Anda di halaman 1dari 75

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN DIAGNOSA APPENDICITIS PADA TN.R

Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi Keperawatan


Departemen Keperawatan Medikal Bedah 1

Disusun Oleh :

ALIQUL SAFIK

P17212205051

PRODI PENDIDIKAN PROFESINERS

JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

APPENDICITIS
A. Konsep Dasar Penyakit Appendicitis

1. Definisi Appendicitis

Appendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan

merupakan penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini

menyerang semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih

sering menyerang laki-laki berusia 10 sampai 30 tahun dan merupakan

penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dan

merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer

& Bare, 2013).

Appendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing.

Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus

memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi

(Anonim, 2007 dalam Docstoc, 2010).

2. Anatomi & Fisiologi Appendicitis

a. Anatomi Appendisitis

Appendiks vermiformis atau yang sering disebut sebagai apendiks

adalah organ berbentuk tabung dan sempit yang mempunyai otot dan

banyak mengandung jaringan limfoid. Panjang apendiks vermiformis

bervariasi dari 3-5 inci (8-13 cm). Dasarnya melekat pada


permukaan aspek posteromedial caecum, 2,5 cm dibawah junctura

iliocaecal dengan lainnya bebas. Lumennya melebar di bagian distal

dan menyempit di bagian proksimal (S. H. Sibuea, 2014).

Gambar 2.1 Anatomi Apendiks

Sumber : (Eylin, 2009b).

Apendiks vermiformis terletak pada kuadran kanan bawah

abdomen di region iliaca dextra. Pangkalnya diproyeksikan ke dinding

anterior abdomen pada titik sepertiga bawah yang menghubungkan

spina iliaca anterior superior dan umbilicus yang disebut titik

McBurney (Siti Hardiyanti Sibuea, 2014).

Hampir seluruh permukaan apendiks dikelilingi oleh peritoneum

dan mesoapendiks (mesenter dari apendiks) yang merupakan lipatan

peritoneum berjalan kontinue disepanjang apendiks dan berakhir di

ujung apendiks. Vaskularisasi dari apendiks berjalan sepanjang

mesoapendiks kecuali di ujung dari apendiks dimana tidak terdapat

mesoapendiks. Arteri apendikular, derivate cabang inferior dari arteri

ileocoli yang merupakan trunkus mesentrik superior. Selain arteri


apendikular yang memperdarahi hampir seluruh apendiks, juga terdapat

kontribusi dari arteri asesorius. Untuk aliran balik, vena apendiseal

cabang dari vena ileocolic berjalan ke vena mesentrik superior dan

kemudian masuk ke sirkulasi portal (Eylin, 2009).

b. Fisiologi Appendisitis

Secara fisiologis, apendiks menghasilkan lendir 1 – 2 ml per hari.

Lendir normalnya dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya

mengalirkan ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara apendiks

berperan pada patogenesis apendiks. Immunoglobulin sekreator yang

dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lympoid Tissue) yang

terdapat di sepanjang saluran pencerna termasuk apendiks ialah IgA.

Immunoglobulin tersebut sangat efektif sebagai perlindungan

terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak

mempengaruhi sistem imun tubuh karena jumlah jaringan limfa disini

kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya disaluran cerna dan

diseluruh tubuh (Arifin, 2014).

3. Etiologi

Appendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan

sebagai faktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor

yang diajukan sebagai faktor pencetus disamping hiperplasia jaringan limfe,

fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan

sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan appendisitis


adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E. histolytica (Jong,

2010).

Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan

rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya appendisitis.

Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya

sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora

kolon biasa. Semuanya ini akan mempermudah timbulnya appendisitis akut

(Jong, 2010).

4. Patofisiologi

Appendisitis kemungkinan dimulai oleh obstruksi dari lumen yang

disebabkan oleh feses yang terlibat atau fekalit. Penjelasan ini sesuai dengan

pengamatan epidemiologi bahwa appendisitis berhubungan dengan asupan

serat dalam makanan yang rendah (Burkitt, 2007).

Pada stadium awal dari appendisitis, terlebih dahulu terjadi inflamasi

mukosa. Inflamasi ini kemudian berlanjut ke submukosa dan melibatkan

lapisan muskular dan serosa (peritoneal). Cairan eksudat fibrinopurulenta

terbentuk pada permukaan serosa dan berlanjut ke beberapa permukaan

peritoneal yang bersebelahan, seperti usus atau dinding abdomen,

menyebabkan peritonitis lokal (Burkitt, 2007).

Dalam stadium ini mukosa glandular yang nekrosis terkelupas ke

dalam lumen, yang menjadi distensi dengan pus. Akhirnya, arteri yang

menyuplai apendiks menjadi bertrombosit dan apendiks yang kurang suplai

darah menjadi nekrosis atau gangren. Perforasi akan segera terjadi dan
menyebar ke rongga peritoneal. Jika perforasi yang terjadi dibungkus oleh

omentum, abses lokal akan terjadi (Burkitt, 2007).

5. Klasifikasi

Klasifikasi appendisitis terbagi menjadi dua yaitu, appendisitis akut dan

appendisitis kronik (Sjamsuhidajat & de jong, 2010):

a. Appendisitis akut.

Appendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari

oleh radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat,

disertai maupun tidak disertai rangsang peritonieum lokal. Gajala

appendisitis akut talah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan

nyeri viseral didaerah epigastrium disekitar umbilikus. Keluhan ini

sering disertai mual dan kadang muntah. Umumnya nafsu makan

menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ketitik mcBurney.

Disini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga

merupakan nyeri somatik setempat.

b. Appendisitis kronik.

Diagnosis appendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika

ditemukan adanya : riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2

minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik.

Kriteria mikroskopik appendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh

dinding apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya

jaringan parut dan ulkus lama dimukosa, dan adanya sel inflamasi

kronik. Insiden appendisitis kronik antara 1-5%.


6. Manifestasi Klinis

a. Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya demam ringan

b. Mual, muntah

c. Anoreksia, malaise

d. Nyeri lepas lokal pada titik Mc. Burney

e. Spasme otot

f. Konstipasi, diare
7. Pathway

Invasi & Multiplikasi

APPENDISITIS

Peradangan pada jaringan Mual Muntah Sekresi mucus berlebih pada


lumen apendiks

Kerusakan control suhu ResikoResiko


Hipovolemia
terhadap inflamasi Appendiks teregang

Hipertermia
Nyeri Akut

Operasi
Kurang informasi Anastesi
Luka Insisi
Defisit
krisis
Kerusakan Jaringan Pintu masuk Kuman Pengetahuan Anastesi
situasional

Peristaltic usus
Ujung sayaraf terputus Resiko infeksi Ansietas

Distensi abdomen
Pelepasan Prostagladin
Mual Muntah
Nyeri Akut
Spinal cord
Resiko Hipovolemia
Cortex serebri Nyeri dipersepsikan

Bagan 2.1

Sumber: (Nurarif & Kusuma, 2016)


8. Penatalaksanaan Medis

Menurut (Wijaya & Putri, 2013) penatalaksanaan medis pada

appendisitis meliputi :

a. Sebelum operasi

1) Observasi

Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala

appendisitis seringkali belum jelas, dalam keadaan ini observasi ketat

perlu dilaksanakan. Klien diminta melakukan tirah baring dan

dipuasakan.

Pemeriksaan abdomen dan rektal serta pemeriksaan darah

(leukosit dan hitung jenis) diulang secara periodik, foto abdomen dan

toraks tegak dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya penyulit

lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan dengan lokalisasi

nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan.

2) Antibiotik

Antibiotik diberikan untuk mencegah terjadinya infeksidan

abses intra abdominal luka operasi pada klien apendiktomi.Antibiotik

diberikan sebelum, saat, hingga 24 jam pasca operasi dan melalui cara

pemberian intravena (IV) (Sulikhah, 2014).

b. Operasi

Tindakan operasi yang dapat dilakukan adalah apendiktomi.

Apendiktomi adalah suatu tindakan pembedahan dengan cara

membuang apendiks (Wiwik Sofiah, 2017). Indikasi dilakukannya


operasi apendiktomi yaitu bila diagnosa appendisitis telah ditegakkan

berdasarkan gejala klinis. Pada keadaan yang meragukan diperlukan

pemeriksan penunjang USG atau CT scan.

Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau

spinal dengan insisi pada abdomen bawah. Anastesi diberikan untuk

memblokir sensasi rasa sakit. Efek dari anastesi yang sering terjadi pada

klien post operasi adalah termanipulasinya organ abdomen sehingga

terjadi distensi abdomen dan menurunnya peristaltik usus. Hal ini

mengakibatkan belum munculnya peristaltik usus (Mulya, 2015) .

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Kiik, 2018) dalam

4 jam pasca operasi klien sudah boleh melakukan mobilisasi bertahap,

dan dalam 8 jam pertama setelah perlakuan mobilisasi dini pada klien

pasca operasi abdomen terdapat peningkatan peristaltik ususbahkan

peristaltik usus dapat kembali normal. Kembalinya fungsi peristaltik

usus akan memungkinkan pemberian diet, membantu pemenuhan

kebutuhan eliminasi serta mempercepat proses penyembuhan.

Operasi apendiktomi dapat dilakukan dengan 2 teknik, yaitu

operasi apendiktomi terbuka dan laparaskopi apendiktomi.

Apendiktomi terbuka dilakukan dengan cara membuat sebuah sayatan

dengan panjang sekitar 2 – 4 inci pada kuadran kanan bawah abdomen

dan apendiks dipotong melalui lapisan lemak dan otot apendiks.

