Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM


PENCERNAAN (APPENDISITIS)

RESETIA GUNAWAN MATODJO


PO7120422061

PRESEPTOR KLINIK PRESEPTOR INSTITUSI

PROFESI NERS ANGKATAN 6


POLTEKKES KEMENKES PALU
T.A 2022 – 2023
A. PENGERTIAN

Penyakit appendisitis adalah peradangan yang terjadi pada usus buntu atau
apendiks. Usus buntu merupakan organ berbentuk kantong kecil dan tipis,
berukuran sepanjang 5 hingga 10 cm yang terhubung pada usus besar. Saat
menderita radang usus buntu, penderita dapat merasa nyeri di perut kanan
bagian bawah. Jika dibiarkan, infeksi dapat menjadi serius dan
menyebabkan usus buntuh pecah, sehingga menimbukan keluhan rasa nyeri
hebat hingga membahayakan nyawa penderitanya (Gortel et al , 2015).

B. ETIOLOGI

Penyakit usus buntu terjadi karena rongga usus buntu mengalami


infeksi. Dalam kondisi ini, bakteri berkembang biak dengan cepat sehingga
membuat usus buntu meradang, bengkak, hingga bernanah. Banyak faktor yang
diduga membuat seseorang mengalami radang usus buntu, di antaranya:

a. Hambatan pada pintu rongga usus buntu


b. Penebalan atau pembengkakan jaringan dinding usus buntu karena
infeksi di saluran pencernaan atau di bagian tubuh lainnya

c. Tinja atau pertumbuhan parasit (misalnya infeksi cacing


kremi atau ascariasis) yang menyumbat rongga usus buntu

d. Cedera pada perut.

e. Kondisi medis, seperti tumor pada perut atau inflammatory bowel


disease.

Kendati demikian, penyebab penyakit usus buntu tetap belum dapat


dipastikan. Berbagai mitos yang menyebabkan bahwa makanan tertentu,
seperti biji cabai, dapat memicu terjadinya usus buntu juga belum terbukti
kebenarannya. Berbagai cara mencegah usus buntu juga belum terbukti efektif
sepenuhnya dan siapa pun bisa terkena penyakit ini (Gortel et al , 2016).
C. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Wijaya AN dan Putri (2013), gejala-gejala permulaan pada


apendisitis yaitu nyeri atau perasaan tidak enak sekitar umbilikus diikuti
anoreksia, nausea dan muntah, ini berlangsung lebih dari 1 atau 2 hari. Dalam
beberapa jam nyeri bergeser ke nyeri pindah ke kanan bawah dan menunjukkan
tanda rangsangan peritoneum lokal di titik Mc. Burney, nyeri rangsangan
peritoneum tidak langsung, nyeri pada kuadran kanan bawah saat kuadran kiri
bawah ditekan, nyeri pada kuadran kanan bawah bila peritoneum bergerak
seperti nafas dalam, berjalan, batuk, dan mengedan, nafsu makan menurun,
demam yang tidak terlalu tinggi, biasanya terdapat konstipasi, tetapi kadang-
kadang terjadi diare ( Kothadia, J.P., S. Katz, and L. Ginzburg, 2015).

D. PATOFISIOLOGI

Obstruksi total dalam lumen apendiks akan menimbulkan


peningkatan tekanan sehingga terjadi sekresi cairan dan mukus yang terus-
menerus dari mukosa apendik dan stagnasi material yang menyebabkan
obstruksi tersebut. Bersamaan dengan itu, bakteri intestinal dalam apendiks
akan berkembangbiak menjadi banyak, dan mengundang leukosit, sehingga
terbentuklah pus, mengakibatkan tekanan intraluminal apendiks menjadi
semakin tinggi.

Obstruksi yang berkelanjutan terus akan meningkatkan tekanan


intraluminal di atas kapasitas yang dapat ditahan oleh vena-vena apendiks,
sehingga aliran darah dalam pembuluh darah ini ikut terobstruksi. Sebagai
konsekuensinya, terjadi iskemia pada dinding apendiks, lalu kekuatan epitelial
akan menurun, dan mengundang invasi bakteri ke dalam dinding apendiks.

Dalam beberapa jam, situasi terlokalisir ini dapat memburuk,


karena bisa terjadi trombosis arteri dan vena, memungkinkan terjadinya
perforasi dan gangren. Apabila proses ini berlanjut, dapat terjadi abses, atau
peritonitis periapendikular. Appendicitis dapat menjadi kronis, apabila
obstruksi hanya parsial, transien, atau intermiten. Karenanya, penderita akan
mengalami appendicitis berulang, dengan gambaran klinis nyeri abdomen
kuadran kanan bawah yang hilang timbul. Hal ini dapat mengaburkan
diagnosis sebenarnya, dan membuat dokter mendiagnosis sebagai penyakit
gastrointestinal yang lain ( Kothadia, J.P., S. Katz, and L. Ginzburg, 2015).
E. PATHWAY KEPERAWATAN
Hiperplasia, folikel limfoid,
fecalis, hipertropi jaringan
limfoid, cacing usus (ascaris)

Obstuksi lumen appendiks

Peningkatan tekanan
intralumen/dinding appendiks

Aliran darah dan limfe


menurun

Edema/ulserasi mukosa

APPENDISITIS
Pre Op Post Op

Pasien kurang Distensi Abdomen


Infeksi sekunder bakteri Perforasi (pecahnya
mengintepretasikan apendiks), abses
informasi Menekan gaster
Peradangan/Inflamasi
Ansietas Peningkatan produksi
Risiko Infeksi
Respon antigen dan antibody HCL
Obstuksi lumen appendiks
Mual muntah
Pengeluaran mediator
kimia : Histamin,
Bradikinin, Prostagladin
Output cairan Mengganggu
Penurunanpusat thermostat
nafsu
Mengiritasi saraf-saraf bebas Mengganggu pusat berlebihan di hipotalamus
makan
di kuadran kanan bawah thermostat
abdomen dhipotalamus
Kekurangan Ketidakseimbangan
Mengganggu pusat thermostat
Peningkatan suhu Volume Cairan Nutrisi Kurang
di hipotalamus dari
Sensasi Nyeri kebutuhan
tubuh
tubuhkebutuhan tubuh
Sumber: (Nurarif & Kusuma, 2016)
Mengganggu pusat thermostat
Nyeri Akut Hipertermia di hipotalamus
F. PENATALKSANAAN

