KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Syok merupakan sindrom klinis bukan diagnosa yang terjadi akibat
menurunnya tekanan darah secara konsisten yang menyebabkan perfusi
memburuk serta malfungsi organ vital yang disebabkan oleh hipovoleia,
kardiogenik, sepsis, anvilaksis, dan defisiensi steroid (Krisis Addison)
jarang. (Patrick Davey).
2. Etiologi
Stok dapat terjadi karena kehilangan cairan dalam waktu singkat dari
ruang intravacular (syok hipovolemik), kegagalan pompa jantung (syok
kardiogenik), infeksi sistemik berat (syok septic), reaksi imun yang
berlebihan (syok anvilaksis), dan reaksi vasavagai (syok neurologic). (Wim
de Jong et al. 2005).
Jenis dan penebab syok.
Jenis Penyebab
Hipovolemik Kekurangan cairan intravascular
Kardiogenik Kegagalan fungsi pompa jantung
Septic Infeksi sistemik berat
Anvilaksis Reaksi imun berlebih
Neurogenic Reaksi vasovagal berlebihan
Sumber : Ilmu Bedah Dejong
1. Syok Neurogenik
Disebut juga sinkopo. Syok ini terjadi karena reaksi vasovagal yang
berlebihan yang menyebabkan vasodilatasi menyeluruh diregio
spanknikus sehingga pendarahan otak berkurang. Reaksi vasovagal
umumnya disebabkan oleh suhu lingkungan yang panas, terkejut,
takut, atau nyeri.
2. Syok Hipovolemik
Penyebab syok Hipovolemik
1) Perdarahan
a. Perdarahan yang terlihat (perdarahan dari luka dan
hematemesis dari tukak lambung).
b. Perdarahan tidak terlihat (perdarahan dari saluran cerna seperti
perdarahan pada tukak duodenium, cedera limpa, kehamilan
diluar uterus, patah tulang pelvis, dan patah tulang besar atau
majemuk).
2) Kehilangan Plasma
a. Luka bakar luas
b. Pankreatitis
c. Deskuamasi kulit
d. Sindrom dumping
3) Kehilangan cairan ekstra seluler
a. Muntah (vomitus)
b. Dehidrasi
c. Diare
d. Terapi deuretik yang sangat agresif
e. Diabetes insipidus
f. Insufisiensi andrenal
3. Syok kardiogenik
Disebabkan oleh kegagalan faal pompa jantung yang mengakibatkan
curah jantung menjadi kecil atau berhenti sama sekali.
1) Kardial/Intrinsic
a. Infark jantung
b. Gagal miokard karena iskemia atau depresi
c. Kontusio miokard
d. Aritmia
e. Obat-obatan (termsuk anestetik)
2) Nonkardial/ekstrinsik
a. Embolus pulmunal
b. Tamponade jantung karena darah atau eksudat diperikard
c. Gagal nafas, hipertensi pulmunal
d. Perikarditis dengan tekanan tinggi perikard
e. Pneumotoraks tekan (tension pneumothorax)
4. Syok Septic
Terjadi akibat infeksi luka atau jaringan lunak, abses, peritonitis, infeksi
traktus urogenitis, infeksi paru/pneumonia, luka bakar infeksi dan
merupakan keadaan dimana terjadi penurunan tekanan darah (tekanan
darah sistolik kurang dari 90 mmHg atau penurunan tekanan darah
sistolik lebih dari 40 mmHg) disertai tanda kegagalan sirkulasi,
meskipun telah dilakukan resusitasi cairan secara adekuat atau
memerlukan vasopresor untuk mempertahankan tekanan darah dan
perfusi organ.
Syok septik merupakan keadaan gawat darurat yang memerlukan
penangan segera.
5. Syok Anvilaksis
Reaksi anvilatik adalah gejala yang timbul melalui reaksi alergen dan
antibodi. Sedangkan yang tidak melalui reaksi imunollogik disebut
sebagai reaksi anavilaktoik tetapi karena baik gejala yang timbul
maupun pengobatannya tidak dapat dibedakan, maka kedua macam
reaksi diatas disebut sebagai anvilaksis yang merupakan bentuk
terberat dari alergi obat.
