Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN LAPARATOMY PADA PERFORASI


GASTER
PADA TN.M DENGAN POST LAPARATOMI DENGAN DI RUANG ICU
RSUD DR R.SOEPRAPTO CEPU

Disusun untuk memenuhi tugas Profesi Ners stase Keperawatan Kegawatdaruratan


di Icu di RSUD dr. Soeprato Cepu

DISUSUN OLEH :

AGUSTINA
NIM. 202303003

PROGRAM PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN
CENDEKIA UTAMA KUDUS
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
PERFORASI GASTER
A. PENGERTIAN
Perforasi gaster adalah suatu penetrasi yang kompleks dari dinding lambung, usus
besar, usus halus akibat dari bocornya isi dari usus ke dalam rongga perut. Perforasi dari
lambung berkembang menjadi suatu peritonitis kimia yang disebabkan karena kebocoran
asam lambung dalam rongga perut (Warsinggih, 2016).
Gambaran klinis pada pasien dengan perforasi ulkus peptik kadang-kadang tidak
jelas, sehingga terkadang kebanyakan pasien datang dengan tanda dan gejala peritonitis
bahkan sampai ke sepsis. Variasi gejala klinis, keterlambatan dari diagnosis dan
penanganan dapat menyebabkan perburukan gejala dan penurunan kondisi klinis yang
dapat mengakibatkan hasil akhir yang buruk(Thorsen, et.al, 2013)
Perforasi adalah ancaman abdominal dan indikasi bahwa pembedahan diperlukan
(Brunner & Suddarth, 2001). Perforasi dalam bentuk apapun yang terjadi dan mengenai
saluran pencernaan merupakan salah satu kasus kegawatdaruratan terutama dalam
kegawatan bedah. Penatalaksanaan bedah yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut
adalah laparatomi eksplorasi. (Warsinggih, 2018).
Laparotomi adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat terjadinya
perlekatan usus dan biasanya terjadi pada usus halus. (Arif Mansjoer, 2000). Laparatomi
adalah prosedur tindakan pembedahan dengan membuka cavum abdomen dengan tujuan
eksplorasi.
Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang
diberikan kepada pasien-pasien yang telah menjalani operasi pembedahan perut.
Adapun tindakan bedah digestif yang sering dilakukan dengan tenik insisi laparatomi
ini adalah herniotomi, gasterektomi,kolesistoduodenostomi, hepatorektomi,
splenoktomi, apendektomi, kolostomi, hemoroidektomi dfan fistuloktomi. Etiologi dari
laparatomi adalah Trauma abdomen (tumpul atau tajam), Peritonitis, Perdarahan pada
saluran pencernaan, Sumbatan pada usus halus dan usus besar, masa pada abdomen
B. ETIOLOGI
1. Perforasi non-trauma:
 Akibat faktor predisposisi : termasuk ulkus peptic
 Perforasi oleh malignasi intra abdomen atau limfoma
 Benda asing misalnya jarum pentul dapat menyebabkan perforasi esophagus,
gaster, atau usus dengan infeksi intra abdomen, peritonitis, dan sepsis
2. Perforasi trauma (tajam atau tumpul):
 Trauma iatrogenic setelah pemasangan pipa nasogastric saat endoskopi
 Luka penetrasike dada bagian bawah atau abdomen
 Trauma tumpul pada gaster
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri hebat pada epigastrium
2. Hipertermi
3. Takikardi
4. Hipotensi
5. Tampak letargik
6. Distensi abdomen
7. Hematemesis
8. Feses mengandung darah/ melena
D. PATOFISOLOGI

Dalam keadaan normal, lambung relatif bersih dari bakteri dan mikroorganisme lain

karena kadar asam intraluminalnya yang tinggi. Kebanyakan orang yang mengalami

trauma abdominal memiliki fungsi gaster normal dan tidak berada dalam resiko

kontaminasi bakteri setelah perforasi gaster. Namun, mereka yang sebelumnya sudah

memiliki masalah gaster beresiko terhadap kontaminasi peritoneal dengan perforasigaster.

Kebocoran cairan asam lambung ke rongga peritoneal sering berakibat peritonitis kimia

yang dalam.

Jika kebocoran tidak ditutup dan partikel makanan mencapai rongga peritoneal,

peritonitis kimia bertahap menjadi peritonitis bakterial. Pasien mungkin bebas gejala untuk

beberapa jam antara peritonitis kimia awal sampai peritonitis bacterial kemudian. Adanya

bakteri di rongga peritoneal merangsang influks sel-sel inflamasi akut.


