Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH

KEPERAWATAN JIWA
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HALUSINASI

Dosen Pengampu : Ns. Yeni Suryaningsih, M.Kep.

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

Alviatul Hasanah (1701021002)


Isnainia Oktafandita Putri (1701021005)
Dwi Ayu Safitri (1701021008)
Putri Anasari (1701021009)
Dini Agustin Fatmawati (1701021010)
Nabilla Putri Lestari (1701021015)
Stefanny Putra R. (1701021018)

PROGRAM STUDI D3-KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Asuhan Keperawatan Klien dengan Halusinasi” dengan tepat waktu, tanpa
halangan apapun.

Makalah ini dapat terselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari semua
pihak. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, terutama kepada Bapak Ns. Yeni
Suryaningsih, M.Kep. sebagai dosen pengampu Mata Kuliah Keperawatan Jiwa.

Kami menyadari Makalah “Asuhan Keperawatan Klien dengan


Halusinasi” ini masih banyak sekali kekurangan. Tetapi kami berusaha untuk
memberikan yang terbaik. Oleh karena itu, kami membutuhkan kritikan yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap makalah ini
bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kita semua.

Jember, Maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum...............................................................................................1
2. Tujuan Khusus..............................................................................................1
C. Manfaat Penulisan.............................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi Halusinasi...........................................................................................3
B. Manifestasi Klinis Halusinasi...........................................................................4
C. Patofisiologi Halusinasi ...................................................................................8
D. Faktor Predisposisi Halusinasi..........................................................................8
E. Faktor Presipitasi Halusinasi.............................................................................9
F. Strategi Pelaksanaan..........................................................................................11
G. Terapi Aktivitas Kelompok...............................................................................12
BAB III KASUS...................................................................................................27
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................30
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................46
B. Saran.................................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................47

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan jiwa merupakan suatu bidang spesialisasi yang dipelajari
dalam praktek keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai
ilmunya dan penggunaan diri secara terapeutik sebagai kiatnya, salah satu dari
gangguan yang terjadi pada gangguan jiwa orientasi realita yaitu ketidakmampuan
klien berespon pada realitas, klien tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan
yang termasuk gangguan orientasi realita yaitu : waham, ilusi dan halusinasi.
Gangguan tersebut memiliki perbedaan dimana waham atau delusi merupakan
perubahan pola pikir manusia akibat adanya harga diri rendah sehingga membuat
klien dengan waham ini membuat mereka menarik diri dari lingkungan sekitar,
sedangkan halusinasi merupakan suatu gangguan jiwa dimana seseorang merasakan,
mendengar, atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada dan tidak didengar oleh
orang lain. Di Rumah Sakit Jiwa yang berada di Indonesia, jumlah penderita
halusinasi sekitar 70% halusinasi yang dialami oleh pasien dengan gangguan jiwa
adalah halusinasi pendengaran, 20% halusinasi penglihatan, dan 10% adalah
halusinasi penghidu, pengecapan dan perabaan dimana prosentase halusinasi yang
mendominasi adalah halusinasi pendengaran. Halusinasi terjadi karena adanya
sesuatu berupa suara, bayangan atau hal lain yang sebenarnya tidak ada. Perubahan
persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsangan
yang timbul dari sumber internal (pikiran, perasaan kita) dan stimulus eksternal
(Dermawan dan Rusdi, 2013). Halusinasi adalah hilangnya kemampuan persepsi
manusia dalam membedakan rangsangan internal dan rangsangan eksternal. Klien
memberi 5 pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata,
misalnya halusinasi pendengaran ketika ada seorang klien mengatakan mendengar
suatu suara padahal tidak ada orang yang berbicara pada saat itu (Kusumawati, 2010)
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan faktor presipitasi.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum

1
Untuk mengetahui dan memahami mengenai asuhan keperawatan klien
dengan halusinasi
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dan memahami mengenai definisi halusinasi
2. Untuk mengetahui manifestasi klinis klien dengan halusinasi
3. Untuk mengetahui dan memahami mengenai patofisiologi halusinasi
4. Untuk mengetahui dan memahami mengenai faktor predisposisi halusinasi
5. Untuk mengetahui dan memahami mengenai faktor presipitasi halusinasi
6. Untuk mengetahui bagaimana strategi pelaksanaan klien dengan halusinasi
7. Untuk mengetahui mengenai terapi aktivitas kelompok klien dengan
halusinasi
C. Manfaat Penulisan
1. Untuk lebih mengetahui dan mempelajari secara teoritis mengenai definisi
konsep gangguan halusinasi
2. Untuk lebih mengetahui dan memahami mengenai konsep asuhan
keperawatan jiwa klien dengan halusinasi

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Halusinasi
Menurut Varcarolis, halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya
persepsi sensori seseorang, dimana tidak dapat distimulus. Tipe halusinasi yang
paling sering adalah halusinasi pendengaran (Auditory-hearing voies and sounds),
penglihatan (Visual-seeing persons or things), penciuman (Olfactory-smelling odors),
pengecapan (Gustatory-experiencing tastes).
Stuart dan Laraia (2009) mendefinisikan halusinasi sebagai suatu tanggapan
dari panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal Halusinasi
merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang
sebenarnya tidak terjadi. Ada lima jenis halusinasi yaitu pendengaran, penglihatan,
penghidu, pengecapan dan perabaan. Halusinasi pendengaran merupakan jenis
halusinasi yang paling banyak ditemukan terjadi pada 70% pasien, kemudian
halusinasi penglihatan 20%, dan sisanya 10% adalah halusinasi penghidu,
pengecapan dan perabaan.
Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa ada
suara padahal tidak ada stimulus berupa suara. Melihat bayangan orang atau sesuatu
yang menakutkan atau padahal tidak ada bayangan tersebut. Membaui bau-bauan
tertentu padahal orang lain tidak merasakan sensasi serupa. Merasakan mengecap
sesuatu padahal tidak sedang makan apapun. Merasakan sensasi rabaan padahal tidak
ada apapun dalam permukaan kulit. Halusinasi ini terjadi karena adanya gangguan
pada persepsi melalui panca indera yang membuat klien dengan halusinasi selalu
melihat, merasakan bahkan mendengar hal-hal yang kenyatannya tidak ada di
sekitarnya.
Diperkirakan lebih dari 90% klien dengan skizofrenia mengalami halusinasi.
Meskipun bentuk halusinasinya bervariasi tetapi sebagian besar klien skizofrenia di
Rumah Sakit Jiwa mengalami halusinasi dengar. Suara dapat berasal dari dalam diri
individu atau dari luar dirinya. Suara dapat dikenal (familiar) misalnya suara nenek
yang meninggal. Suara dapat tunggal atau multiple. Isi suara dapat memerintahkan
sesuatu pada klien atau seringnya tentang perilaku klien sendiri. Klien sendiri merasa

3
yakin bahwa suara itu berasal dari Tuhan, setan, sahabat, atau musuh. Kadang -
kadang suara yang muncul semacam bunyi bukan suara yang mengandung arti.