Penatalaksanaan medis appendisitis menurut (BMJ, 2016) adalah sebagai


berikut:
1) Penanggulangan konservatif terutama di berikan pada penderita yang tidak
mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik
berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita apendisitis perforasi,
sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan elektrolit serta
pemberian antibiotik sistemik.
2) Operatif. Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan apendisitis maka
tindakan yang dilakukan adalah operasi membuang apendiks, penundaan
dengan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi,
pada abses apendiks dilakukan drainage.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Laboratorium Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive
protein (CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah
leukosit antara 10.000- 18.000/mm3 (leukositosis) dan neutrofil diatas
75%, sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum yang meningkat.
CRP adalah salah satu komponen protein fase akut yang akan
meningkat 4-6 jam setelah terjadinya proses inflamasi, dapat dilihat
melalui proses elektroforesis serum protein. Angka sensitivitas dan
spesifisitas CRP yaitu 80% dan 90%.
2) Radiologi Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan
Computed Tomography Scanning (CT-scan). Pada pemeriksaan USG
ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada
appendiks, sedangkan pada pemeriksaan CTscan ditemukan bagian
yang menyilang dengan fekalith dan perluasan dari appendiks yang
mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum. Tingkat akurasi
USG 90-94% dengan angka sensitivitas dan spesifisitas yaitu 85% dan
92%, sedangkan CT-Scan mempunyai tingkat akurasi 94-100% dengan
sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi yaitu 90-100% dan 96-97%.
3) Analisa urin Bertujuan untuk mendiagnosa batu ureter dan
kemungkinan infeksi saluran kemih sebagai akibat dari nyeri perut
bawah.
4) Pengukuran enzim hati dan tingkatan amilase Membantu mendiagnosa
peradangan hati, kandung empedu, dan pankreas.
5) Serum Beta Human Chorionic Gonadotrophin (B-HCG) Untuk
memeriksa adanya kemungkinan kehamilan.
6) Pemeriksaan barium enema Untuk menentukan lokasi sekum.
Pemeriksaan Barium enema dan Colonoscopy merupakan pemeriksaan
awal untuk kemungkinan karsinoma colon.
7) Pemeriksaan foto polos abdomen Tidak menunjukkan tanda pasti
Apendisitis, tetapi mempunyai arti penting dalam membedakan
Apendisitis dengan obstruksi usus halus atau batu ureter kanan ( Kothadia,
J.P., S. Katz, and L. Ginzburg, 2015).

H. PENGKAJIAN FOKUS
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang
membutuhkan perawatan tidak terlepas dari pendekatan dengan proses
keperawatan. Proses keperawatan yaitu suatu proses pemecahan masalah yang
dinamis dalam usaha untuk memperbaiki dan melihat pasien sampai ke taraf
optimum melalui suatu pendekatan yang sistematis untuk mengenal, membantu
memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan melalui langkah-langkah yaitu
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan tindakan, dan evaluasi keperawatan
yang berkesinambungan. Menurut (Febriani dkk, 2020) berikut tinjauan teoritis
tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan Appendisitis:
1. Pengkajian
Pengkajian kerupakan tahap awal dari proses keperawatan. Disini,
semua data-data dikumpulkan secara sistematis gunamenentukan status
kesehatan klien saat ini. Pengkajian dilakukan secara komperhensifterkiat
dengan aspek biologis, psikologis, social maupun spiritual klien. Tujuan
pengkajian adalah mengumpulkan informasi dan membuat data dasar
klien. Metode utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan data
adalah wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik serta diagnostic.
a. Identitas klien. Apendisitis dapat mengenai semua umur baik laki-laki
maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia
10-30 tahun.
b. Keluhan utama. Pada anak dengan apendisitis biasanya memiliki
keluhan Nyeri terasa pada abdomen kuadran bawah dan biasanya
disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang. Yang harus dikaji adalah nyeri,
mual muntah dan penurunan nafsu makan.
2) Riwayat kesehatan dahulu. Yang harus dikaji antara lain
penyakit anak sebelumnya, apakah pernah dirawat di RS
sebelumnya, obat-obatan yang digunakan sebelumnya, riwayat
alergi, riwayat operasi sebelumnya atau kecelakaan dan
imunisasi dasar.
3) Riwayat kesehatan keluarga. Yang harus dikaji adalah riwayat
penyakit apendisitis dalam keluarga dan penyakit keturunan
dalam keluarga seperti DM, Hipertensi, dll.
2. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan umum.
Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai,
konjungtiva anemis
2) Ukuran antropometri.
Adalah pengukuran fisik yang dapat diukur dengan alat pengukur
seperti timbangan dan pita meter meliputi: berat badan, panjang
badan, lingkar kepala, lingkar dada dan linglkar lengan.
3) Pemeriksaan fisik Head To Toe
a. Kulit
Terdapat edema, turgor kulit menurun, sianosis, pucat.
b. Kuku
1) Kuku merefleksikan status kesehatan secara umum, status
nutrisi dan pekerjaan, kondisi psikologi
2) Inspeksi warna dasar kuku, ketebalan, tekstur kuku, sudut
antara kuku dan dasar kuku, serta kondisi bagian lateral dan
proksimal kuku.
3) Palpasi dasar kuku
c. Kepala Dan Leher.
1) Kaji adanya riwayat trauma
2) Kaji adanya tanda-tanda neurologis: sakit kepala, pusing,
kehilangan kesadaran, kejang atau penglihatan kabur
3) Inspeksi kepala: ukuran, dan bentuk
d. Telinga
1) Inspeksi telinga
2) palpasi telinga dan prosesus mastoideus: tidak ada nyeri,
bengkak, nodules atau lesi
e. Hidung
1) Inspeksi keadaan eksternal hidung
2) Palpasi hidung
3) palpasi dan perkusi sinus frontalis dan maksilaris
f. Rongga mulut dan faring
1) Inspeksi bibir, mukosa mulut, gusi, gigi 2
2) Inspeksi uvula
g. Leher
1) Kaji fungsi otot leher
2) Palpasi nodus limfatik : lokasi, ukuran, bentuk, pergerakan,
kesimetrisan, karakteristik permukaan
3) Palpasi kelenjartiroid
4) Arteri karotid dan vena jugularis
5) Palpsi trakea
h. Abdomen : terdapat nyeri lepas, peristaltik pada usus ditandai
dengan distensi abdomen.
4) Pola fungsi kesehatan menurut Gordon.
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah ada kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan,
alkohol dan kebiasaan olahraga (lama frekwensinya).
b. Pola nutrisi dan metabolism.
Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan nutrisi
akibat pembatasan intake makanan atau minuman sampai
peristaltik usus kembali normal.
c. Pola Eliminasi.
Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi
kandung kemih, rasa nyeri atau karena tidak biasa BAK
ditempat tidur akan mempengaruhi pola eliminasi urine. Pola
eliminasi alvi akan mengalami gangguan yang sifatnya
sementara karena pengaruh anastesi sehingga terjadi
penurunan fungsi.
d. Pola aktifitas.
Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena
rasa nyeri.
e. Pola sensorik dan kognitif.
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan serta
pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu,
orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
f. Pola Tidur dan Istirahat
Nyeri yang berat dapat mengganggu kenyamanan pola tidur
klien.
g. Pola Persepsi dan konsep diri.
Penderita menjadi ketergantungan dengan adanya kebiasaan
gerak segala kebutuhan harus dibantu. Klien mengalami
kecemasan tentang keadaan dirinya sehingga penderita
mengalami emosi yang tidak stabil.
h. Pola hubungan
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa
melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam
masyarakat. penderita mengalami emosi yang tidak stabil.