Kemudian apendiks diangkat atau dipisahkan dari usus (Dewi, 2015).


Sedangkan pada laparaskopi apendiktomi dilakukan dengan

membuat 3 sayatan kecil di perut sebagai akses, lubang pertama dibuat

dibawah pusar, fungsinya untuk memasukkan kamera super mini yang

terhubung ke monitor ke dalam tubuh, melalui lubang ini pula sumber

cahaya dimasukkan. Sementara dua lubang lain di posisikan sebagai

jalan masuk peralatan bedah seperti penjepit atau gunting. Ahli bedah

mengamati organ abdominal secara visual dan mengidentifikasi

apendiks. Apendiks dipisahkan dari semua jaringan yang melekat,

kemudian apendiks diangkat dan dikeluarkan melalui salah satu sayatan

(Hidayatullah, 2014).

Jika apendiks mengalami perforasi bebas, maka abdomen dicuci

dengan garam fisiologis dan antibiotika.Tindakan pembedahan dapat

menimbulkan luka insisi sehingga pada klien post operatif apendiktomi

dapat terjadi resiko infeksi luka operasi.

c. Pasca operasi

Dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui

terjadinya perdarahan di dalam, syok, hipertermia atau gangguan

pernapasan. Klien dibaringkan dalam posisi terlentang. Klien dikatakan

baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan. Puasa diteruskan sampai

fungsi usus kembali normal.

9. Komplikasi

Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan

appendisitis.Adapun jenis komplikasi menurut (Sulekale, 2016) adalah :


a. Abses

Abses merupakan peradangan apendiks yang berisi pus. Teraba

massa lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-

mula berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga yang

mengandung pus. Hal ini terjadi apabila appendisitis gangren atau

mikroperforasi ditutupi oleh omentum. Operasi appendektomi untuk

kondisi abses apendiks dapat dilakukan secara dini (appendektomi dini)

maupun tertunda (appendektomi interval). Appendektomi dini

merupakan appendektomi yang dilakukan segera atau beberapa hari

setelah kedatangan klien di rumah sakit. Sedangkan appendektomi

interval merupakan appendektomi yang dilakukan setelah terapi

konservatif awal, berupa pemberian antibiotika intravena selama

beberapa minggu.

b. Perforasi

Perforasi adalah pecahnya apendiks yang berisi pus sehingga

bakteri menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam

pertama sejak awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 24

jam.Perforasi dapat diketahui praoperatif pada 70% kasus dengan

gambaran klinis yang timbul lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih

dari 38,5° C, tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut, dan leukositosis

terutama Polymorphonuclear (PMN). Perforasi baik berupa perforasi

bebas maupun mikroperforasi dapat menyebabkan terjadinya peritonitis.

Perforasi memerlukan pertolongan medis segera untuk membatasi


pergerakan lebih lanjut atau kebocoran dari isi lambung ke rongga perut.

Mengatasi peritonitis dapat dilakukan oprasi untuk memperbaiki

perforasi, mengatasi sumber infeksi, atau dalam beberapa kasus

mengangkat bagian dari organ yang terpengaruh .

c. Peritonitis

Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum. Bila infeksi

tersebar luas pada permukaan peritoneum dapat menyebabkan timbulnya

peritonitis umum. Aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus

paralitik, usus meregang, dan hilangnya cairan elektrolit mengakibatkan

dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oliguria. Peritonitis disertai rasa

sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri abdomen, demam, dan

leukositosis. Penderita peritonitis akan disarankan untuk menjalani rawat

inap di rumah sakit. Beberapa penanganan bagi penderita peritonitis

adalah :

1) Pemberian obat-obatan. Penderita akan diberikan antibiotik suntik

atau obat antijamur bila dicurigai penyebabnya adalah infeksi jamur,

untuk mengobati serta mencegah infeksi menyebar ke seluruh tubuh.

Jangka waktu pengobatan akan disesuaikan dengan tingkat

keparahan yang dialami klien.

2) Pembedahan. Tindakan pembedahan dilakukan untuk membuang

jaringan yang terinfeksi atau menutup robekan yang terjadi pada

organ dalam.
B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

a. Data demografi

Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,

suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor register.

b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama

Nyeri pada daerah abdomen kanan bawah.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Klien mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan bawah yang

menembus kebelakang sampai pada punggung dan mengalami demam

tinggi

3) Riwayat kesehatan dahulu

Apakah klien pernah mengalami operasi sebelumnya pada colon.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis penyakit yang

sama.

c. Pemeriksaan fisik ROS (review of system)


1) Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak

menyeringai, konjungtiva anemis.

2) Sistem kardiovaskuler : ada distensi vena jugularis, pucat, edema, TD

>110/70mmHg; hipertermi.

3) Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada

simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping

hidung, tidak terpasang O2, tidak ada ronchi, whezing, stridor.

4) Sistem hematologi : terjadi peningkatan leukosit yang merupakan

tanda adanya infeksi dan pendarahan.

5) Sistem urogenital : ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit

pinggang serta tidak bisa mengeluarkan urin secara lancer.

6) Sistem muskuloskeletal : ada kesulitan dalam pergerakkan karena

proses perjalanan penyakit.

7) Sistem Integumen : terdapat oedema, turgor kulit menurun, sianosis,

pucat.

8) Abdomen : terdapat nyeri lepas, peristaltik pada usus ditandai dengan

distensi abdomen.

d. Pola fungsi kesehatan menurut Gordon.

1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Adakah ada kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol

dan kebiasaan olahraga (lama frekwensinya), karena dapat

mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.


2) Pola nutrisi dan metabolism.

Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan nutrisi akibat

pembatasan intake makanan atau minuman sampai peristaltik usus

kembali normal.

3) Pola Eliminasi.

Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi kandung

kemih, rasa nyeri atau karena tidak biasa BAK ditempat tidur akan

mempengaruhi pola eliminasi urine. Pola eliminasi alvi akan

mengalami gangguan yang sifatnya sementara karena pengaruh

anastesi sehingga terjadi penurunan fungsi.

4) Pola aktifitas.

Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa

nyeri, aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest berapa waktu

lamanya setelah pembedahan.

5) Pola sensorik dan kognitif.

Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan serta

pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu, orientasi

terhadap orang tua, waktu dan tempat.

6) Pola Tidur dan Istirahat.

Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga

dapat mengganggu kenyamanan pola tidur klien.


7) Pola Persepsi dan konsep diri.

Penderita menjadi ketergantungan dengan adanya kebiasaan gerak

segala kebutuhan harus dibantu. Klien mengalami kecemasan tentang

keadaan dirinya sehingga penderita mengalami emosi yang tidak

stabil.

8) Pola hubungan.

Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa

melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat.

penderita mengalami emosi yang tidak stabil.

9) Pemeriksaan diagnostic.

a) Ultrasonografi adalah diagnostik untuk apendistis akut.

b) Foto polos abdomen : dapat memperlihatkan distensi sekum,

kelainan non spesifik seperti fekalit dan pola gas dan cairan

abnormal atau untuk mengetahui adanya komplikasi pasca

pembedahan.

c) Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan

leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi.

d) Pemeriksaan Laboratorium.

(2) Darah : Ditemukan leukosit 10.000 – 18.0000 µ/ml.

(3) Urine : Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit.


2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon

klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya

baik yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI, 2017).

Berdasarkan pada semua data pengkajian diagnosa keperawatan

utama yang dapat muncul pada kl appendicitis, antara lain :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi (inflamasi

appendicitis).(D.0077)

b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik(Prosedur

oprasi). (D.0077)

c. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (Infeksi pada

appendicitis). (D.0130)

d. Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan secara

aktif (muntah). (D.0034)

e. Resiko hipovolemia ditandai dengan efek agen farmakologis

(D.0034)

f. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0080)

g. Resiko Infeksi ditandai dengan efek prosedur infasive (D.0142).

h. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0111)

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan adalah

perumusan tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan

pada klien berdasarkan analisa pengkajian agar masalah kesehatan dan

keperawatan klien dapat diatasi (Nurarif, A. H., & Kusuma, 2016).


