Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

KASUS GAWAT DARURAT PADA RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kegawat Daruratan

OLEH :

KURNIASIH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BUDI LUHUR
CIMAHI
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

KASUS GAWAT DARURAT PADA RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME

1. DEFINISI

Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS) merupakan sindrom yang


ditandai oleh peningkatan permeabilitas membrane alveolar-kapiler terhadap
air, larutan dan protein plasma di sertai kerusakan alveolar difus dan akumulasi
cairan dalam perenkim paru yang mengandung protein.Sindrom klinis yang
ditandai dengan penurunan progresif kandungan oksigen arteri yang terjadi
setelah penyakit atau cidera serius (Brunner & suddarth,2001).Kondisi paru
yang tiba-tiba dan bentuk kegagalan nafas berat,biasanya terjadi pada orang
yang sebelumnya sehat yang telah terpajan pada berbagai penyebab pulmonal
dan non pulmonal (Hudak & gallo,1997)
Merupakan sindrom yang ditandai oleh peningkatan permabililitas
membrane alveolar kapiler terhadap air,larutan, dan protein plasma disertai
kerusakan alvoler difus dan akumulasi cairan dalam parenkim paru yang
mengandung protein (Aru W,dkk,2006)
Gagal nafas akut /ARDS adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk
mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida
(PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkanoleh masalah ventilasi difusi atau
perfusi (Susan Martin T, 1997)
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) merupakan kerusakan
paru total akibat berbagai etiologi. Keadaan ini dapat dipicu oleh berbagai hal,
misalnya sepsis, pneumonia viral atau bakterial, aspirasi isi lambung, trauma
dada, syok yang berkepanjangan, terbakar, emboli lemak, tenggelam, transfuse
darah masif, bypass kardiopulmonal, keracunan O2 , perdarahan pankreatitis
akut, inhalasi gas beracun, serta konsumsi obat-obatan tertentu.  ADRS
merupakan keadaan darurat medis yang dipicu oleh berbagai proses akut yang
berhubungan langsung ataupun tidak langsung dengan kerusakan paru.

2. ETIOLOGI
1. Depresi Sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan
yang menngendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan
medulla) sehingga pernafasan lambat dan dangkal
2. Kelainan neurologis primer
Akan memperngaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat
pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang otak terus ke
saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf seperti
gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau pertemuan
neuromuslular yang terjadi pada pernapasan akan
sangatmempengaruhiventilasi.
3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan
ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang mendasari,
penyakit pleura atau trauma dan cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas.
4. Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas.
Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan
perdarahan dari hidung dan mulut dapat mnegarah pada obstruksi jalan nafas
atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang
iga dapat terjadi dan mungkin meyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat
terjadi dan dapat mengarah pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk
memperbaiki patologi yang mendasar.
5. Penyakit akut paru
Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau
pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi
lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru dan
edema paru adalah beberapa kondisi lain yang menyababkan gagal nafas.
Penyebabnya bisa penyakit apapun, yang secara langsung ataupun tidak langsung
melukai paru-paru:
1. Trauma langsung pada paru:
- Pneumonovirus, bakteri, funga.
- Aspirasi cairan lambung.
- Inhalasi asap berlebih.
- Inhalasi toksin.
- Menghisap O2 konsentrasi tinggi dalam waktu lama.
2. Trauma tidaklangsung :
- Sepsis.
- Shock, luka bakar hebat.
- DIC (Dissemineted Intravaskuler Coagulation).
- Pankeatitis.
- Uremia.
- Overdosis Obat seperti heroin, metadon, propoksifen atau aspirin.
- Idiophatic (tidakdiketahui).
- Bedah Cardiobaypass yang lama.
- Transfusi darah yang banyak.
- PIH (Pregnand Induced Hipertension).
- Peningkatan TIK.
- Terapiradiasi.
- Trauma hebat, Cedera pada dada.
3. Gejala biasanya muncul dalam waktu 24-48 jam setelah terjadinya penyakit
atau cedera. SGPA (sindromgawat pernafasan akut) seringkali terjadi
bersamaan dengan kegagalan organ lainnya, seperti hati atau ginjal. Salah satu
factor resikodari SGPA adalah merokok sigaret. Angka kejadian SGPA
adalahsekitar 14 diantara 100.000 orang/tahun. Gangguan yang dapat
mencetuskan terjadinya ARDS adalah:
Sistemik:
- Syok karena beberapa penyebab.
- Sepsis gram negative.
- Hipotermia, Hipertermia.
- Takarlajakobat (Narkotik, Salisilat, Trisiklik, Paraquat,Metadone, Bleomisin).
- Gangguan hematology (DIC, Transfusi massif, Bypass kardiopulmonal)
- Eklampsiag.
Luka bakar Pulmonal :
- Pneumonia (Viral, bakteri, jamur, penumosistikkarinii)
- Trauma (emboli lemak, kontusioparu).
- Aspirasi ( cairangaster, tenggelam, cairanhidrokarbon)
Pneumositis Non-Pulmonal :
- Cedera kepala.
- Peningkatan TIK
- Pascakardioversid. Pankreatitise. Uremi

