“PNEUMOTHORAX” DI RUANG 25
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Hari :
Tanggal :
Oleh :
(………………………………..) (……………………………….)
Mengetahui,
Kepala Ruang 25 RSSA
(……………………………….)
DISUSUN OLEH:
Universitas Jember
Topik : Pneumothorax
Pokok bahasan : Pengertian, tanda dan gejala, penyebab, penanganan
Sasaran : keluarga pasien ruang 25
Waktu : 20 menit
Hari, tanggal : Kamis, 20 Februari 2020
Pukul : 10.00 - selesai
Tempat : Ruang 25 RSSA Malang
A. LATAR BELAKANG
Penumothorax merupakan kasus kegawatan paru. di Inggris laki-laki 24 per
100.000 penduduk dan perempuan 9,8 per 100.00 penduduk per tahun. Beberapa
35,90% dengan rerata umur 49,13 tahun. Risiko kambuhnya tergantung pada
terkena pneumothorak spontan pertama sekitar Sembilan kali lipat antara perempuan
kejadian pneumothorax tidak terlalu tinggi. Jumlah kasus ini pada pria lebih tinggi
dibandingkan pada wanita pada pria kejadian kasus pneumothorax sekitar 7/100000
usia 21-30 tahun, sedangkan penderita pneumothoraks spontan tipe sekunder banyak
pneumothoraks spontan tipe sekunder banyak terjadi pada penderita di atas 60 tahun
karena usia di atas 60 tahun adalah puncak insiden terjadinya penyakit paru yang
penyakit paru bisa terjadi pada golongan usia manapun, baik muda maupun tua,
(Lim,2012).
yang mengancam manusia dengan cara pembuluh darah kolaps sehingga pengisian
dengan tema “Pneumothoraks” sebagai salah satu upaya pemberian informasi serta
D. KEGIATAN PENYULUHAN
Tahap
Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Waktu
Kegiatan
Pembukaan 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam 5 Menit
2. Memperkenalkan diri 2. Memperhatikan
3. Menanyakan keadaan 3. Menjawab pertanyaan
audien 4. Memperhatikan
4. Menjelaskan tujuan 5. Memperhatikan
pertemuan 6. Menjawab semampu
5. Menjelaskan kontrak pengetahuan audien
waktu
6. Menggali pengetahuan
tentang Pengertian,
tanda dan gejala,
penyebab, penanganan
pneumothoraks.
E. Metode Penyuluhan
Metode promosi kesehatan yang digunakan adalah :
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F. Media
Media yang digunakan dalam penyuluhan promosi kesehatan antara lain :
1. Leaflet
2. Power point
3. LCD
4. Laptop
G. SETTING TEMPAT
Keterangan:
:Presenter : Fasilitator
:Moderator :Observer
: Audien : Meja
H. Pengorganisasian
Moderator : Universitas Jember
Pemateri : Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
Fasilitator : Universitas Muhammadiyah Malang
Observer : Universitas Muhammadiyah Malang
Peserta : Seluruh pasien dan keluarga ruang 25
I. Materi
Terlampir
J. Evaluasi
Peserta penyuluhan diharapkan mampu untuk memahami materi yang telah
disampaikan antara lain:
1. Pengertian Pneumothorax
2. Tanda dan gejala Pneumothorax
3. Penyebab Pneumothoraks
4. Penanganan Pneumothoraks
5. LEMBAR OBSERVASI
………………………………. ……………………………….
NIM : NIP:
Mengetahui,
………………………………. ……………………………….
NIP : NIP :
MATERI PNEUMOTHORAX
A. Pengertian Pneumothorax
Pneumotoraks adalah kolapsnya sebagian atau seluruh paru-paru yang
terjadi karena adanya udara masuk yang masuk ke rongga pleura, sehingga
rongga pleura terisi udara. Udara memisahkan antara lapisan pleura viseral
dan lapisan pleura pariental. Pada keadaan normal rongga pleura tidak berisi
udara, supaya paru-paru mengembang secara sempurna. Jika terdapat udara di
rongga pleura, maka udara tersebut akan memampatkan paru-paru sehingga
mengganggu mekanisme pernapasan.
