Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN ARDS

Oleh:

MAULIA HERMITA

1912101020020

KEPANITERAAN KLINIK KEPERAWATAN SENIOR (K3S)


KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN

ACUTE RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME (ARDS)

A. KONSEP
1. Pengertian
ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome) adalah gangguan pernafasan

berat yang disebabkan oleh penumpukan cairan di alveoli atau kantung udara

kecil di paru-paru. Gejala utamanya yaitu sesak napas berat dan sulit bernapas.

ARDS merupakan suatu kondisi yang menyebabkan cairan bocor ke paru-paru,

sehingga darah tidak dapat mengambil oksigen untuk dibawa ke seluruh tubuh

dan dapat menyebabkan organ-organ seperti ginjal atau otak tidak berfugsi

sebagaimana mestinya (WebMD, 2020).

Acute Respiraotry Distress Syndrome (ARDS) merupakan suatu bentukan dari

gagal nafas akut yang ditandai dengan : hipoksemia, penurunan fungsi paru-paru,

dispnea, edema paru-paru bilateral tanpa gagal jantung, dan infiltrate yang

menyebar. Selain itu ARDS juga dikenal dengan nama “noncardiogenic

pulmonary edema atau shock pulmonary” (Martin, 2016).

2. Etiologi

ARDS disebabkan oleh kerusakan alveoli akibat merembesnya cairan dari

pembuluh darah kapiler di dalam paru-paru ke dalam alveoli. Alveoli adalah

kantong udara di paru-paru yang berfungsi menyalurkan oksigen ke darah dan

mengeluarkan karbondioksida dari dalam darah.

Pada kondisi normal, membran yang melindungi pembuluh darah kapiler

menjaga cairan tetap di dalam pembuluh darah. Namun, pada ARDS, cedera atau

penyakit berat menyebabkan kerusakan pada membran pelindung tersebut,

sehingga cairan bocor ke alveoli.


Penumpukan cairan tersebut membuat paru-paru tidak bisa terisi udara,

sehingga pasokan oksigen ke aliran darah dan tubuh menjadi berkurang.

Kekurangan pasokan oksigen ini akan menyebabkan terhentinya fungsi organ,

termasuk otak dan ginjal. Jika dibiarkan, kondisi ini akan mengancam nyawa

penderitanya (Mayo Clinic 2018). Beberapa kondisi dan penyakit yang bisa

menyebabkan ARDS adalah:

 Sepsis

 Cedera di kepala atau dada, misalnya akibat benturan atau kecelakaan

 Pneumonia (infeksi paru-paru) yang berat

 Luka bakar

 Menghirup zat berbahaya, seperti asap pekat atau uap kimia

 Tersedak atau kondisi nyaris tenggelam

 Menerima transfusi darah dengan volume darah yang banyak

 Pankreatitis

3. Manifestasi Klinis

Gejala klinis utama pada kasus ARDS adalah:


a. Penurunan kesadaran mental
b. Dispnea serta takipnea yang berat akibat hipoksemia
c. Terdapat retraksi interoksa
d. Sianosis
e. Hipoksemia
f. Auskultasi paru: ronkhi basah,krekels, wheezing
g. Hipotensi
4. Patofisiologi

Sindrom ARDS selalu berhubungan dengan penambahan cairan dalam paru.

Sindrom ini merupakan suatu edema paru yang berbeda dari edema paru karena

kelainan jantung. Perbedaannya terletak pada tidak adanya peningkatan tekanan

hidrostatik kapiler paru. Dari segi histologist, mula-mula terjadi kerusakan

membrane kapiler alveoli, selanjutnya terjadi peningkatan permeabilitas

endothelium kapiler paru dan epitel alveoli yang mengakibatkan edema paru

ARDS, pentng untuk mengetahui hubungan struktur dan fungsi alveoli.

Membran alveoli terdiri atas dua tipe sel yaitu sel tipe 1 ( tipe A) sel

penyokong yang tidak mempunyai mkrovili dan amat tipis. Sel tipe II (tipe B)

berbentuk hamper seperti kubus dengan mikrovili dan merupakan sumber utama

surfaktan alveoli. Sekat pemisah udara dan pembuluh darah disusun dari sel tipe I

atau tipe II dengan membrane basal endothelium dan sel endothelium.