Intervensi keperawatan Pre operatif

NO Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

1. Nyeri akut berhubungan (L.08066) Manajemen nyeri (I.08238).


dengan agen pencedera Setelah dilakukan Observasi :
fisiologi (inflamasi tindakan keperawatan 1.1 Identifikasi lokasi ,
appendicitis).(D.0077) 3x24 jam diharapkan karakteristik, durasi,
tingkat nyeri dapat frekuensi, kulaitas nyeri, skala
menurun dengan Kriteria nyeri, intensitas nyeri
Hasil : 1.2 Identifikasi respon nyeri non
1. Keluhan nyeri verbal.
menurun. 1.3 Identivikasi factor yang
2. Meringis menurun memperberat dan
3. Sikap protektif memperingan nyeri.
menurun. Terapeutik :
4. Gelisah menurun. 1.4 Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
1.5 Fasilitasi istirahat dan tidur.
1.6 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri.
Edukasi :
1.7 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
1.8 Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri .
Kolaborasi :
1.9 Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
2. Hipertermia berhubungan (L.14134) Manajemen hipertermia (I.15506).
dengan proses penyakit Setelah dilakukan Observasi :
(Infeksi pada appendicitis). tindakan keperawatan 2.1 Identifikasi penyebab
(D.0130) 3x24 jam diharapkan hipertermia.
termoregulasi membaik 2.2 Monitor suhu tubuh.
dengan Kriteria Hasil : 2.3 Monitor haluaran urine.
1. Menggigil menurun. Terapeutik :
2. Takikardi menurun. 2.4 Sediakan lingkungan yang
3. Suhu tubuh dingin.
membaik. 2.5 Longgarkan atau lepaskan
4. Suhu kulit membaik. pakaian.
2.6 Berikan cairan oral
Edukasi :
2.7 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
2.8 Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika
perlu.
3. Risiko Hipovolemia (L.0328) Manajemen hypovolemia
berhubungan dengan Setelah dilakukan (I.03116).
kehilangan cairan secara aktif tindakan keperawatan Observasi :
(muntah). (D.0034) 3x24 jam Status cairan 3.1 Periksa tanda dan gejala
membaik dengan hipovolemia.
Kriteria Hasil : 3.2 Monitor intake dan output
1 Kekuatan nadi cairan.
meningkat. Terapeutik :
2 Membrane mukosa 3.3 Berikan asupan cairan oral
lembap. Edukasi :
3 Frekuensi nadi 3.4 Anjurkan memperbanyak
membaik. asupan cairan oral.
4 Tekanan darah 3.5 Anjurkan menghindari
membaik. perubahan posisi mendadak.
5 Turgor kulit Kolaborasi :
membaik.
3.6 Kolaborasi peberian cairan IV.
4. Ansietas berhubungan dengan (L.01006) Reduksi ansietas
krisis situasional(D.0080) Setelah dilakukan (I.09314). Observasi :
tindakan keperawatan 4.1 Identivikasi saat tingkat
3x24 jam tingkat ansietas ansietas berubah.
menurun dengan Kriteria 4.2 Monitor tanda tanda ansietas
Hasil : verbal non verbal.
1. Verbalisasi 4.3 Temani klien untuk
kebingungan mengurangi kecemasan jika
menurun. perlu.
2. Verbalisasi khawatir 4.4 Dengarkan dengan penuh
akibat menurun. perhatian.
3. Prilaku gelisah 4.5 Gunakan pendekatan yang
menurun. tenang dan meyakinkan.
4. Prilaku tegang 4.6 Jelaskan prosedur, termasuk
menurun. sensasi yang mungkin
dialami.
4.7 Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama klien, jika perlu.
4.8 Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi.
4.9 Latih teknik relaksasi.
4.10 Kolaborasi pemberian
obat antiansietas jika perlu.
5. Defisit pengetahuan (L.12111) Edukasi Kesehatan (1.12384)
berhubungan dengan kurang Setelah dilakukan Observasi:
terpapar informasi (D.0111) tindakan keperawatan 5.1 Identifikasi kesiapan dan
3x24 jam diharapkan kemampuan menerima
tingkat pengetahuan informasi
membaik 5.2 Identifikasi faktor-faktor
Dengan kriteria hasil yang dapat meningkatkan
1. perilaku sesuai dan menurunkan motivasi
anjuran meningkat perilaku perilaku hidup
2. Kemampuan bersih dan sehat
menjelaskan Terapeutik:
pengetahuan suatu 5.3 Sediaakan materi dan media
topik meningkat pendidikan kesehatan
3. Pertanyaan tentang 5.4 Jadwalkan pendidikan
masalah yang kesehatan sesuai
dihadapi menurun kesepakatan
4. Persepsi yang keliru 5.5 Berikan kesempatan untuk
terhadap masalah bertanya
menurun Edukasi
5.6 Jelaskan faktor risiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan
5.7 Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
5.8 Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat

Tabel 2.2 Intervensi keperawatan post operatif

NO Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.08238)


dengan agen pencedera tindakan keperawatan Observasi :
fisik(Prosedur oprasi). tingkat nyeri (L.08066) 1.1 Identifikasi lokasi ,
(D.0077) karakteristik, durasi,
menurun dengan Kriteria frekuensi, kulaitas nyeri,
Hasil : intensitas nyeri, skala nyeri.
1. Keluhan nyeri 1.2 Identifikasi respon nyeri non
menurun. verbal.
2. Meringis menurun. 1.3 Identivikasi factor yang
3. Sikap protektif memperberat dan
menurun. memperingan nyeri.
4. Gelisah menurun. Terapeutik :
5. Frekuensi nadi 1.4 Berikan teknik non
membaik. farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
1.5 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri.
1.6 Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan
nyeri.
Edukasi :
1.7 Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri.
1.8 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
1.9 Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
1.10 Kolaborasi pemberian
analgetik bila perlu.
2. Risiko hipovolemia ditandai Setelah dilakukan Manajemen hypovolemia
dengan efek agen tindakan keperawatan (I.03116)
farmakologis (D.0034) Status cairan (L.0328) Observasi :
membaik dengan 2.1 Periksa tanda dan gejala
Kriteria Hasil : hipovolemia.
6 Kekuatan nadi 2.2 Monitor intake dan output
meningkat. cairan.
7 Membrane mukosa Terapeutik :
lembap. 2.3 Berikan asupan cairan oral
8 Frekuensi nadi Edukasi :
membaik. 2.4 Anjurkan memperbanyak
9 Tekanan darah asupan cairan oral.
membaik. 2.5 Anjurkan menghindari
10 Turgor kulit perubahan posisi mendadak.
membaik. Kolaborasi :
2.6 Kolaborasi peberian cairan IV.
3. Risiko Infeksi ditandai Setelah dilakukan Pencegahan infeksi (I.14539)
dengan efek prosedur infasive tindakan keperawatan Observasi :
(D.0142). tingkat infeksi (L.14137) 2.1 Monitor tanda dan gejala
dengan Kriteria Hasil : infeksi local dan sistemik.
2. Kebersihan tangan 2.2 Batasi jumlah pengunjung
meningkat. 2.3 Berikan perawatan kulit pada
3. Kebersihan badan area edema.
meningkat. 2.4 Cuci tangan seblum dan
4. Demam, kemerahan, sesudah kontak dengan klien
nyeri, bengkak dan lingkungan klien.
menurun. 2.5 Pertahankan teknik aseptic
5. Kadar sel darah putih pada klien beresiko tinggi.
meningkat. Edukasi :
2.6 Jelaskan tanda dan gejala
infeksi.
2.7 Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar.
2.8 Ajarkan etika batuk.
2.9 Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi.
2.10 Anjurkan meningkatkan
asupan cairan.
Kolaborasi :
2.11 Kolaborasi pemberian
imunisasi jika perlu.

4. Pelaksanaan Tindakan keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan

yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria

hasil yang diharapkan (Potter, P., & Perry, 2014).

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan

dimana rencana keperawatan dilaksanakan melaksanakan

intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk

melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana

perawatan klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan

efektif terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas

perawatan klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau

dan mencatat respons klien terhadap setiap intervensi dan

mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan

lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan

merevisi rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya

(Wilkinson.M.J, 2012).
Komponen tahap implementasi :

1. Tindakan keperawatan mandiri.

2. Tindakan keperawatan edukatif.

3. Tindakan keperawatan kolaboratif.

4. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan

keperawatan.

5. Evaluasi Keperawatan

Menurut (Setiadi, 2012) dalam buku konsep dan penulisan asuhan

keperawatan tahapan penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang

sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah

ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan

klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Terdapa dua jenis evaluasi:

a. Evaluasi Formatif (Proses)

Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan

dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera

setelah perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna

menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

Perumusan evaluasi formatif ini meliputi 4 komponen yang dikenal

dengan istilah SOAP :

1) S (subjektif) : Data subjektif dari hasil keluhan klien, kecuali pada

klien yang afasia.


2) O (objektif) : Data objektif dari hasi observasi yang dilakukan

oleh perawat.

3) A (analisis) : Masalah dan diagnosis keperawatan klien yang

dianalisis atau dikaji dari data subjektif dan data objektif.

4) P (perencanaan) : Perencanaan kembali tentang pengembangan

tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan

datang dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien.

b. Evaluasi Sumatif (Hasil)

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua

aktivitas proses keperawatan selesi dilakukan. Evaluasi sumatif ini

bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang

telah diberikan. Ada 3 kemungkinan evaluasi yang terkait dengan

pencapaian tujuan keperawatan (Setiadi, 2012), yaitu:

1) Tujuan tercapai atau masalah teratasi jika klien menunjukan

perubahan sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

2) Tujuan tercapai sebagian atau masalah teratasi sebagian atau klien

masih dalam proses pencapaian tujuan jika klien menunjukkan

perubahan pada sebagian kriteria yang telah ditetapkan.