4. Pneumotoraks Traumatik
a. Pneumotoraks Iatrogenik
Terjadi akibat komplikasi tindakan medis dan jenis ini dibedakan menjadi dua
yaitu:
i. Pneumotoraks traumatik iatrogenik accidental, terjadi aibat tindakan
medis karena kesalahan/komplikasi tindakan tersebut, misal biopsy
pleura, biopsy transbronkial, tindakan parasentesis dada, dll.
ii. Pneumotoraks traumatik iatrogenik artificial (deliberate), pneumotoraks
yang sengaja dilakukan dengan cara mengisi udara kedalam rongga
pleura melalui jarum dengan suatu alat Maxwell box. Biasanya untuk
terapi tuberkulosis (sebelum era antibiotik), atau untuk menilai
permukaan paru.
b. Pneumotoraks Non-iatrogenik
Pneumotoraks traumatik dapat diakibatkan oleh luka tusuk atau secara tak
langsung disebabkan oleh trauma tumpul. Trauma tumpul ini umumnya
disertai oleh patahan iga yang menembus pleura dan melukai parenkim
paru.
D. Penanganan Pneumothorax
Penatalaksanaan medis
Terapi tergantung berat ringannya pneumotoraks.
1. Pemberian oksigenasi
Bila hanya ringan, udara itu dapat direabsorpsi dalam waktu 1 minggu
atau lebih. Reabsorpsi lebih cepat bila udara itu kaya oksigen.
Pernapasan dengan 100% oksigen mempercepat resorpsi udara bebas
pleura ke dalam darah dan mengurangu tenakan nitrogen dari udara
yang terperangkap ke dalam darap, tetapi manfaatnya harus
dibandingkan dengan risiko toksisitas oksigen.
2. Pemasangan WSD
Pneumotoraks yang lebih parah harus ditangani dengan aspirasi atau
torakostomi (WSD). (Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk
Keperawatan. Jakarta: EGC). Pemasangan WSD ini bertujuan
membuat tekanan negatif dalam cavum pleura (normalnya -7 mmHg)
sehingga paru mengembang. aspirasi jarum atau WSD tidak
diperlukan kecuali pada pengamatan didapatkan pneumothoraks yang
membesar. Sedangkan pneumothoraks besar (jarak apeks paru dan
cupula ≥ 3 cm) penderita langsung dikelola dengan WSD .Tindakan
lanjutan adalah pleurodesis dengan tujuan mencegah rekurensi.Tanpa
kebocoran udara yang terus menerus, pneumotoraks yang tidak
bergejala dan yang bergejala ringan hanya memerlukan observasi yang
ketat.
3. Drainase
Drainase (aspirasi atau selang) tidak dibutuhkan bagi pneumotoraks
spontan primer asimtomatik yang (kelihatannya) kecil, namun harus
dilakukan bila simtomatik (percobaan awal biasanya cukup). Adanya
penyakit paru meningkatkan risiko terjadinya komplikasi dan harus
dirawat inap. Pneumotoraks tension termasuk kegawatdaruratan dan
membutuhkan penanganan segera.
4. Bedah Abrasi Pleura
Tindakan bedah dengan abrasi pleura atau pleurektomi untuk
melekatkan kedua pleura dilakukan pada pneumotoraks yang tidak
membaik setelah drainase dengan selang dan pada pneumotoraks
rekuren.
5. Ro. Thoraks.
Menyatakan akumulasi udara atau cairan pada area pleura; dapat
menunjukkan penyimpangan struktur mediastinal (jantung). Selain itu
dari hasil Ro. Thoraks juga dapat di lihat depresi dari dia fragma serta
pergeseran dari mediasternum.
6. Gas Darah Arteri (GDA)
Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi atau
gangguan mekanik pernafasan dan kemampuan mengkompensasi
PaCO2 kadang meningkat. PaCO2 mungkin normal atau menurun
;saturasi O2 bisa menurun.
7. CT-scan (Computed Tomography
Apabila dengan pemeriksaan foto thorak belom dapat diangkat
diagnosa karena kurang akuratnya gambar yang di hasilkan maka
dapat di lakukan CT scan sebagai bentuk penatalaksanaan selanjutnya.
Dari CT scan ini dapat memberikan hasil yang lebih akurat yang mana
dapat menunjukkan terjadinya Pneumotorak primer ataukah sekunder,
dan akan menunjukkan batas antara udara dan cairan yang ada di
dalam paru-paru.
E. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia
Dalam masalah keperawatan ini kita lebih menekankan pada kebutuhan dasar
manusia dalam segi pemenuhan oksigenasi bagi penderita pneumotorak,
karena di ketahui bahwasanya dengan adanya pneuomotoraks berarti paru-
paru mengalami kolaps sehingga suplai oksigen dalam tubuh akan bemasalah,
maka dari itu sebagai kebutuhan pertama yang harus di penuhi dalam
pengakajian menurut virginea henderson..
