respon
Pemantauan oksigenasi arteri * Perawatan kondisi dasar
Cairan
Farmakologi (O2, Diuretik, A.B)
I. KOMPLIKASI
Menurut Hudak & Gallo (2007), komplikasi yang dapat terjadi pada ARDS adalah:
Abnormalitas obstruktif terbatas (keterbatasan aliran udara)
Defek difusi sedang
Hipoksemia selama latihan
Toksisitas oksigen
Sepsis
D. Pengkajian Sekunder
Aktivitas / istrahat
Gejala : - Klien mengeluh mudah lelah
- Klien mengatakan kurang mampu melakukan aktivitas
Tanda : - Klien nampak gelisah
- Kelemahan otot
Sirkulasi
Tanda : - Tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya
hipoksemia)
- Hipotensi terjadi pada stadium lanjut (shock).
- Heart rate: takikardi biasa terjadi
- Kulit dan membran mukosa: mungkin pucat, dingin.
- Cyanosis biasa terjadi (stadium lanjut)
Integritas ego
Gejala : - Klien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakit
- Klien mengatakan takut akan kondisi penyakitnya
Tanda : - Cemas
- Ketakutan akan kematian
a. Pengelompokan data
Data subyektif
- Klien mengeluh mudah lelah
- Klien mengatakan kurang mampu melakukan aktivitas
- Klien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakit
- Klien mengatakan takut akan kondisi penyakitnya
- Klien mengatakan nafsu untuk makan kurang
- Klien mengatakan kesulitan untuk bernapas
- Klien mengatakan merasakan sesak
Data obyektif
- Peningkatan kerja napas (penggunaan otot pernapasan)
- Bunyi napas mungkin crakles, ronchi, dan suara nafas bronchial
- Napas cepat
- Perkusi dada: Dull diatas area konsolidasi
- Penurunan dan tidak seimbangnya ekpansi dada
- Peningkatan fremitus (tremor vibrator pada dada yang ditemukan dengan cara
palpasi.
- Sputum encer, berbusa
- Pallor atau cyanosis
- Perubahan berat badan
- Porsi makan tidak dihabiskan
- Cemas
- Ketakutan akan kematian
- Tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya hipoksemia)
- Hipotensi terjadi pada stadium lanjut (shock).
- Heart rate: takikardi biasa terjadi
- Kulit dan membran mukosa: mungkin pucat, dingin.
- Cyanosis biasa terjadi (stadium lanjut)
- Klien nampak gelisah
- Kelemahan otot
- Klien nampak mudah lelah bila beraktivitas
b. Analisa Data
Data Penyebab Masalah
Ds : Trauma langsung / tak Tidak efektifnya
- Klien mengatakan kesulitan untuk langsung pada paru jalan napas
bernapas ↓
- Klien mengatakan merasakan Mengganggu mekanisme
sesak pertahanan saluran napas
Do : ↓
- Bunyi napas mungkin crakles, Kehilangan fungsi silia
ronchi, dan suara nafas bronchial jalan napas
- Perkusi dada: Dull diatas area ↓
konsolidasi Tidak efektifnya jalan
- Peningkatan fremitus (tremor napas
vibrator pada dada yang
ditemukan dengan cara palpasi.
- Sputum encer, berbusa
Ds : Trauma langsung / tak Gangguan
- Klien mengatakan kesulitan untuk langsung pada paru pertukaran gas
bernapas ↓
- Klien mengatakan merasakan Toksik terhadap
sesak epithelium asleolar
Do : ↓
- Peningkatan kerja napas Kerusakan membrane
(penggunaan otot pernapasan) kapiler alveoli
- Napas cepat ↓
- Penurunan dan tidak Kerusakan epithelium
seimbangnya ekpansi dada alveolar
- Kulit dan membran mukosa: ↓
mungkin pucat, dingin. Kebocoran cairan dalam
- Cyanosis biasa terjadi (stadium alveoli
lanjut) ↓
Edema alveolar
↓
Wolume dan compliance
paru menurun
↓
Ketidak seimbangan
ventilasi perfusi hubungan
arterio – venus dan
kelainan difusi alveoli –
kapiler
↓
Kerusakan pertukaran gas
Ds : Trauma pada paru Intoleransi
- Klien mengeluh mudah lelah ↓ aktivitas
- Klien mengatakan kurang mampu Kerusakan membrane
melakukan aktivitas kapiler alveoli
Do : ↓
- Kelemahan otot Edema alveolar dan
- Klien nampak mudah lelah bila interstitial
beraktivitas ↓
Sesak
↓
Kelemahan otot
↓
Mudah lelah
↓
Intoleransi aktivitas
Ds : Trauma pada paru Gangguan
- Klien mengatakan nafsu untuk ↓ pemenuhan nutrisi
makan kurang Kerusakan membrane
kapiler alveoli
Do : ↓
- Perubahan berat badan Edema alveolar dan
- Porsi makan tidak dihabiskan interstitial
↓
Sesak
↓
Menurunan nafsu makan
↓
Intake nutrisi kurang
↓
Penurunan berat badan
↓
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
c. Prioritas masalah
1) Tidak efektifnya jalan nafas
2) Gangguan pertukaran gas.
