Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KASUS PERFORASI GASTER

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

STIKES AL-IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP

TAHUN AJARAN 2020/2021


PERFORASI GASTER

A. Definisi
Laparatomy merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu
insisi pada dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen
(Sjamsurihidayat dan Jong, 1997).
Laparotomi adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat
terjadinya perlekatan usus dan biasanya terjadi pada usus halus, yang
mana tujuan prosedur tindakan pembedahan dengan membuka cavum
abdomen adalah untuk eksplorasi (Arif Mansjoer, 2000).
Laparatomi adalah pembedahan perut, membuka selaput perut dengan
operasi (Lakaman:2000;194). Pembedahan perut sampai membuka
selaput perut.Ada 4 cara pembedahan laparatomy yaitu; Midline
incision Paramedian, yaitu 2,5 cm), panjang (12,5 cm).(; sedikit ke tepi
dari garis tengah Transverse upper abdomen incision, yaitu ; insisi di
bagian atas, misalnya pembedahan colesistotomy dan
splenektomy.Transverse lower 4 cm di(abdomen incision, yaitu; insisi
melintang di bagian bawah atas anterior spinal iliaka, misalnya; pada
operasi appendictomy.
Perforasi gastrointestinal merupakan suatu bentuk penetrasi yang komplek dari
lambung, usus halus, usus besar, akibat dari bocornya isi dari usus ke dalam rongga perut.
Perforasi dari usus mengakibatkan secara potensial untuk terjadinya kontaminasi bakteri
dalam rongga perut (keadaan ini dikenal dengan istilah peritonitis). Perforasi lambung
berkembang menjadi suatu peritonitis kimia yang di sebabkan karna kebocoran asam
lambung ke dalam rongga perut. Perforasi dalam bentuk apapun yang mengenai saluran
cerna merupakan suatu kasus kegawatan bedah.
Perforasi pada saluran cerna sering di sebabkan oleh penyakit-penyakit seperti
ulkus gaster, appendicitis, keganasan pada saluran cerna, atau trauma.
B. Etiologi
1. Perforasi Non-Trauma, Misalnya :
a. Akibat volvulus gaster karna overdistensi dan iskemia
b. Adanya factor predisposisi : termasuk ulkus peptic.
c. Perforasi oleh malignasi intra abdomen atau limfoma.
d. Benda asing (misalnya jarum pentul) dapat menyebabkan perforasi esophagus,
gaster, atau usus, dengan infeksi antra abdomen, peritonitis, dan sepsis.
2. Perforasi Trauma (Tajam atau Tumpul), misalnya :
a. Trauma iatrogenik setelah pemasangan, pipa nasogastric saat endoskopi.
b. Luka penetrasi ke dada bagian bawah atau abdomen (misalnya tusukan pisau)
c. Trauma tumpul pada gester : trauma sepeti ini lebih umum pada anak daripada
dewasa.
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala perforasi gaster adalah :
1. Kesakitan hebat pada perut dan kram diperut.
2. Nyeri di daerah epigastrium.
3. Hipertermi
4. Takikardi
5. Hipotensi
6. Biasanya tampak letargik karna syok toksik.
D. Patofisologi
Dalam keadaan normal, lambung relatif bersih dari bakteri dan mikroorganisme
lain karena kadar asam intraluminalnya yang tinggi. Kebanyakan orang yang mengalami
trauma abdominal memiliki fungsi gaster normal dan tidak berada dalam resiko
kontaminasi bakteri setelah perforasi gaster. Namun, mereka yang sebelumnya sudah
memiliki masalah gaster beresiko terhadap kontaminasi peritoneal dengan perforasi
gaster. Kebocoran cairan asam lambung ke rongga peritoneal sering berakibat peritonitis
kimia yang dalam. Jika kebocoran tidak ditutup dan partikel makanan mencapai rongga
peritoneal, peritonitis kimia bertahap menjadi peritonitis bakterial. Pasien mungkin bebas
gejala untuk beberapa jam antara peritonitis kimia awal sampai peritonitis bakterial
kemudian.
Adanya bakteri di rongga peritoneal merangsang influks sel-sel inflamasi akut.
Omentum dan organ dalam cenderung untuk melokalisasi tempat inflamasi, membentuk
flegmon (ini biasanya terjadi pada perforasi usus besar). Hipoksia yang diakibatkan di
area memfasilitasi pertumbuhan bakteri anaerob dan menyebabkan pelemahan aktivitas
bakterisid dari granulosit, yang mengarah pada peningkatan aktivitas fagosit granulosit,
degradasi sel, hipertonisitas cairan membentuk abses, efek osmotik, mengalirnya lebih
banyak cairan ke area abses, dan pembesaran abses abdomen. Jika tidak diterapi,
bakteremia, sepsis general, kegagalan multi organ, dan syok dapat terjadi.
E. Pemeriksaan Penunjang
Sejalan dengan penemuan klinis, metode tambahan yang dapat dilakukan adalah :
1. foto polos abdomen pada posisi berdiri.
2. Ultrasonografi
Ultrasonografi adalah metode awal untuk kebanyakan kondisi akut abdomen.
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi cairan bebas dengan berbagai densitas,
yang pada kasus ini adalah sangat tidak homogen karena terdapat kandungan
lambung..
3. CT-scan
CT scan abdomen adalah metode yang jauh lebih sensitif untuk mendeteksi udara
setelah perforasi, bahkan jika udara tampak seperti gelembung dan saat pada foto
rontgen murni dinyatakan negatif. Oleh karena itu, CT scan sangat efisien untuk
deteksi dini perforasi gaster.
PATHWAYS