1. Definisi Oksigenasi
Oksigenisasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen. Oksigen
berperan penting dalam proses metabolisme sel tubuh. Oksigenasi berarti
memasukan O2 dan mengeluarkan CO2. Pemberian oksigen yang cukup
harus gas yang tidak berwarna dan tidak berbau sehingga baik untuk
proses metabolisme sel (Mubarak, 2007).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen
c. Tahap perkembangan
Perbedaan bentuk paru-patu ada bayi, orang dewasa, dan lansia
memengaruhi oksigenasi, seperti dada bayi yang cenderung kecil dan
jalan napas pendek dan dada orang dewasa sudah mampu proses
respirasi sudah matang dan thoraks berbentuk oval, sedangkan pada
lansia perubahan thoraks yang cenderung menurun dan mempengaruhi
pola napas.
d. Lingkungan
Lingkungan seperti ketinggian, suhu kamar yang panas atau dingin,
serta polusi udara akibat gas karbondioksisa mempengaruhi proses
bernapas. Jika pada ketinggian, semakin tinggi daratan maka PaO2
semakin rendah dan kebutuhan oksigen pun akan rendah. Jika pada
lingkungan dingin, akan memicu terjadinya kontriksi pembuluh darah
yang akan mengurangi kebutuhan oksigen sehingga badan akan terasa
dingin.
e. Gaya hidup
Aktivitas dan latihan fisik mempengaruhi laju kedalaman pernapasan
dan denyut jantung, seperti orang dengan kebiasaan merokok dan
berdebu maka akan menjadi faktor presdiposisi penyakit paru.
f. Status kesehatan
Orang dengna gangguan kardiovaskuler akan mempengaruhi kerja
paru-paru atau komplikasi, karena penyaluran darah ke perifer maupun
sistemik butuh bantuan oksigen.
g. Narkotika
Narkotika seperti morfin dapat menurunkan laju dan mendepresi pusat
pernapasan di medula oblongata.
h. Perubahan gangguanfungsi pernapasan
Perubahan fungsi dari proses pernapasan yaitu ventilasi, difusi dan
transportasi mempengaruhi kondisi pernapasan seperti akan terjadinya
hipoksia jaringan .
i. Perubahan pola napas
Bernapas abnormal seperti pernapasan cuping hidung akibat dari sesak
napas mempengaruhi proses pernapasan karena akibat dari denyut
jantung yang meningkat dan usaha inspirasi yang meningkat.
j. Onstruksi jalan napas
Adanya sumbatan pada jalan napas akan mempengaruhi proses keluar
masuknya oksigen, jika sumbatan tersebut tidak ditangani maka akan
mengakibatkan dispnea.
3. Teknik keperawatan dalam manajemen pemberian oksigen
a. Teknik latihan napas dalam
Teknik latihan napas dalam dilakukan untuk merelaksasikan otot-otot
pernapasan, bisa dilakukan ketika ingin mengeluarkan dahak. Teknik
ini ada 2 macam yaitu teknik pernafasan pursed lips dan teknik
pernafasan diafragma.
b. Teknik latihan batuk efektif
Teknik ini berfungsi untuk menekan inspirasi maksimal, merangsang
terbuknya sistem kolateral, meningkatkan volume paru,
meningkatkan distribusi ventilasi.indikasi dilakukan pada penyakt
PPOK, empiema, fibrosis, asma, bed rest, post operasi. Teknil
diberikan dengan inspirasi dan ekspirasi sebanyak 3 kali, lalu yang
ketika kali pasien akan menahan selama 3-5 detik lalu dibatukkan.
c. Teknik pernafasan pursed lips
Pasien menarik napas secara biasa beberapa detik melalui hidung
dengan mulut tertutup kemudian mengeluarkan napas pelan-pelan
melalui mulut dengan posisi seperti bersiul.
d. Teknik pernafasan diafragma
Pernapasan diafragma, pernapasan ini pasien selama inspirasi dan
ekspirasi pasien menggunakan kontraksi otot perut untuk
menggerakkan diafragma. Pasien menghirup napas melalui hidung
dan menghembuskan melalui mulut.
e. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada dilakukan untuk mencegah terkumplnya sekret
dalam saluran napas dan mempercepat pengeluaran sekret sehingga
tidak terjadi atelektasis. Dilakukan 1 jam sebelum arapan pagi dan 1
jam sebelum tidur malam hari. Teknik ini ada 2, yaitu clapping, yaitu
perkusi atau tepukan yang dilakukan pada dinding dada atau
punggung dengan tangan berbentuk seperti mangkok dan vibrating,
yaitu menggetarkan tangan ke dada pasien dengan sedikit perkusi,
teknik ini dilakukan pada puncak inspirasi dan dilanjutkan sampai
akhir ekspirasi dengan meletakkan tangan bertumpang tindih pada
dada lalu menggetarkannya. Dari teknik-teknik tersebut,perlu
diketahui kontraindikasi yaitu patah tulang, edema, hemoptisis, tb
patru.