3. PATOFISIOLOGI

Pelepasan dari
Trauma tipe ll
fibrinopeptida dan
Henti pheocytes
asam amino
simpatetik
hipotalamus

Penurunan
Trauma endothelium surfactan
Vasokontriksi paru dan epithelium
paru alveolar

Atelektasis
Perubahan volume darah
menuju sirkulasi paru Peningkatan
permeabilitas

Fungsi Broncho
Peningkatan tekanan residu spasme
hidrostatik kapiler kapasitas
pulmonal Edemaparu menurun

Kelebihan Penurunan
Pemenuhan
volume cairan pengembangan
paru
paru
berkurang

Cairan menumpuk di Hipoksemia


intestinium
Abnormalitas
ventilasi -
Peningkatankerj
Mencairkan perfusi
sistem surfaktan apernapasan

Ketidakefektifan Gangguan
pola nafas pertukaran
Infiltrat Ronchi
alveolar gas

Ketidakefektifan
bersihan jalan Gambar 2.3 Patofisiologi Nanda NIC NOC
nafas
4. MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinis utama pada kasus ARDS :


1. Peningkatan jumlah pernapasan
2. Klien mengeluh sulit bernapas, retraksi dan sianosis
3. Pada Auskultasi mungkin terdapat suara napas tambahan
4. Penurunan kesadaran mental
5. Takikardi, takipnea
Takikardia yang menandakan upaya jantung untuk memberikan lebih
banyak lagi oksigen kepada sel dan organ vital.
6. Terdapat retraksi interkosta
7. Sianosis
8. Hipoksemia
9. Auskultasi paru : ronkhi basah, krekels, stridor, wheezing.
Ronchibasahdankering yang
terdengardanterjadikarenapenumpukancairan di dalamparu-paru.
10. Auskultasi jantung : BJ normal tanpa murmur atau gallop     
11. Pernapasan yang cepatsertadangkaldandispnea dengan kesulitan
bernafas, yang terjadi beberapa jam hingga beberapa hari pasca cedera
awal. Gejala ini timbul sebagai reaksi terhadap penurunan kadar
oksigen dalam darah.
12. Peningkatan frekuensi ventilasi akibat hipoksemia dan efeknya pada
pusat pnumotaksis.
13. Retraksi intercostal dan suprasternal akibat peningkatan dan upaya
yang diperlukan untuk mengembangkan paru-paru yang kaku.
14. Gelisah, khawatir dan kelambanan mental yang terjadi karena sel-sel
otak mengalami hipoksia.
15. Disfungsi motorik yang terjadi karena hipoksia berlanjut.
16. Asidosis respiratorik yang terjadi ketika karbondioksida bertumpuk di
dalam darah dan kadaroksigen menurun.
17. Asidosis metabolik yang pada akhirnya akan terjadi sebagai akibat
kegagalan mekanisme kompensasi.
5. PENGKAJIAN

