DISUSUN OLEH :
AGUSTINA
NIM. 202303003
Dalam keadaan normal, lambung relatif bersih dari bakteri dan mikroorganisme lain
karena kadar asam intraluminalnya yang tinggi. Kebanyakan orang yang mengalami
trauma abdominal memiliki fungsi gaster normal dan tidak berada dalam resiko
kontaminasi bakteri setelah perforasi gaster. Namun, mereka yang sebelumnya sudah
Kebocoran cairan asam lambung ke rongga peritoneal sering berakibat peritonitis kimia
yang dalam.
Jika kebocoran tidak ditutup dan partikel makanan mencapai rongga peritoneal,
peritonitis kimia bertahap menjadi peritonitis bakterial. Pasien mungkin bebas gejala untuk
beberapa jam antara peritonitis kimia awal sampai peritonitis bacterial kemudian. Adanya
membentuk flegmon (ini biasanya terjadi pada perforasi usus besar). Hipoksia yang
pelemahan aktivitas bakterisid dari granulosit, yang mengarah pada peningkatan aktivitas
mengalirnya lebih
E. PATHWAY
Stress Trauma
Obat- obatan Bahan Kimia
pinFisik
Pengeluaran histamin
Anemis Perforasi
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Invasi bakteri ke peritoneum kebutuhan tubuh
Sianosis
Perangsangan zat
Inflamasi peritonitis pirogen di hipotalamus
Perfusi jaringan
gastrointestinal
tidak efektif Pelepaan berbagai mediator Memicu pengeluaran
kimiawi (histamine, bradikinin prostagladin
Hipertermi
Nyeri abdomen
Pergerakan abdomen
Nyeri Akut
tidak maksimal
Takipneu
Ketidakefektifan pola
nafas
F. PENATALAKSANAAN
sebelum operasi. Pemberian cairan dan koreksi elektrolit, pemasangan pipa nasogastrik,
dan pemberian antibiotik mutlak diberikan. Jika gejala dan tanda-tanda peritonitis umum
tidak ada, kebijakan non operatif mungkin digunakan dengan terapi antibiotik langsung
2. Ultrasonografi
3. CT-scan
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Identitas
Tidak ada batasan yang jelas antara laki-laki dan perempuan. Bisa tingkatan segala
usia. Tapi paling banyak di jumpai pada usia lansia.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang di rasakan pada perfoasi gaster adalah nyeri pada ulu hati.
3. Riwayat Penyakit sekarang
a. Profoking incident : di sebabkan oleh non-trauma ; predisposisi atau
trauma ; benturan atau tertusuk menda tajam
b. Quality : pada penderita perforasi gaster nyeri pada perut terasa seperti di tusuk-
tusuk
c. Region : nyeri pada epigastrium
d. Severity : adanya keluhan tidak dapat beristirahat karna nyeri atau regurgitasi
makanan.
e. Time : nyeri biasanya timbul jika beraktifitas dan setelah mengkonsumsi makanan
yang merangsang asam lambung.
4. Riwayat penyakit keluarga
Perforasi gaster bukan merupakan penyakit keturunan namun bisa di sebabkan oleh
pola hidup yang kurang baik dan bisa trauma atau faktor predisposisi.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Pada pasien perforasi gaster biasanya kesadaran baik composmentis, terjadi
kelemahan dan terjadi gangguan pola tidur akibat nyeri yang dirasakan
b. Sistem penglihatan
Biasanya pada pasien perforasi gaster konjungtiva pucat di curigai adanya tanda-
tanda anemia. Pada palpasi tidak ditemukan kelainan pada penderita perforasi gaster.
c. Sistem pendengaran
Pada pasien perforasi gaster biasanya pada sistem ini tidak mengalami
gangguan.Pada sistem pendengaran secara umum penderita perforasi gaster tidak
terdapat kelainan.