Omentum dan organ dalam cenderung untuk melokalisasi tempat inflamasi,

membentuk flegmon (ini biasanya terjadi pada perforasi usus besar). Hipoksia yang

diakibatkan diarea memfasilitasi pertumbuhan bakteri anaerob dan menyebabkan

pelemahan aktivitas bakterisid dari granulosit, yang mengarah pada peningkatan aktivitas

fagosit granulosit,degradasi sel, hipertonisitas cairan membentuk abses, efek osmotik,

mengalirnya lebih
E. PATHWAY

Stress Trauma
Obat- obatan Bahan Kimia
pinFisik

Perfusi mukosa Penghancuran


lambung terganggu sawar epitel

Kerusakkan mukosa barier

Pengeluaran histamin

Merangsang Peningkatan produksi


pengeluaran HCL pepsinogen

Peningkatan Hcl lambung Medula Oblongata

Degenerasi mukus System limbik

Nyeri Akut Iritasi mukosa lambung Reaksi Mual muntah

Penghancuran kapiler& vena Anoreksia


kecil
Intake makanan tidak
Hematemesis Perdarahan adequat

Anemis Perforasi
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Invasi bakteri ke peritoneum kebutuhan tubuh
Sianosis

Perangsangan zat
Inflamasi peritonitis pirogen di hipotalamus
Perfusi jaringan
gastrointestinal
tidak efektif Pelepaan berbagai mediator Memicu pengeluaran
kimiawi (histamine, bradikinin prostagladin

Perubahan set point


Merangsang saraf perasa nyeri
di cerebrum Suhu tubuh meningkat

Hipertermi
Nyeri abdomen

Pergerakan abdomen
Nyeri Akut
tidak maksimal

Pernapasan tidak teratur

Takipneu

Ketidakefektifan pola
nafas

F. PENATALAKSANAAN

Penderita yang lambungnya mengalami perforasi harus diperbaiki keadaan umumnya

sebelum operasi. Pemberian cairan dan koreksi elektrolit, pemasangan pipa nasogastrik,

dan pemberian antibiotik mutlak diberikan. Jika gejala dan tanda-tanda peritonitis umum

tidak ada, kebijakan non operatif mungkin digunakan dengan terapi antibiotik langsung

terhadap bakteri gram-negatif dan anaerob.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC / PENUNJANG

