Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Perilaku adalah merupakan perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang yang sifatnya


dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang melakukannya.
Berdasarkan sifatnya perilaku terbagi menjadi dua, yaitu perilaku perilaku baik dan buruk.
Tolak ukur perilaku yang baik dan buruk ini pun dinilai dari norma-norma yang berlaku
dimasyarakat. Baik itu norma agama, hukum, kesopanan, kesusialaan, dan norma-norma
lainnya.
Dalam kesehatan hubungan perilaku sangatlah erat sekali. Banyak hal yang tanpa kita
sadari dari perilaku yang kecil dapat menimbulkan efek kesehatan yang besar bagi seseorang.
Salah satu contohnya berupa pesan kesehatan yang sedang maraknya digerakkan oleh
promoter kesehatan tentang cuci tangan sebelum melakukan aktifitas, kita semua tahu jika
mencuci tangan adalah hal yang sederhana, tapi dari hal kecil tersebut kita bisa melakukan
revolusi kesehatan kearah yang lebih baik. Sungguh besar efek perilaku tersebut bagi
kesehatan, begitu pula dengan kesehatan yang baik akan tercermin apabila seseorang tersebut
melakukan perilaku yang baik.
Perilaku dan kesehatan sangatlah berhubungan, oleh karena itu diperlukan suatu
perubahan perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku yang sehat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud perilaku?


2. Bagaimana teori menurut Snehandu B. Karr?
3. Apa saja kasus yang berhubungan dengan teori Snehandu B. Karr?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui pentingnya perubahan perilaku tidak sehat menjadi prilaku sehat.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui definisi dari perilaku
b. Mengetahui isi dari teori Snehandu B. Karr
c. Mengetahui kasus yang berhubungan dengan teori Snehandu B. Karr

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perilaku
Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Dengan perkataan lain, perilaku kita
pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan
spesifik tersebut tidak selalu diketahui secara sadar oleh individu yang bersangkutan
(Winardi, 2004).
Skinner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan
respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar), oleh karena
perilaku itu terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian
organisme tersebut merespons.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu:

1. Perilaku tertutup, yaitu respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung
atau tertutup. Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
persepsi, pengetahuan/kesadaran, sikap yang terjadi pada orang yang menerima
stimulus tersebut, dan belum diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka, yaitu respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan
nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati dan dilihat oleh orang lain
(Notoatmodjo, 2003).
B. Teori Determinan Perilaku Menurut Snehandu B. Karr
Karr mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa perilaku
kesehatan itu merupakan fungsi dari :
1. Behavior Intention, niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan dan
perawatan kesehatannya. Misalnya mau membuat jamban/WC keluarga di rumahnya
apabila dia mempunyai niat untuk itu.
2. Social Support, dukungan sosial dari masayrakat sekitar. Di dalam kehidupan
seseorang di masyarakat, perilaku orang tersebut cenderung memerlukan legitimasi
dari masyarakat sekitarnya. Apabila perilaku tersebut bertentangan atau tidak
memperoleh dukungan dari masyarakat, maka dia akan merasa kurang atau tidak
nyaman. Demikian pula untuk berperilaku sehat, orang memerlukan dukungan dari

2
masyarakat sekitarnya, minimal tidak mendapat gunjingan atau bahan pembicaraan
masyarakat.
3. Accessibility of Information, ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan atau
fasilitas kesehatan. Misalnya, sebuah keluarga mau ikut program keluarga berencana,
apabila keluarga ini memperoleh penjelasan yang lengkap tentang keluarga berencana
yaitu tujuan berKB, bagaimana cara berKB (alat-alat kontrasepsi yang tersedia), efek
samping dari KB yang digunakan, dan sebagainya.
4. Personal Autonomy, otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal ini adalah
pengambilan tindakan atau keputusan. Misalnya kebebasan pribadi ibu-ibu masih
terbatas, terutama di pedesaan, seorang istri dalam pengambilan keputusan masih
sangat tergantung pada suami. Misalnya, untuk membawa anaknya yang sakit ke
puskesmas harus menunggu setelah suaminya pulang kerja. Demikian pula, untuk
periksa hamil, seorang istri harus memperoleh persetujuan dari suami, dan kalu suami
tidak setuju maka tidak akan ada pemeriksaan kehamilan.
5. Action situation, situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak.
Untuk bertindak apapun memang diperlukan suatu kondisi dan situasi yang tepat.
Kondisi dan situasi mempunyai pengertian yang luas, baik fasilitas yang tersedia serta
kempuan yang ada. Untuk membangun rumah yang sehat misalnya, jelas sangat
tergantung pada kondisi ekonomi dari orang yang bersangkutan. Meskipun faktor yang
lain tidak ada masalah, tetapi apabila kondisi dan situasinya tidak mendukung, maka
perilaku tesebut tidak akan terjadi.

Uraian diatas dapat dirumuskan sebagai berikut :

B = F (BI, SS, AL, PA, AS)

Keterangan :

B = Behaviour

F = Fungsi

BI = Behaviour Intention

SS = Social Support

AI = Accessebility of Information

PA = Personal Autonomy

AS = Action Situation

3
Disimpulkan bahwa perilaku kesehatan seseorang atau masyrakat ditentukan oleh niat
orang terhadap objek kesehatan, ada atau tidaknya dukungan dari masyarakat sekitarnya,
ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan, kebebasan dari individu untuk mengambil
keputusan / bertindak, dan situasi yang memungkinkan ia berperilaku / bertindak atau
tidak berperilaku / bertindak.