B. Manifestasi Klinis
Klien dengan gangguan sensori persepsi halusinasi dapat memperlihatkan
berbagai manifestasi klinis yang bisa kita amati dalam perilaku mereka sehari-hari.
Menurut NANDA (2010), tanda dan gejala halusinasi meliputi: konsentrasi kurang,
selalu berubah respon dari rangsangan, kegelisahan, perubahan sensori akut, mudah
tersinggung, disorientasi waktu, tempat, dan orang, perubahan kemampuan
pemecahan masalah, perubahan pola perilaku. Bicara dan tertawa sendiri,
mengatakan melihat dan mendengar sesuatu padahal objek sebenarnya tidak ada,
menarik diri, mondar-mandir, dan mengganggu lingkungan juga sering
ditemui pada pasien dengan halusinasi. Individu terkadang sulit untuk berpikir dan
mengambil keputusan. Banyak dari mereka yang justru mengganggu lingkungan
karena perilakunya itu. Pasien halusinasi biasanya dibawa ke rumah sakit dalam
kondisi akut yang memperlihatkan gejala seperti bicara dan tertawa sendiri,
berteriak-teriak, keluyuran, dan tidak mampu mengurus dirinya sendiri. Hal tersebut
sebenarnya dapat dicegah apabila keluarga mengetahui tanda dan gejala awal dari
halusinasi (Yusnipah, 2012).
Tanda dan gejala pasien dengan halusinasi :
a. Pasien tampak bicara atau tertawa sendiri
b. Marah-marah tanpa sebab
c. Memiringkan atau mengarahkan telinga ke arah tertentu atau menutup
telinga.
d. Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
e. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
f. Menghidu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
g. Menutup hidung.
h. Sering meludah
i. Muntah
j. Menggaruk permukaan kulit

4
Klasifikasi Halusinasi
Halusinasi menurut Videbeck (2004;310) dibagi sebagai berikut:

Jenis Halusinasi Data Subjektif Data Objektif


Halusinasi Dengar (Auditory 1. Mendengar suara menyuruh 1. Mengarahkan telinga
– hearing voices or sounds) 2. Mendengar suara atau bunyi pada sumber suara
3. Mendengar suara yang mengajak 2. Bicara atau tertawa
bercakap – cakap sendiri
4. Mendengar seseorang seseorang 3. Marah – marah tanpa
yang sudah meninggal sebab
5. Mendengar suara yang 4. Menutup telinga
mengancam diri klien atau orang 5. Mulut komat – kamit
lain atau suara lain yang 6. Ada gerakan tangan
membahayakan
Halusinasi Penglihatan Melihat seorang ayah yang sudah 1. Tatapan mata pada
(Visual – seeing persons or meninggal, melihat makhluk, tempat tetentu
thing) melihat bayangan, melihat hantu 2. Menunjuk ke arah
atau sesuatu yang menakutkan, tertentu
cahaya, monster yang memasuki 3. Ketakutan pada objek
perawat. yang dilihat.
Halusinasi Penghidun 1. Mencium sesuatu seperti bau Ekspresi wajah seperti
(Olfactory-smelling odors) mayat,darah, bayi, feses, atau mencium sesuatu dengan
bau masakan, parfum yang gerakan cuping hidung,
menyenangkan. mengarahkan hidung pada
2. Klien sering mengatakan tempat tetentu.
mencium bau sesuatu
3. Tipe halusinasi ini sering
menyertai klien dimensia, kejang
atau penyakit serebrovaskular
Halusinasi Perabaan 1. Klien mengatakan ada sesuatu Mengusap, menggaruk –
(Tactile-feeling bodily yang menggeranyangi tubuh garuk, meraba – raba
sensations) seperti tangan, binatang kecil, permukaan kulit. Terlihat
atau makhluk halus menggerak – gerakkan
2. Merasakan sesuatu dipermukaan badan seperti merasakan

5
kulit, merasakan sangat panas sesuatu rabaan.
atau dingin, merasakan tersengat
aliran listrik.
Halusinasi Pengecapan Klien seperti sedang merasakan Seperti mengecap sesuatu.
(Gustatory-experiencing makanan tertentu, rasa tertentu atau Gerakan mengunyah,
tastes) mengunyah sesuatu meludah, atau muntah.
Cenesthetic & Kinestic Klien melaporkan bahwa fungsi Klien terlihat menatap
hallucinations tubuhnya tidak dapat terdeteksi tubuhnya sendiri dan
misalnya tidak adanya denyutan di terlihat merasakan sesuatu
otak, atau sensasi pembentukan yang aneh tentang
urine dalam tubuhnya, perasaan tubuhnya.
tubuhnya merasa melayang diatas
bumi

Tahapan Terjadinya Halusinasi

1. 2.
Sleep Disorder Comforting

3.
5.
Condeming
Conquering

4.
Controlling

Gambar : Tahap terjadinya halusinasi pada klien


Stage I : Sleep Disorder Klien merasa banyak masalah, ingin menghindar dari
Fase awal seseorang sebelum lingkungan, takut diketahui orang lain bahwa dirinya
muncul halusinasi banyak masalah. Masalah makin terasa sulit karena
berbagai stressor terakumulasi. Masalah terasa menekan
karena terakumulasi sedangkan support system kurang
dan persepsi terhadap masalah sangat buruk. Sulit tidur

6
berlangsung terus-menerus sehingga terbiasa menghayal.
Klien menganggap lamunan-lamunan awal tersebut
sebagai pemecahan masalah.
Stage II : Comforting Pasien mengalami emosi yang berlanjut seperti adanya
Moderate level of anxiety perasaan cemas, kesepian, perasaan berdosa, ketakutan,
Halusinasi secara umum ia dan mencoba memusatkan pemikiran pada timbulnya
terima sebagai sesuatu yang kecemasan. Ia beranggapan bahwa pengalaman, pikiran,
alami dan sensorinya dapat ia kontrol bila kecemasannya diatur,
dalam tahap ini ada kecenderungan klien merasa nyaman
dengan halusinanya.
Stage III : Condeming Pengalaman sensori menjadi sering datang dan
Severe level of anxiety mengalami bias. Klien mulai merasa tidak mampu lagi
Secara umum halusinasi sering mengontrolnya dan mulai berupaya menjaga jarak antara
mendatangi klien dirinya dengan objek yang dipersepsikan klien mulai
menarik diri dari orang lain dengan intesitas waktu yang
lama
Stage IV : Controlling Severe Klien mencoba melawan suara-suara atau sensory
level of anxiety abnormal yang datang. Klien dapat merasakan kesepian
Fungsi sensori menjadi tidak bila halusinasinya berakhir. Dari sinilah dimulai fase
relevan dengan kenyataan gangguan psychotic.
Stage V : Conquering Panic Pengalaman sensorinya terganggu, klien mulai merasa
level of anxiety terancam dengan datangnya suara-suara terutama bila
Klien mengalami gangguan klien tidak dapat menuruti ancaman atau perintah yang ia
dalam menilai lingkungannya dengar dari halusinanya. Halusinasi dapat berlangsung
selama minimal 4 jam atau seharian bila klien tidak
mendapatkan komunikasi terapeutik. Terjadi gangguan
psikotik berat.

C. Patofisiologi
Patofisiologi halusinasi yaitu menurut Maramis (2004), halusinasi dapat
didefinisikan sebagai terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat
stimulus, individu merasa ada stimulus yang sebetulnya tidak ada, pasien merasa ada

7
suara padahal tidak ada stimulus suara, bisa juga berupa suarasuara bising dan
mendengung, tetapi paling sering berupa kata- kata yang tersusun dalam bentuk
kalimat yang mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga klien menghasilkan respon
tertentu seperti bicara sendiri. Suara bisa berasal dari dalam diri individu atau dari
luar dirinya. Isi suara tersebut dapat memerintahkan sesuatu pada klien atau
seringnya tentang perilaku klien sendiri, klien merasa yakin bahwa suara itu dari
Tuhan, sahabat dan musuh (Rahmawati, 2014).