3. Pemeriksaan diagnostic.
a. Ultrasonografi adalah diagnostik untuk apendistis akut.
b. Foto polos abdomen : dapat memperlihatkan distensi sekum,
kelainan non spesifik seperti fekalit dan pola gas dan cairan
abnormal atau untuk mengetahui adanya komplikasi pasca
pembedahan.
c. Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan
leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi.
1) Darah : Ditemukan leukosit 10.000 – 18.0000 µ/ml.
2) Urine : Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit

4. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai
respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI, 2017).
Berdasarkan pada semua data pengkajian diagnosa keperawatan utama
yang dapat muncul pada kl appendicitis, antara lain :
SebelumOperasi:
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi
(inflamasi appendicitis).(D.0077)
b. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (Infeksi pada
appendicitis). (D.0130)
c. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0080)
Sesudah Operasi:
a. Kekurangan volume Cairan
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
c. Resiko infeksi

5. Intervensi Keperawatan
1) Nyeri akut D.0077)
 Luaran keperawatan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri
(L.08066) dapat menurun dengan Kriteria Hasil :
- Keluhan nyeri menurun
- Meringis menurun
- Sikap protektif menurun
- Gelisah menurun
- Kesulitan tidur menurun
- Frekuensi nadi membaik
 Intervensi Keperawatan:
Manajemen Nyeri (I.08238)
Observasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
b) Identifikasi skala nyeri
c) Identifikasi respons nyeri non verbal
d) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
e) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
f) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respons nyeri
g) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
h) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
i) Monitor efek samping penggunaan analgetic
Terapeutik
a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/ dingin, terapi bermain)
b) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
c) Fasilitas istirahat dan tidur
d) Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
a) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi meredakan nyeri
c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
e) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaboratif
a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2) Hipertermia (D.0130)
 Luaran keperawatan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan termoregulasi
(L.14134) membaik dengan Kriteria Hasil :
- Menggigil menurun.
- Takikardi menurun.
- Suhu tubuh membaik.
- Suhu kulit membaik.
- Tekanan darah membaik
 Intervensi Keperawatan:
Manajemen hipertermia (I.15506)
Observasi
a) Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar
lingkungan panas, penggunaan inkubator)
b) Monitor suhu tubuh
c) Monitor kadar elektrolit
d) Monitor haluaran urine
Terapeutik
a) Sediakan lingkungan yang dingin
b) Longgarkan atau lepaskan pakaian
c) Basahi dan kipasi permukaan tubuh
d) Berikan cairan oral
e) Ganti linen srtiap hari atau lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih)
f) Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
g) Hindari pemberian antiperitik atau aspirin
h) Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
a) Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika
perlu

3) Ansietas (D.0080)
 Luaran keperawatan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat
ansietas (L.09093) dapat menurun dengan Kriteria Hasil :
- Verbalisasi kebingungan menurun
- Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
- perilaku gelisah menurun
- perilaku tegang menurun
- konsentrasi meningkat
- pola tidur membaik
 Intervensi Keperawatan:
Reduksi Ansietas (I.09314)
Observasi
a) Identifikasi saat tingkat anxietas berubah (mis. Kondisi, waktu,
stressor)
b) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
c) Monitor tanda anxietas (verbal dan non verbal)
Terapeutik
a) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan
b) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan , jika
memungkinkan
c) Pahami situasi yang membuat anxietas
d) Dengarkan dengan penuh perhatian
e) Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
f) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
g) Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan
datang
Edukasi
a) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
b) Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
c) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
d) Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
e) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
f) Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
g) Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
h) Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat anti anxietas, jika perlu

4) Kekurangan volume cairan/ Hipovolumia( D.0023)


 Luaran keperawatan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maka
status cairan pasien membaik. Dengan kriteria hasil :
- Kekuatan nadi meningkat
- Berat badan cukup meningkat
- Perasaan lemah menurun
- Frekuensi nadi normal
- Tekanan darah normal
 Intervensi Keperawatan:
Manejemen Hipovolemia (I.003116)