Gejala dan tanda navilaksis berdasarkan organ sasaran.
3. Klasifikasi
a) Syok Ringan
Penurunan perfusi hanya pada jaringan dan organ non vital seperti kulit,
lemak, otot rangka, dan tulang. Jaringan ini relatif dapat hidup lebih lama
dengan perfusi rendah, tanpa adanya perubahan jaringan yang menetap
(irreversible). Kesadaran tidak terganggu, produksi urin normal atau hanya
sedikit menurun, asidosis metabolik tidak ada atau ringan.
b) Syok Sedang
Perfusi ke organ vital selain jantung dan otak menurun (hati, usus, ginjal).
Organ-organ ini tidak dapat mentoleransi hipoperfusi lebih lama seperti
pada lemak, kulit dan otot. Pada keadaan ini terdapat oliguri (urin kurang
dari 0,5 mg/kg/jam) dan asidosis metabolik. Akan tetapi kesadaran relatif
masih baik.
c) Syok Berat
Perfusi ke jantung dan otak tidak adekuat. Mekanisme kompensasi syok
beraksi untuk menyediakan aliran darah ke dua organ vital. Pada syok
lanjut terjadi vasokontriksi di semua pembuluh darah lain. Terjadi oliguri
dan asidosis berat, gangguan kesadaran dan tanda-tanda hipoksia jantung
(EKG abnormal, curah jantung menurun).
4. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda syok
6. Pathway
Penurnan aliran
Penurunan curah Penurunan tekanan
darah sistemik
jantung arterial
Penurunan nutrisi
jantung Penurunan nutrisi Pembekuan
jaringan intravaskular
Penurunan nutrisi
otak
Penurunan nutrisi sist Iskemia jaringan
Penurunan aktifitas vaskular
vasomotor
Pelepasan toksin
Cairan intravascular
Pengumpulan darah Penurunan volume
vena darah
Plasma darah
menurun
Penurunan aliran Hb tidak mampu
Depresi jantung balik vena mengikat O2
Syok kardiogenik
Diaphoresis Dispenia
Kebutuhan oksigen
otot jantung
Cardiac
output fraksi
ejeksi
7. Komplikasi
a. Kegagalan multi organ akibat penurunan alilran darah dan hipoksia
jaringan yang berkepanjangan.
b. Sindrom distress pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan
alveolus kapiler karena hipoksia.
c. DIC (Koagulasi intravascular diseminata) akibat hipoksia dan kematian
jaringan yang luas sehingga terjadi pengaktifan berlebihan jenjang
koagulasi.
8. Pemeriksaan penunjang
a. Kultu darah
b. Kimia serum, termasuk elektrolit, BUN, dan kreatinin
c. DPL dan profil koagulasi
d. AGD dan oksimetri nadi
e. Pemeriksaan curah jantung indeks jantung, curah jantung,
preload, tekanan atrium kanan (right atrial pressure, RAP),
afterload, dan resistensi vascular sistemik
f. Laktat serum
g. Urinalisis dengan berat jenis, osmolaritas, dan elektrolit urine
h. Elektrokardiogram (EKG), foto toraks, ultrasonografi jantung
i. Tes fungsi ginjal dan hati
9. Penatalaksanaan
Tujuan penanganan syok tahap awal adalah mengembalikan perfusi dan
oksigenasi jaringan dengan mengembalikan volume dan tekanan darah.
Pada syok tahap lebih lanjut, pengembalian perfusi jaringan saja biasanya
tidak cukup untuk menghentikan perkembangan peradangan sehingga
perlu dilakukan upaya menghilangkan faktor toksik yang terutama
disebabkan oleh bakteri.