a. Identitas
Identitas pada klien diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan,
suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung
biaya.
b. Keluhan utama
Keluhan menyebabkan klien dengan ARDS meminta pertolongan dari tim
Kesehatan.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat penyakit saat ini
Pengkajian ringkas dengan PQRST dapat lebih memudahkan perawat
dalam melengkapi pengkajian.
- Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor
penyebab sesak napas, apakah sesak napas berkurang apabila
beristirahat?
- Quality of Pain: seperti apa rasa sesak napas yang dirasakan atau
digambarkan klien, apakah rasa sesaknya seperti tercekik atau susah
dalam melakukan inspirasi atau kesulitan dalam mencari posisi yang
enak dalam melakukan pernapasan?
- Region: di mana rasa berat dalam melakukan pernapasan?
- Severity of Pain: seberapa jauh rasa sesak yang dirasakan klien?
- Time: berapa lama rasa nyeri berlangsung, kapan, bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari, apakah gejala timbul mendadak,
perlahan-lahan atau seketika itu juga, apakah timbul gejala secara
terus-menerus atau hilang timbul (intermitten), apa yang sedang
dilakukan klien saat gejala timbul, lama timbulnya (durasi), kapan
gejala tersebut pertama kali timbul (onset).
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya
klien pernah menderita ARDS, Tanyakan mengenai obat-obat yang biasa
diminum oleh klien pada masa lalu. Catat adanya efek samping yang terjai
di masa lalu. Kaji lebih dalam tentang seberapa jauh penurunan berat
badan (BB) dalam enam bulan terakhir. Penurunan BB pada klien dengan
ARDS berhubungan erat dengan proses penyembuhan penyakit serta
adanya anoreksia dan mual.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Secara patologi ARDS tidak diturunkan/tidak?
Pengkajian primer
1. Airway : Mengenali adanya sumbatan jalan napas
a. Peningkatan sekresi pernapasan
b. Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
c. Jalan napas adanya sputum, secret, lendir, darah, dan benda asing,
d. Jalan napas bersih atau tidak
2. Breathing
a. Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu,
retraksi.
b. Frekuensi pernapasan : cepat
c. Sesak napas atau tidak
d. Kedalaman Pernapasan
e. Retraksi atau tarikan dinding dada atau tidak
f. Reflek batuk ada atau tidak
g. Penggunaan otot Bantu pernapasan
h. Penggunaan alat Bantu pernapasan ada atau tidak
i. Irama pernapasan : teratur atau tidak
j. Bunyi napas Normal atau tidak
3. Circulation
a. Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
b. Sakit kepala
c. Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk
d. Papiledema
e. Penurunan haluaran urine
4. Disability
a. Keadaan umum : GCS, kesadaran, nyeri atau tidak
b. adanya trauma atau tidak pada thorax
c. Riwayat penyakit dahulu / sekarang
d. Riwayat pengobatan
e. Obat-obatan / Drugs
Pemeriksaan fisik
1. Mata 
a. Konjungtiva pucat (karena anemia)
b. Konjungtiva sianosis (karena hipoksia)
c. Konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak atau endokarditis)
2. Kulit 
a. Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer)
b. Sianosis secara umum (hipoksemia)
c. Penurunan turgor (dehidrasi)
d. Edema 
e. Edema periorbital
3. Jari dan kuku
a. Sianosis 
b. Clubbing finger
4. Mulut dan bibir 
a. Membrane mukosa sianosis
b. Bernafas dengan mengerutkan mulut 
5. Hidung 
Pernapasan dengan cuping hidung
6. Vena leher : Adanya distensi/bendungan 
7. Dada 
a. Retraksi otot bantu pernafasan (karena peningkatan aktivitas pernafasan,
dispnea, atau obstruksi jalan pernafasan)
b. Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dengan kanan 
c. Tactil fremitus, thrill, (getaran pada dada karena udara/suara melewati
saluran /rongga pernafasan)
d. Suara nafas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
e. Suara nafas tidak normal (crekler/reles, ronchi, wheezing, friction rub, /pleural
friction)
f. Bunyi perkusi (resonan, hiperresonan, dullness)
8. Pola pernafasan 
a. Pernafasan normal (eupnea)
b. Pernafasan cepat (tacypnea)
c. Pernafasan lambat (bradypnea)
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan fungsi ventilasi


