Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

“PERITONITIS”
Supervisor:
dr. John Frans Sitepu, M.ked (An), Sp.An

Setia Ningrum Wibisana 140100120


Andra Pratama 140100134
PENDAHULUAN
Peritonitis = adanya peradangan pada peritoneum yaitu lapisan serosa yang
paling besar dan paling kompleks yang terdapat dalam tubuh

Peritonitis akut berhubungan dengan penurunan aktivitas motorik usus,


mengakibatkan distensi dari lumen usus oleh gas dan udara. Peningkatan jumlah
cairan di didalam usus yang disertai dengan menurunnya asupan secara oral akan
menyebabkan menurunnya volume darah di dalam sistem sirkulasi tubuh.

Tingkat mortalitas dari peritonitis yang terasosiasi dengan perforasi ulkus, appendiks, dan
diverticulum dibawah 10% pada pasien tanpa riwayat penyakit penyerta, namun tingkat
mortalitas sampai 40% dilaporkan pada pasien geriatrik, pasien dengan riwayat penyakit
penyerta.
Tinjauan Pustaka

BAB II
Peritonitis didefinisikan sebagai adanya peradangan pada peritoneum baik
lokal atau difus (generalisata) dari lokasinya, akut atau kronik dari riwayat
penyakitnya, dan infeksius atau aseptik dari patogenesisnya.
PERITONITIS PERITONITIS PERITONITIS
PRIMER SEKUNDER TERSIER

Umumnya terjadi Terjadi akibat adanya Peritonitis tersier terjadi akibat


berkesinambungan dengan sirosis kontaminasi bakteri intra- intervensi medis seperti dialisa
hati. Ascites yang terjadi abdominal dari perforasi viskus. peritonitis,
memberikan medium sehingga umumnya terjadi
pertumbuhan yang baik untuk infeksi oleh mikroba flora kulit
mikroba yang menyebar secara
hematogen.
kerusakan integritas dari traktus
gastrointestinal

Akibat kontaminasi tersebut, flora normal usus seperti Escherichia coli dan Klebsiella
pneumoniae (serta bakteri gram negatif dan anaerobik lainnya) masuk dalam rongga
peritoneum.

Adanya invasi dari bakteri bakteritersebut menyebabkan reaksi peradangan masuk dalam
pembuluh darah (bakteremia) yang pada akhirnya dapat berlanjut menjadi sepsis, sepsis berat,
syok sepsis, dan MODS (Multiple Organ Dysfunction Syndrome).

peningkatan permeabilitas dari pembuluh darah kapiler sehingga terjadi perpindahan


cairan ke “rongga ketiga”

Proses inflamasi akut dalam rongga abdomen mengakibatkan terjadinya aktivasi saraf simpatis
dan supresi dari peristalsis (ileus). Absorbsi cairan dalam usus akan terganggu sehingga cairan
tidak hanya terdapat pada rongga peritoneum, tetapi juga dalam lumen usus.
• Distensi abdomen dengan penurunan
• Nyeri abdomen bising usus sampai tidak terdengar bising
usus
• Demam
Temperatur lebih dari 380 C, pada kondisi • Rigiditas abdomen sebagai
sepsis berat dapat hipotermia respon/antisipasi terhadap penekanan pada
dinding abdomen ataupun involunter sebagai
• Mual dan muntah respon terhadap iritasi peritoneum
Timbul akibat adanya kelainan patologis
organ visera atau akibat iritasi peritoneum • Nyeri tekan dan nyeri lepas (+)

• Adanya cairan dalam abdomen, yang dapat • Takikardi, akibat pelepasan mediator
mendorong diafragma mengakibatkan kesulitan inflamasi
bernafas.
• Tidak dapat BAB/buang angin.
ANAMNESA PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
• pemeriksaan darah lengkap dengan hitung
PEMERIKSAAN jenis (ditemukan leukositosis, dengan shift to
FISIK the left yaitu peningkatan sel batang PMN)
• Distensi abdomen • kimia darah dapat ditemukan kelainan seperti
peningkatan ureum dan kreatinin (tanda syok
• Rigiditas abdomen hipovolemik atau sepsis berat),

• Pemeriksaan AGDA dapat menunjukan adanya


• Nyeri tekan dan nyeri lepas asidosis metabolik
(+)
• pemeriksaan urinalisis untuk menyingkirkan
diagnosis dari traktus urinarius
PEMERIKSAAN RADIOLOGI PEMERIKSAAN ANALISA
CAIRAN PERITONEAL