Pemberian oksigen merupakan penanganan yang sangat umum, tanpa
memperhatikan penyebab syok. Terapi lainnya tergantung pada penyebab
syok. Terapi cairan merupakan terapi yang paling penting terhdap pasien
yang mengalami syok hipovolemik dan distributif. Pemberian cairan secara
IV akan memperbaiki volume darah yang bersirkulasi, menurunkan
viskositas darah, dan meningkatkan aliran darah vena, sehingga
membantu memperbaiki curah jantung. Akibat selanjutnya adalah
meningkatkan perfusi jaringan dan memberikan pasokan oksigen kepada
sel. Terapi awal dapat berupa pemberian cairan kristaloid atau koloid.
Kecepatan dan volume terapi cairan harus dapat ditoleransi oleh individu
pasien. Kecepatan dan jumlah pemberian cairan dimonitor pada tekanan
vena sentral dan pengeluaran urin.
Apabila perfusi jaringan berkurang karena kehilangan banyak darah,
secara ideal harus dilakukan transfusi darah dan kontrol pendarahan harus
dilakukan dengan baik. Packed red cell (PRC) atau darah total (Whole
blood) secara nyata dapat memperbaiki tekanan darah dan penghantaran
oksigen ke jaringan.
Pada syok kardiogenik, terapi cairan yang terlalu cepat dapat berakibat
fatal, karena akan mengakibatkan beban kerja jantung dan selanjutnya
membahayakan sirkulasi. Terapi syok kardiogenik tergantung pada
penyebabnya. Jika syok disebabkan oleh kontraktilitas miokardium yang
jelek, disarankan penanganan dengan beta-agonist. Dobutamin
merupakan betaagonist yang mampu meningkatkan curah jantung dan
penghantaran oksigen, tanpa menyebabkan vasokontriksi, merupakan
obat yang paling umum digunakan untuk meninggkatkan fungsi jantung.
Perikardiosentesis harus dilakukan jika evusi perikardium cukup banyak
dan menyebabkan tamponal.
Pada syok distributuf apabila hipotensi tetap terjadi walaupun telah
dilakukan terapi cairan yang cukup maka dibutuhkan pemberian
vasopresor. Oleh karena curah jantung dan tahanan pembuluh darah
sistemik mempengaruhi penghantaran oksigen ke jaringan, maka pada
pasien hipotensi harus dilakukan terapi untuk memaksimalkan fungsi
jantung dengan terapi cairan dan obat inotropik, dan /atau memodifikasi
tonus pembuluh darah dengan agen vasopresor. Penggunaan
glokokortikoid untuk menangani syok masih kontroversial. Namun apabila
digunakan, glokokortikoid harus digunakan pada penanganan awal dan
tidak diulang pengguanaannya.
Syok septik seringkali berkaitan dengan bakteri gram negatif, dan
antibiotik yang cocok untuk itu misalnya sepalosporin atau aminoglikosida
dan penisilin.
a. Data Umum Klien, berisi data-data umum tentang pasien misalnya nama, umur,
b. Pengkajian Primer
1) Airway, kaji kepatenan jalan nafas klien, adanya sumbatan atau obstruksi,
2) Breathing, kaji pola nafas klien, frekuensi pernafasan, pergerakan dada klien,
3) Circulation, kaji tanda-tanda vital klien, adanya akral dingin dan kaji
1) Promosi Kesehatan, kaji kesehatan umum klien, alasan masuk rumah sakit,
dan riwayat keluhan utama klien, riwayat penyakit masa lalu, riwayat pengobatan
integumen, anemia), Diet (meliputi jenis, frekuensi, nafsu terhadap makanan yang
(penyebab masalah), Penilaian Status Gizi, pola asupan cairan, jumlah intake dan
adanya bunyi CA, adanya sistolik atau diastolik, murmur, peningkatan JVP,
kemampuan komunikasi
6) Persepsi diri
12) Kenyamanan, mengkaji adanya nyeri yang diarasakan (PQRST), rasa tidak
2. Diagnosa keperawatan
4. Nyeri akut b/d agen cedera (asam laktat merangsang mediator nyeri
DAFTAR PUSTAKA