D. Faktor Predisposisi Halusinasi


a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri
sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap
datangnya stressor berupa stress.
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi
(unwanted child) akan merasa disingkirkan, dikucilkan kesepian, dan tidak
percaya pada lingkungannya sehingga biasanya akan lebih menarik diri dari
lingungannya.
c. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya
stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan
Dimetytranferase (DMP). Akibat stress berkepanjangan menyebabkan
teraktivasinya neurotransmitter otak. Misalnya terjadi ketidakseimbangan
acetylcholine dan dopamine sehingga menyebabkan orang apabila tidak bisa
melakukan mekanisme koping terhadap stressor yang ada maka orang tersebut
jiwanya akan terganggu dan mudah stress.
d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa

8
depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata
menuju alam khayal.
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitan menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan bahwa
faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada
penyakit ini, karena setiap hari orang selalu bertatap muka dengan kita adalah
keluarga.

E. Faktor Presipitasi Halusinasi


a. Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
perasaan tidak aman, gelisah dan bingung, perilaku merusak diri, kurang
perhatian tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan
keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut Rawlins, dan Heacock, 1993 mencoba
memecahkan masalah halusinasi berlandaskan atas hakikat keberadaan seorang
individu sebagai makhluk yang dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-
sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi yaitu:
1. Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, efek dari penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alcohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang
lama.
2. Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi
dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi
menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat
sesuatu terhadap ketakutan tersebut. Klien dengan kondisi ini akan mudah
mengalami halusinasi.
3. Dimensi Intelektual

9
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan
halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada
awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls
yang menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan
kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang
akan mengontrol semua perilaku klien.
4. Dimensi Sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan
comforting, klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam nyata
sangat membahayakan. Klien asyik dengan halusinasinya, seolah-olah ia
merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol
diri dan harga diri yang tidak didapatkan di dunia nyata. Isi halusinasi
dijadikan sistem kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika perintah
halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung
untuk itu. Oleh karena itu, aspek penting dalam melaksanakan intervensi
keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang
menibulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta
mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi
dengan lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.
5. Dimensi Spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup,
rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya
secara spiritual untuk menyucikan diri. Irama sirkandiannya terganggu,
karena ia sering tidur larut malam dan bangun sangat siang. Saat terbangun
merasa hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya. Ia sering memaki takdir
tetapi lemah dalam upaya menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan
orang lain yang menyebabkan takdirnya memburuk.

F. Strategi Pelaksanaan
Pasien Keluarga
SP 1 SP 1
a. Mengenal Halusinasi a. Mengidentifikasi masalah keluarga dalam

10
 Isi merawat pasien
 Frekuensi b. Menjelaskan proses terjadinya halusinasi

 Waktu terjadinya c. Menjelaskan cara merawat pasien

 Situasi pencetus d. Bermain peran cara merawat


e. RTL keluarga atau jadwal keluarga untuk
 Perasaan saat terjdi halusinasi
merawat pasien
b. Latih mengontrol halusinasi dengan cara
 Menghardik
c. Memasukkan dalam jadwal kegiatan
pasien
SP 2 SP 2
a. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1) a. Evaluasi keampuan keluarga (SP 1)
b. Melatih berbicara dengan orang lain saat b. Latih keluarga merawat pasien
halusinasi muncul c. RTL keluarga atau jadwal keluarga untuk
c. Masukkan jadwal merawat pasien
SP 3 SP 3
a. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan SP a. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 2)
2) b. Latih keluarga merawat pasien
b. Melatih kegiatan agar halusinasi tidak c. RTL keluarga atau jadwal keluarga untuk
muncul merawat pasien
c. Masukkan jadwal
SP 4 SP 4
a. Evaluasi jadwal pasien yang lalu (SP 1, a. Evaluasi kemampuan keluarga
SP 2, dan SP 3) b. Evaluasi kemampuan pasien
b. Menanyakan pengobatan sebelumnya c. RTL keluarga
c. Menjelaskan tentang pengobatan (5 Follow Up
benar) Rujukan
d. Melatih pasien minum obat
e. Masukkan jadwal

G. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)


Sesi 1 : Mengenal Halusinasi
Tujuan :
1. Klien dapat mengenal halusinasi

11
2. Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi
3. Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi
4. Klien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Tempat tenang dan nyaman
Alat
1. Spidol
2. Papan tulis atau whiteboard atau flipchart
Metode
1. Diskusi dan tanya jawab
2. Bermain peran atau simulasi
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan perubahan sensori
persepsi : halusinasi
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
b. Evaluasi atau validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu
mengenal suara-suara yang didengar
2) Terapis menjelaskan aturan main berikut
a. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta
izin terapis
b. Lama kegiatan 45 menit
c. Setiap klien mengikuti klien dari awal sampai akhir
3) Tahap kerja

12
a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu mengenal
suara-suara yang didengar (halusinasi) tentang isinya, waktu
terjadinya, situasi terjadinya, dan perasaan klien pada saat terjadi
b. Terapis meminta klien menceritakan isi halusinasi, kapan terjadinya,
situasi yang membuat terjadi, dan perasaan klien saat terjadi
halusinasi. Mulai dari klien yang sebelah kanan, secara berurutan
sampai semua klien mendapat giliran. Hasilnya tulis di whiteboard
c. Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik
d. Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien dari
suara yang biasa di dengar
4) Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis ,menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
Terapis meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi, dan
perasaannya jika terjadi halusinasi
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol
halusinasi
2) Menyepakati waktu dan tempat
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khusunya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampun klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi halusinasi sesi 1, kemampuan yang diharapkan
adalah mengenal isi halusinasi, waktu terjadinya halusinasi, situasi terjadinya
halusinasi, dan perasaan saat terjadi halusinasi. Formulasi evaluasi sebagai
berikut.
Sesi 1 : TAK
Stimulasi persepsi : halusinasi
Kemampuan mengenai halusinasi
Menyebut Menyebut Menyebut
Menyebut Isi
No. Nama Klien Waktu Terjadi Situasi Terjadi Perasaan Saat
Halusinasi
Halusinasi Halusinasi Halusinasi
1.
2.

13
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan mengenai halusinasi, isi, waktu,
situasi, dan perasaan. Beri tanda () jika klien mampu dan tanda (x) jika klien
tidak mampu

Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien.