3) Gangguan pemenuhan nutrisi
4) Intoleransi aktivitas
5) Ansietas
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan nafas
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan alveolar hipoventilasi, penumpukan
cairan di permukaan alveoli
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi tidak adekuat
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot
5. Cemas/takut berhubungan dengan perubahan status kesehatan
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Hari/ No. Rencana Perawatan Ttd
Tujuan dan Intervensi Rasional
Tgl Dx
Kriteria Hasil
1 Setelah diberikan 1. Catat perubahan 1. Penggunaan otot-otot
tindakan dalam bernafas dan interkostal /abdominal/leher
keperawatan pola nafasnya dapat meningkatkan usaha
selama ..x… dalam bernafas
jam, 2. Observasi dari 2. Pengembangan dada dapat
diharapkan penurunan menjadi batas dari akumulasi
jalan nafas pengembangan cairan dan adanya cairan
menjadi dada dan dapat meningkatkan fremitus
efektif, dengan peningkatan
criteria hasil : fremitus
- Px dapat
mempertahan- 3.Catat 3. Suara nafas terjadi karena
kan jalan nafas karakteristik dari adanya aliran udara melewati
dengan bunyi suara nafas batang tracheo branchial dan
napas yang juga karena adanya cairan,
jernih dan mukus atau sumbatan lain
ronchi (-) dari saluran nafas
- Px bebas dari 4. Catat 4. Karakteristik batuk dapat
dispnea karakteristik dari merubah ketergantungan
- Px dapat batuk pada penyebab dan etiologi
mengeluarkan dari jalan nafas. Adanya
secret tanpa sputum dapat dalam jumlah
kesulitan yang banyak, tebal dan
- Px dapat purulent
memperlihatka 5. Pertahankan 5. Pemeliharaan jalan nafas
n tingkah laku posisi tubuh/posisi bagian nafas dengan paten
mempertahank kepala dan gunakan
a jalan nafas jalan nafas
- RR = 20 tambahan bila perlu
x/menit ; HR = 6. Kaji kemampuan 6. Penimbunan sekret
75 – 100 batuk, latihan nafas mengganggu ventilasi dan
x/menit dalam, perubahan predisposisi perkembangan
posisi dan lakukan atelektasis dan infeksi paru
suction bila ada
indikasi
7. Peningkatan oral 7. Peningkatan cairan per
intake jika oral dapat mengencerkan
memungkinkan sputum
Kolaborasi:
8. Berikan oksigen, 8. Mengeluarkan sekret dan
cairan IV; meningkatkan transport
tempatkan di kamar oksigen
humidifier sesuai
indikasi
9. Berikan 9. Meningkatkan drainase
fisiotherapi dada sekret paru, peningkatan
misalnya: postural efisiensi penggunaan otot-oto
drainase, perkusi pernafasan
dada/vibrasi jika
ada indikasi
10. Berikan therapi 10. Dapat berfungsi sebagai
aerosol, ultrasonik bronchodilatasi dan
nabulasasi mengeluarkan secret
11. Berikan 11. Diberikan untuk
bronchodilator mengurangi bronchospasme,
misalnya: menurunkan viskositas secret
aminofilin, albuteal dan meningkatkan ventilasi
dan mukolitik
6. Awasi 6. Memberikan
pemeriksaan informasi tentang
laboratorium sesuai dukungan nutrisi adekuat
indikasi, contoh / perlu perubahan
serum, transferrin,
glukosa
Kolaborasi:
9. Memberikan 9. Mungkin dibutuhkan
sedative sesuai untuk menolong dalam
indikasi dan mengontrol kecemasan
monitor efek yang dan meningkatkan
merugikan istirahat. Bagaimanapun
juga efek samping
seperti depresi
pernafasan mungkin
batas atau kontraindikasi
penggunaan.
DAFTAR PUSTAKA