Sel pneumosit tipe I amat peka terhadap kerusakan yang disebabkan oleh

berbagai zat yang terinhalasi. JIka terjadi kerusakan sel-sel yang menyusun 95%

dari permukaan alveoli ini, akan amat menurunkan keutuhan sekat pemisah

alveoli-kapiler. Pada kerusakan mendadak paru, mula-mula terjadi peradangan

interstitial, edema, dan perdarahan yang disertai dengan profilasi sel tipe II yang

rusak. Keadaan ini dapat membaik secara lambat atau membentuk fibrosis paru

secara luas.

Sel endotel mempunyai celah yang dapat menjadi lebih besar daripada 60

amstrong sehingga terjadi perembesan cairan dan unsure-unsur lain dari darah ke

dalam alveoli dan terjadi edema paru. Mekanisme kerusakan endotel pada ARDS

dimulai dengan aktivitas komplemen sebagai akibat trauma, syok, dan lain-lain.

Selanjutmya aktivitas komplemen akan menghasilkan C5a yang menyebabkan


granulosit teraktivasi dan menempel serta merusak endothelium mikrovaskuler

paru, sehingga mengakibatkan peningkatan peremeabilitas kapiler paru. Agregasi

granulosit neutrofil merusak sel endhotelium dengan melepaskan protease yang

menghancurkan struktur protein seperti kolagen, elastin dan fibronektin, dan

proteolisis protein plasma dalam sirkulasi seperti faktor Hageman, fibrinogen, dan

komplemen (Martin, 2016).

Adanya peningkatan permeabilitas kapiler akan menyebabkan cairan

merembes ke jaringan interstitial dan alveoli, menyebabkan edema paru dan

atelekstatis kogestif yang luas. Terjadi pengurangan volume paru, paru menjadi

kaku dan komplien paru menurun. Kapasitas residu fugsional menurun.

Hipoksemia berat merupakan gejaka penting ARDS dan penyebab hipoksemia

adalah ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, hubungan arterio-venous (aliran

darah mengalir ke alveoli yang kolpas) dan kelainan difusi alveoli kapiler akibat

penebalan dinding alveoli kapiler. Edema menyebabkan jumlah udara sisa

(residu) pada paru di akhir eskpirasi normal dan kapasitas residu fiungsional

(FRC) menurun (Mutaqin, 2013).


5. Pathway

Pelepasan dari
Trauma tipe ll
Henti fibrinopeptida dan
pheocytes
simpatetik asam amino

hipotalamus
Penurunan
Trauma endothelium surfactan
Vasokontriksi paru dan epithelium
paru alveolar

Atelektasis
Perubahan volume darah
menuju sirkulasi paru Peningkatan
permeabilitas
Fungsi Broncho
Peningkatan tekanan
residu spasme
hidrostatik kapiler
kapasitas
pulmonal Edemaparu
menurun

Kelebihan Penurunanpenge
volume cairan mbangan paru Pemenuhan
paruberkurang

Cairan menumpuk di Hipoksemia


intestinium
Abnormalitas
ventilasi -
Mencairkan Peningkatankerja
perfusi
sistem surfaktan pernapasan

Ketidakefektifan
Gangguan
pola nafas
Infiltrat Ronchi pertukaran
alveolar gas

Ketidakefektifan
Gambar 2.3 Patofisiologi Nanda NIC NOC
bersihan jalan
nafas
6. Pemeriksaan diagnostik

a. Laboratorium
1) Analisa gas darah:
a) Hipoksemia (penurunan PaO2)
b) Hipokapnia (penurunan PCO2) Pada tahap awal karena hiperventilasi
c) Hiperkapnia (peningkatan PC02) menunjukan gagal ventilasi
d) Alkalosi respiratori (pH >7,45) pada tahap dini
e) Asedosis respiratori/metabolic terjadi pada tahap lanjut.
2) Leukosit (pada sepsis), anemia, trombositopenia (refleksi implamasi
sistemik dan injuri endotel), peningkatan kadar amilasee (pada pancreatitis).