Sesi 2 : Mengontrol Halusinasi dengan Menghardik


Tujuan
1. Kilen dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi
halusinasi.
2. Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi.
3. Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi.
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
Alat
1. Spidol dan papan tulis / whiteboard / flipchart
2. Jadwal kegiatan klien
Metode
1. Diskusi dan Tanya jawab
2. Bermain peran / simulasi
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak pada klien yang telah mengikuti sesi 1
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapiutik

14
1) Salam dari terapis pada klien
2) Klien dapat terapis pakai papan nama
b. Evaluasi / validasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien saat ini
2) Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi : isi, waktu,
situasi, dan perasaan
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu dengan latihan satu cara
mengontrol halusinasi
2) Menjelaskan aturan main, yaitu :
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
minta izin pada terapis
b) Lama kegiatan 45 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3) Tahap kerja
a. Terapis meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada saat
mengalami halusinasi, dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai semua
klien mendapat giliran
b. Berikan pujian setiap klien selesai bercerita
c. Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik
halusinasi saat halusinasi muncul
d. Terapis memeragakan cara memghardik halusinasi, yaitu: “Pergi jangan
ganggu saya”, “Saya mau bercakap-cakap dengan …”
e. Terapis meminta masing-masing klien memeragakan cara menghardik
halusinasi dimulai dari klien di sebelah kiri terapis berurutan searah jarum
jam sampai semua peserta mendapatkan giliran
f. Terapis memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk tangan
saat setiap klien selesai memeragakan menghardik halusinasi
4) Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
1. Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan cara yang telah
dipelajari jika halusinasi muncul
2. Memasukkan kegiatan menghardik dalam jadwal kegiatan harian klien
c. Kontak yang akan datang
1. Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK yang
berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan
melakukan kegiatan
2. Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya

15
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi halusinasi Sesi 2, kemampuan yang diharapkan adalah
mengatasi halusinasi dengan menghardik. Formulir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 2:
Stimulasi persepsi: Halusinasi
Kemampuan menghardik halusinasi
Nama klien
No Aspek yang dinilai
1. Menyebutkan cara yang selama ini digunakan
mengatasi halusinasi
2. Menyebutkan efektivitas cara
3. Menyebutkan cara mengatasi halusinasi
dengan menghardik
4. Memeragakan menghardik halusinasi
Petunjuk:
1. Tulis nama penggilan klien yang ikut TAk pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan menyebutkan cara yang biasa
digunakan untuk mengatasi halusinasi, keefektifannya, cara menghardik
haalusinasi, dan memeragakannya. Beri tanda () jika klien mampu dan
tanda (x) jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasika kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti TAk stimulasi persepsi: halusinasi
Sesi 2. Klien mampu memeragakan cara menghardik halusinasi. Anjurkan klien
menggunakannya jika halusinasi muncul, khusus pada malam hari (buat jadwal).

Sesi 3 : Mengontrol Halusinasi dengan Melakukan Kegiatan


Tujuan
1. Klien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk mencegah
munculnya halusinasi
2. Klien dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mencegah terjadinya halusinasi

16
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
Alat
1. Jadwal kegiatan harian
2. Pulpen
3. Spidol dan whiteboard / papan tulis / flipchart

Metode
1. Diskusi dan tanya jawab
2. Bermain peran / stimulasi dan latihan
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak pada klien yang telah mengikuti sesi 2
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapiutik
1) Salam dari terapis pada klien
2) Klien dapat terapis pakai papan nama
b. Evaluasi / validasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien saat ini
2) Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi : isi, waktu,
situasi, dan perasaan
3) Terapis menanyakan pengalam klien menerapkan cara menghardik
halusinasi
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mencegah terjadinya
halusinasi dengan melakukan kegiatan
2) Menjelaskan aturan main, yaitu :
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin
pada terapis
b) Lama kegiatan 45 menit

17
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja
a. Terapis menjelaskan cara kedua, yaitu dengan melakukan kegiatan sehari-
hari. Jelaskan bahwa dengan melakukan kegiatan yang teratur akan
mencegah munculnya halusinasi
b. Terapis meminta tiap klien menyampaikan kegiatan yang biasa dilakukan
sehari-hari dan tulis di whiteboard
c. Terapis membagikan formulir jadwal kegiatan harian. Terapis menulis
formulir yang sama di whiteboard
d. Terapis membimbing satu persatu klien untuk membuat jadwal kegiatan
harian, dari bangun pagi sampai tidur malam. Klien menggunakan
formulir, terapis menggunakan whiteboard
e. Terapis melatih klien memperagakan kegiatan yang telah disusun
f. Berikan pujian dengan tepuk tangan bersama kepada klien yang sudah
selesai membuat jadwal dan memperagakan kegiatan
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai menyusun jadwal
kegiatan dan memperagakannya
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien melaksanakan du acara mengontrol
halusinasi, yaitu dengan cara menghardik dan melakukan kegiatan
c. Kontak yang akan datang
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK yang
berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-
cakap
2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya
Evaluasi dan dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilaukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengn tujuan TAK.

18
Untuk TAK stimulasi persepsi halusinasi sesi 3, kemampuan yang diharapkan adalah
klien melakukan kegiatan harian untuk mencegah timbulnya halusinasi. Formulir
evaluasi sebagai berikut :
Sesi 3 : TAK
Stimulasi persepsi: Halusinasi
Kemampuan mencegah halusinasi dengan melakukan kegiatan
Nama klien
No Aspek yang dinilai
1. Menyebutkan kegiatan yang biasa dilakukan
2. Memperagakan kegiatan yang biasa dilakukan
3. Menyusun jadwal kegiatan harian
4. Menyebutkan dua cara mengontrol halusinasi
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang diikuti TAK pada kolom nama klien
2. Untuk setiap klien, beri penilaian atas kemampuan menyebutkan kegiatan
harian yang biasa dilakukan, memperagakan salah satu kegiatan menyusun
jadwal kegiatan harian, dan menyebutkan dua cara mencegah halusinasi. Beri
tanda () jika klien mampu dan tanda (x) jika klien tidak mampu
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada atatan
proses keperawatan tiap klien.

Sesi 4 : Mencegah Halusinasi dengan Bercakap-cakap


Tujuan
1. Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk
mencegah munculnya halusinasi
2. Klien dapat bercakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah halusinasi.
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
Alat
1. Spidol dan whiteboard / papan tulis / flipchart.
2. Jadwal kegiatan harian klien dan pulpen.
Metode

19
1. Diskusi kelompok.
2. Bermain peran/simulasi.
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi.
b. Terapis membuat kontrak dengan klien 3.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien.
2. Klien dan terapis pakai papan nama.
b. Evaluasi / validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Menanyakan pengalaman klien setelah menerapkan dua cara yangt
telah dipelajari (menghardik, menyibukkan diri dengan kegiatan
terarah) untuk mencegah halusinasi.
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap.
2. Terapis menjelaskan aturan main berikut:
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Tahap kerja
a. Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk
mengontrol dan mencegah halusinasi.
b. Terapis meminta tiap klien menyebutkan orang yang biasa dan bisa diajak
bercakap-cakap.
c. Terapis meminta tiap klien menyebutkan pokok pembicaraan yang biasa
dan bisa dilakukan.
d. Terapis memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi muncul
“suster, ada suara di telinga, saya mau ngobrol saja dengan suster” atau
“suster saya mau ngobrol tentang kapan saya boleh pulang”.
e. Terapis meminta klien untuk memperagakan percakapan dengan orang di
sebelahnya.
f. Berikan pujian atas keberhasilan klien.
g. Ulangi e dan f sampai semua klien mendapat giliran.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah dilatih.

20
3. Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan tiga cara mengontrol halusinasi, yaitu
menghardik, melakukan kegiatan harian, dan bercakap-cakap.
c. Kontrak yang akan datang
1. Teraps membuat keepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya,
yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
2. Terapis menyepakati waktu dan tempat.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk stimulasi persepsi halusinasi sesi 4, kemampuan yang diharapkan adalah
mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap. Formulir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 4 : TAK
Stimulasi persepsi : halusinasi
Kemampuan bercakap-cakap untuk mencegah halusinasi
Nama Klien
No. Aspek yang dinilai
1. Menyebutkan orang yang
biasa diajak bicara
2. Memperagakan percakapan
3. Menyusun jadwal percakapan
4. Menyebutkan tiga cara
mengontrol dan mencegah
halusinasi

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti TAK stimulasi persepsi
halusinasi sesi 4. Klien belum mampu secara lancar bercakap-cakap dengan orang
lain. Anjurkan klien bercakap-cakap dengan perawat dan klien lain di ruang rawat.