3) Tujuan tidak tercapai atau masih belum teratasi jika klien hanya

menunjukkan sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekalI


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2007). Asuhan Keperawatan : Appendiksitis,


http://saktyairlangga.wordpress.com/2011/11/26/asuhan-keperawatan-
apendisitis/ = Diunduh pada tangal 25 Maret 2021

Arifin, D. S. (2014). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Post Operatif


Apendiktomy et cause Appendisitis Acute.
Burkitt, and R. (2007). Appendicitis. In: Essential Surgery Problems, Diagnosis,
& Management . (4th ed.). London: Elsevier Ltd.
Dewi, A. A. W. T. (2015). Evaluasi Penggunaan Antibiotika Profilaksis Pada klien
Operasi Appendisitis Akut di Instalasi Rawat Inap RS Baptis Batu Jawa Timur.
Eylin. (2009a). Karakteristik Klien dan Diagnosis Histologi Pada Kasus
Appendisitis Berdasarkan Data Registasi di Departemen Patologi Anatomi
Fakultas Kedokteran UI RSUP Cipto Mangunkusumo.
Hidayatullah, R. M. R. (2014). Efektivitas Antibiotik yang Digunakan pada Pasca
Operasi Appendisitis Di RUMKITAL dr . Mintohardjo Jakarta Pusat.
Jong, S. & de. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Kiik, S. M. (2018). Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Waktu Pemulihan
Peristaltik Usus Pada Ruang ICU BPRSUD Labuang Baji Makassar.
Mulya, R. E. (2015). Pemberian Mobilisasi Dini Terhadap Lamanya Penyembuhan
Luka Post Operasi Apendiktomi.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis
Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus.
Jogjakarta: Mediaction.
PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Sibuea, S. H. (2014). Perbedaan Antara Jumlah Leukosit darah Pada Klien
Appendisitis Akut dengan Appendisitis Perforasi di RSUP Dr. Kariadi
Semarang.
Sjamsuhidajat & de jong. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta.
Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brurner &
Suddarath (8th ed.). Jakarta: EGC.
Sofiah, Wiwik. (2017). Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Post Op
Apendiktomi Dengan Resiko Infeksi di RSUD Kota Jakarta Utara. 8(2), 1–10.
Sulekale, A. (2016). Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kasus
Appendisitis di Rumah Sakit Santa Anna Kendari.
Sulikhah, N. M. (2014). Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pasein
Operasi Apendiktomi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi. 1–12.
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.
FORMAT PENGKAJIAN DATA
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

BIODATA

Nama : Tn.R
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 21 Tahun
Status Perkawinan : Belum Kawin _
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMA _
Alamat : Surakarta

No. Regester :
Tanggal MRS : _
Tanggal Pengkajian : 5/07/2021 _
Diagnosa Keoperawatan : Appendicitis

RIWAYAT KESEHATAN KLIEN

1. Keluhan Utama / Alasan Masuk Rumah Sakit :


Klien nyeri pada perut sebelah kanan bawah, yang dirasakan sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien juga mengeluhkan nafsu makan berkurang, kadang mual dan muntah, serta demam.

2. Riwayat Penyakit Sekarang :


Riwayat kesehatan pasien datang ke Rumah Sakit Mawar Surakarta pada tanggal 05 07 2021 pukul 08.00 WIB
dengan keluhan utama nyeri pada perut sebelah kanan bawah, yang dirasakan sejak 4 hari sebelum masuk rumah
sakit. Pasien juga mengeluhkan nafsu makan berkurang, kadang mual dan muntah, serta demam. Pasien baru
pertama kali dirawat di rumah sakit dan dilakukan tindakan operasi.klien mengatakan cemas. Hasil Pemeriksaan
fisik diperoleh hasil keadaan umum baik, compos mentis, BB: 71 kg, TB: 170 cm, tekanan darah 130/90 mmHg,
nadi 104 x/mnt, suhu 37,80C, dan pernapasan 20x/mnt, normal pada semua organ kecuali pada bagian abdomen
dimana diperoleh hasil inspeksi simetris, bising usus 15 x/mnt, tympani saat diperkusi, nyeri tekan pada titik
Mc.Burney dan nyeri terasa sampai epigastrium, ditemukan tanda psoas positif. Pengkajian Alvarado terdapat
tanda tanda nyeri saat bergerak nyer 9, mual/muntah, anoreksia, nyeri saat ditekan atau diraba, demam, serta terjadi
leukositosis. Pengkajian nyeri abdomen diperoleh hasil P (provoking): bertambah nyeri saat batuk, miring ke
kanan, ataupun saat diraba, Q (quality): nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk, R (region): nyeri pada perut kanan
bawah sampai epigastrium, S (severity): skala nyeri 7, T (time): nyeri terasa terus menerus.
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu :
Tidak ada

4. Riwayat Kesehatan Keluarga :


Klien mengatakan tidak ada riwayat kesehatan keluarga

POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI


A. POLA TIDUR/ISTIRAHAT :
1. Waktu tidur : Tidur malam pukul 19.00 WIB, Tidak pernah tidur siang
2. Waktu Bangun : Bangun tidur pukul 04.00 WIB
3. Masalah tidur : klien mengatakan tidur sering terbangun kualitas tidur klien 3-4 jam/hari
4. Hal-hal yang mempermudah tidur :
Suasana tidak panas dan gerah, sunyi tidak ada suara berisik , suara yang gaduh
5. Hal-hal yang mempermudah Klien terbangun :
Suara keras yang mendadak, serta ketika ada rasa BAB dan BAK, dan suara berisik
B. POLA ELIMINASI :
1. BAB : 1-2 Kali sehari

2. BAK : 4-5 kali sehari


3. Kesulitan BAB/BAK : Tidak ada kesulitan BAB/BAK
4. Upaya/ Cara mengatasi masalah tersebut :
Klien membatasi minum sebelum tidur

C. POLA MAKAN DAN MINUM :


1. Jumlah dan jenis makanan : 1/2 p o r s i kecil, jenis makan yang diberikan halus seperti bubur
2. Waktu Pemberian Makan : 2 - 3 k a l i s e h a r i
3. Jumlah dan Jenis Cairan : 1-2 liter, air putih
4. Waktu Pemberian Cairan : 2-3 Kali sehari, dan sewaktu-waktu jika klien haus
5. Pantangan : tidak terkaji
6. Masalah Makan dan Minum :
a. Kesulitan mengunyah : Tidak ada masalah
b. Kesulitan menelan : Tidak ada kesulitan
c. Mual dan Muntah : ada mual dan ada muntah 3x/hari
d. Tidak dapat makan sendiri : Klien makan secara mandiri

7. Upaya mengatasi masalah : tidak ada masalah

29
D. KEBERSIHAN DIRI/PERSONAL HYGIENE :
1. Pemeliharaan Badan : K l i e n m a n d i 2 x 1 s e h a r i , dengan cara diseka, b e r g a n t i p a k a
iansecararutin2-3kalisehari
2. Pemeliharaan Gigi dan Mulut : Klien gosok gigi saat mandi, gigi dan mulut bersih
3. Pemeliharaan Kuku : kuku klien rapi dan rutin memotong kuku jika nampak panjang dan kotor

E. POLA KEGIATAN/AKTIVITAS LAIN :


Aktivitas dan latihan klien dibantu keluarga seperti makan, minum, mandi, berpindah dari tempat tidur.

F. DATA PSIKOSOSIAL
A. Pola Komuniasi : Pola Komunikasi kooperatif, baik, mudah di pahami dan jelas
B. Orang yang paling dekat dengan Klien : suami , a n a k d a n s a n a k s a u d a r a
C. Rekreasi : Jarang rekreasi selama sakit
Hobby : bercocok tanam
Penggunaan waktu senggang : Digunakan untuk istirahat
B. Dampak dirawat di Rumah Sakit : klien mengatakan sedikit cemas terhadap penyakitnya
C. Hubungan dengan orang lain / Interaksi social : tidak ada permasalahan, hubungan dengan keluarga, dan
masyarakat baik
D. Keluarga yang dihubungi bila diperlukan : suami dan anaknya

H. DATA SPIRITUAL
A. Ketaatan Beribadah : Klien mengatakan jarang ibadah sholat 5 waktu

B. Keyakinan terhadap sehat / sakit : Sakitnya adalah cobaan dari Allah SWT, klien sabar dan ikhlas terhadap
penyakitnya.

………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
30
C. Keyakinan terhadap penyembuhan : Klien percaya jika penyakitnya bisa disembuhkan

PEMERIKSAAN FISIK :
A. Kesan Umum / Keadaan Umum : Keadaan Umum lemah
B. Tanda-tanda Vital
Suhu Tubuh : 37,8°C Nadi :104x/mnt
Tekanan darah : 130 / 90 mmHg Respirasi : 20x / m n t
Tinggi badan : 170 cm Berat Badan : 71Kg
IMT : 24,6 (berlebih)
B. Pemeriksaan Kepala dan Leher :
1. Kepala dan rambut
a. Bentuk Kepala :Simestris
Ubun-ubun : teraba keras
Kulit kepala : Bersih tidak ada ketombe, kering
b. Rambut : Bersih
Penyebaran dan keadaan rambut : penyebaran merata
Bau : tidak ada bau
Warna : Sebagian sudah nampak uban pada area depan dan samping
c. Wajah : Bersih terawat
Warna kulit : Sawo matang kecoklatan
Struktur Wajah : Struktur lengkap, tidak ada kecacatan