f. Pemberian oksigen
Tujuan Pemasangan terapi oksgen
a. Mengatasi hypoxemia/hipoksia
b. Untuk mempertahankan metabolisme
c. Sebagai tindakan pengobatan
Jenis terapi oksigen :
Terdapat 2 jenis terapi oksigen
1. Low flow
2. High flow
Penjelasan:
1. Sistem aliran rendah/low flow
Pemberian oksigen dengan menggunakan sistem ini ditujukan pada
pasien yang membutuhkan oksigen tetapi masih mampu bernafas
normal, karena tehnik sistem ini menghasilkan FiO2 yang bervariasi
atau tidak konstan, sangat dipengaruhi oleh aliran, reservior, dan pola
nafas pasien.
Low flow dibagi menjadi 2 jenis yaitu low flow low concentrationdan
low flow high concentration
a. low flow low concentration
Contoh pemberian oksigen dengan aliran low flow low concentration
sebagai berikut:
1. Kateter nasal
Aliran oksigen yang bisa diberikan dengan alat ini adalah sekitar 1–6
liter/menit dengan konsentrasi 24% - 44%. Prosedur pemasangan
kateter ini meliputi insersi kateter oksigen ke dalam hidung sampai
naso faring. Persentase oksigen yang mencapai paru-paru beragam
sesuai kedalaman dan frekuensi pernafasan, terutama jika mukosa
nasal membengkak atau pada pasien yang bernafas melalui mulut.
2. Nasal Kanul/Kanul Binasal
Nasal kanul adalah alat sederhana yang murah dan sering digunakan
untuk menghantarkan oksigen. Nasal kanul terdapat dua kanula yang
panjangnya masing-masing 1,5 cm (1/2 inci) menonjol pada bagian
tengah selang dan dapat dimasukkan ke dalam lubang hidung untuk
memberikan oksigen dan yang memungkinkan klien bernapas
melalui mulut dan hidungnya. Oksigen yang diberikan dapat secara
kontinyu dengan aliran 1-6 liter/menit. Konsentrasi oksigen yang
dihasilkan dengan nasal kanul sama dengan kateter nasal yaitu 24 % -
44 %.
b. Low flow high concentration
Teknik yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Sungkup Muka (Masker) Sederhana/Simple Face Mask
Alat ini memberikan oksigen jangka pendek, kontinyu atau
selang seling serta konsentrasi oksigen yang diberikan dari
tingkat rendah sampai sedang. Aliran oksigen yang diberikan
sekitar 5-8 liter/menit dengan konsentrasi oksigen antara 40-
60%.
2. Sungkup Muka (Masker) dengan kantong rebreathing
Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu
60-80% dengan aliran 8-12 liter/menit. Memiliki kantong yang
terus mengembang, baik saat inspirasi maupun ekspirasi. Pada
saat inspirasi, oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara
sungkup dan kantung reservoir, ditambah oksigen dari kamar
yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Udara
inspirasi sebagian tercampur dengan udara ekspirasi sehingga
konsentrasi CO2 lebih tinggi daripada simple face mask (Ni Luh
Suciati, 2010)
3. Sungkup Muka (Masker) dengan Kantong Non-Rebreathing
Non-rebreathing mask mengalirkan oksigen dengan konsentrasi
oksigen sampai 80-100% dengan kecepatan aliran 10-12
liter/menit. Prinsip alat ini yaitu udara inspirasi tidak bercampur
dengan udara ekspirasi karena mempunyai 2 katup, 1 katup
terbuka pada saat inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi, dan
ada 1 katup lagi yang fungsinya mencegah udara kamar masuk
pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi (Ni
Luh Suciati, 2010).
g. Teknik pemberian nebulizer
Teknik pemberian memberikan penguapan dan diberikan dengan obat
lalu diuapkan.Alat bantu pernapasan ini juga dapat mengubah obat
menjadi uap aerosol yang berfungsi untuk mengencerkan dahak
penderita asma. Efektifitas alat ini tinggi karena dapat langsung
menuju penyebab serangan penderita asma. Cara kerja alat ini adalah
dengan menguapkan larutan obat yang telah diisikan pada nebulizer
dan dihirup melalui masker khusus. Kini alat ini tersedia dalam
berbagai macam desain tergantung penggunaan dan pemakaian daya
untuk dapat membuat nebulizer berfungsi.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2001. Buku Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :EGC
Rubenstein, David dkk. 2005. Lecture Notes Kedokteran Klini. Ed. Keenam. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Hari :
Tanggal :
Pukul :
Tempat :