“PERITONITIS”
Supervisor:
dr. John Frans Sitepu, M.ked (An), Sp.An
Tingkat mortalitas dari peritonitis yang terasosiasi dengan perforasi ulkus, appendiks, dan
diverticulum dibawah 10% pada pasien tanpa riwayat penyakit penyerta, namun tingkat
mortalitas sampai 40% dilaporkan pada pasien geriatrik, pasien dengan riwayat penyakit
penyerta.
Tinjauan Pustaka
BAB II
Peritonitis didefinisikan sebagai adanya peradangan pada peritoneum baik
lokal atau difus (generalisata) dari lokasinya, akut atau kronik dari riwayat
penyakitnya, dan infeksius atau aseptik dari patogenesisnya.
PERITONITIS PERITONITIS PERITONITIS
PRIMER SEKUNDER TERSIER
Akibat kontaminasi tersebut, flora normal usus seperti Escherichia coli dan Klebsiella
pneumoniae (serta bakteri gram negatif dan anaerobik lainnya) masuk dalam rongga
peritoneum.
Adanya invasi dari bakteri bakteritersebut menyebabkan reaksi peradangan masuk dalam
pembuluh darah (bakteremia) yang pada akhirnya dapat berlanjut menjadi sepsis, sepsis berat,
syok sepsis, dan MODS (Multiple Organ Dysfunction Syndrome).
Proses inflamasi akut dalam rongga abdomen mengakibatkan terjadinya aktivasi saraf simpatis
dan supresi dari peristalsis (ileus). Absorbsi cairan dalam usus akan terganggu sehingga cairan
tidak hanya terdapat pada rongga peritoneum, tetapi juga dalam lumen usus.
• Distensi abdomen dengan penurunan
• Nyeri abdomen bising usus sampai tidak terdengar bising
usus
• Demam
Temperatur lebih dari 380 C, pada kondisi • Rigiditas abdomen sebagai
sepsis berat dapat hipotermia respon/antisipasi terhadap penekanan pada
dinding abdomen ataupun involunter sebagai
• Mual dan muntah respon terhadap iritasi peritoneum
Timbul akibat adanya kelainan patologis
organ visera atau akibat iritasi peritoneum • Nyeri tekan dan nyeri lepas (+)
• Adanya cairan dalam abdomen, yang dapat • Takikardi, akibat pelepasan mediator
mendorong diafragma mengakibatkan kesulitan inflamasi
bernafas.
• Tidak dapat BAB/buang angin.
ANAMNESA PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
• pemeriksaan darah lengkap dengan hitung
PEMERIKSAAN jenis (ditemukan leukositosis, dengan shift to
FISIK the left yaitu peningkatan sel batang PMN)
• Distensi abdomen • kimia darah dapat ditemukan kelainan seperti
peningkatan ureum dan kreatinin (tanda syok
• Rigiditas abdomen hipovolemik atau sepsis berat),
BAB III
Identitas Pasien
Nama : Tn. JDS
Umur : 17 tahun
Alamat : Desa Pamah Dsn I Kec. Silinda
Pekerjaan : Pelajar
Tanggal masuk : 14 Agustus 2019
Berat Badan : 60 kg
Tinggi Badan : 155 cm
Alloanamnesis
KU : Nyeri seluruh lapang perut
T : Hal ini dialami pasien sejak ± 1 bulan sebelum masuk RS HAM. Nyeri bersifat hilang timbul yang
dirasakan di seluruh lapang perut. Nyeri terasa memberat sejak 9 hari ini, perut tegang dan sakit saat disentuh.
Riwayat trauma dijumpai di perut akibat terbentur stang motor. Mual dan muntah dijumpai sejak 1 minggu ini
dengan frekuensi muntah >3x sehari. Demam dijumpai sejak 6 hari yang lalu, bersifat naik turun dan turun bila
diberi obat penurun panas. Riwayat pingsan (-), Riwayat nyeri kepala hebat (-), Riwayat pandangan kabur (-),
Riwayat kejang (-). BAK (+) N, BAB (+) N.
A (Airway)
• Airway clear
• Snoring (-), gurgling (-), crowing (-).