Sesi 5 : Mengontrol Halusinasi dengan patuh Minum Obat


Tujuan
1. Klien memahami pentingnya patuh minum obat.
2. Klien memahami akibat tidak patuh minum obat.
3. Klien dapat menyebutkan ilmu benar cara minum obat.
Setting

21
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkungan.
2. Ruangan nyam dan tenang.

Alat
1. Spidol dan whiteboard / papan tulis / flipchart.
2. Jadwal kegiatan harian.
3. Beberapa contoh obat.
Metode
1. Diskusi dan tanya jawab.
2. Melengkapi jadwal arian.
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi 4.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien.
2. Terapis dan klien memakai papan nama.
b. Evaluasi / validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi setelah
menggunakan tiga cara yang telah dipelajari (menghardik,
menyibukkan diri dengan kegiatan, dan bercakap-cakap)
c. Kontrak
1. Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan patuh
minum obat.
2. Menjelaskan aturan main berikut :
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Tahap kerja
a. Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu mencegah
kambuh karena obat memberi perasaan tenang, dan memperlambat
kambuh.
b. Terapis menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat, yaitu penyebab
kambuh
c. Terapis meminta tiap klien menyampaikan obat yang di makan dan
waktu memakannya, buat daftar do whiteboard.

22
d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu
minum obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat,
benar dosis obat.
e. Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat, secara bergiliran.
f. Berikan pujian pada klien yang benar.
g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di
whiteboard)
h. Mendiskusikan perasaan klien stelah teratur minum obat (catat di
whiteboard)
i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara
mencegah halusinasi / kambuh
j. Menjelaskan akibat/ kerugian tidak patuh minum obat, yaitu kejadian
halusinasi / kambuh
k. Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan
kerugian tidak patuh minum obat.
l. Memberi pujian tiap kali klien benar.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah
dipelajari.
3. Terapis Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan empat cara mengontrol halusinasi,
yaitu menghardik, melakukan kegiatan harian, bercakap-cakap, dan
patuh minum obat.
c. Kontrak yang akan datang
1. Terapis mengakhiri sesi TAK stimulasi persepsi untuk mengontrol
halusinansi.
2. Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai dengan indikasi
klien.
Evaluasi dan dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan halusinasi sesi 5, kemampuan klien
yang diharapkan adalah menyebut 5 benar cara minum obat, keuntungan minum
obat, dan akbit tidak patuh minum obat \. Formulir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 5: TAK

23
Stimulasi persepsi: halusinasi
Kemampuan patuh minum obat untuk mencegah halusinasi
Menyebutkan
Menyebutkan
Nama Menyebutkan 5 akibat tidak
No keuntungan minum
klien benar minum obat patuh minum
obat
obat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klen yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menyebutkan lima benar
cara minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum
obat. Beri tanda (centang) jika klien mampu dan tanda (silang) jika klien
tidak mampu.

Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses
kepeawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 5, TAK stimulasi persepsi
halusinasi. Klien mampu menyebutkan 5 benar cara minum obat, manfaat minum
obat, dan akibat tidak patuh minum obat (kambuh). Anjurkan klien minum obat
dengan cara yang benar.

BAB III
KASUS

24
Klien Tn. S umur 37 tahun berjenis kelamin laki-laki dengan status belum
menikah. Klien dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta pada
tanggal 06 Juni 2010. Pukul 11.00 WIB diantar oleh Bapaknya dengan alasan masuk
sewaktu di rumah klien suka marah-marah, susah diatur, bicara sendiri, suka
membanting barang-barang yang ada di rumahnya. Klien pernah mengalami
gangguan jiwa sebelumnya dan klien pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa Soeharto
Heerdjan pada tanggal 5 Mei 1993 sampai dengan tanggal 15 Februari 2009. Klien
tidak pernah menjadi pelaku atau korban dari aniaya fisik, aniaya seksual, penolakan
atau tindakan kriminal. Klien hanya sering marah-marah dan juga sering mengancam
saudara-saudaranya dirumah. Ketika pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum
klien baik dan tanda-tanda vital tekanan darah 140/100 mmHg, Nadi 115 kali/menit,
suhu 36°C, pernafasan 24 kali/menit. tinggi badan klien 170 cm, berat badan klien 72
kg, klien tidak mempunyai keluhan fisik. Klien merupakan anak kedua dari tujuh
bersaudara. Klien tinggal bersama ayah, ibu dan keempat saudaranya, saudaranya
yang pertama dan ketiga sudah menikah dan tinggal dirumahnya masing-masing.
Komunikasi di dalam keluarga kurang, Karena klien hanya dekat dengan ibunya saja.
Di dalam keluarga pola asuh klien cukup baik, selama di rumah klien melakukan
ADL secara mandiri. Klien merasa malu dengan saudara-saudaranya karena tidak
bekerja. Selama dirumah klien tidak pernah dilibatkan dalam hal pengambilan
keputusan. Klien mengatakan merasa biasa saja dengan dirinya. Klien sangat
menyukai senyumannya sendiri dan sangat mensyukurinya. Klien belum pernah
bekerja sampai saat ini, kegiatannya hanya membantu membersihkan rumah. Di
keluarga yang paling menyayangi klien adalah ibunya. Klien mengatakan ingin
sekali pulang untuk menemui ibunya dan membantu-bantu ibunya seperti dulu lagi.
Hubungan klien dengan teman-temannya kurang dekat semenjak klien sakit, karena
klien merasa malu dengan keadaannya, terkadang teman-teman menyinggung
perasaan klien, Karena klien mengalami gangguan kejiwaan. Orang yang paling
dekat dengan klien adalah ibunya, setiap kali klien merasa sedih dan ada masalah
klien selalu bercerita kepada ibunya. Klien mengatakan sangat sayang kepada ibunya
dan ingin membahagiakan ibunya. Sebelum di rawat klien sering ikut dalam kegiatan
di masyarakat seperti kerja bakti, sekarang klien sudah tidak bisa ikut lagi. Dan klien
merasa malu dengan orang-orang di dekat rumahnya karena klien mengalami sakit