Observasi :

a) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nadi


meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan
nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa
kering, volume urin menurun, hematokrit meningkatkan, haus,
lemah)
b) Monitor intake dan ouput cairan

Terapeutik :

a) Hitung kebutuhan cairan


b) Berikan posisi modified trendelenbung

Edukasi :

a) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral


b) Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak

Kolaborasi :

a) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)


b) Kolaborasi pemberian produk darah
Pemantauan Cairan (I.03121)

Observasi :

a) Monitor tekanan darah


b) Identifikasi tanda tanda hipovolemia (mis. Frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan
nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa
kering, volume urine menurun, hematokrit meningkat, haus,
lemah, konsentrasi urine meningkat, berat badan menurun dalam
waktu singkat)
c) Identifikasi faktor resiko ketidakseimbangan cairan (mis.
Prosedur pembedahan mayor, trauma/perdarahan, luka bakar,
aferasis, obstruksi intestinal, peradangan pankreas, penyakit
ginjal dan kelenjar, disfungsi intestinal)

Terapeutik :

a) Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien


Edukasi :
a) Anjurkan tirah baring hingga perdarahan berhenti
b) Anjurkan menurunkan resiko perdarahan (mis.pembatasan
merokok, tidak berhubungan seksual, tirah baring, manajemen
konstipasi)
c) Ajarkan cara mengendali pendarahan lama dan baru

Kolaborasi :

a) Informasi hasil pemantauan, jika perlu.

5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


 Luaran keperawatan:
Setelah melakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam maka
status nutrisi pasien membaik dengan kriteria hasil
- Porsi makanan yang di habiskan meningkat
- kekuatan otot pengunyah meningkat
- pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat
meningkat
- Berat badan membaik
- frekuensi makanan membaik
- nafsu makan membaik
 Intervensi Keperawatan:
Menejemen nutrisi

Observasi :

a) identifikasi status nutrisi


b) identifikasi alergi dan intoleransi makanan
c) identifikasi makanan yang di sukai
d) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
e) identifikasi perlunya pengguanaan selang nasogastric
f) monitor asupan makanan
g) monitor berat badan
h) monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik :

a) melakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu


b) fasilitasi menentukan pedoman diet (mis, piramida makanan)
c) sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
d) berikan makana tinggi serat utuk mencegah konstipasi
e) berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
f) berikan suplemen makanan , jika perlu
g) hentikan pe,berian makan melalui selang nasogatrik, jika
asupan oral dapat di toleransi

Edukasi :

a) anjurkan posisi duduk , jika mampu


b) ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :

a) kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan ( mis,pereda


nyeri, antiemetic), jika perlu
b) kolaborasi dengan ahli giji untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang di butuhkan, jika perlu

6) Resiko infeksi
 Luaran keperawatan:
Setelah melakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam maka
status nutrisi pasien membaik dengan kriteria hasil:
Resiko Infeksi menurun
 Intervensi Keperawatan:
Pencegahan infeksi

Observasi:

a) Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik

Terapeutik:

a) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan


lingkungan pasien
b) Pertahankan tehnik aseptik pada pasien beresiko tinggi

Edukasi:

a) Jelaskan tanda dan gejala infeksi


b) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian imunisasi , jika perlu


6. Impementasi Keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan
intervensi keperawatan. Berdasarkan terminologi NIC, implementasi
terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang
merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk
melaksanakan intervensi (atau program keperawatan). Perawat
melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk
intervensi yang disusun dalam tahap perencanaan dan kemudia
mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan
dan respons klien terhadap tindakan tersebut (Kozier, 2011).

7. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana
tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara yang berkesinambungan dengan melibatkan pasien,
keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi untuk melihat
kemampuan pasien dalam mencapai tujuan tindakan yang disesuaikan
pada kriteria hasil dalam tahap perencanaan (Setiadi, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

Gorter, et al. (2016). Diagnosis and Management of Acute Appendicitis. EAES


Consensus Development Conference 2015. Surgical Endoscopy, 30(11), pp.4668-
4690.

Kothadia, J.P., S. Katz, and L. Ginzburg, Chronic appendicitis: uncommon cause


of chronic abdominal pain. Therap Adv Gastroenterol, 2015.

BMJ. Appendicitis: Patient information from BMJ. Dec 2016

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan


Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus. Jogjakarta:
Mediaction.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. MR DENGAN DIAGNOSA MEDIS
SUSPEK APENDISITIS DI RUANGAN VELABIRA
RSUD AMPANA

Disusun Oleh :

RESETIA GUNAWAN MATODJO


PO7120422061

PRECEPTOR KLINIK PRECEPTOR INSTITUSI

POLTEKKES KEMENKES PALU


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2022/2023
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.MR

DENGAN KASUS SUSPEK APPENDISITIS

Tanggal masuk : 07/01/2023


Jam masuk : Pukul 21.45
Ruang : Velabira
No Register : 49-08-77
Dx.medis : Apendisitis
Tanggal Pengkajian :09 /01/2023

A. IDENTITAS PASIEN
1. Identitas Klien 2. Identitas Penanggung jawab
Nama :Tn.MR Nama : Tn.RK
Umur : 34 thn Umur : 44 thn
Jenis Kelamin : Laki-laki Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani Pekerjaan : Petani
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Saluan Suku : Saluan
Alamat : Ds. Malenge Alamat : Ds. Malenge
Hub.dengan Klien: Kakak

B. RIWAYAT PENYAKIT

1. Keluhan utama saat masuk RS:


Klien mengatakan nyeri perut bagian bawah sebelah kanan sampai pinggang.