2. M a t a
a. Kelengkapan dan Kesimetrisan :
Mata lengkap, simetris keduanya
b. Kelopak Mata ( Palpebra ) :
Tidak ada benjolan, bersih, dapat membuka menutup dengan baik
c. Konjunctiva dan sclera :
Tidak nampak iritasi, kemeraha ndan tanda peradangan, ada kotoran di bagian mata sebelah kanan
d. P u p I l :
Pupil mata bulat simetris, tidak ada tanda kelainan
e. Kornea dan Iris : tidak nampak kelainan, katarak (-)
f. Ketajaman Penglihatan / Virus : *)
ketajaman penglihatan baik dan
berbentuk bulat
g. Tekanan Bola Mata :
h. Tidak ada tekanan bola
mata mata normal 19
mmHg
3. H I d u n g
a. Tulang Hidung dan Posisi Septum Nasi :
Simetris, tidak ada benjolan, tulang hidung kuat keras
b. Lubang Hidung :
Lubang hidung simetris, tidak ada penyumbatan,
c. Cuping Hidung :
Simetris, tidak nampak kelainan, tidak ada pernapasan cuping hidung
4. Telinga
a. Bentuk Telinga : Simetris
Ukuran Telinga : Ukuran telinga kiri dan kanan tidak ada perbedaan
Ketegangan telinga : Ketegangan telinga kiri dan kanan sama
b. Lubang Telinga : Lubang telinga luar nampak bersih
c. Ketajaman pendengaran : Klien pendengaran masih tajam tidak ada permasalahan
5. Mulut dan Faring :
a. Keadaan Bibir : Lembab, simetris, tidak ada sariawan
b. Keadaan Gusi dan Gigi : Bersih, gigi ada beberapa yang lepas, kondisi bersih
c. Keadaan Lidah : Keadaan lidah bersih, tidak ada sariawan
6. L e h e r :
a. Posisi Trakhea : tidak ada masalah, posisi normal
b. Tiroid : Tidak ada pembesaran, normal
c. Suara : Suara jelas tidak ada gangguan
d. Kelenjar Lymphe : tidak ada benjolan, tidak teraba pembesaran
e. Vena Jugularis : tidak ada pembesaran
f. Denyut Nadi Coratis : teraba cukup

C. Pemeriksaan Integumen ( Kulit ) :


a. Kebersihan : Bersih
b. Kehangatan : Akral hangat
c. Warna : Sawo matang kecoklatan
d. Turgor : Normal baik
e. Tekstur : kenyal dan bersih
f. Kelembapan : kelembapan cukup
g. Kelainan pada kulit : tidak nampak kelainan kulit

D. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak :

a.Ukuran dan bentuk payudara : bentuk simetris


b. Warna payudara dan Areola : kecoklatan
c. Kelainan-kelainan Payudara dan Putting : tidak ada benjolan
d. Axila dan Clavicula : tidak ada bejolan,
E. Pemeriksaan Thorak / Dada :
1. Inspeksi Thorak
a. Bentuk Thorak : Bentuk dada normal
b. Pernafasan
- Frekuensi : 20x/menit
- Irama : reguler, Lambat, teratur, hanya keluar-masuk lewat hidung
c. Tanda-tanda kesulitan bernafas : tidak ada kesulitan bernafas
2. Pemeriksaan Paru
a. Inspeksi:tidak ada tambahan otot bantu nafas
b. Palpasi getaran suara ( vokal Fremitus )
Vokal fremitus raba ada penurunan di paru sebelah kanan anterior
c. Perkusi : sonor, tidak terdengar redup dan nyaring
d. Auskultasi
- Suara nafas : reguler
- Suara Tambahan : tidak ada suara tambahan nafas
3. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi dan Palpasi
- Pulpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran jantung
- Ictus Cordis : teraba
b. Perkusi :
- Batas atas: ICS II line sternal dekstra Batas bawah: ICS V line midclavicula sinistra Batas kanan: ICS
III line sterna dekstra Batas kiri: ICS III line sterna sinistra
c. Aukultasi
- Bunyi Jantung I : reguler
- Bunyi Jantung II : reguler
- Bising/murmur : tidak ada
- Frekuensi Denyut Jantung : 104x/menit

F. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
- Bentuk Abdomen : Simetris, tidak nampak pembesaran, lesi dan kelainan permukaan
- Benjolan/massa : tidak teraba benjolan atau massa
b. Auskultasi
- Peristaltik Usus : 15x/menit
- Bunyi Jantung Anak/BJA :-

c. Palpasi
- Tanda nyeri tekan : ada nyeri tekan
- Benjolan /massa : Tidak teraba massa/benjolan
- Tanda-tanda Ascites : Tidak ada acites
- Hepar : tidak teraba pembesaran
- Titik Mc. Burne : ada nyeri saat penekanan nyeri terasa sampai epigastrium
d. Pekusi
- Suara Abdomen : tidak terdengar kembung
- Pemeriksaan Ascites : tidak terdengar massa cairan dia area perut.

G. Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Sekitarnya


1. Genetalia
a. Rambut pubis : persebaran rambut mearata
b. Meatus Urethra : tidak terkaji
c. Kelainan-kelainan pada Genetalia Eksterna dan Daerah Inguinal : Klien
mengatakan tidak ada kelainan
2. Anus dan Perineum
a. Lubang Anus : tidak dikaji
b. Kelainan-kelainan pada anus : Klien mengatakan tidak ada hernia, bejolan atau permasalahan lainya
c. Perenium : tidak dikaji klien berjenis kelamin perempuan

H. Pemeriksaan Muskuloskeletal ( Ekstrimis )


a) Kesimestrisan otot : simetris
b) Pemeriksaan Oedema : tidak ada oedema CRT<2detik
c) Kekuatan otot : 5/5 ekstrimitas atas – 5/5 ekstrimitas bawah
d) Kelainan-kelainan pada ekstrimitas dan kuku : tidak ada kelainan
I. Pemeriksaan Neorologi
1. Tingkat kesadaran ( secara kwantitatif )/ GCS : 15 E4V5M6
2. Tanda-tanda rangsangan Otak ( Meningeal Sign ) : (-) pemeriksaan kaku kuduk (nuchal rigidity), (-) tanda
Brudzinski I, (-) Brudzinski II, dan (-) Kernig.
3. Fungsi Motorik : Fungsi motorik baik, tidak ada permasalahan
4. Fungsi Sensorik : Baik, tidak ada permasalahan
5. Refleks :
a) Refleks Fisiologis : Refleks Glabela (+), Refleks Rahang Bawah (Jaw Reflex) (+),
Refleks Patella (Refleks Tendon Lutut) (+),Refleks Telapak Kaki (Plantar Reflex) (+)
b) Refleks Patologis : Refleks Babinski (-)

J. Pemeriksaan Status Mental


a. Kondisi emosi/Perasaan : Baik, bahagia dan terkontrol
b. Orientasi : baik, tidak ada kesalahan orientasi
c. Proses berfikir ( ingatan, atensi, keputusan, perhitungan ) : tidak ada permasalahan
d. Motifikasi ( kemampuan ) : kemampuan baik
e. Persepsi : tidak ada permasalahan
f. Bahasa : Indonesia dan bahasa jawa

PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Diagnosa Medis : Appendicitis

B. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang Medis : Klien tidak menyimpan hasil lab dan berkas kelengkapan
pemeriksaan sewaktu di opname)
1. Laboratorium :
Pemeriksaan Hasil Satuan
Hemoglobin 13,9 g/dl
Hematokrit 7 42 %
p l Leukosit 15,7 Ri ribu/ul
Trombosit 52 238 ribu/ul
Eritrosit 55 4,73 Juta/ul
Eosinofil 17 30 %
B Basofil -4 0,20 %
Neutrofil 8 85,70%, %
Li Limfosit 85 8,70 %
Monosit M 5,10 %
2. Rontgen : -
3. ECG : -
4. USG : Appendisitis
5. Lain – lain : -

PENATALAKSANAAN DAN TERAPI


a. RL 20tpm

Mahasiswa

Aliqul Safik
P17212205051
ANALISA DATA

Nama Pasien : Tn. R


Umur : 21 Th
No.Rekam Medik : -

TGL ETIOLOGI MASALAH


DATA FOKUS
05/7/ DS: Agen Pencedera Fisiologi Nyeri Akut
2021 Klien mengatakan nyeri pada perut (Inflamasi Appendicitis)
sebelah kanan bawah
DO:
- k/u lemah
- TTV:
TD: 130/90 mmHg
N: 104X/menit
RR:20X/menit
S:37,8 0C
- Wajah klien nampak meringi
kesakitan
- Klien nampak memegangi
area yang sakit
- P (provoking): bertambah
nyeri saat batuk, miring ke
kanan, ataupun saat diraba
Q (quality): nyeri terasa
seperti tertusuk-tusuk
R (region): nyeri pada perut
kanan bawah sampai
epigastrium
S (severity): skala nyeri 7
- Nyeri alvarado 9
- Nyeri Mc.burney(+)
- Psoas positif
ANALISA DATA
Nama Pasien : Tn. R
Umur : 21 Th
No.Rekam Medik : -

TGL ETIOLOGI MASALAH


DATA FOKUS
05/7/ DS: Proses Penyakit (Infeksi Hipertermia
2021 Klien mengatkan tubuhnya demam Pada Appendicitis
DO:
- TTV:
TD: 130/90 mmHg
N: 104X/menit
RR:20X/menit
S:37,8 0C
- Klien nampak menggigil
- Leukosit 15,7 ribu/ul
ANALISA DATA

Nama Pasien : Tn. R


Umur : 21 Th
No.Rekam Medik : -

TGL ETIOLOGI MASALAH


DATA FOKUS
05/7/ DS: Kehilangan Cairan Secara Risiko hipovelemi
2021 Klien mengatakan tidak nafsu makan Aktif (Muntah)
, mual dan muntah
DO:
- TTV:
TD: 130/90 mmHg
N: 104X/menit
RR:20X/menit
S:37,8 0C
- Klien nampak mual
- Klien muntah 3x/hari
- Klien menghabiskan makan
½ porsi
ANALISA DATA

Nama Pasien : Tn. R


Umur : 21 Th
No.Rekam Medik : -

TGL ETIOLOGI MASALAH


DATA FOKUS
05/7/ DS: Krisis Situasional Ansietas
2021 Klien mengatakan takut akan
dilakukan tindakan operasi
DO:
- k/u lemah
- pasien sering bertanya
kirakira operasinya akan lama
atau tidak
- akral dingin
- klien nampak gelisah
ANALISA DATA