a. Frekuensi pernafasan per menit
b. Volume tidal
c. Ventilasi semenit
d. Kapasitas vital paksa
e. Volume ekspirasi paksa dalam 1 detik
f. Daya inspirasi maksimum
g. Rasio ruang mati/volume tidal
h. PaCO2, mmHg.
2. Pemeriksaan status oksigen
3. Pemeriksaan status asam-basa
4. Arteri gas darah (AGD) menunjukkan penyimpangan dari nilai normal pada
PaO2, PaCO2, dan pH dari pasien normal; atau PaO2 kurang dari 50 mmHg,
PaCO2 lebih dari 50 mmHg, dan pH < 7,35.
5. Oksimetri nadi untuk mendeteksi penurunan SaO2
6. Pemantauan CO2 tidal akhir (kapnografi) menunjukkan peningkatan
7. Hitung darah lengkap, serum elektrolit, urinalisis dan kultur (darah, sputum)
untuk menentukan penyebab utama dari kondisi pasien.
8. Sinar-X dada dapat menunjukkan penyakit yang mendasarinya.
9. EKG, mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan,
disritmia.
10. Pemeriksaan hasil Analisa Gas Darah :
a. Hipoksemia ( pe ↓ PaO2 ) 2. Hipokapnia ( pe ↓ PCO2 ) pada tahap awal
karena hiperventilasi
b. Hiperkapnia ( pe ↑ PCO2 ) menunjukkan gagal ventilasi
c. Alkalosis respiratori ( pH > 7,45 ) pada tahap dini
d. Asidosis respiratori / metabolik terjadi pada tahap lanjut
11. Pemeriksaan Rontgent Dada :
a. Tahap awal ; sedikit normal, infiltrasi pada perihilir paru
b. Tahap lanjut ; Interstisial bilateral difus pada paru, infiltrate di alveoli
12. Tes Fungsi paru :
a. Pe ↓ komplain paru dan volume paru
b. Pirau kanan-kiri meningkat
7. PENCEGAHAN DAN PENATALAKSANAAN FARMAKOLOGI
KEPERAWATAN

Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki masalah ancaman


dengan segera antara lain :
a. Terapi Oksigen
Oksigen adalah obat dengan sifat terapeutik yang penting dan secara
potensial mempunyai efek samping toksik. Pasien tanpa riwayat penyakit paru-
paru tampak toleran dengan oksigen 100% selama 24-27 jam tanpa
abnormalitas fisiologis yang spesifik.
b. Vetilasi Mekanik
Aspek penting perawatan ARDS adalah ventilasi mekanik. Terapi
modalitas ini bertujuan untuk memberikan dukungan ventilasi sampai integritas
membran alveolakapiler kembali mmebaik. Dua tujuan tambahan adalah :
1) Memelihara ventilasi adekuat dan oksigen selema periode kritis hipoksemia
berat.
2) Mengatsi faktor etiologi yang mengawali penyebab distress pernafasan.
c. Positif and Expiratory Breathing (PEEB)
Ventilasi dan oksigen adekuat diberikan melalui volume ventilator dengan
tekanan dan kemampuan alira yang tinggi, dimana PEEB dapat di
tambahkan .positif and expiratory breathing (PEEB) dipertahankan dalam
alveoli melalui siklus pernafasan untuk mecegah alveoli kolaps pada akhir
ekpirasi.Komplikasi utama PEEB adalah penurunan curah jantung da
barotrauma. Hal tersebut seringkali terjadi jika pasien diventilasi dengan tidal
volume di atas 15ml/kg atau PEEB tingkat tinggi. Peralatan selang dada
torakstomi darurat harus siap sedia.
d. Pemantauan oksigen Arteri Adekuat
Sebagian besar volume oksigen di transpor ke jaringan dalam bentuk
oksihemoglobin. Bila anemia terjadi, kandungan oksigen dalam darah menurun.
Sebagian akibat efek ventilasi mekanik PEEB pengukuran seri hemoglobin
perlu dilakukan untuk kalkulasi kandungan oksigen yang akan menetukan
kebutuha untuk tarnsfusi sel darah merah.
e. Terapi farmakologi
Penggunaan kortisteroid untuk terapi masih kontroversial. Tapi
sebealumnya terapi antibiotik diberikan untuk profilaksis, tetapi pengalaman
menujukkan bahwa hal ini tidak dapat mencegah sepsis gram negatife yang
berbahaya. Akhirnnya antibiotik profilaksis tidak lagi digunakan.
f. Pemeliharaan jalan nafas
Selang endotracheal atau selang trakheostomi disediakan tidak hanya
sebagai jalan nafas, tetapi juga melindungi jalan nafas ( dengan cuff utuh),
memberikan dukuga ventilasi kontiu dan memberikan konsentrasi oksigen
terus-menerus. Pemeliharaan jalan nafas meliputi: menatahui waktu
penghisapan, teknik penghisapan, tekanan cuff adekuat, pencegahan nekrosis
tekanan nasal dsan oral untuk membuang secret, dan pemonitoran konstan
terhadap jalan nafas bagian atas.
g. Pencegahan Infeksi
Perhatian penting terhadapa sekresipada saluran pernafasan bagian atas
dan bawah serta pencegahan infeksi melalui teknik penghisapan yang tealh
dilakukan. Infeksi nosocomial adalah infeksi yang disapatkan di rumah sakit.
h. Dukungan Nutrisi
Malnutrisi merupakan masalh umu pada paseien dengan masalah kritis.
Nutrisi parental total (hiperalimentsi intravena) atau pemberian makanan
melalui selang dapat memperbaiki malnutrisi dan kemungkinan pasien untuk
menghindari gagal nafas sehubugan dengan nutrisi buruk pada otot inspirsi.
i. Monitor semua sistem terhadap respon tarapi dan potensial komplikasi
Rata-rata mortalita 50-70%, dapat menimbulkan gejala sisa saat
penyembuhan. Prognosis jangka panjag baik. Abnormalitas obstruksif terbatas,
defek difusi sedang dan hipoksemia selama latihan.
8. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN

1 Pelepasan dari fibrinopeptida dan asam 1. Ketidakefektifan


amino
bersihan jalan
napas
Trauma endothelium paru dan epithelium berhubungan
alveolar
dengan hilangnya
fungsi jalan
Peningkatan permeabilitas napas,
peningkatan

Edemaparu
sekret pulmonal,
peningkatan
resistensi jalan
Penurunan pengembangan paru
napas.

Hipoksemia

Peningkatan kerja pernapasan

Ketidakefektifan pola nafas

2 Atelektasis Gangguan pertukaran


gas berhubungan

Fungsi residu kapasitas menurun dengn hypoventilasi


alveoli, penumpukan
cairan dialveoli,
Pemenuhan paru berkurang
hilangnya surfaktan
pada permkaan
Abnormalitas ventilasi - perfusi
dialveoli
Gangguan pertukaran gas

3 Kelebihan volume cairan Ketidakefektifan pola


nafas berhubungan

Cairan menumpuk di intestinium dengan pertukaran


gas tidak adekuat,
peningkatan secret,
Mencairkan sistem surfaktan
penurunan
kemampuan untuk
Infiltrat alveolar oksigenasi, kelelahan

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

4. Hipoksemia Nyeri berhubungan


dengan inflamasi
paru, batuk menetap.
Mengeluarkan Zat Kimia Bradikinin,
Histamin, Serotonin

Merangsang Saraf Pusat Nyeri

Nyeri Dipersepsikan

Nyeri

Hipertermi
5. berhubungan dengan
Peradangan proses inflamasi aktif.