X Ray Thorax = (free air under Jumlah neutrofil cairan asites


diaphragm) yang terlihat pada posisi lebih besar dari 500 sel / μL,
upright pada perforasi ulkus peptikum. dengan sensitivitas 86% dan
spesifisitas 98%.
Resusitasi Antibiotik
• Terapi cairan yang diberikan dapat berupa • Sefalosporin generasi ketiga seperti cefotaxime ( 2 gram
bolus kristaloid hangat 1 – 2 liter untuk setiap 8 jam, IV )
dewasa atau 20 mL/kg untuk anak-anak. • Penicillin / β-laktamase inhibitor ( contohnya piperacillin /
• monitoring hemodinamik dengan tazobactam, 3.375 g setiap 6 jam, IV ) atau ceftriaxone ( 2
menentukan target resusitasi, antara lain gram setiap 24 jam, IV )
mean arterial pressure >65 mmHg, dan
urine output >0,5cc/kgBB/jam Intervensi Bedah
Tujuan pembedahan = untuk mengeliminasi
sumber kontaminasi, mengurangi jumlah
inokulum bakteri, dan mencegah rekurensi
atau infeksi persisten.
STATUS ORANG SAKIT

BAB III
Identitas Pasien
Nama : Tn. JDS
Umur : 17 tahun
Alamat : Desa Pamah Dsn I Kec. Silinda
Pekerjaan : Pelajar
Tanggal masuk : 14 Agustus 2019
Berat Badan : 60 kg
Tinggi Badan : 155 cm

Alloanamnesis
KU : Nyeri seluruh lapang perut
T : Hal ini dialami pasien sejak ± 1 bulan sebelum masuk RS HAM. Nyeri bersifat hilang timbul yang
dirasakan di seluruh lapang perut. Nyeri terasa memberat sejak 9 hari ini, perut tegang dan sakit saat disentuh.
Riwayat trauma dijumpai di perut akibat terbentur stang motor. Mual dan muntah dijumpai sejak 1 minggu ini
dengan frekuensi muntah >3x sehari. Demam dijumpai sejak 6 hari yang lalu, bersifat naik turun dan turun bila
diberi obat penurun panas. Riwayat pingsan (-), Riwayat nyeri kepala hebat (-), Riwayat pandangan kabur (-),
Riwayat kejang (-). BAK (+) N, BAB (+) N.

Alergi : tidak jelas


Medikasi : tidak jelas
Past Illness : -
Last Meal : 11.00 WIB 14 Agustus 2019
Event :-
15 Agustus 2019
14 Agustus 2019 16.45 01.25
14 Agustus 2019 22.00 14 Agustus 2019 22.35
Pasien tiba di IGD RS
Haji Adam Malik
Pasien dikonsul untuk Pasien acc untuk tindakan Tindakan
tindakan anestesi anestesi laparatomi
Medan
eksplorasi
Primary Survey (Tanggal 14/8/2019 pukul 16.45 di IGD)
Primary survey dilakukan selama 3 menit

A (Airway)
• Airway clear
• Snoring (-), gurgling (-), crowing (-).

B (Breathing)
• Inspeksi: tidak ditemukan jejas pada dada, gerakan dada simetris
D (Disability)
• Palpasi: tidak ditemukan krepitasi
• Sensorium : Compos mentis
• Perkusi: sonor pada kedua lapangan paru
• Pupil isokor d: 3mm/3mm,
• Auskultasi: suara pernafasan vesikuler, suara tambahan tidak dijumpai
refleks cahaya +/+
• RR 28 x / menit hiperventilasi pasang oksigen
• SaO2: 98%
E (Exposure)
C (Circulation) -
Tekanan darah: 110/70 mmHg
Nadi: 97 x/menit, reguler, T/V cukup
Akral hangat, merah, dan kering, CRT < 2”
Secondary Survey (Tanggal 14/8/2019 pukul 16.50 di IGD)

B1 (Breath) : Airway : clear, SpO2: 98% O2 via NRM 10 L/menit, RR: 24 x/i, SP: vesikular, ST:-/-, Wh :-/-
, Rh: S/G/C -/-/-

B2 (Blood) : Akral : hangat/merah/kering, TD: 110/70 mmHg, HR:97 x/i, T/V: cukup, Temp: 38oC,
Sianosis (-)

B3(Brain) : Sensorium : Compos mentis ,Pupil : isokor, RC (+/+).