7. Komplikasi
Penderita ARDS dapat mengalami komplikasi, baik akibat ARDS itu sendiri

maupun akibat efek samping dari pengobatannya (Mayo Clinic, 2018). Beberapa

komplikasi tersebut adalah:

 DVT (deep vein thrombosis) atau penggumpalan darah pada pembuluh darah

vena dalam di tungkai akibat berbaring terus menerus

 Pneumothorax atau penumpukan udara pada selaput pleura, umumnya terjadi

akibat tekanan udara dari penggunaan ventilator

 Infeksi paru-paru akibat masuknya kuman ke paru-paru melalui alat bantu

napas

 Fibrosis paru atau pembentukan jaringan parut di paru-paru yang membuat

paru-paru makin sulit memasok oksigen ke darah

Selain komplikasi di atas, penderita ARDS yang berhasil sembuh bisa mengalami

gangguan kesehatan jangka panjang, seperti:

 Gangguan pernapasan, seperti napas pendek, sehingga pasien membutuhkan

bantuan oksigen dalam jangka panjang

 Gangguan daya pikir dan daya ingat akibat kerusakan otak


 Lemah dan atrofi otot akibat terlalu lama tidak digunakan untuk bergerak

(pada pasien yang harus berbaring lama)

 Depresi

8. Penatalaksanaan

Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki masalah ancaman


dengan segera antara lain :
a. Terapi Oksigen
Oksigen adalah obat dengan sifat terapeutik yang penting dan secara
potensial mempunyai efek samping toksik. Pasien tanpa riwayat penyakit paru-
paru tampak toleran dengan oksigen 100% selama 24-27 jam tanpa abnormalitas
fisiologis yang spesifik.
b. Ventilasi Mekanik
Aspek penting perawatan ARDS adalah ventilasi mekanik. Terapi
modalitas ini bertujuan untuk memberikan dukungan ventilasi sampai integritas
membran alveolakapiler kembali membaik. Dua tujuan tambahan adalah :
1) Memelihara ventilasi adekuat dan oksigen selama periode kritis hipoksemia
berat.
2) Mengatsi faktor etiologi yang mengawali penyebab distress pernafasan.
c. Positif and Expiratory Breathing (PEEB)
Ventilasi dan oksigen adekuat diberikan melalui volume ventilator dengan
tekanan dan kemampuan aliran yang tinggi, dimana PEEB dapat di tambahkan
positif and expiratory breathing (PEEB) dipertahankan dalam alveoli melalui
siklus pernafasan untuk mecegah alveoli kolaps pada akhir ekpirasi. Komplikasi
utama PEEB adalah penurunan curah jantung dan barotrauma. Hal tersebut
seringkali terjadi jika pasien diventilasi dengan tidal volume di atas 15ml/kg
atau PEEB tingkat tinggi. Peralatan selang dada torakstomi darurat harus siap
sedia.
d. Pemantauan oksigen Arteri Adekuat
Sebagian besar volume oksigen di transpor ke jaringan dalam bentuk
oksihemoglobin. Bila anemia terjadi, kandungan oksigen dalam darah menurun.
Sebagian akibat efek ventilasi mekanik PEEB pengukuran seri hemoglobin