B (Breathing)
• Inspeksi: tidak ditemukan jejas pada dada, gerakan dada simetris
D (Disability)
• Palpasi: tidak ditemukan krepitasi
• Sensorium : Compos mentis
• Perkusi: sonor pada kedua lapangan paru
• Pupil isokor d: 3mm/3mm,
• Auskultasi: suara pernafasan vesikuler, suara tambahan tidak dijumpai
refleks cahaya +/+
• RR 28 x / menit hiperventilasi pasang oksigen
• SaO2: 98%
E (Exposure)
C (Circulation) -
Tekanan darah: 110/70 mmHg
Nadi: 97 x/menit, reguler, T/V cukup
Akral hangat, merah, dan kering, CRT < 2”
Secondary Survey (Tanggal 14/8/2019 pukul 16.50 di IGD)
B1 (Breath) : Airway : clear, SpO2: 98% O2 via NRM 10 L/menit, RR: 24 x/i, SP: vesikular, ST:-/-, Wh :-/-
, Rh: S/G/C -/-/-
B2 (Blood) : Akral : hangat/merah/kering, TD: 110/70 mmHg, HR:97 x/i, T/V: cukup, Temp: 38oC,
Sianosis (-)
B4(Bladder) : UOP (+) volume 300 cc berwarna kuning, dengan kateter urin terpasang
B5 (Bowel) : Abdomen Distensi, Defense Muskular (+), peristaltik (+) meningkat, mual (-), muntah (-).
MMT: 11.00 WIB (14/08/2019)
Lab -
Follow up
16 Agustus 2019 (RB 2 A)
S - Hari Rawatan ke 2
O - Airway clear, SP: Vesikuler, ST: Rh (-/-), Wh (-/-), S/G/C : -/-/-.
- Akral: H/M/K. T: 130/80. N: 80x/i, T: 37°C
- Sens: compos mentis, Pupil: bulat isokor ᴓ 3mm/3mm
- UOP: Kateter (+), warna kuning
- Abdomen: soepel, peristaltik (+) luka operasi di tutup verban, nyeri tekan (+)
- Edema (-)
BAB V
Teori Kasus
Peritonitis didefinisikan sebagai adanya Laki laki 17 tahun datang dengan
peradangan pada peritoneum baik lokal atau difus keluhan nyeri di seluruh lapangan perut
(generalisata) dari lokasinya, akut atau , dan memberat dalam 5 hari ini.
kronik dari riwayat penyakitnya, Riwayat trauma dijumpai di perut
dan infeksius atau aseptik dari patogenesisny akibat terbentur stang motor.
a
Pada peritonitis terjadi kerusakan integritas dari
traktus gastrointestinal terjadi pada beberapa
kondisi, seperti appendisitis perforasi. Adanya
invasi dari bakteribakteritersebut menyebabkan
reaksi peradangan.
Pasien keluhan nyeri di seluruh lapangan perut ,
Gejala utama pada seluruh kasus peritonitis adalah nyeri perut yang dan memberat dalam 5 hari ini.
hebat, tajam, dirasakan terus menerus, dan semakin parah dengan Mual dan muntah dijumpai sejak 1 minggu ini
adanya pergerakan dengan frekuensi muntah >3x sehari.
Nyeri abdomen Demam dijumpai sejak 6 hari yang lalu,
Demam
Mual dan muntah
Adanya cairan dalam abdomen, yang dapat mendorong diafragma
mengakibatkan kesulitan bernafas.
Distensi abdomen
Nyeri tekan (+)
Takikardi, akibat pelepasan mediator inflamasi
Tidak dapat BAB/buang angin. pH : 7,47
PCO2 : 18
PO2 : 192
HCO3 : 13,1
Total CO2 : 13,7
BE : -8,2
SaO2 : 100
Reaksi peradangan dapat berlanjut menjadi SIRS (Systemic Inflammatory Vital sign pasien saat primary survey : TD 90/70
Response Syndrome), dimana dapat ditemukan dua tanda berikut, antara mmHg ; HR 112x/menit ; RR 28x/menit
lain suhu >38° C atau <36° C, nadi>90 kali/menit, laju nafas >20
kali/menit
Tatalaksana di IGD Tatalaksana di IGD
Resusitasi O2 via NRM 10 L/menit
Pasang IV line dengan abbocath no 20 , pastikan lancar
Terapi cairan yang diberikan dapat berupa bolus kristaloid hangat 1 – 2
Dehidrasi sedang 6% BB = 6% x 60 = 3600 cc
liter untuk dewasa Rehidrasi cepat : (20-30)cc x 60 kg = 1200-1800 cc → 1500 cc
Antibiotik Maintenance = (4 x 10) + (2 x 10) + (1 x 10)
= 100 cc
Sefalosporin generasi ketiga seperti cefotaxime ( 2 gram setiap 8 jam, IV
8 jam pertama = Maintenance + Defisit =
) 8(100) + 1800 = 2600 cc/8 jam = 325 cc/jam = 108 gtt/menit
ceftriaxone ( 2 gram setiap 24 jam, IV )
Intervensi Bedah 16 jam kedua = Maintenance + Defisit = 16(100) + 1800=
3400 cc/16 jam = 212 cc/jam= 70 gtt/menit
Tujuan pembedahan = untuk mengeliminasi sumber kontaminasi
Paracetamol drips 500 mg
Ceftriaxone 1 gr IV
Pasien puasa untuk persiapan operasi cito