B4(Bladder) : UOP (+) volume 300 cc berwarna kuning, dengan kateter urin terpasang

B5 (Bowel) : Abdomen Distensi, Defense Muskular (+), peristaltik (+) meningkat, mual (-), muntah (-).
MMT: 11.00 WIB (14/08/2019)

B6 (Bone) : Edema (-), fraktur (-)


Pemeriksaan Laboratorium

Laboratorium Hasil Rujukan


Hematologi
- Hemoglobin 12,4 13 - 18 g/dL
- Eritrosit 4,52 4,10 - 5,10 jt/µL AGDA
- Leukosit 19.330 4.000 - 11000/µL - pH 7.47 7.35 - 7.45
- PCO2 18.0 mmHg 38 – 42 mmHg
- Hematokrit 37 % 36 - 47 %
- PO2 192.0 mmHg 85 – 100 mmHg
- Trombosit 150.000 – - HCO3 13.1 U/L 22 – 26 U/L
516.000
450.000/µL - Total CO2 13.7 U/L 19 – 25 U/L
Elektrolit - BE -8.2 (-2) – (+2)
- Natrium 137 mEq/L 135 – 155 mEq/L - SaO2 100 % 95 – 100%
- Kalium 5.0 mEq/L 3.6 – 5.5 mEq/L
- Klorida 103 mEq/L 96 – 106 mEq/L
METABOLISME
KARBOHIDRAT
- Gula darah 89 mg/dL
<200
Ginjal
- BUN
- Ureum 29 mg/dL 8 – 26 mg/dl
Interpretasi : Leukositosis,
- Kreatinin 43 mg/dL 18 – 55 mg/dl
0.9 mg/dL 0.7 – 1.3 mg/dl
Trombositosis, Alkalosis respiratorik
terkompensasi sebagian
DIAGNOSIS
Diagnosis : diffuse peritonitis d/t susp. hollow organ perforation
Diagnosis banding : Appendisitis
Ileus paralitik
Tatalaksana IGD
O2 via NRM 10 L/menit
Pasang IV line dengan abbocath no 20 , pastikan lancar
Dehidrasi sedang 6% BB = 6% x 60 = 3600 cc
Rehidrasi cepat : (20-30)cc x 60 kg = 1200-1800 cc → 1500 cc
Maintenance = (4 x 10) + (2 x 10) + (1 x 10)
= 100 cc
8 jam pertama = Maintenance + Defisit = 8(100) + 1800
= 2600 cc/8 jam = 325 cc/jam
= 108 gtt/menit
16 jam kedua = Maintenance + Defisit = 16(100) + 1800
= 3400 cc/16 jam = 212 cc/jam
= 70 gtt/menit
Paracetamol drips 500 mg
Ceftriaxone 1 gr IV
Follow up

15 Agustus 2019 (RB 2 A)


S - Hari Rawatan 1
O - Airway clear, SP: Vesikuler, ST: Rh (-/-), Wh (-/-), S/G/C : -/-/-.
- Akral: H/M/K. T: 110/70. N: 96x/i
- Sens: compos mentis , Pupil: bulat isokor ᴓ 3mm/3mm
- UOP: Kateter (+), warna kuning
- Abdomen: distensi abdomen (+) peristaltik (+)
- Edema (-)

A Post laparotomy eksplorasi d/t appendisitis perforasi


P - IVFD Asering 20 gtt
- Inj. Ceftriaxone 1 gr / IV
- Inj. Gentamicin 80 mg / 8 jam / IV
- Inj. Omeprazole 1 amp/ 12 jam
- Infus Metronidazole 2 fl
- Diet cair 50 cc / 4 jam
R - Cek darah lengkap, analisa gas darah, albumin, elektrolit, dan fungsi ginjal

Lab -
Follow up
16 Agustus 2019 (RB 2 A)
S - Hari Rawatan ke 2
O - Airway clear, SP: Vesikuler, ST: Rh (-/-), Wh (-/-), S/G/C : -/-/-.
- Akral: H/M/K. T: 130/80. N: 80x/i, T: 37°C
- Sens: compos mentis, Pupil: bulat isokor ᴓ 3mm/3mm
- UOP: Kateter (+), warna kuning
- Abdomen: soepel, peristaltik (+) luka operasi di tutup verban, nyeri tekan (+)
- Edema (-)