Nama Pasien : Tn. R


Umur : 21 Th
No.Rekam Medik : -

TGL ETIOLOGI MASALAH


DATA FOKUS
05/7/ DS: Kurang Terpapar Defisit Pengetahuan
2021 Klien mengatakan takut dan sering Informasi
bertanya mengenai jalannya operasi,
berapa lama operasinya akan
berlangsung
DO:
- klien nampak sering bertanya
mengenai jalannya operasi,
berapa lama operasinya akan
berlangsung
- klien nampak bingung
- klien mengatakan baru
pertama kali operasi
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn.R


Umur : 21 Th
No.Rekam Medik : -

NO MASALAH MASALAH
MASALAH/DIAGNOSA
DX. DITEMUKAN TERATASI

Tgl Paraf Tgl Paraf


1 Nyeri akut berhubungan dengan 5/7/2021 5/7/2021
agen pencedera fisiologi (inflamasi
appendicitis) ditandai dengan Klien
mengatakan nyeri pada perut sebelah
kanan bawah
2 Hipertermia berhubungan dengan
proses penyakit (Infeksi pada 5/7/2021 5/7/2021
appendicitis) ditandai dengan Klien
mengatkan tubuhnya demam

3 Risiko Hipovolemia berhubungan


dengan kehilangan cairan secara 5/7/2021 5/7/2021
aktif (muntah) ditandai dengan Klien
mengatakan tidak nafsu makan , mual
dan muntah

4 Ansietas berhubungan dengan 5/7/2021 5/7/2021


kurang terpapar informasi ditandai
dengan Klien mengatakan takut akan
dilakukan tindakan operasi

5 Defisit pengetahuan berhubungan


dengan kurang terpapar informasi 5/7/2021 5/7/2021
ditandai dengan Klien mengatakan takut
dan sering bertanya mengenai jalannya
operasi, berapa lama operasinya akan
berlangsung
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn.R


Umur : 21 Th
No.Rekam Medik : -

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TD
TANGGAL
1. 05/7/2021 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi
(inflamasi appendicitis)
2. 05/7/2021 Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
(Infeksi pada appendicitis)

Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi


3. 05/7/2021

4. 05/7/2021
Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang
terpapar informasi

5. 05/7/2021 Risiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan


cairan secara aktif (muntah)
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn.R


Umur : 21 Th
No.Rekam Medik : -

HARI/T
NO ANGG DIAGNOSA KEP TUJUAN DAN KRITERIA HASIL TINDAKAN KEPERAWATAN RASIONAL
AL
1 05/7/20 Nyeri akut berhubungan (L.08066) Manajemen nyeri 1.08238 1. Observasi
21 dengan agen pencedera - Untuk mengetahui
Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi
fisiologi (inflamasi skala nyeri klien
appendicitis) (D.0077) keperawatan 3x24 jam diharapkan - Identifikasi skala nyeri - Untuk mengetahui
respon klien terhadap
tingkat nyeri dapat menurun dengan - Identifikasi respon nyeri non verbal
nyeri
Kriteria Hasil : 2. Terapiutik 2. Terapiutuk
- Untuk meredakan
1. Keluhan nyeri menurun - Berikan teknik nonfarmakologis
nyeri
untuk mengurangi rasa nyeri
2. Meringis menurun 3. Edukasi
3. Edukasi
- Untuk meredakan
- Ajarkan tekhnik nonfarmakologis
nyeri
untuk mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
4. Kolaborasi
- Untuk meredakan
- Kolaborasi dalam pemberian
nyeri
analgetik
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn.R


Umur : 21 Th
No.Rekam Medik : -

HARI/T
NO ANGG DIAGNOSA KEP TUJUAN DAN KRITERIA HASIL TINDAKAN KEPERAWATAN RASIONAL
AL
2 05/7/20 Hipertermia berhubungan L.14134 Manajemen Hipertermi 1.15506
21 dengan proses penyakit 1. Observasi
Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi
(Infeksi pada appendicitis) - Untuk memantau suhu
D.0130 keperawatan 3x24 jam, maka - Monitor suhu tubuh klien dalam batas normal
2. Terapiutuk
diharapkan termogulasi membaik 2. Terapiutik
- Untuk menurunkan
dengan kriteria hasil : - Lakukan pendinginan eksternal demam
(mis. kompres dingin pada dahi, 3. Edukasi
1. suhu tubuh membaik
leher, dada, abdomen, dan aksilia) - Untuk mengurangi
2. leukosit membaik 3. Edukasi kelelahan
- Anjurkan tirah baring 4. Kolaborasi
3. keluhan menggigil menurun
4. Kolaborasi - Untuk mencegah
- Kolaborasi pemberian cairan dan dehidrasi
elektrolit intravena

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Nama Pasien : Tn.R
Umur : 40 Th
No.Rekam Medik : -

HARI/T
NO ANGG DIAGNOSA KEP TUJUAN DAN KRITERIA HASIL TINDAKAN KEPERAWATAN RASIONAL
AL
3. 05/7/20 Risiko Hipovolemia (L.0328) Manajemen hypovolemia (I.03116)
21 berhubungan dengan 1. Observasi
Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi
kehilangan cairan secara - Untuk mempertahan
aktif (muntah). (D.0034) keperawatan 3x24 jam Status cairan - Monitor intake dan output cairan kan keseimbangan
cairan
membaik dengan Kriteria 2. Terapiutik
2. Terapiutuk
Hasil : - Berikan asupan cairan oral - Untukmemenuhi
3. Edukasi kebutuhan cairan
1 Frekuensi nadi membaik
- Anjurkan menghindari perubahan 3. Edukasi
2 Tekanan darah membaik posisi mendadak. - Untuk menghindari
4. Kolaborasi terjadinya syok
3 Keluhan mual dan muntah
- Kolaborasi pemberian cairan IV hipovelemi
menurun 4. Kolaborasi
- Untuk memenuhi
4 Nafsu makan meningkat
kebutuhan cairan
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn.R


Umur : 21 Th
No.Rekam Medik : -

HARI/T
NO ANGG DIAGNOSA KEP TUJUAN DAN KRITERIA HASIL TINDAKAN KEPERAWATAN RASIONAL
AL
4. 05/7/20 Ansietas berhubungan (L.01006) Reduksi ansietas (I.09314)
21 dengan krisis 1. Observasi
Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi
situasional(D.0080) - Untuk mengetahui
keperawatan 3x24 jam tingkat - Ukur tanda-tanda ansietas tingkat kecemasan
klien
ansietas menurun dengan Kriteria 2. Terapiutik
2. Terapiutuk
Hasil : - Gunakan pendekatan yang tenang dan - Untuk menenangkan
meyakinkan klien
1. Keadaan umum membaik
- Diskusikan kepada klien penyebab - Untuk mengetahui
2. Keluhan sering bertanya kecemasan penyebab klien cemas
(Mendiskusikan dengan klien - Untuk memberi
menurun
penyebab cemas dan memotivasi dukungan kepada klien
3. Akral membaik pasien untuk tetap tenang sebelum mengurangi
melakukan operasi) kecemasan
4. Perasaan gelisah menurun
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama 3. Edukasi
pasien - Untuk mengurangi
3. Edukasi kecemasan pada klien
- Latih teknik relaksasi nafas dalam
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn.R