25
kejiwaan. Klien mengatakan hanya bergaul dengan orang-orang yang dianggapnya
baik saja, klien merasa takut bergaul dengan yang lain, Takut nanti klien tersinggung
dan di hina. Klien juga susah berhubungan dengan orang lain karena klien
mengalami gangguan penglihatan. Klien mengatakan percaya adanya tuhan dan klien
memeluk agama Islam. Klien mengatakan melakukan kegiatan pengajian selama di
rawat yaitu setiap hari Senin dan hari Kamis. Selama klien di rawat klien juga
melaksanakan sholat lima waktu, tetapi terkadang sholatnya sering tinggal. Klien
sudah berpakaian dengan baik dan sesuai, berpakaian sudah sewajarnya tetapi klien
dalam berpakaian tidak rapi, tampak kusut dan acak-acakan. Bicara klien cepat dan
keras, terkadang pembicaraannya tidak jelas kemana tujuannya. Pada saat bicara dan
berinteraksi klien tampak gelisah dan sering melamun, klien tampak sering
menggerak-gerakkan bibirnya. Klien mengatakan takut suara-suara itu datang lagi
dan klien juga merasa sedih dengan keadaannya saat ini yang mengalami gangguan
kejiwaan. Pada saat interaksi klien sudah sangat kooperatif tapi kadang-kadang
berubah datar dan klien tertawa sendiri lalu pergi. Pada saat interaksi klien sering
merasa curiga dan berkata jangan berbisik-bisik ya! Seakan-akan orang-orang
membicarakan dirinya. Kontak mata klien sangat kurang dan terlihat gelisah. Klien
mengatakan sering mendengar suara-suara seperti suara perempuan yang
memanggilnya, suara–suara tersebut muncul pada saat klien menyendiri dikamar dan
pada saat akan tidur malam, suara-suara tersebut sering membuat klien merasa kesal
dan akhirnya klien mengamuk, terkadang klien memukul tembok. Klien pada saat
berkomunikasi sering berpindah-pindah dari satu topik ke topik yang lain akan tetapi
masih ada hubungannya. Pada saat interaksi dan dilakukan pengkajian klien tidak
menunjukan isi fikir yang negatif, dan klien tidak tampak mengalami waham.
Kesadaran klien compos mentis, klien masih mengetahui tempat, waktu serta orang-
orang disekitarnya. Daya ingat klien masih sangat baik, klien masih dapat mengingat
masa lalunya dan tidak ada masalah pada saat mengingat masalah jangka pendek.
Tingkat konsentrasi klien pada saat berhitung sangat baik, klien dapat berhitung
sederhana sampai selesai. Kemampuan penilaian klien masih baik, klien masih bisa
mengambil suatu keputusan seperti pada saat klien mendengarkan suara adzan klien
memutuskan untuk sholat dulu. Klien tidak mengingkari penyakit yang dideritanya,
Saat ini klien mengatakan sadar akan keadaannya, dan klien mengatakan ingin

26
sembuh dan kembali seperti dulu. Klien mengatakan dalam kegiatan sehari-hari klien
dapat makan sendiri secara mandiri, klien dapat BAB/BAK sendiri secara mandiri
tapi perlu dijelaskan bagaimana cara eliminasi yang baik dan bersih. Klien dapat
mandi secara mandiri tapi perlu dijelaskan juga cara mandi yang baik dan bersih.
Klien dapat menggunakan pakaian sendiri tetapi perlu di bantu untuk kerapiannya
klien sebelum tidur selalu membaca do’a, dan bangun pagi klien selalu ke kamar
mandi untuk BAB/BAK dan mandi. Klien sudah terbiasa minum obat tetapi perlu
dibantu untuk pemilihan obatnya, saat ini klien menjalani perawatan dimana
sebelumnya klien juga pernah di rawat, di rumah klien sering membantu ibunya
seperti menjaga kebersihan rumah, mencuci pakainnya sendiri dan mengantar ibunya
ke pasar. Klien kalau ada masalah bercerita dengan ibunya dan juga terkadang klien
memendam masalahnya sendiri dengan tidak menceritakannya ke siapapun.

BAB IV
PEMBAHASAN

27
FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

RUANGAN RAWAT ………….. TANGGAL DIRAWAT ……………..

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. S (L/P) Tanggal Pengkajian : -
Umur : 37 Tahun RM No. :-
Informan : Bapak Klien
II. ALASAN MASUK
Bapak klien mengantar klien ke Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan dengan alasan
masuk sewaktu di rumah klien suka marah-marah, susah diatur, bicara sendiri, suka
membanting barang-barang yang ada di rumahnya.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?  Ya Tidak
2. Pengobatan sebelumnya. Berhasil Kurang berhasil Tidak berhasil 
3. Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia
Aniaya fisik
Aniaya seksual
Penolakan

Kekerasan dalam keluarga



Tindakan kriminal
Jelaskan No. 1, 2, 3 :
Klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya dan klien pernah
dirawat di Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan pada tanggal 5 Mei 1993 – tanggal
15 februari 2009. Klien tidak pernah menjadi pelaku atau korban dari aniaya fisik,
aniaya seksual, penolakan atau tindakan kriminal. Klien hanya sering marah-marah
dan juga sering mengancam saudara-saudaranya dirumah.
Masalah Keperawatan : Resiko prilaku kekerasan
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Ya Tidak 
Hubungan keluarga Gejala Riwayat
pengobatan/perawaran

28
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
IV. FISIK
1. Tanda vital : TD : 140/100 mmHg, N : 115 x/menit, S : 36oC, P : 24 x/menit
2. Ukur : TB : 170 cm, BB : 72 kg
3. Keluhan fisik : Ya  Tidak
Jelaskan :
Keadaan umum klien baik dan didapatkan data tanda-tanda vital : Tekanan
darah 140/100 mmHg, Nadi 115 kali/menit, suhu 36°C, Pernafasan 24 kali/menit.
Tinggi badan klien 170 cm, Berat badan klien 72 kg, klien tidak mempunyai keluhan
fisik
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Jelaskan :
Klien merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara. Klien tinggal bersama
ayah, ibu dan keempat saudaranya, saudaranya yang pertama dan ketiga sudah
menikah dan tinggal dirumahnya masing-masing. Komunikasi di dalam keluarga
kurang,
Masalah Keperawatan :
2. Konsep diri
a Gambaran diri : Klien mengatakan merasa biasa saja dengan dirinya. Klien
sangat menyukai senyumannya sendiri dan sangat
mensyukurinya.
b. Identitas :Klien merasa malu dengan saudara-saudaranya karena tidak
bekerja. Selama dirumah klien tidak pernah dilibatkan dalam hal pengambilan
keputusan.
c. Peran :
Klien mengatakan sebelum sakit sering mengantarkan ibunya dan
membangunkan ayahnya untuk sholat shubuh. Klien mengatakan bisa melakukannya

29
dengan baik, sekarang klien sudah tidak bisa membantu mengantar ibunya ke pasar
karena klien harus dirawat, dan klien merasa sedih.
d. Ideal diri : Klien mengatakan ingin sekali pulang untuk menemui
ibunya dan membantu-bantu ibunya seperti dulu lagi.
e. Harga diri :
Hubungan klien dengan teman-temannya kurang dekat semenjak klien sakit,
karena klien merasa malu dengan keadaannya, terkadang teman-teman menyinggung
perasaan klien, Karena klien mengalami gangguan kejiwaan.
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah, Isolasi Sosial
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti :
Orang yang paling dekat dengan klien adalah ibunya, setiap kali klien
merasa sedih dan ada masalah klien selalu bercerita kepada ibunya. Klien
mengatakan sangat sayang kepada ibunya dan ingin membahagiakan ibunya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat :
Sebelum di rawat klien sering ikut dalam kegiatan di masyarakat seperti
kerja bakti, sekarang klien sudah tidak bisa ikut lagi. Dan klien merasa malu dengan
orang-orang di dekat rumahnya karena klien mengalami sakit kejiwaan.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang Lain :
Klien mengatakan hanya bergaul dengan orang-orang yang dianggapnya
baik saja, klien merasa takut bergaul dengan yang lain, Takut nanti klien tersinggung
dan di hina. Klien juga susah berhubungan dengan orang lain karena klien
mengalami gangguan penglihatan.
Masalah keperawatan:
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien mengatakan percaya adanya tuhan dan klien
memeluk agama Islam.
b. Kegiatan ibadah :
Klien mengatakan melakukan kegiatan pengajian selama di rawat yaitu
setiap hari Senin dan hari Kamis. Selama klien di rawat klien juga melaksanakan
sholat lima waktu, tetapi terkadang sholatnya sering tinggal.
Masalah Keperawatan