A Post laparotomy eksplorasi d/t appendisitis perforasi


P - IVFD Asering 20 gtt
- Inj. Ceftriaxone 1 gr / IV
- Inj. Gentamicin 80 mg / 8 jam / IV
- Inj. Omeprazole 1 amp/ 12 jam
- Infus Metronidazole 2 fl
- Diet cair 50 cc / 4 jam
R - Cek darah lengkap, dan elektrolit
Lab - Hb / Eri / Leu / Ht / Plt = 12,4/4,09/30460/36/439000
- Albumin 0,6 g/dl
- Na/K/Cl = 136/4.7/105
Follow up

17 Agustus 2019 (RB 2 A)


S Hari Rawatan ke 3
O - Airway clear, SP: Vesikuler, ST: Rh (-/-), Wh (-/-), S/G/C : -/-/-.
- Akral: H/M/K. T: 110/80. N: 80x/i, , RR :24 x/i, T: 36,8°C
- Sens: compos mentis, Pupil: bulat isokor ᴓ 3mm/3mm
- UOP: Kateter (lepas)
- Abdomen: soepel, peristaltik (+) luka operasi di tutup verban, nyeri tekan (+)
- Edema (-)

A Post laparotomy eksplorasi d/t appendisitis perforasi


P - IVFD Asering 20 gtt
- Inj. Ceftriaxone 1 gr / IV
- Inj. Gentamicin 80 mg / 8 jam / IV
- Inj. Omeprazole 1 amp/ 12 jam
- Infus Metronidazole 2 fl
Diet cair 50 cc / 4 jam
Follow up

18 Agustus 2019 (RB 2 A)


S Hari Rawatan ke 4
O - Airway clear, SP: Vesikuler, ST: Rh (-/-), Wh (-/-), S/G/C : -/-/-.
- Akral: H/M/K. T: 110/80. N: 80x/i, , RR :22x/i, T: 36,8°C
- Sens: compos mentis, Pupil: bulat isokor ᴓ 3mm/3mm
- UOP: Kateter (lepas)
- Abdomen: soepel, peristaltik (+), luka operasi di tutup verban, nyeri tekan (+)
- Edema (-)

A Post laparotomy eksplorasi d/t appendisitis perforasi


P - IVFD Asering 20 gtt
- Inj. Ceftriaxone 1 gr / IV
- Inj. Gentamicin 80 mg / 8 jam / IV
- Inj. Omeprazole 1 amp/ 12 jam
- Infus Metronidazole 2 fl
Diet cair 50 cc / 4 jam
Follow up
19 Agustus 2019 (RB 2 A)
S Hari Rawatan ke 5
O - Airway clear, SP: Vesikuler, ST: Rh (-/-), Wh (-/-), S/G/C : -/-/-.
- Akral: H/M/K. T: 110/80. N: 90x/i, , RR :20 x/i, T: 36,8°C
- Sens: compos mentis, Pupil: bulat isokor ᴓ 3mm/3mm
- UOP: Kateter (lepas)
- Abdomen: soepel, peristaltik (+), luka operasi di tutup verban, nyeri tekan (+)
Edema (-)

A Post laparotomy eksplorasi d/t appendisitis perforasi


P - IVFD Asering 20 gtt
- Inj. Meropenem 1 gr / 8 jam IV
- Inj. Gentamicin 80 mg / 8 jam / IV
- Inj. Omeprazole 1 amp/ 12 jam
- Infus Metronidazole 2 fl
Diet cair 50 cc / 4 jam
R Cek lab darah lengkap, CRP, kultur
Lab Hb/Eri/Leu/Ht/Plt = 10,4/3,8/20400/31/643000
CRP = 2,8 mg/dl
Follow up
21 Agustus 2019 (RB 2 A)
S Hari Rawatan ke 6
O - Airway clear, SP: Vesikuler, ST: Rh (-/-), Wh (-/-), S/G/C : -/-/-.
- Akral: H/M/K. T: 110/80. N: 90x/i, , RR :24 x/i, T: 36,8°C
- Sens: compos mentis, Pupil: bulat isokor ᴓ 3mm/3mm
- UOP: Kateter (lepas)
- Abdomen: soepel, peristaltik (+), luka operasi di tutup verban, nyeri tekan (+), pus (+)
Edema (-)

A Post laparotomy eksplorasi d/t appendisitis perforasi


P - IVFD Asering 20 gtt
- Inj. Meropenem 1 gr / 8 jam IV
- Inj. Gentamicin 80 mg / 8 jam / IV
- Inj. Omeprazole 1 amp/ 12 jam
- Infus Metronidazole 2 fl/ 8 jam
Diet cair 50 cc / 4 jam
Follow up