Umur : 21 Th
No.Rekam Medik : -

HARI/T
NO ANGG DIAGNOSA KEP TUJUAN DAN KRITERIA HASIL TINDAKAN KEPERAWATAN RASIONAL
AL
5. 05/7/20 Defisit pengetahuan (L.12111) Edukasi Kesehatan (1.12384)
21 1. Observasi
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi
- Untuk mengetahui
kurang terpapar keperawatan 3x24 jam diharapkan - Identifikasi kesiapan dan kemampuan kesiapan klien dalam
menrima informasi
informasi (D.0111) tingkat pengetahuan membaik menerima informasi
2. Terapiutuk
Dengan kriteria hasil 2. Terapiutik - Untuk memberikan
pengetahuan kepada
perilaku sesuai anjuran meningkat - Sediaakan materi dan media pendidikan
klien
1. Keluhan sering bertanya kesehatan - Untuk memeberi
kesempatan pada klien
menurun - Berikan kesempatan untuk bertanya
beratanya
2. Perilaku bingung menurun 3. Edukasi 3. Edukasi
- Jelaskan faktor risiko yang dapat - Untuk mengetahui
fakto resiko yang
mempengaruhi kesehatan
mempengaruhi
kesehatan
CATATAN TINDAKAN ( IMPLEMENTASI)
Nama Pasien : Tn.R
Umur : 21 Th
No.Rekam Medik : -
TANG TINDAKAN RESPON KLIEN
GAL NO DX KEP KEPERAWATAN Paraf
JAM
05/7/20 1 - Mengukur skala nyeri - klien mengatkan perut
21
menggunakan skala sebelah kanan bawah
23.30
numeric rating scale masih nyeri
S:7 - klien meringis kesakitan
23.35 Skala alvarado: 9 - klien mampu memahami
- Melihat respon nyeri non dan menerapkan teknik
verbal realksasi nafas dalam
Klien meringis kesakitan
23.45
- Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Teknik relaksasi nafas
dalam
23.50
- Mengajarkan tekhnik
nonfarmakologis teknik
relaksasi nafas dalam untuk
mengurangi rasa nyeri
23.55
- berkolaborasi dalam
pemberian analgetik
CATATAN TINDAKAN ( IMPLEMENTASI)
Nama Pasien : Tn.R
Umur : 21 Th
No.Rekam Medik : -
TANG TINDAKAN RESPON KLIEN
GAL NO DX KEP KEPERAWATAN Paraf
JAM
05/7/20 2 - Mengukur suhu tubuh klien - Klien mengatakan tubuh
21
(S:37,8 0C) masih demam
23.55
- Melakukan. kompres dingin - Klien mengatakan masih
24.00
pada dahi menggigil
24.05 - Meganjurkan klien tirah - Klien mengatkan
baring mengikuti anjuran tirah
24.10
- Berkolaborasi pemberian baring dengan cara tidur
cairan dan elektrolit intravena diatas tempat tidur
Infus RL 20 tpm
CATATAN TINDAKAN ( IMPLEMENTASI)
Nama Pasien : Tn.R
Umur : 21 Th
No.Rekam Medik : -
TANG TINDAKAN RESPON KLIEN
GAL NO DX KEP KEPERAWATAN Paraf
JAM
05/7/20 3 - Mengukur intake dan output - Klien mengatakan masih
21
cairan mual dan muntah
24.15
- Memberikan asupan cairan - Klien makan dan minum
24.30
oral (memberikan minum sedikit
24.35 pada klien) - Klien berpindah posisi
- Menganjurkan menghindari secara pelan seperti miring
perubahan posisi mendadak kanan dan kiri dan duduk
(menganjurkan klien seacra perlahan
berpindah posisi baik miring
kana dan kiri dan duduk secara
perlahan)
24.40
- Berkolaborasi pemberian
cairan IV
RL 20 tpm
CATATAN TINDAKAN ( IMPLEMENTASI)
Nama Pasien : Tn.R
Umur : 21 Th
No.Rekam Medik : -
TANG TINDAKAN RESPON KLIEN
GAL NO DX KEP KEPERAWATAN Paraf
JAM
05/7/20 4 - Lihat tanda-tanda ansietas - Klien mengatakan masih
21
- Menggunakan pendekatan takut dan cemas ,klien
24.45
24.50 yang tenang dan meyakinkan sering bertanya tentang
24.55
- Mendiskusikan kepada klien tindakan operasi lama atau
penyebab kecemasan tidak
(Mendiskusikan dengan klien - Klien koperatif saat
penyebab cemas dan ditanya
memotivasi pasien untuk tetap - Klien mengatakan cemas
tenang sebelum melakukan karena takut operasi karena
operasi) baru pertama kali
01.00
- Menganjurkan keluarga untuk - Klien ditemani orang
tetap bersama pasien tuanya selama perawatan
01.05
- Melatih teknik relaksasi nafas - Klien mampu dan mau
dalam melakukan teknik relaksasi
napas dalam
CATATAN TINDAKAN ( IMPLEMENTASI)
Nama Pasien : Tn.R
Umur : 21 Th
No.Rekam Medik : -
TANG TINDAKAN RESPON KLIEN
GAL NO DX KEP KEPERAWATAN Paraf
JAM
05/7/20 5 - Melihat kesiapan dan - Klien mengatakan takut
21 dan sering bertanya
kemampuan menerima
01.10 mengenai jalannya operasi,
informasi berapa lama operasinya
01.15 akan berlangsung dan klien
- Menyediakan materi dan
nampak bingung
01.20 media pendidikan kesehatan - Menyediakan leaflet
operasi appendicitis
- Memberikan kesempatan
- Klien nampak bertanya
01.25 untuk bertanya bertanya mengenai
jalannya operasi, berapa
- Menjelaskan bahaya apendik
lama operasinya akan
jika tidak di operasi dapat berlangsung
- Klien mampu memahami
mengakibatkan apendiks
dan menyebutkan kembali
pecah dan terbentuk kantung bahaya apendicitis
nanah di perut
CATATAN TINDAKAN ( IMPLEMENTASI)
Nama Pasien : Tn.R
Umur : 21 Th
No.Rekam Medik : -
TANG TINDAKAN RESPON KLIEN
GAL NO DX KEP KEPERAWATAN Paraf
JAM
05/7/20 1 - Mengukur skala nyeri - klien mengatkan nyeri pada
21
menggunakan skala perut bagian kanan bawah
09.10
numeric rating scale berkurang
S:5 - klien sedikit tenang dan
09.15 Skala alvarado:9 rileks
- Melihat respon nyeri non - klien mampu memahami dan
verbal menerapkan teknik
09.20
Klien meringis kesakitan realaksasi nafas dalam
- Mengajarkan tekhnik
nonfarmakologis teknik
relaksasi nafas dalam
untuk mengurangi rasa
nyeri
- berkolaborasi dalam
09.25
pemberian analgetik
CATATAN TINDAKAN ( IMPLEMENTASI)
Nama Pasien : Tn.R
Umur : 21 Th
No.Rekam Medik : -
TANG TINDAKAN RESPON KLIEN
GAL NO DX KEP KEPERAWATAN Paraf
JAM
05/7/20 2 - Mengukur suhu tubuh klien - Klien mengatkan tubuh
21
(S:37,5 0C) demam dan menggigil
09.30
- Melakukan. kompres dingin berkurang
09.35
pada dahi - Klien mengatkan mengikuti
09.40 - Meganjurkan klien tirah anjuran tirah baring dengan
baring cara tidur diatas tempat tidur
09.45 - Berkolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena
RL 20 tpm
CATATAN TINDAKAN ( IMPLEMENTASI)
Nama Pasien : Tn.R
Umur : 21 Th
No.Rekam Medik : -
TANG TINDAKAN RESPON KLIEN
GAL NO DX KEP KEPERAWATAN Paraf
JAM
05/7/20 3 - Mengukur intake dan output - Klien mengatakan mual dan
21
cairan muntah berkurang
09.50
- Memberikan asupan cairan - Klien makan dan minum
09.55
oral (memberikan minum air mulai banyak
putih pada klien) - Klien berpindah posisi
- Menganjurkan menghindari secara pelan seperti miring
10.00
perubahan posisi mendadak kanan dan kiri dan duduk
(menganjurkan klien seacra perlahan
berpindah posisi baik miring
kana dan kiri dan duduk
secara perlahan)
- Berkolaborasi pemberian
10.05
cairan IV
RL 20 tpm
CATATAN TINDAKAN ( IMPLEMENTASI)
Nama Pasien : Tn.R
Umur : 21 Th
No.Rekam Medik : -
TANG TINDAKAN RESPON KLIEN
GAL NO DX KEP KEPERAWATAN Paraf
JAM
05/7/20 4 - Lihat tanda-tanda ansietas - Klien mengatakan sedikit
21
- Mendiskusikan kepada klien rileks dan tenang
10.10
10.15 penyebab kecemasan - Klien memahami tindakan
(Mendiskusikan dengan operasi yang akan dilakukan
klien penyebab cemas dan dan klien mengatakan siap
memotivasi pasien untuk menjalani operasi
tetap tenang sebelum - Klien ditemani orang tuanya
melakukan operasi) selama perawatan
10.20 - Menganjurkan keluarga - Klien mampu dan mau
untuk tetap bersama pasien melakukan teknik relaksasi
10.25 - Melatih teknik relaksasi napas dalam
nafas dalam
CATATAN TINDAKAN ( IMPLEMENTASI)
Nama Pasien : Tn.R
Umur : 21 Th
No.Rekam Medik : -
TANG TINDAKAN RESPON KLIEN
GAL NO DX KEP KEPERAWATAN Paraf
JAM
05/7/20 5 - Melihat kesiapan klien - Klien mengatakan sedikit
21 tenang dan rileks dan klien
dalam persiapan operasi dan
10.30 mampu menjelaskan
kemampuan menerima kembali apa yang dijelaskan
perawat kemarin
informasi
- Klien mampu memahami
- Menjelaskan bahaya apendik dan menyebutkan kembali
10.35 bahaya apendicitis
jika tidak di operasi dapat
mengakibatkan apendiks
pecah dan terbentuk kantung
nanah di perut
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn.R


Umur : 21 Th
No.Rekam Medik : -

NODIAGNOSA TANGGAL
KEP 05/7/2021 06/7/2021
1 S: S: S:
klien mengatakan perut sebelah klien mengatakan O:
kanan bawah masih nyeri nyeri pada perut A:
klien mampu menrapkan teknik sebelah kanan P:
relaksasi nafas dalam berkurang I :
O: O: E:
klien meringis kesakitan klien nampak
S:5 sedikit tenang dan
Nyeri alvarado:8 rileks rileks
A :Masalah belum teratasi S:4
P :Lanjutkan Intervensi 1-4 Nyeri alvarado :8
I : lanjutkan implementasi 1-4 A:
E: Masalah teratasi
klien masih nyeri sebagian
wajah klien grimace P:
Lanjutkan
intervensi
1-4
I :
Lanjutkan
implementasi 1-4
E:
Nyeri berkurang
Kolen nampak
rilkes dan tenang
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn.R


Umur : 21 Th
No.Rekam Medik : -

NODIAGNOSA TANGGAL
KEP 05/7/2021 06/7/2021
2 S: S: S:
Klien mengatkan Klien mengatkan O :
A:
tubuh demam dan tubuh demam dan
P:
menggigil menggigil berkurang I :
E:
O: O:
TD: 130/90 mmHg TD: 130/80 mmHg
N: 104X/menit N: 102X/menit
RR:20X/menit RR:20X/menit
S:37,8 0C S:37,2 0C
Tubuh klien nampak Menggigil berkurang
mengigil Klien nampak bed
Klien nampak bed res res
A :Masalah belum
teratasi A:
P :Lanjutkan Masalah teratasi
Intervensi 1-4 sebagian
I : lanjutkan P:Lanjutkan
implementasi 1-4 intervensi
E: 1-4
Demam masih klien I :
tampak menggigil Lanjutkan
implementasi 1-4
E:
Demam mulai
menurun
Menggigil menurun
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn.R