30
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Tidak rapi Penggunaan pakaian  Cara berpakaian tidak seperti
tidak sesuai biasanya
Jelaskan :
Klien sudah berpakaian dengan baik dan sesuai, berpakaian sudah
sewajarnya tetapi klien dalam berpakaian tidak rapi, tampak kusut dan acak-acakan.
Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
2. Pembicaraan
 Cepat  Keras Gagap  Inkoheren
Apatis Lambat Membisu Tidak mampu memulai
pembicaraan
Jelaskan : Bicara klien cepat dan keras, terkadang pembicaraannya tidak jelas
kemana tujuannya.
Masalah Keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan
3. Aktivitas Motorik:
Lesu Tegang  Gelisah Agitasi

 Tik Grimasen Tremor Kompulsif


Jelaskan : Pada saat bicara dan berinteraksi klien tampak gelisah dan sering
melamun, klien tampak sering menggerak-gerakkan bibirnya.
Masalah Keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan
4. Alam perasaaan
 Sedih  Ketakutan Putus asa  Khawatir Gembira
berlebihan
Jelaskan : Klien mengatakan takut suara-suara itu datang lagi dan klien juga merasa
sedih dengan keadaannya saat ini yang mengalami gangguan kejiwaan.
Masalah Keperawatan : Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi pendengaran
5. Afek
Datar Tumpul  Labil Tidak sesuai
Jelaskan : Pada saat interaksi klien sudah sangat kooperatif tapi kadang-kadang
berubah datar dan klien tertawa sendiri lalu pergi.

31
Masalah Keperawatan : Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi pendengaran
6. lnteraksi selama wawancara
Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung

 Kontak mata (-) Defensif  Curiga


Jelaskan : Pada saat interaksi klien sering merasa curiga dan berkata jangan berbisik-
bisik ya! Seakan-akan orang-orang membicarakan dirinya. mata klien sangat kurang
dan terlihat gelisah.
Masalah Keperawatan : Resiko prilaku kekerasan.
7. Persepsi
 Pendengaran Penglihatan Perabaan
Pengecapan Penghidu
Jelaskan :
Klien mengatakan sering mendengar suara-suara seperti suara perempuan
yang memanggilnya, suara–suara tersebut muncul pada saat klien menyendiri
dikamar dan pada saat akan tidur malam, suara-suara tersebut sering membuat klien
merasa kesal dan akhirnya klien mengamuk, terkadang klien memukul tembok.
Masalah Keperawatan : Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi pendengaran,
Resiko Kekerasan Perilaku
8. Proses Pikir
sirkumtansial tangensial kehilangan asosiasi

 flight of idea blocking pengulangan


pembicaraan/persevarasi
Jelaskan : Klien pada saat berkomunikasi sering berpindah-pindah dari satu topik ke
topik yang lain akan tetapi masih ada hubungannya
Masalah Keperawatan : Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi pendengaran

9. Isi Pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
depersonalisasi ide yang terkait pikiran magis
Waham
Agama Somatik Kebesaran Curiga
nihilistic sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir

32
Jelaskan : Pada saat interaksi dan dilakukan pengkajian klien tidak menunjukan isi
fikir yang negatif, dan klien tidak tampak mengalami waham.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
10. Tingkat kesadaran
bingung sedasi stupor
Disorientasi
waktu tempat orang
Jelaskan : Kesadaran klien compos mentis, klien masih mengetahui tempat, waktu
serta orang-orang disekitarnya.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat jangka pendek
gangguan daya ingat saat ini konfabulasi
Jelaskan : Daya ingat klien masih sangat baik, klien masih dapat mengingat masa
lalunya dan tidak ada masalah pada saat mengingat masalah jangka
pendek
Masalah Keperawatan :
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
mudah beralih tidak mampu konsentrasi Tidak mampu berhitung
sederhana
Jelaskan : Daya ingat klien masih sangat baik, klien masih dapat mengingat masa
lalunya dan tidak ada maslah pada saat mengingat masalah jangka
pendek.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
13. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan Gangguan bermakna
Jelaskan : Kemampuan penilaian klien masih baik, klienmasih bisa mengambil
suatu keputusan seperti pada saat klien mendengarkan suara adzan
klien memutuskan untuk shalat dulu.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
14. Daya tilik diri
mengingkari penyakit yang diderita menyalahkan hal-hal diluar dirinya

33
Jelaskan : Klien tidak mengingkari penyakit yang dideritanya, Saat ini klien
mengatakan sadar akan keadaannya, dan klien mengatakan ingin
sembuh dan kembali seperti dulu.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
VII. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Makan
Bantuan minimal Bantuan total
2. BAB/BAK
 Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan : Klien dapat BAB/BAK sendiri secara mandiri tapi perlu di jelaskan
bagaimana cara eliminasi yang baik dan bersih.
Masalah Keperawatan :
3. Mandi
 Bantuan minimal Bantuan total
4. Berpakaian/berhias
 Bantuan minimal Bantual total
5. Istirahat dan tidur
Tidur siang lama : ………………….s/d…………………………
Tidur malam lama : …………………s/d…………………………
 Kegiatan sebelum / sesudah tidur
6. Penggunaan obat
 Bantuan minimal Bantual total
7. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan lanjutan Ya Tidak
Perawatan pendukung Ya Tidak

8. Kegiatan di dalam rumah


Mempersiapkan makanan Ya Tidak
Menjaga kerapihan rumah Ya Tidak
Mencuci pakaian Ya Tidak
Pengaturan keuangan Ya Tidak
9. Kegiatan di luar rumah

34
Belanja Ya Tidak
Transportasi Ya Tidak
Lain-lain Ya Tidak
Jelaskan :
Masalah Keperawatan :
VIII. Mekanisme Koping
Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih
Teknik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olahraga Mencederai diri
Lainnya _______________ lainnya : __________________
Masalah Keperawatan :
IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan:
Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik
Masalah dengan pendidikan, spesifik
Masalah dengan pekerjaan, spesifik
Masalah dengan perumahan, spesifik
Masalah ekonomi, spesifik
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik
Masalah lainnya, spesifik
Masalah Keperawatan :
X. Pengetahuan Kurang Tentang:
Penyakit jiwa System pendukung
Faktor presipitasi Penyakit fisik
Koping Obat-obatan
Lainnya :
Masalah Keperawatan :

35
ANALISIS DATA

No. Data Masalah


1. DS : Gangguan Sensori
a. Klien mengatakan sering mendengar Persepsi : Halusinasi
suara-suara perempuan yang memanggil- pendengaran
manggilnya, dan suara seperti perempuan
itu hanya memanggil namanya saja.
b. Klien mengatakan suara-suara itu timbul

36
pada saat klien menyendiri dikamar dan
pada saat akan tidur malam.
DO :
a. Klien terkadang tampak bicara sendiri,
b. Klien tampak tertawa sendiri
c. Klien tampak mondar-mandir
d. Klien tampak gelisah dan ketakutan

37
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI PENDENGARAN

Nama : ………………. DX Medis : ……………….