2. Riwayat keluhan utama :


Klien mengatakan 3 hari sebelum masuk RS, klien sering nyeri pada bagian perut dan
pinggang namun klien pikir hanya masalah pada tulang sehingganya klien minum
Angline dan kembali bekerja di ladang seperti biasanya, namun pada hari senin sore
setelah kembali dari ladang klien mengatakan kembali merasa nyeri dan terus
bertambah hebat, seperti di tusuk-tusuk, dirasakan terus menerus, dengan skla nyeri 8
hingga klien dibawah ke RS.
3. Keluhan utama saat pengkajian :
Klien mengatakan nyeri pada perut bawah sebelah kanan sampai pinggang. Klien
mengatakan nyeri di rasakan seperti ditusuk-tusuk, hilang timbul dengan skala nyeri
6.

4. Keluhan lain yang menyertai :


Klien mengatakan khawatir dengan kondisinya.

5. Riwayat kesehatan masa lalu :


Klien mengatakan sudah 2x dengan sekarang masuk RS, sebelumnya klien masuk RS
dengan penyakit DBD. Namun untuk sakit yang sekarang baru pertama kali
dirasakan. Klien mengatakan tidak ada Riwayat asma, hipertensi, dan DM.

6. Riwayat kesehatan keluarga :


Klien mengatakan tidak ada keluaraga yang menderita penyakit yang sama dengan
dirinya.

7. Riwayat alergi (obat dan makanan) :


Klien mengatakan tidak ada alergi obat dan makanan.

C. GENOGRAM
A B
X X X x

C D

X X
E

F
Keterangan:

Laki-laki: : Perempuan :

Menikah : Keturunan :

Pasien : P Meninggal : X

Tinggal Serumah:

A : Orang Tua Ayah klien B : Orang Tua ibu klien

C : Ayah Klien bersaudara D : Ibu klien bersaudara

E : Klien bersaudara F : Anak klien

D. Pengkajian pola fungsional kesehatan :

No Keterangan Sebelum sakit Saat sakit

1. Persepsi Kesehatan Klien mengatakan saat sakit Klien mengatakan nanti


ringan klien akan membeli sakit berat/sudah tidak
obat di apotik. tertahan lagi baru ke
rumah sakit

2. Pola metabolisme- Frekuensi makan 3-4x/hari, Frekuensi makan 3x/hari,


nutrisi porsi habis,tidak ada dengan porsi habis,
- Frekuensi makan, makanan pantangan. Minum -+ 2 btol ukuran
porsi makan, Minum -+ 2 botol ukuran 600 ml/hari
pantangan 1600 ml/hari.
makanan
- Pola minum ,
jumlah
cairan/hari
3. Pola istrahat/tidur: Klien mengatakan jarang Klien mengatakan tidur
Siang beristrahat siang karena siang 1-2 jam, malam 6-7
sering bekerja, namun jika
Malam lenggang klien dapat istrahat jam.
Gangguan tidur siang 1-2 jam, tidur malam
9-10 jam/hari. Tidak ada
gangguan tidur

4. Pola kebersihan Klien mengatakan mandi Klien mengatakan saat di


diri: 2x/hari, sikat gigi, dan cuci Rs klien mandi 1x/2 hari.
Mandi rambut tiap kali mandi. Jika tidak mandi klien
Sikat gigi ganti baju, gosok gigi.
Cuci rambut
Potong kuku

5. Pola eliminasi: BAB: 1x/2 hari, warna BAB: 2x selama di RS,


BAB: Frekuensi, kuning dan kosintensi kosistensi lembek dan
warna, kosistensi lembek. warna hijau.
BAK: Frekuensi, BAK: 5-7 x/hari, warna BAK: 6-7 x/hari, warna
warna, jumlah urin kuning jernih, -+ 500 cc/hari. kuning jernih, -+ 450
cc/hari.

6. Pola aktivitas Klien mengatakan masih Klien mengatakan saat


dapat beraktivitas di ladang sakit belum dapat
dengan baik. beraktivas seperti biasanya
diladang. Tidak dapat
bekerja.

7. Pola persepsi diri Klien mengatakan dia adalah Klien mengatakan


(konsep diri) kepala keluarga dari menerima apapun yang
keluarga kecilnya sehingga terjadi pada dirinya,
keseharinnya sebagai suami karena klien yakin
mencari nafkah. sakitnya sebagai penggur
dosa-dosanya. Namun
klien tampak bertanya-
tanya tentang Tindakan
oprasi yang dijelaskan
oleh dokter dan klien
meminta untuk
memberikan waktu untuk
memikirkannya.

8. Pola hubungan Klien mengatakan dia adalah Klien mengatakan


peran kepala keluarga dari khawatir sakitnya akan
keluarga kecilnya sehingga terus-terusan sehingga
keseharinnya sebagai suami tidak dapat bekerja.
mencari nafkah.

9. Pola koping Klien mengatakan jarang Klien mengatakan sedkit


toleransi strees merasakan stress karena tress karena sakit.
lebih dekat dengan pencipta. Memikirkan keluarga di
rumah. Dan khawatir
mengenai kondisi nya
yang akan dilakukan
Tindakan pembedahan.

10. Pola nilai Klien mengatakan sering Sejak masuk RS klien


kepercayaan sholat saat di rumah. tetap menjalankan
spiritual ibadahnya.