Stress fisik Obat obatan Bahan kimia Trauma Bakteri, virus

Perfusi mukosa Penghancura


Melekat Pada
lambung n sawar epitel
epitel
terganggu

Kerusakan mukosa barier

Difusi ion balik H+

Julmah asam lambung


meningkat

Iritasi mukosa lambung

Gastritis

Perlukaan pada lambung

Hematomesis
Nyeri Rasa Nausea anoreksia
dan vomitas
Anemis
MK : Gangguan MK : Perubahan
Rasa aman nyeri MK : Resti kekurangan nutrisi kurang
Sianosis
Volume cairan dari kebutuhan

MK : Resti Perfusi Jaringan


F. Prognosis
Apabila tindakan operasi dan pemberian antibiotik berspektrum luas cepat dilakukan
maka prognosisnya dubia ad bonam. Sedangkan bila diagnosis, tindakan, dan pemberian
antibiotik terlambat dilakukan maka prognosisnya menjadi dubia ad malam.
Hasil terapi meningkat dengan diagnosis dan penatalaksanaan dini. Faktor-faktor berikut
akan meningkatkan resiko kematian :
• Usia lanjut
• Adanya penyakit yang mendasari sebelumnya
• Malnutrisi
• Timbulnya komplikasi
G. Penatalaksanaan
Penderita yang lambungnya mengalami perforasi harus diperbaiki keadaan
umumnya sebelum operasi. Pemberian cairan dan koreksi elektrolit, pemasangan pipa
nasogastrik, dan pemberian antibiotik mutlak diberikan. Jika gejala dan tanda-tanda
peritonitis umum tidak ada, kebijakan nonoperatif mungkin digunakan dengan terapi
antibiotik langsung terhadap bakteri gram-negatif dan anaerob.
H. Komplikasi
1. Infeksi Luka, angka kejadian infeksi berkaitan dengan muatan bakteri pada gaster
2. Kegagalan luka operasi
Kegagalan luka operasi (kerusakan parsial atau total pada setiap lapisan luka operasi)
dapat terjadi segera atau lambat

1. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan perlukaan pada lambung.

b. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

nutrisi tidak adekut.

c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah.

d. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan

e. Nyeri Akut b.d Agen Cedera Fisik


f. Defisit Perawatan diri b.d kelemahan fisik

2. Intervensi

a. Nyeri berhubungan dengan adanya perlukaan di lambung.

Tujuan :Setelah dilakukkan tindakan selama 3 × 24 jam diharapkan

terdapat penurunan respon nyeri / nyeri hilang.