1. Foto polos abdomen pada posisi berdiri.

2. Ultrasonografi

3. CT-scan

H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Identitas
Tidak ada batasan yang jelas antara laki-laki dan perempuan. Bisa tingkatan segala
usia. Tapi paling banyak di jumpai pada usia lansia.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang di rasakan pada perfoasi gaster adalah nyeri pada ulu hati.
3. Riwayat Penyakit sekarang
a. Profoking incident : di sebabkan oleh non-trauma ; predisposisi atau
trauma ; benturan atau tertusuk menda tajam
b. Quality : pada penderita perforasi gaster nyeri pada perut terasa seperti di tusuk-
tusuk
c. Region : nyeri pada epigastrium
d. Severity : adanya keluhan tidak dapat beristirahat karna nyeri atau regurgitasi
makanan.
e. Time : nyeri biasanya timbul jika beraktifitas dan setelah mengkonsumsi makanan
yang merangsang asam lambung.
4. Riwayat penyakit keluarga
Perforasi gaster bukan merupakan penyakit keturunan namun bisa di sebabkan oleh
pola hidup yang kurang baik dan bisa trauma atau faktor predisposisi.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Pada pasien perforasi gaster biasanya kesadaran baik composmentis, terjadi
kelemahan dan terjadi gangguan pola tidur akibat nyeri yang dirasakan
b. Sistem penglihatan
Biasanya pada pasien perforasi gaster konjungtiva pucat di curigai adanya tanda-
tanda anemia. Pada palpasi tidak ditemukan kelainan pada penderita perforasi gaster.
c. Sistem pendengaran
Pada pasien perforasi gaster biasanya pada sistem ini tidak mengalami
gangguan.Pada sistem pendengaran secara umum penderita perforasi gaster tidak
terdapat kelainan.
d. Sistem penciuman
Pada pasien perforasi gaster biasanya pada sistem ini tidak mengalami ganguan,
fungsi penciuman tidak mengalami gangguan. Pada palpasi hidung tidak terdapat
kelainan
e. Sistem Pernafasan
Pada pasien perforasi gaster biasanya pada sistem ini tidak mengalamiganguan,
frekuensi pernafasan normal Biasanya pada palpasi thorax tidak terdapat kelainan
seperti nyeri tekan.Biasanya perfusi area paru norma (sonor). Biasanya auskultasi
paru tidak terdapat suara tambahan
f. Sistem kardiovaskuler
Biasanya tudak terdapat kelainan, ictus kordis nampak pada ICS 4 – 5 midklavikula
sinistra , akan tetapi nampak tidaknya ictus kordis tergantungpada gemuk atau
kurusnya penderita.Pada palpasi teraaba icyus kordis di ICS 4 – 5 mid klafikula
sinistra.Palpasi nadi biasnya melemah dan takikardi. Pada perkusi jantung tidak
terdapat kelainan, suara perkusi area jantung redup. Biasanya pada aukultasi jantung
pada penderita perforasi gaster tidakmengalami kelainan.
g. Sistem persyarafan
Kesadaran yang diamati berupa komposmentis, apatis, samnolen, bahkanhingga
coma pada perforasi gaster
h. Sistem pencernaan
Biasanya pada penderita perforasi gaster nampak menyeringai kesakitan
dan memegangi perut daerah ulu hati.: Bising usus menurun Biasanya terdapat nyeri
tekan daerah ulu hati ( epigastrium ). Pada pemeriksaan perkusi untuk penderita
perforasi gaster ditemukansuara hipertimpani.
i. Sistem eliminasi
Pada eliminasi alvi terjadi gangguan defekasi akibat dari input yang tidakadekuat.
j. Sistem muskuluskeletal
Biasanya pada perforasi gaster akut pasien masih mampu untukmelakukan aktivitas
dan tidak terlihat kekuatan otot menurun namun padaperforasi gaster kronis hal itu
dapat terjadi
6. Diagnosa keperawatan
f. Diagnosa Keperawatan
a).    Nyeri akut berhubungan dengan akibat trauma jaringan dalam pembedahan
(Laparatomy).
b)   Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka kering bekas
operasi.
c)   Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur pembedahan,
penyembuhan dan perawatan post operasi.
g. Rancangan Tindakan Keperawatan
a)  Nyeri akut berhubungan dengan akibat trauma jaringan dalam pembedahan
(Laparatomy).
NIC:
1)      Lakukan pengkajian secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi.
2)     Observasi respon nonverbal dari ketidaknyamanan (misalnya wajah meringis)
terutama ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara efektif.
3)      Kaji efek pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup (ex: beraktivitas, tidur,
istirahat, rileks, kognisi, perasaan, dan hubungan sosial)
4)      Ajarkan menggunakan teknik nonanalgetik (relaksasi, latihan napas dalam,,
sentuhan terapeutik, distraksi.)
5)      Kontrol faktor - faktor lingkungan yang yang dapat mempengaruhi respon
pasien terhadap ketidaknyamanan (ruangan, suhu, cahaya, dan suara)
6)      Kolaborasi untuk penggunaan kontrol analgetik, jika perlu.
b.      Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka bekas
operasi.
Intervensi :
1) Tinjau ulang kondisi dasar / faktor risiko yang ada sebelumnya. Catat waktu pecah
ketuban.
2) Kaji adanya tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesa).
3)     Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
4)     Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat / rembesan. Lepaskan balutan sesuai
indikasi.
5)      Anjurkan klien dan keluarga untuk mencuci tangan sebelum / sesudah menyentuh
luka
6)      Pantau peningkatan suhu, nadi, dan pemeriksaan laboratorium jumlah WBC / sel
darah putih.
7)     Kolaborasi untuk pemeriksaan Hb dan Ht. Catat perkiraan kehilangan darah
selama prosedur pembedahan.
8)      Anjurkan intake nutrisi yang cukup.
9)      Kolaborasi penggunaan antibiotik sesuai indikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. J. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa Keperawatan dan
Masalah Keperawatan. Jakarta: EGC.2001.
Marrelli. Buku Saku Dokumentasi Keperawatan. Ed 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC. 2008.
M. Fikri Rusnianto.(online). Laporan pendahuluan dengan kasus perforasig aster di Ruang
HCU RSD dr. Soebandi, available from: http://documents.tips/documents/275321414-lp-
perforasi-gaster-repaireddoc.html. Di Aksespada 29 januari 2017.
Priyanyo, Agus dan Sri Lestari. Endoskopi gastrointestinal. Jakarta: penerbit Salemba
Medika. 2009.
Sholikhah, Winda Ayu. WOC Peritonitis PDF. (Online).
https://www.scribd.com/doc/259932523/Woc-Peritonitis-PDF. Diaksespada 29 Januari 2017

Anda mungkin juga menyukai