Umur : 21 Th
No.Rekam Medik : -

NODIAGNOSA TANGGAL
KEP 05/7/2021 06/7/2021
3 S: S: S:
Klien mengatakan Klien mengatakan O :
A:
masih mual dan mual dan muntah
P:
muntah berkurang I :
E:
O: O:
Klien masih mual Mual berkurang
Klien muntah 3x/hari Mntah 1x/hari
Nafsu makan klien Nafsu makan mulai
sedikit ¼ posri baik ½ porsi
A :Masalah belum A:
teratasi Masalah teratasi
P :Lanjutkan sebagian
Intervensi 1-4 P:Lanjutkan
I : lanjutkan intervensi
implementasi 1-4 1-4
E: I :
Klien masih mual Lanjutkan
dan muntah implementasi 1-4
Klien makan sedikit E:
Mual dan muntah
menurun
Nafsu makan
membaik
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn.R


Umur : 21 Th
No.Rekam Medik : -

NODIAGNOSA TANGGAL
KEP 05/7/2021 05/7/2021
4 S: S: S:
Klien mengatakan Klien mengatakan O :
A:
masih takut dan sedikit rileks dan
P:
cemas ,klien sering tenang I :
E:
bertanya tentang
O:
tindakan operasi
Keadaan umum
lama atau tidak cukup
Akral hangat
O:
Klien nampak sedikit
Keadaan umum
rileks dan tenang
lemah
A:
Akral dingin
Masalah teratasi
Klien sering bertanya
sebagian
tentang tindakan P:Lanjutkan
intervensi
operasi lama atau
1,3,4,5
tidak I :
Lanjutkan
Klien gelisah
implementasi 1,3,4,5
A :Masalah belum
E:
teratasi
Klien nampak sedikit
P :Lanjutkan
rileks dan tenang
Intervensi 1-5
I : lanjutkan
implementasi 1-5
E:
Klien nampak gelisah
dan sering bertanya
tentang tidakan
operasi
EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn.R


Umur : 21 Th
No.Rekam Medik : -

NODIAGNOSA TANGGAL
KEP 05/7/2021 06/7/2021
5 S: S: S:
Klien mengatakan Klien mengatakan O:
takut dan sering sedikit tenang dan A:
bertanya mengenai rileks P:
jalannya operasi, O: I :
berapa lama Klien nampak sedikit E:
operasinya akan rileks dan tenang
berlangsung Klien memahami
O: penjelasan dan
Klien nampak mampu mengulangi
bingung perawat kemarin
Klien sering bertanya A:
mengenai jalannya Masalah teratasi
operasi, berapa lama sebagian
operasinya akan P:Lanjutkan
berlangsung intervensi
A :Masalah belum 1,5
teratasi I :
P :Lanjutkan Lanjutkan
Intervensi 1-4 implementasi 1,5
I : lanjutkan E:
implementasi 1-4 Klien nampak sedikit
E: rileks dan tenang
Klien nampak sering Klien mampu
bertanya dan bingung menjelaskan kembali
penjelasan perawat
\
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
CUCI TANGAN 6 BENAR

Disusun Oleh :

Aliqul Safik ( P17212205051 )

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

2020/2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Masalah : Kurangnya Informasi Tentang 6 langkah cuci tangan


Pokok Bahasan : Pengendalian Infeksi
Sub Pokok Bahasan : 6 Langkah cuci tangan yang benar
Sasaran : Tn.B, Tn. K, Ny. M, dan Tn.A
Waktu : 15 menit
Tanggal : 6 Mei 2021
Tempat : Di Lingkungan Rumah

I. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah dilakukan penyuluhan , klien mampu memahami tentang 6 Langkah
cuci tangan yang benar

II. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit, diharapkan klien dapat :
a. Menyebutkan pengertian dari cuci tangan
b. Menyebutkan alasan dari pentingnya mencuci tangan
c. Meyebutkan manfaat melakukan 6 Langkah cuci tangan yang benar
d. Menyebutkan 5 waktu penting melakukan cuci tangan sehari-hari
e. Menyebutkan 5 waktu penting melakukan cuci tangan di lingkungan
rumah sakit
f. Mampu menjelaskan dan memperagakan 6 langkah cuci tangan dengan
benar menggunakan sabun dan hand rub

III. Materi Penyuluhan


a. Pengertian mencuci tangan
b. Pentingnya mencuci tangan

1
c. Manfaat melakukan 6 langkah cuci tangan yang benar
d. 5 waktu penting melakukan cuci tangan sehari-hari
e. 5 waktu penting melakukan cuci tangan di lingkungan rumah sakit

IV. Metode Pembelajaran


a. Metode : Ceramah dan diskusi
b. Langkah-langkah kegiatan :
1) Kegiatan pra pembelajaran
- Mempersiapkan materi, media dan tempat
- Kontrak waktu
2) Kegiatan membuka pembelajaran
- Memberi salam
- Perkenalan
- Menyampaikan pokok bahasan
- Menjelaskan tujuan
- Apersepsi
3) Kegiatan inti
- Penyuluh memberikan materi
- Sararan menyimak materi
- Sasaran mengajukan pertanyaan
- Penyuluh menjawab pertanyaan
4) Kegiatan menutup pembelajaran
- Melakukan post test (memberi pertanyaan secara lisan)
- Menyimpulkan materi
- Memberi salam

V. Media dan Sumber


Media : Leaflet

VI. Evaluasi
Prosedur : Post test

2
Jenis tes : Pertanyaan secara lisan

Butir-butir pertanyaan :
a. Sebutkan pengertian mencuci tangan
b. Sebutkan pentingnya mencuci tangan
c. Sebutkan manfaat 6 langkah cuci tangan dengan benar
d. Sebutkan 5 waktu melaksanakan cuci tangan dalam kegiatan sehari-hari
e. Sebutkan 5 waktu melaksanakan cuci tangan di lingkungan rumah sakit
f. Peragakan 6 langkah cuci tangan yang benar

LAMPIRAN
MATERI PENYULUHAN

3
A. PENGERTIAN MENCUCI TANGAN
Mencuci tangan adalah menggosok kedua pergelangan tangan dengan
kuat secara bersamaan menggunakan zat pembersih yang sesuai dan dibilas
dengan air mengalir dengan tujuan menghilangkan mikroorganisme sebanyak
mungkin. Ada dua prosedur pencucian tangan yang dapat dilakukan.
Kegagalan untuk melakukan kebersihan dan kesehatan tangan yang tepat
dianggap sebagai sebab utama infeksi nosokomial yang menular di pelayanan
kesehatan, penyebaran mikroorganisme multiresisten dan telah diakui sebagai
kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah

B. PENTINGNYA MENCUCI TANGAN


Penularan lewat Tangan
- Infeksi fecal-oral: gastroenteritis (virus, kuman, parasit), kolera,
disenteri, tifus, cacingan, hepatitis A, leptospirosis, candidiasis, polio.
- Tak langsung lewat tangan: SARS, flu burung.
- Langsung lewat kuku tangan: bisul, jerawat, makanan tercemar (basi)

C. MANFAAT MENCUCI TANGAN


Hal utama dalam pencegahan dan pengendalian infeksi
- Sederhana dan efektif mencegah infeksi
- Menciptakan lingkungan yang aman
- Pelayanan kesehatan menjadi aman
- Bila tangan kotor,cuci dengan sabun atau antiseptic di air mengalir
- Bila tangan tak tampak kotr,bersikamn denga gosok cairan berbasis
alcohol atau hand sanitizer

D. WAKTU PENTING MELAKUKAN CUCI TANGAN SEHARI-HARI


- sebelum memasukan makanan ke dalam mulut
- sebelum mengolah makanan

4
- sebelum memegang bayi
- setelah menceboki anak
- setelah buang air kecil(BAK) dan buang air besar (BAB)

E. 5 WAKTU PENTING MELAKUKAN CUCI TANGAN DI


LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
1. Sebelum Kontak dengan pasien
2. Sebelum tindakan asepsis
3. Setelah terkena cairan tubuh pasien
4. Setelah kontak dengan pasien
5. Setelah kontak dengan lingkungan pasien

F. Cara Cuci Tangan 6 Langkah Pakai Sabun Yang Baik dan Benar
1. Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai air
yang mengalir, ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua telapak
tangan secara lembut
2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
3. Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan.
Bersihkan kedua pergelangan tangan secara bergantian dengan cara
memutar, kemudian diakhiri dengan membilas seluruh bagian tangan
dengan air bersih yang mengalir lalu keringkan memakai handuk atau
tisu

5
DAFTAR PUSTAKA

A.Potter, Patricia, Pery. 2002. Keterampilan dan Prosedur Dasar. Mosby :


Elsevier Science

Aanfien.wordpress.com. Satuan Acara Penyuluhan Cuci Tangan. diakses April


2017

Semuana.blogspot.com. cara mencuci tangan yang benar. Diakses April 2017

6
LAMPIRAN
LEAFLET CUCI TANGAN

7
8
9

Anda mungkin juga menyukai