RM No. : ……………….
No. Perencanaan
No. Dx Keperawatan
Dx Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Gangguan Sensori Tujuan Khusus : Klien dapat membina SP I
Persepsi : Halusinasi Klien dapat mengenal halusinasi yang hubungan saling percaya 1. Bina hubungan saling percaya
Pendengaran dialaminya dan dapat melakukan cara yang dan mau berjabat tangan dengan saling mengucapkan
pertama yaitu menghardik. dengan perawat, mau salam teraupetik, perkenalkan
menyebutkan nama, mau diri, menjelaskan tujuan
memanggil nama perawat, interaksi, jelaskan kontrak
mau duduk berdampingan (topik, waktu, tempat).
dengan perawat, klien 2. Identifikasi jenis, isi, waktu,
mampu mengenali frekuensi halusinasi, situasi
halusinasinya dan mampu yang menimbulkan halusinasi,
mengontrol halusinasinya. respon klien terhadap
halusinasinya.

38
3. Latih klien menghardik
halusinasinya
4. Anjurkan klien memasukkan
cara menghardik halusinasinya
ke dalam jadwal kegiatan
harian.
Tujuan Khusus : Setelah tindakan SP II
Klien dapat mengontrol halusinasinya keperawatan klien dapat 1. Evaluasi jadwal kegiatan klien
dengan bercakap-cakap dengan orang lain, mengontrol halusinasi 2. Latih klien mengontrol
perawat, teman, anggota keluarga. dengan cara bercakap- halusinasi dengan cara
cakap dengan teman, bercakap-cakap dengan teman,
perawat, anggota keluarga. perawat, anggota keluarga
3. Anjurkan klien memasukkan
jadwal kegiatan harian.
Tujuan Khusus : Setelah dilakukan tindakan SP III
Klien dapat mengontrol halusinasi dengan keperawatan di harapkan 1. Evaluasi jadwal kegiatan
melakukan kegiatan/aktivitas. klien dapat mengontrol Harian klien
halusinasi dengan 2. Latih klien mengendalikan
melakukan Halusinasi dengan melakukan
kegiatan/aktivitas. kegiatan/aktivitas (kegiatan

39
yang biasa dilakukan klien)
3. Anjurkan klien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian
Tujuan Khusus : Setelah dilakukan tindakan SP IV
Klien dapat memanfaatkan obat dengan keperawatan klien dapat 1. Evaluasi jadwal kegiatan
baik menyebutkan : manfaat harian klien
minum obat, kerugian tidak 2. Beri pendidikan kesehatan
minum obat, nama, warna, tentang penggunaan obat
dosis, efek dan efek secara teratur
samping obat. 3. Anjurkan klien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian.

40
IMPLEMENTASI EVALUASI
Tgl …….. Bulan …….. Tahun …….. Pukul …….. S : Pasien
Data : 1) Pasien mengahrdik halusinasi 3 kali
Data pasien dan kemampuan sehari
1) Pasien mengatakan masih mendengar suara- 2) Minum obat secara teratur sesuai dengan
suara tetapi sudah jarang dan tidak setiap hari petunjuk suster 3 kali sehari
datangnya 3) Mengajak anggota keluarga yang lain
2) Pasien mengatakan sudah melakukan cara untuk bercakap-cakap bila pasien
mengontrol halusinasi dengan menghardik sendirian dan bila suara-suara akan
halusinasi muncul
3) Pasien mengatakan minum obat dengan benar S : Keluarga
dan teratur 1) Keluarga mengatakan anaknya dapat
Kemampuan pasien melakukan kegiatan sesuai jadwal
Pasien mampu mendemostrasikan cara 2) Keluarga mengatakan senang dapat
menghardik halusinasi membimbing dan merawat anaknya
Data keluarga dan kemampuan 3) Keluarga mengatakan akan terus
1) Keluarga mengatakan sudah mengetahui apa memotivasi anaknya untuk melakukan
itu halusinasi, tanda dan gejala serta proses sesuai jadwal
terjadinya masalah O : Pasien
2) Keluarga telah mengetahui cara merawat Pasien kooperatif, tampak tenang,
pasien halusinasi dengan membantu pasien halusinasi tidak ada
menghardik halusinasi saat halusinasi muncul O : Keluarga
3) Keluarga memantau pasien minum obat 1) Keluarga tampak melatih dan
DK : membimbing pasien dalam mengontrol
Gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran halusinasi
Intervensi : 2) Keluarga kooperatif
Tindakan ke pasien A:
1) Evaluasi kegiatan pasien dalam mengontrol Menghardik dan minum obat serta
halusinasi dengan menghardik dan minum obat bercakap-cakap mampu mengontrol
2) Beri pujian halusinasi pasien
3) Latih satu cara yaitu bercakap-cakap dengan P : Pasien
orang lain seperti keluarga 1) Pasien berlatih mengontrol halusinasi
4) Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk dengan menghardik (3 kali per hari)

41
latihan bercakap-cakap dengan orang lain atau 2) Minum obat (3 kali per hari), bercakap-
keluarga cakap dengan keluarga (2 kali perhari)
Tindakan ke keluarga P : Keluarga
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat Memotivasi dan membimbing sesuai
pasien halusinasi yaitu menghardik dan minum dengan jadwal menghardik (3 kali sehari),
obat minum obat (3 kali sehari) bercakap-cakap
2) Beri pujian dengan keluarga dan orang lain (2 kali)
3) Bombing dan motivasi keluarga untuk
mengajak anggota keluarga yang lain
bercakap-cakap dengan pasien jika melihat
klien termenung atau sendirian
4) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberikan pujian
RTL :
Pasien : Melakukan latihan mengontrol halusinasi
sesuai jadwal
Keluarga : Memotivasi dan membimbing pasien
untuk mengontrol halusinasi

BAB V
PENUTUP

42
A. Kesimpulan
Menurut Varcarolis, halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya
persepsi sensori seseorang, dimana tidak dapat distimulus. Klien dengan
gangguan sensori persepsi halusinasi dapat memperlihatkan berbagai manifestasi
klinis yang bisa kita amati dalam perilaku mereka sehari-hari. Menurut NANDA
(2010), tanda dan gejala halusinasi meliputi: konsentrasi kurang, selalu berubah
respon dari rangsangan, kegelisahan, perubahan sensori akut, mudah tersinggung,
disorientasi waktu, tempat, dan orang, perubahan kemampuan pemecahan
masalah, perubahan pola perilaku. Terjadinya gangguan halusinasi ini dipengaruhi
oleh faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Adapun klasifikasi halusinasi
menurut Videbeck (2004;310) yaitu halusinasi dengar, halusinasi penghidung,
halusinasi perabaan, halusinasi penglihatan, halusinasi pengecapan dan
Cenesthetic & Kinestic hallucinations

B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kelompok kami
sangat membutuhkan kritik dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

43
Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Keliat, B. A., & Akemat. (2011). Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas Kelompok.
Jakarta: EGC.
Keliat, B. A., Akemat, Helena, N., & Nurhaeni, H. (2012). Keperawatan
Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (Basic Course). Jakarta: EGC.
Nurhalimah. (2016). Keperawatan Jiwa. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.
Rahmawati, Y. (2014). Asuhan Keperawatan pada Ny. L. dengan Gangguan
Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran di Ruang Srikandi Rumah Sakit
Jiwa Daerah Surakarta. Naskah Publikasi, 1-12.
Riyadi, S., & Purwanto, T. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Wuryastuti, M. I. (2016). Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan Gangguan
Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran di Ruang Merak RS Jiwa Dr.
Soeharto Heerdjan Jakarta. 144-155.
Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Utama.
Yosep, I., & Sutini, T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika
Aditama.
Yusuf, A., PK, R. F., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta Selatan: Salemba Medika.

44

Anda mungkin juga menyukai