Kriteria hasil :Tingkat kenyamanan, (perasaan senang) tingkat persepsi positif

terhadap kemudahan fisik dan psikologis, tindakan individu untuk

mengendalikan nyeri, keparahan nyeri dapat diamati / dilaporkan,

jumlah nyeri yang dilaporkan.

Intervensi Keperawatan:

1) Gunakan laporan dari pasien sendiri pilihan pertama.

Rasional: Guna mengumpulkan informasi pengkajian.

2) Minta pasien untuk menilai nyeri.

Rasional: Membantu menilai nyeri atau ketidaknyamanan.

3) Gunakan lembar alur nyeri.

Rasional: Memantau pengurangan nyeri dari analgetik dan efek

sampingnya.

4) Lakukan pengkjian nyeri (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

keparahan nyeri, faktor presipitasi).

Rasional: Membantu membedakan nyeri.

5) Dalam mengkaji pasien gunakan kata – kata yang konsisten dengan usia

dan tingkat perkembangan pasien.

Rasional: Membantu membangun suasana terapiutik.


6) Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika

peredaran nyeri tidak dapat dicapai.

Rasional: Nyeri yang berkelanjutan dicurigai adanya komplikasi.

7) Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi.

Rasional: Teknik distraksi relaksasi meminimalkan tingkatan rasa nyeri.

8) Observasi vital sign.

Rasional: Nadi dapat meningkat secara dini karena tingkatan nyeri

b. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

nutrisi tidak adekut, anaroxia.

Tujuan :Setelah dilakukkan tindakan selama 3 × 24 jam diharapkan

terjadi peningkatan asupan dalam pemenuhan nutrisi.

Kriteria hasil :Klien secara subjektif termotivasi untuk melakukan pemenuhan

ntrisi sesuai anjuran, asupan meningkat pada porsi makan yang

disediakan, mempertahankan berat badan, menoleransi diet yang

dianjurkan, mengungkapkan tekat untuk mematuhi diet.

Intervensi keperawatan:

1) Anjurkan agar klien memakan makanan yang disediakan di rumah

sakit.

Rasional: Untuk menghindari makanan yang justru dapat mengganggu

proses penyembuhan klien.

2) Beri makanan dalm keadaan hangat dan porsi kecil serta diet TKTP.

Rasional: Untuk meningkatkan selera dan mencegah mual,

mempercepat perbaikan kondisi.


3) Libatkan keluarga pasien dalam pemenuhan nutrisi tambahan yang

tidak bertentangan dengan penyakitnya.

Rasional: Klien kadang kala mempunyai selera makan yang sudah

terbiasa sejak dirumah. Dengan bantuan keluarga dalam pemenuhan

nutrisi dengan tidak bertentangan dengan pola diet akan meningkatkan

pemenuhan nutrisi.

4) Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan

serta sebelum dan sesudah intervensi pemeriksaan peroral.

Rasional: Hygiene oral yang baik akan meningkatkan nafsu makan

klien.

5) Beri motivasi dan dukungan psikologis.

Rasional: Meningkatkan secara psikologis.

6) Pencegahan dan penanganan diet yang berat dan aktivitas yang

berlebih.

Rasional: Diet yang terlalu keras meningkatkan kerja lambung

7) Timbang pasien dalam interval yang tepat.

Rasional: Membantu mengetahui adanya peningkatan atau penurunan

berat badan klien.

8) Anjurkan untuk makan porsi sedikit dengan interval sering.

Rasional: Mencegah perangsangan yang mendadak pada lambung.

c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapakan tidak terjadi kekurangan cairan tubuh .


Kriteria hasil :Tidak memiliki konsentrasi urin yang berlebih, tidak

mengalami haus yang tidak normal, memiliki keseimbangan

asupan yang seimbang, menampilkan hidrasi yang baik,

memiliki asupan cairan oral yang adekuat.

Intervensi keperawatan:

1) Observasi output dan input cairan setiap hari terhadap dehidrasi.

Rasional: Out put yang berlebih dapat terjadinya dehidrasi.

2) Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan

turgor kulit, pengisian kapiler lambat.

Rasional: Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan / dehidrasi.

3) Kaji tanda tanda vital.

Rasional: Hipotensi, demam, dapat menunjukkan terjadinya

kehilangan cairan.