perlu dilakukan untuk kalkulasi kandungan oksigen yang akan menetukan
kebutuhan untuk transfusi sel darah merah.
e. Terapi farmakologi
Penderita ARDS sering diberikan obat untuk mengatasi efek samping. Ini
termasuk jenis obat berikut:
 Obat pereda nyeri untuk meringankan ketidaknyamanan
 Antibiotik untuk mengobati infeksi
 Pengencer darah untuk mencegah pembentukan gumpalan di paru-paru atau kaki.
f. Pemeliharaan jalan nafas
Selang endotracheal atau selang trakheostomi disediakan tidak hanya
sebagai jalan nafas, tetapi juga melindungi jalan nafas (dengan cuff utuh),
memberikan dukungan ventilasi kontinu dan memberikan konsentrasi oksigen
terus-menerus. Pemeliharaan jalan nafas meliputi: mengetahui waktu
penghisapan, teknik penghisapan, tekanan cuff adekuat, pencegahan nekrosis
tekanan nasal dan oral untuk membuang secret, dan pemonitoran konstan
terhadap jalan nafas bagian atas.
g. Pencegahan Infeksi
Perhatian penting terhadap sekresi pada saluran pernafasan bagian atas
dan bawah serta pencegahan infeksi melalui teknik penghisapan yang telah
dilakukan. Infeksi nosocomial adalah infeksi yang didapatkan di rumah sakit.
h. Dukungan Nutrisi
Malnutrisi merupakan masalah umum pada paseien dengan masalah kritis.
Nutrisi parental total (hiperalimentsi intravena) atau pemberian makanan
melalui selang dapat memperbaiki malnutrisi dan kemungkinan pasien untuk
menghindari gagal nafas sehubungan dengan nutrisi buruk pada otot inspirasi.
i. Monitor semua sistem terhadap respon tarapi dan potensial komplikasi
Rata-rata mortalita 50-70%, dapat menimbulkan gejala sisa saat
penyembuhan. Prognosis jangka panjag baik. Abnormalitas obstruksif terbatas,
defek difusi sedang dan hipoksemia selama latihan.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian primer
1) Airway
a) Peningkatan sekresi pernapasan
b) Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
c) Jalan napas adanya sputum, secret, lendir, darah, dan benda asing,
d) Jalan napas bersih atau tidak
2) Breathing
a) Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu,
retraksi.
b) Peningkatan frekuensi nafas.
c) Nafas dangkal dan cepat
d) Kelemahan otot pernapasan
e) Reflek batuk ada atau tidak
f) Penggunaan otot Bantu pernapasan
g) Penggunaan alat Bantu pernapasan ada atau tidak
h) Irama pernapasan : teratur atau tidak
i) Bunyi napas Normal atau tidak
3) Circulation
a) Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
b) Sakit kepala
c) Gangguan tingkat kesadaran
4) Disability
a) Keadaan umum : GCS, tingkat kesadaran, nyeri atau tidak
b) Adanya trauma atau tidak pada thoraks
5) Exposure
a) Enviromental control
b) Buka baju penderita tetapi cegah terjadinya hipotermia.