E. Pemeriksaan fisik

Kesadaran: Composmetis

Tanda-tanda vital : TD: 120/90 mmhg, N: 95 x/m,

Rr: 20x/m SB: 36.6 c

1. Kepala dan rambut


Inspeksi: Bentuk kepala normalsephalus, rambut terdistribusi merata tampak bersih,
dan tertata rapi.
Palpasi:Tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan.
2. Telinga
Inspeksi: Bentuk telinga seperti bentuk C, tinggi telingga sesuai garis imajiner mata,
dalam telinga tampak kotor ada serumen berwarna kuning kecoklatan.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
3. Mata
Inspeksi: Tidak ada pembengkakan palpebra, konjungtiva tampak pink, sklera tampak
putih bersih.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan.
4. Hidung
Inspeksi: Lubang hidung tampak simetris kanan-kiri, septum tampak di tengah, tidak
ada polip, tidak ada peradangan.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
5. Mulut
Inspeksi: Bibir tidak tampak sianosis, lidah tampak bersih, gigi tidak ada yang
tanggal.
6. Leher
Inspeksi: Tidak ada lesi, tidak ada peradangan.
Palpasi:Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid.
7. Dada
(Jantung)
Inspeksi: Bentuk dada normal chest, tidak ada penonjoal pericardial, tidak ada jejas.
Palpasi: tidak ada penonjolan ictus cordis,
Perkusi: suara pekak
Auskultasi: Bunyi jantung Lup Dup dengan irama regular.
(Paru-Paru)
Inspeksi: Kembang kempis dada simestris kanan kiri, tidak ada pennggunaan otot
pernapasan.
Palpasi: Ekpansi paru simetris kanan-kiri, taktil premitus nya baik.
Perkusi: suara sonor
Auskultasi: Bunyi nafas vesikuler.
8. Abdomen
Inspeksi: Tampak perut sedikit menonjol, tidak ada jejas, klien tampak meringis.
Auskultasi: peristaltik usus 6 x/m
Perkusi: Terdengar bunyi timpani
Palpasi :Nyeri tekan pada kuadran bawah perut sebelah kanan. Tidak ada
pembengkakan organ.
9. Genetalia
Inspeksi: Tidak dikaji
10. Ekstremitas
(Ektremitas Atas)
Inspeksi: Ektremitas atas lengkap, jari-jari 10, tidak ada perlekatan jari.
Palpasi:Kekuatan otot kanan-kiri 5
(Ekstremitas Bawah)
Inspeksi: Ekstremitas bawah lengkap, jari-jari 10, tidak ada perlekatan jari.
Palpasi: Kekuatan otot kanan-kiri 5
11. Kulit
Inspeksi: Warna kulit sawmatang
Palpasi:Turgor kulit keriput.

F. Data penunjang
Tanggal: 07/01/2023

a. Hasil laboratorium :
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan/Normal
RBC (Eritrosit) 5.02 4.50 – 6.50
HGB (Hemoglobin) 15.0 13.0– 17.0
HCT (Hematokrit) 43.5 40.0- 54.0
MCV 87 80 - 100
MCH 29.8 27.0 – 32.0
MCHC 34.4 32.0 – 36.0
RDWcv 12.0 11.0 - 16.0
PLT (Trombosit) 150 150 – 500
MPV 8.3 6.0 – 11.0
PCT 0.125 0.150 – 0.500
PDW 14.8 11.0 – 18.0
WBC (Leukosit) 9.4 4.0 – 10.0
Glukosa Sewaktu 90 65 – 110

G. Penatalaksanaan terapi medis :


- IVFD RL 20 tpm
- Pct 500 mg 3x1/ oral (K/P)
- Inj.Omeprazole 40mg /12 jam/IV
- Inj.Cefoperazone 1 gr /12 jam/IV
- Inj.Ketorolac 30 mg /8 jam/IV
- Zink 1x1 /Oral

KLASIFIKASI DATA

DS:

- Klien mengeluh nyeri pada perut bawah sebelah kanan sampai pinggang
- Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk
- Nyeri dirasakan hilang timbul
- Nyeri bertambah saat diberikan tekanan pada perut bawah sebelah kanan
- Klien mengatakan khawatir jika akan dilakukan operasi
- Klien mengatakan takut
- Klien mengatakan binggung, minta waktu untuk berpikir
DO:

- Klien tampak meringis


- Skala nyeri 6
- Nyeri tekan pada abdomen kuadran bawah sebelah kanan
- Klien nampak bertanya-tanya mengenai penyakitnya
- TTV: TD:120/90 mmhg
N: 95 x/m,

ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH

DS: Agen Pencedera Fisiologis Nyeri Akut

- Klien mengeluh nyeri


pada perut bawah sebelah
kanan sampai pinggang
- Nyeri dirasakan seperti
ditusuk-tusuk
- Nyeri dirasakan hilang
timbul
- Klien mengatakan nyeri
bertambah saat diberi
tekanan pada abdomen
kuadran bawah sebelah
kanan

DO:
- Klien tampak meringis
- Nyeri tekan pada
abdomen kuadran bawah
sebelah kanan
- Skala nyeri 6
- TTV: TD:120/90 mmhg
N: 95 x/m,

DS: Krisis situasional Ansietas

- Klien mengatakan
khawatir jika akan
dilakukan operasi
- Klien mengatakan takut
- Klien mengatakan
binggung, minta waktu
untuk berpikir
DO:

- Klien nampak bertanya-


tanya mengenai
penyakitnya
- N: 95 x/m,

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologis


2. Ansietas b.d krisis situasional

PERENCANAAN

TUJUAN DAN
DIAGNOSA
NO KRITERIA HASIL INTERVENSI (SIKI)
KEPERAWATAN
(SLKI)
1 Nyeri akut b.d Agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
pencedera fisiologis keperawatan selama 3 x 24
jam, diharapkan : Observasi

Tingkat Nyeri menurun 1) identifikasi lokasi,


Dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
1. Keluhan nyeri 5
(menurun) intensitas nyeri.
2. Skala nyeri (menurun )
2) Identifikasi skala nyeri
5
3. Meringis 5 (menurun) 3) Identifikasi factor yang
4. Frekuensi nadi 5
memperberat dan
(membaik) 70-80 x/m
memperingan nyeri

v Terapeutik

1) Berikan tehnik non


farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2) Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan , kebisingan)
Edukasi

1) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
2) Ajarkan tehnik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian
analgesik,jika perlu

2. Ansietas b.d krisis Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansiets


situasional keperawatan selama 3 x 24
jam, diharapkan : Observasi:
Tingkat ansietas menurun 1) Identifikasi saat tingkat
ansietas berubah
Dengan kriteria hasil: 2) Monitor tanda tanda
1. Verbalisasi khawatir ansietas (verbal dan non
akibat kondisi yang verbal)
dihadapi menurun 5 Terapeutik :