22 Agustus 2019 (RB 2 A)


S Hari Rawatan ke 7
O - Airway clear, SP: Vesikuler, ST: Rh (-/-), Wh (-/-), S/G/C : -/-/-.
- Akral: H/M/K. T: 110/80. N: 70x/i, RR :24 x/i, T: 38°C
- Sens: compos mentis, Pupil: bulat isokor ᴓ 3mm/3mm
- UOP: Kateter (lepas)
- Abdomen: soepel, peristaltik (+), luka operasi di tutup verban, nyeri tekan (+), pus (+)
Edema (-)

A Post laparotomy eksplorasi d/t appendisitis perforasi


P - IVFD Asering 20 gtt
- Inj. Meropenem 1 gr / 8 jam IV
- Inj. Gentamicin 80 mg / 8 jam / IV
- Inj. Omeprazole 1 amp/ 12 jam
- Infus Metronidazole 2 fl/ 8 jam
Diet cair 50 cc / 4 jam
Diskusi

BAB V
Teori Kasus
 Peritonitis didefinisikan sebagai adanya  Laki laki 17 tahun datang dengan
peradangan pada peritoneum baik lokal atau difus keluhan nyeri di seluruh lapangan perut
(generalisata) dari lokasinya, akut atau , dan memberat dalam 5 hari ini.
kronik dari riwayat penyakitnya,  Riwayat trauma dijumpai di perut
dan infeksius atau aseptik dari patogenesisny akibat terbentur stang motor.
a
 Pada peritonitis terjadi kerusakan integritas dari
traktus gastrointestinal terjadi pada beberapa
kondisi, seperti appendisitis perforasi. Adanya
invasi dari bakteribakteritersebut menyebabkan
reaksi peradangan.
 Pasien keluhan nyeri di seluruh lapangan perut ,
Gejala utama pada seluruh kasus peritonitis adalah nyeri perut yang dan memberat dalam 5 hari ini.
hebat, tajam, dirasakan terus menerus, dan semakin parah dengan  Mual dan muntah dijumpai sejak 1 minggu ini
adanya pergerakan dengan frekuensi muntah >3x sehari.
 Nyeri abdomen  Demam dijumpai sejak 6 hari yang lalu,
 Demam
 Mual dan muntah
 Adanya cairan dalam abdomen, yang dapat mendorong diafragma
mengakibatkan kesulitan bernafas.
 Distensi abdomen
 Nyeri tekan (+)
 Takikardi, akibat pelepasan mediator inflamasi
 Tidak dapat BAB/buang angin.  pH : 7,47
 PCO2 : 18
 PO2 : 192
 HCO3 : 13,1
 Total CO2 : 13,7
 BE : -8,2
 SaO2 : 100
 Reaksi peradangan dapat berlanjut menjadi SIRS (Systemic Inflammatory  Vital sign pasien saat primary survey : TD 90/70
Response Syndrome), dimana dapat ditemukan dua tanda berikut, antara mmHg ; HR 112x/menit ; RR 28x/menit
lain suhu >38° C atau <36° C, nadi>90 kali/menit, laju nafas >20
kali/menit
Tatalaksana di IGD Tatalaksana di IGD
 Resusitasi O2 via NRM 10 L/menit
Pasang IV line dengan abbocath no 20 , pastikan lancar
Terapi cairan yang diberikan dapat berupa bolus kristaloid hangat 1 – 2
Dehidrasi sedang 6% BB = 6% x 60 = 3600 cc
liter untuk dewasa Rehidrasi cepat : (20-30)cc x 60 kg = 1200-1800 cc → 1500 cc
 Antibiotik Maintenance = (4 x 10) + (2 x 10) + (1 x 10)
= 100 cc
Sefalosporin generasi ketiga seperti cefotaxime ( 2 gram setiap 8 jam, IV
8 jam pertama = Maintenance + Defisit =
) 8(100) + 1800 = 2600 cc/8 jam = 325 cc/jam = 108 gtt/menit
ceftriaxone ( 2 gram setiap 24 jam, IV )
 Intervensi Bedah 16 jam kedua = Maintenance + Defisit = 16(100) + 1800=
3400 cc/16 jam = 212 cc/jam= 70 gtt/menit
Tujuan pembedahan = untuk mengeliminasi sumber kontaminasi
 Paracetamol drips 500 mg
 Ceftriaxone 1 gr IV
 Pasien puasa untuk persiapan operasi cito

Anda mungkin juga menyukai