b. Pengkajian Sekunder
1) Identitas Pasien
Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, Tanggal
Pengkajian.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji apakah klien sebelum masuk rumah sakit memiliki riwayat penyait
yang sama ketika klien mauk rumah sakit.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji apakah klien pernah menderita riwayat penyakit yang sama
sebelumnya.
4) Pemeriksaan Fisik
a) B1 (Breath)
Sesak nafas, nafas cepat dan dangkal, apakah terdapat suara tambahan
seperti krekel, ronchi, wheezing.
b) B2 (Blood)
Takikardi, tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya
hipoksemia).
c) B3 (Brain)
Tingkat kesadaran menurun (seperti bingung atau agitasi), pingsan, nyeri
kepala (penyebabnya karena adanya trauma), mata berkunang-kunang,
berkeringat banyak.
d) B4 (Bowel)
Adakah penurunan prouksi urine (berkurangnya produksi urine
menunjukkan adanya gangguan perfusi ginjal).
e) B5 (Bladder)
Status cairan dan nutrisi penting dikaji karena bila ada gangguan status
nutrisi dan cairan akan memperberat keadaan seperti cairan yang
berlebihan dan albumin yang rendah akan memperberat edema paru.
f) B6 (Bone)
Kelemahan otot, mudah lelah
2. Diagnosa dan Intervensi keperawatan
airway
Diagnosa : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan secret pulmonal
Intervensi :
a. Kaji kesadaran pasien dengan menyentuh, menggoyang dan memanggil
namanya
b. Lakukan panggilan untuk pertolongan darurat
c. Beri posisi telentang pada permukaan rata yang tidak keras, kedua lengan
pasien disamping tubuhnya
d. Berikan pertolongan dengan nafas buatn
e. Buka jalan nafas dengan teknik tengadahkan kepala, topang dagu untuk
membuka jalan nafas, jari tengah, jari manis dan kelengking bisa digunakan
untuk menopang dagu sedangkan jari telunjuk untuk mengeluarkan benda
asing yang ada dalam mulut.
Breathing (pernafasan)
Dalam mengkaji pernafasan pasien gawat darurat dengan ARDS, akan
menjumpai pasien mengalami sesak dan irama pernafasannya tidak teratur. Ini
dikarenakan karena adanya peningkatan secret pada organ paru. Akan
dijumpai takipnea, penggunaan otot-otot bantu pernafasan dan suara nafas
tambahan (ronkhi)
Diagnosa :
 Gangguan pertukarang gas berhubungan dengan penumpukan cairan di
alveoli, alveolar hipoventilasi
 Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan pertukarang gas tidak
adekuat, penurunan kemampuan untuk oksigenasi
Intervensi :
a. Kaji pernafasan pasien dengan mendekatkan telinga diatas mulut/hidung
pasien sambil mempertahankan pembukaan jalan nafas
b. Perhatikan dada pasien dengan melihat gerakan naik turunnya dada
pasien
c. Auskultasi udara yang keluar waktu ekspirasi, merasakan adanya aliran
udara
d. Berikan nafas bantuan
e. Setelah itu observasi kembali naik turunnya dada, mendengar dan
merasakan udara yang keluar pada waktu ekshalasi
Circulation
Karena adanya masalah pada organ paru, maka akan terjadi penurunan
balik vena (cardio pulmonary), yang kemudian akan menyebabkan
penurunan curah jantung. Sehingga dalam mengobservasi tekanan darah,
akan didapatkan hasil pasien mengalami hipotensi. Tekanan darah yang
rendah ini akan menyebabkan darah sulit sampai pada pembuluh
darah/jaringan-jaringan perifer, sehingga tidak jarang akan mendapat
pasien dengan sianosis, dan edema.
Diagnosa :
 Resiko gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
penurunan aliran balik vena, penurunan curah jantung
Intervensi :
a. Tentukan ada tidaknya denyut nadi
b. Hubungi system darurat dengan memberikan informasi tentang hal-
hal yang terjadi dan peralatan yang dibutuhkan
c. Kompresi dada luar akan menyebabkan sirkulasi ke paru-paru dan
ikuti dengan ventilasi
Disability
Pada pasien ARDS, biasanya akan mengalami penurunan kesadaran.
Ini mungkin diakibatkan transport oksigen ke otak yang kurang/tidak
mencukupi (menurunnya curah jantung hipotensi) yang akhirnya darah
akan sulit mencapai jaringan otak. Pada pasien ARDS kesadaran
memang mungkin akan menurun tetapi GCS nya masih sekitar 12-13.
Sehingga kita lebih memprioritaskan pernafasan dan pemompaan
jantungnya, karena apabila pernafasan dan pemompaan jantungnya
sudah tertangani dengan baik maka secara otomatis kesdarannya akan
membaik.
Exposure (pengkajian secara menyeluruh)
Setelah kita mengkaji secara menyeluruh dan sistematis mulai dari
airway, breathing, circulation dan disability, sekarang kita mengkaji
secara menyeluruh untuk melihat apakah ada organ lain yang
mengalami gangguan, sehingga dapat diberikan perawatan
DAFTAR PUSTAKA

Allen, S., & Boskey, E. Healthline (2018). Acute Respiratory Distress Syndrome.

Aplikasi Asuhan Keperawatan Nanda NIC-NOC Edisi Jilid 1. 2015.

Martin. (2016). Acute respiratory distress syndrome. Indonesian Journal of Chest (Critical
and Emergency Medicine), 3(2), 54-57.

Mayo Clinic (2018). Diseases & Conditions. ARDS.

WebMD (2020). Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)

Anda mungkin juga menyukai