d. Sistem penciuman
Pada pasien perforasi gaster biasanya pada sistem ini tidak mengalami ganguan,
fungsi penciuman tidak mengalami gangguan. Pada palpasi hidung tidak terdapat
kelainan
e. Sistem Pernafasan
Pada pasien perforasi gaster biasanya pada sistem ini tidak mengalamiganguan,
frekuensi pernafasan normal Biasanya pada palpasi thorax tidak terdapat kelainan
seperti nyeri tekan.Biasanya perfusi area paru norma (sonor). Biasanya auskultasi
paru tidak terdapat suara tambahan
f. Sistem kardiovaskuler
Biasanya tudak terdapat kelainan, ictus kordis nampak pada ICS 4 – 5 midklavikula
sinistra , akan tetapi nampak tidaknya ictus kordis tergantungpada gemuk atau
kurusnya penderita.Pada palpasi teraaba icyus kordis di ICS 4 – 5 mid klafikula
sinistra.Palpasi nadi biasnya melemah dan takikardi. Pada perkusi jantung tidak
terdapat kelainan, suara perkusi area jantung redup. Biasanya pada aukultasi jantung
pada penderita perforasi gaster tidakmengalami kelainan.
g. Sistem persyarafan
Kesadaran yang diamati berupa komposmentis, apatis, samnolen, bahkanhingga
coma pada perforasi gaster
h. Sistem pencernaan
Biasanya pada penderita perforasi gaster nampak menyeringai kesakitan
dan memegangi perut daerah ulu hati.: Bising usus menurun Biasanya terdapat nyeri
tekan daerah ulu hati ( epigastrium ). Pada pemeriksaan perkusi untuk penderita
perforasi gaster ditemukansuara hipertimpani.
i. Sistem eliminasi
Pada eliminasi alvi terjadi gangguan defekasi akibat dari input yang tidakadekuat.
j. Sistem muskuluskeletal
Biasanya pada perforasi gaster akut pasien masih mampu untukmelakukan aktivitas
dan tidak terlihat kekuatan otot menurun namun padaperforasi gaster kronis hal itu
dapat terjadi
6. Diagnosa keperawatan
f. Diagnosa Keperawatan
a). Nyeri akut berhubungan dengan akibat trauma jaringan dalam pembedahan
(Laparatomy).
b) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka kering bekas
operasi.
c) Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur pembedahan,
penyembuhan dan perawatan post operasi.
g. Rancangan Tindakan Keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan akibat trauma jaringan dalam pembedahan
(Laparatomy).
NIC:
1) Lakukan pengkajian secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi.
2) Observasi respon nonverbal dari ketidaknyamanan (misalnya wajah meringis)
terutama ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara efektif.
3) Kaji efek pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup (ex: beraktivitas, tidur,
istirahat, rileks, kognisi, perasaan, dan hubungan sosial)
4) Ajarkan menggunakan teknik nonanalgetik (relaksasi, latihan napas dalam,,
sentuhan terapeutik, distraksi.)
5) Kontrol faktor - faktor lingkungan yang yang dapat mempengaruhi respon
pasien terhadap ketidaknyamanan (ruangan, suhu, cahaya, dan suara)
6) Kolaborasi untuk penggunaan kontrol analgetik, jika perlu.
b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka bekas
operasi.
Intervensi :
1) Tinjau ulang kondisi dasar / faktor risiko yang ada sebelumnya. Catat waktu pecah
ketuban.
2) Kaji adanya tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesa).
3) Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
4) Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat / rembesan. Lepaskan balutan sesuai
indikasi.
5) Anjurkan klien dan keluarga untuk mencuci tangan sebelum / sesudah menyentuh
luka
6) Pantau peningkatan suhu, nadi, dan pemeriksaan laboratorium jumlah WBC / sel
darah putih.
7) Kolaborasi untuk pemeriksaan Hb dan Ht. Catat perkiraan kehilangan darah
selama prosedur pembedahan.
8) Anjurkan intake nutrisi yang cukup.
9) Kolaborasi penggunaan antibiotik sesuai indikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. J. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa Keperawatan dan
Masalah Keperawatan. Jakarta: EGC.2001.
Marrelli. Buku Saku Dokumentasi Keperawatan. Ed 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC. 2008.
M. Fikri Rusnianto.(online). Laporan pendahuluan dengan kasus perforasig aster di Ruang
HCU RSD dr. Soebandi, available from: http://documents.tips/documents/275321414-lp-
perforasi-gaster-repaireddoc.html. Di Aksespada 29 januari 2017.
Priyanyo, Agus dan Sri Lestari. Endoskopi gastrointestinal. Jakarta: penerbit Salemba
Medika. 2009.
Sholikhah, Winda Ayu. WOC Peritonitis PDF. (Online).
https://www.scribd.com/doc/259932523/Woc-Peritonitis-PDF. Diaksespada 29 Januari 2017