1) Pahami situasi yang


membuat ansietas
2) Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
3) Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa
yang akan dating
Edukasi :

1) Anjurkan keluarga untuk


tetap Bersama pasien, jika
perlu
2) Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
3) Latih tekhnik relaksasi
Kolaborasi:

Kolaborasi pemberian obat


antiansietas, jika perlu
IMPLEMENTASI

No. Hari/Tgl/ Tindakan Evaluasi


DX Jam Keperawatan

1. Selasa, Tgl: 29/11/2022


Jam : 07.45
10/01/2023
1) Mengidentifikasi
S:
01.00 lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, - Klien mengeluh nyeri pada

kualitas, intensitas perut sebelah kana sampai

nyeri d. h nyeri pinggang

dirasakan pada bagian - Nyeri dirasakan seperti


perut bawah sebelah ditusuk-tusuk
kanan sampai ke - Nyeri dirasakan hilang
pinggang, nyeri timbul
dirasakan seperti di O:
tusuk-tusuk, hilang
- Klien tampak meringis
timbul,dan memberat
- Skala nyeri 5
saat ditekan.
- TTV: TD:110/90 mmhg
2) Mengidentifiksi skala
N: 90 x/m
nyeri d.h skala nyeri
01.05
6. A:
3) Mengidentifikasi
Nyeri akut belum teratasi
01.10 factor yang
memperberat dan P:
memperingan nyeri
Lanjutkan intervensi
d.h nyeri dirasakan
hilang timbul dan 1. identifikasi lokasi,
bertambah berat saat karakteristik, durasi,
di tekan. frekuensi, kualitas,
4) Mengajarkan tehnik intensitas nyeri.
01.45 non farmakologis 2. Identifikasi skala nyeri
untuk mengurangi 3. Anjurkan mengulangi tehnik
rasa nyeri: klien non farmakologis untuk
diajarakan relaksasi mengurangi rasa nyeri
nafas dalam: 4. Kolaborasi pemberian
a) Anjurkan Tarik analgesik,jika perlu
nafas melalui
hidung
b) Tahan 3-5 detik
c) Hembuskan
melalui mulut
d) Lakukan hingga
nyeri berkurang
d/h klien mengerti dan
dapat
mempraktikkannya.
5) Kolaborasi pemberian
07.00
analgesik d.h klien di
berikan ketorolac 30
mg/IV

2. 06.00 1) Mengidentifikasi Tgl: 29/11/2022


tingkat ansietas Jam : 07.55
berubah d.h klien
S:
masih nampak
khawatir - Klien mengatakan khawatir

2) Memonitor tanda jika nanti akan dilakukan


06.15 tanda ansietas (verbal pembedahan

dan non verbal) d.h - Klien mengatakan takut


klien bertanya-tanya - Klien mengatakan
kepada perawat binggung, minta waktu
mengenai kondisinya untuk berpikir
dan tampak gelisah O:
3) Memahami situasi
- Klien nampak bertanya-
07.00 yang membuat
tanya mengenai
ansietas d. h klien
penyakitnya
memikirkan
keadaannya. - Gelisah

4) Menganjurkan - N: 95 x/m,
07.10
keluarga untuk tetap A:
bersama pasien d/h
Ansietas belum teratasi
keluarga bersedia
mendampingi klien P:

Lanjutkan Intervensi

1) identifikasi tingkat ansietas


berubah
2) monitor tanda tanda
ansietas (verbal)
3) pahami situasi yang
membuat ansietas
4) anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien,
CATATAN PERKEMBANGAN
H1
No. Hari/Tgl/ Tindakan Evaluasi

DX Jam Keperawatan
1. Rabu, Jam : 07.45
11/01/2023 1) Mengidentifikasi lokasi, S:
karakteristik, durasi,
21.15 frekuensi, kualitas, - Klien mengeluh nyeri

intensitas nyeri d.h pada perut sebelah kanan

nyeri dirasakan pada sampai pinggang

perut bawah sebelah - Nyeri dirasakan seperti

kanan sampai pinggang ditusuk-tusuk

2) Mengdentifikasi skala - Nyeri dirasakan hilang


21.20 nyeri d.h skala nyeri 5 timbul
3) Menganjurkan - Klien mengatakan nyeri
21.30 mengulangi tehnik non sudah lebih baik
farmakologis untuk dibanding hari
mengurangi rasa nyeri sebelumnya
d.h klien melakukan O:
Kembali
- Klien tampak meringis
4) Pemberian analgesik,
saat ditekan
23.00 d.h klien diberikan
- Skala nyeri 4
Dan ketorolac 30 mg/IV
07.00 - TTV: TD:110/90 mmhg
N: 83 x/m

A:

Nyeri akut belum teratasi

P:
Lanjutkan Intervensi

1) identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Anjurkan mengulangi
tehnik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4) Kolaborasi pemberian
analgesik,jika perlu

2 22.10 1) Mengidentifikasi Jam : 07.55


tingkat ansietas
S:
berubah d.h klien
masih nampak
- Klien mengatakan
khawatir
2) Memonitor tanda tanda tambah khawatir jika
22.20 ansietas (verbal) d.h nanti akan dilakukan
klien bertanya-tanya pembedahan
kepada perawat
mengenai kondisinya - Klien mengatakan takut
dan rencana oprasi - Klien mengatakan
yang dokter katakan
binggung, minta waktu
3) Memahami situasi
yang membuat ansietas untuk berpikir
22.30
d. h klien diberikan O:
pilihan dan dapat
menolak dengan tanda- - Klien nampak bertanya-
tangan surat penolakan
tanya mengenai
jika menolak tindakan.
4) Menganjurkan penyakitnya
22.45
keluarga untuk tetap - N: 80 x/m,
bersama pasien, d. h
keluarga mengerti dan A:
bersedia saling
bergantian untuk Ansietas belum teratasi
mendampingi klien
P:

Lanjutkan Intervensi

1) Identifikasi tingkat
ansietas

2) Gunakan pendekatan
yang meyakinkan

3) Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi

4) Diskusikan
perencanaan realistis
tentang peristiwa yang
akan datang

5) Anjurkan keluarga
untuk tetap Bersama
pasien
CATATAN PERKEMBANGAN

H2

No. Hari/Tgl/ Tindakan Evaluasi

DX Jam Keperawatan
1. Kamis, Jam : 20.45
12/01/2022 1. Mengidentifikasi S:
14.00 lokasi, karakteristik,
- Klien mengeluh nyeri
durasi, frekuensi,
pada pinggang kanan
kualitas, intensitas
- Klien mengatakan perut
nyeri d.h nyeri
bagian bawah tidak nyeri
dirasakan pada perut
lagi
sebelah kanan sampai
- Nyeri dirasakan seperti
pinggang, nyeri
ditusuk-tusuk
dirasakan seperti di
- Nyeri dirasakan hilang
tusuk-tusuk dan
timbul dan lama datang
dirasakan hilang hilang
kembali.
timbul.
2. Mengidentifikasi skala - Klien mengatakan nyeri
14.15 nyeri d.h skala nyeri 4 sudah lebih baik

3. Menganjurkan dibanding nyeri dari hari


14. 16 mengulangi tehnik non sebelumnya

farmakologis untuk O:
mengurangi rasa nyeri - Skala nyeri 3
d.h klien melakukan
- TTV: TD:120/90 mmhg
kembali
N: 85 x/m
4. Pemberian analgesik,
15.00 d.h klien diberikan A:
Dan ketorolac 30 mg/IV
Nyeri akut belum teratasi
19.00
P:

Lanjutkan Intervensi

1) identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Anjurkan mengulangi
tehnik non farmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri
4) Kolaborasi pemberian
analgesik,jika perlu
2 15.10 1) Mengidentifikasi Rabu,30/11/2022
tingkat ansietas
Jam : 20.55
berubah d.h klien
tampak bertambah S:
khawatir
2) Menggunakan - Klien mengatakan tidak
15.20 pendekatan yang ingin dioprasi
meyakinkan d.h
pendekatan dilakukan - Klien mengatakan takut
dan mencoba akan terjadi apa-apa
meyakinkan klien
O:
3) Menganjurkan
16.00 mengungkapkan - Klien menolak
perasaan dan persepsi
d.h klien meminta Tindakan operasi
waktu untuk dengan tanda tangan
memikirkan dan surat penolakan
menunggu pendapat
16.10 tindakan
keluarga
4) Menganjurkan keluarga - N: 85 x/m,
untuk tetap bersama A:
pasien, jika perlu d. h
perawat menganjurkan Ansietas belum teratasi
ke keluarga
P:

Lanjutkan Intervensi

1) Identifikasi tingkat
ansietas

2) Gunakan pendekatan
yang meyakinkan

3) Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi

4) Diskusikan perencanaan
realistis tentang
peristiwa yang akan
datang

5) Anjurkan keluarga untuk


tetap Bersama pasien
CATATAN PERKEMBANGAN

H3

No. Hari/Tgl/ Tindakan Evaluasi

DX Jam Keperawatan
1. Jumat, Jam : 15.20
13/01/2023 1. Mengidentifikasi lokasi, S:
14.00 karakteristik, durasi,
- Klien mengeluh nyeri pada
frekuensi, kualitas,
pinggang kanan
intensitas nyeri d.h nyeri
- Klien mengatakan perut
dirasakan pada pinggang
bagian bawah tidak nyeri lagi
sebelah kanan,
- Nyeri dirasakan seperti
sedangkan perut bawah
ditusuk-tusuk
sebelah kiri sudah tidak
- Nyeri dirasakan hilang
nyeri lagi. Nyeri
timbul dan lama datang
dirasakan hilang timbul,
kembali.
dan lama kembali baru
datang nyeri nya. - Klien mengatakan nyeri

2. Mengidentifikasi skala sudah lebih baik dibanding


14.15 nyeri d.h skala nyeri 3 nyeri dari hari sebelumnya

3. Menganjurkan O:
14. 16 mengulangi tehnik non - Skala nyeri 2
farmakologis untuk
- TTV: TD:120/80 mmhg
mengurangi rasa nyeri
N: 78 x/m
d.h klien melakukan
kembali A:

4. Pemberian analgesik d.h


Nyeri akut sudah teratasi
15.00 klien diberikan ketorolac
Dan 30 mg/IV P:
19.00
Hentikan Intervensi
(Klien dibolehkan Pulang)

1) Anjurkan klien mengulangi


tekhnik nonfarmakologi
yang diajarkan jika
merasakan nyeri

2) Anjurkan klien control ke


poli jika merasakan nyeri
saat telah kembali ke rumah

2 15.10 1. Mengidentifikasi tingkat Kamis, 1/12/2022


ansietas berubah d.h
Jam : 16.00
klien tampak
sumringah/tersenyum S:
karena dipulangkan oleh
dokter - Klien mengatakan berserah
2. Memonitor tanda tanda diri kepada sang pencipta
ansietas (verbal) d.h
15.15 klien mengatakan merasa - Klien mengatakan senang
senang akan segera akan segera pulang
kembali ke rumah
- Klien bertanya mengenai
3. Memahami situasi yang
membuat ansietas d. h makanan atau minuman
klien mengatakan klien yang tidak boleh dimakan
15.20
sebelumnya khawatir
O:
akan penyakitnya dan
Tindakan yang akan
- Klien nampak berserih-seri
dilakukan dan telah
menandatangani surat karena akan segera kembali
penolakan tindakan ke rumah
oprasi dan telah disetuji A:
juga oleh perawat
4. Menganjurkan keluarga Ansietas sudah teratasi
untuk tetap bersama
pasien, d. h keluarga P:
bersedia menemani dan
15.40 mendampingi Hentikan intervensi
pasienuntuk pulang.
(Klien dibolehkan pulang oleh
dokter)

1. Edukasi makanan pantangan


yang dikurangi untuk
dikonsumsi

Anda mungkin juga menyukai