Poses inflamasi aktif

Hipertermi

6. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Batuk yang sering
kebutuhan tubuh
berhubungn dengan
kelelahan, batuk yang
Kelelahan
sering, adanya
produksi sputum,
dispneu,
Anoreksia
anorexia,penurunan
kemampuan finansial.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang


dari kebutuhan
Intoleransi Aktivitas
berhubungan dengan
7.
ketidakseimbangan
Kurangnya suplai oksigen
antara suplai dan
Sesak kebutuhan oksigen.

Kelemahan fisik

Intoleransi Aktivitas
9. DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS

1.Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan hilangnya fungsi


jalan napas, peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan
napas.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi alveoli,
penumpukan cairan di alveoli, hilangnya surfaktan pada permukaan alveoli
3. Ketidakefeektifan pola napas berhubungan dengan pertukaran gas tidak
adekuat, peningkatan secret, penurunan kemampuan untuk oksigenasi,
kelelahan
4. Nyeri berhubungan dengan inflamasi paru, batuk menetap.
5. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi aktif.
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi sputum, dispnea,
anoreksia, penurunan kemampuan finansial.
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.

10. RENCANA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


KEPERAWATAN HASIL
1. Ketidakefektifan Setelah diberikan tindakan - Monitor fungsi pernapasan, Frekuens
bersihan jalan napas keperawatan kebersihan jalan kedalaman, bunyi dan penggunaan otot ta
berhubungan dengan napas efektif. Dengan kriteria
hilangnya fungsi jalan
hasil :
napas, peningkatan
a. Mencari posisi yang - Berikan Posisi semi Fowler
sekret pulmonal,
nyaman yang
peningkatan resistensi
memudahkan peningkatan - Berikan terapi O2
jalan napas.
pertukaran udara.
b. Mendemontrasikan batuk
efektif. - Lakukan suction
c. Menyatakan strategi untuk - Berikan fisioterapi dada
menurunkan kekentalan
sekresi.

2.
Meningkatkan pertukaran gas 1. Kaji status pernapasan , catat pen
Gangguan pertukaran yang adekuat .
respirasi dan perubahan pola napas .
gas berhubungan
dengan hipoventilasi
alveoli, penumpukan
2. Kaji adanya sianosis dan O
cairan di alveoli,
kecenderungan hipoksia dan hiperkapnia
hilangnya surfaktan
pada permukaan alveoli

3. Berikan istirahat yang cukup dan nyaman

4. Berikan humidifier oksigen dengan mask


jika ada indikasi

5. Berikan obat-obat jika ada indikas


DAFTAR PUSTAKA

Aplikasi Asuhan Keperawatan Nanda NIC-NOC Edisi Jilid 1. 2015.


Hudak, Gallo. 1997. Keperawatan Kritis. Pendekatan Asuhan Holistik. Edisi VIII. Vol.
1. EGC. Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta.

Doenges M, Moorhouse M, Geissler A, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan,


EGC: Jakarta

Nanda (2013) Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014, EGC:


Jakarta

Wilkinson. J. M (2002). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi


NIC Dan Criteria Hasil NOC, EGC: Jakarta

http://fkep.unand.ac.id/images/kgd.pdf

http://www.artikelkeperawatan.info/artikel/askep-gawat-darurat-ards-pdf.html

http://dokumen.tips/documents/askep-gadar-pada-pasien-ards-kelompok-8.html

Anda mungkin juga menyukai