C. Kasus
Beberapa ibu tidak ingin mengikuti program KB karena beberapa faktor, yaitu tidak
ada minat dan niat terhadap KB; karena tidak ada dukungan dari masyrakat sekitarnya;
kurang atau tidak memperoleh informasi yang kuat tentang KB; tidak mempunyai
kebebasan untuk menentukan, misalnya harus tunduk kepada suami, mertuanya atau orang
lain yang ia segani; faktor lain yang menyebabkan ibu tidak ikut KB adalah karena situasi
dan kondisi yang tidak memungkinkan, misalnya alasan kesehatan.
D. Pembahasan
Pada kasus di atas dijelaskan bahwa seorang ibu tidak ingin mengikuti program KB
karena terdapat beberapa kemungkinan. Tindakan tersebut harus diberikan arahan agar
keputusan yang diambil oleh ibu tersebut tidak merugikan diri dan orang lain.
Arahan tersebut dapat diberikan oleh tenaga kesehatan seperti perawat, yaitu
melakukan promosi kesehatan untuk merubah perilaku/tindakan tidak sehat yang
merugikan menjadi perilaku yang sehat. Kasus di atas berhubungan dengan teori dari
Snehandu B. Karr, yaitu :
1. Behavior Intention
Pada kasus di atas, yang berhubungan dengan teori Behavior Intention adalah seorang
ibu yang tidak ingin mengikuti program KB karena faktor niat dan minat. Ibu tersebut
tidak memiliki niat untuk mengikuti program KB yang seharusnya diikuti. Oleh karena itu
sebagai promotor kita harus dapat meningkatkan minat seorang individu untuk mengubah
perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku yang sehat.
2. Social Support
Pada kasus di atas yang berhubungan dengan teori Social Support adalah penyebab
seorang ibu tidak mengikuti KB karena tidak ada atau kurangnya dukungan dari
masyarakat sekitar. Seperti misalnya dari teman sejawat, keluarga, bahkan suami yang
tidak memberikan dukungan. Dalam hal ini dukungan yang dimaksud adalah pengaruh
yang dapat membuat seorang ibu tersebut tidak ingin mengikuti program KB.

4
3. Accessibility of Information
Pada kasus di atas yang berhubungan dengan teori Accessibility of Information adalah
penyebab seorang ibu tidak mengikuti KB karena kurangnya informasi yang berkaitan
dengan KB. Jadi, sebagai promotor kita harus memberikan informasi dan memberikan
edukasi mengenai pentingnya KB. Informasi tersebut dapat kita berikan melalui media
sosial, atau bahkan tatap muka seperti penyuluhan. Tidak hanya di kota-kota besar saja,
tetapi informasi juga harus di berikan pada tempat-tempat yang tidak memungkinkan
untuk terjangkaunya informasi seperti di desa atau di daerah terpencil.
4. Personal Autonomy
Pada kasus diatas yang berhubungan dengan teori Personal Autonomy adalah
penyebab seorang ibu tidak mengikuti program KB yaitu adanya tekanan dari suami dan
mertua yang membuat ibu tersebut tidak memiliki kebebasan untuk membuat keputusan
yang berasal dari dirinya.
5. Action situation
Pada kasus di atas yang berhubungan dengan teori Action situation adalah adanya
kondisi yang tidak memungkinkan pada ibu untuk melakukan KB. Kondisi yang berkaitan
dengan kesehatan misalnya, seorang ibu memiliki riwayat kanker payudara, menderita
penyakit jantung, hepatitis, darah tinggi dan diabetes tidak diperbolehkan untuk
melakukan KB.

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Tujuan spesifik tersebut tidak selalu
diketahui secara sadar oleh individu yang bersangkutan.
Teori Determinan Perilaku Menurut Snehandu B. Karr :
1. Behavior Intention, niat seseorang untuk bertidak sehubungan dengan kesehatan dan
perawatan kesehatannya.
2. Social Support, dukungan sosial dari masayrakat sekitar.
3. Accessibility of Information, ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan atau
fasilitas kesehatan.
4. Personal Autonomy, otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal ini adalah
pengambilan tindakan atau keputusan.
5. Action situation, situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan kami berharap tenaga kesehatan masyarakat dapat
memberikan penyuluhan informasi mengenai kesehatan kepada masyarakat sebaik-baiknya.
Tentunya dengan mempertimbangkan program yang akan di lakukan, metode yang di
gunakan serta media yang di perlukan demi menunjang program promosi kesehatan. Dengan
adanya penyuluhan di masyarakat dapat menjaga kesehatannya.

6
DAFTAR PUSTAKA

Dwi Nandani, Rilly. 2013. Determinan Perilaku. repository.ump.ac.id. diakses tanggal 1


Oktober 2018
Linggasri. 2008 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Determinan Perilaku. lib.ui.ac.ad.
diakses tanggal 11November 2018.
Machfoedz, Ircham dan Suryani, Eko. 2008. Pendidikan Kesehatan dan Promosi Kesehatan.
Yogyakarta : Fitramaya

Anda mungkin juga menyukai