4) Observasi terhadap kehilangan cairan yang tinggi elektrolit (diare).

Rasional: Untuk mengevalasi kehilangan cairan.

5) Kaji nilai elektrolit setiap 24 jam untuk ketidaksinambungan cairan.

Rasional: Mengetahui jumlah cairan yang dibutuhkan.

6) Anjurkan keluarga untuk memberi minum klien 6 – 8 gelas air putih

setiap hari.

Rasional: Mengganti cairan elektrolit yang hilang melalui oral.

d. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawan selama 1 x 15 menit

diharapkan klien menunjukkan ansietasnya berkurang.


Kriteria hasil : Ansietas berkurang dibuktikan dengan menunjukkan kontrol

agresi, kontrol ansietas, koping, kontrol implus. Melaporkan

tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik, manifestasi

prilaku akubat kecemasan tidak ada.

Intervensi keperawatan:

1) Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan

perasaan.

Rasional: Membantu mengeksternalisasikan ansietas.

2) Sediakan informasi faktual menyangkut diagnosis, perawatan dan

prognosis.

Rasional: Meminimalkan ansietas dengan ketidaktauan menyangkup

diagnosis, dan tindakan keperawatan.

3) Intruksikan pasien tentang penggunaan teknik relaksasi.

Rasional: Belajar cara untuk rileks dapat menbantu menurunkan

ansietas.

4) Dampingi pasien (misalnya selama prosedur).

Rasional: Meningkatkan keamanan dan mengurangi takut.

(Wilkinson. 2007 : 26)

e. Nyeri Akut b.d Agen Cedera Fisik

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan

masalah Nyeri Akut dapat teratasi dengan indicator.

Kriteria hasil : melapor, adanya nyeri, Frekuensi nyer, Ekspresi nyeri pada wajah,

Skala nyeri turun.


Intervensi keperawatan:

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,

durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

3. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,

pencahayaan dan kebisingan

4. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter

personal)

5. Ajarkan tentang teknik non farmakologi (Teknik genggam jari )

6. Tingkatkan istirahat

7. Kolaborasi medis dalam pemberian analgetik

f. Defisit Perawatan diri b.d kelemahan fisik

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan

masalah Defisit Peraawatan diri dapat teratasi dengan indikator :

Klien terbebas dari bau, ADL terpenuhi,Klien nampak bersih.

Intervensi keperawatan:

Higiene diri

1. Monitor kondisi umum klien

2. Mandikan klien setiap hari atau sesuai indikasi

3. Bantu klien mengenakan pakaian yang layak

4. Jaga agar rambut tetap bersih, rapi

5. pasang alat penampung urin atau kateter apabila diinstruksikan

6. berikan perawatan kateter yang tepat bersihkan kulit setelah BAB/BAK


DAFTAR PUSTAKA

Pieter, John, editor : Sjamsuhidajat,R. dan De Jong, Wim, Bab 31 : Lambung dan
Duodenum,

Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, EGC : Jakarta, 2004. Hal. 541-59.
Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 2, editor : Mansjoer, Arif., Suprohalta., Wardhani,
Wahyu Ika., Setiowulan, Wiwiek., Fakultas Kedokteran UI, Media Aesculapius, Jakarta : 2000

Azer, Samy A., Intestinal Perforation – emedicine available from,


http://www.emedicine.com/med/topic2822.htm

Medcyclopaedia – Gastric rupture, available from


http://www.medcyclopaedia.com/library/topics/volume_vii/g/gastric_rupture

Gharehbaghy, Manizheh M., Rafeey, Mandana., Acute Gastric Perforation in Neonatal


Period, available from http://www.medicaljournal-ias.org/14_2/Gharehbaghy.pdf

Sofić, Amela., Bešlić, Šerif., Linceder, Lidija., Vrcić, Dunja., Early radiological
diagnostics of gastrointestinal perforation, available from http://www.onko-
i.si/uploads/articles/Radiology_40_2_2.pdf

Hermana, Asep., Awas, Bahaya Jamu Oplosan! Available from http://www.pikiran-


rakyat.com/cetak/2007/072007/05/cakrawala/lainnya

Anda mungkin juga menyukai