Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Apendisitis adalah peradangan dari apendik periformis, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering (Dermawan & Rahayuningsih,
2010)
Istilah usus buntu yang dikenal di masyarakat awam adalah kurang tepat
karena usus yang buntu sebenarnya adalah sekum. Apendiks diperkirakan ikut
serta dalm system imun sektorik di saluran pencernaan. Namun, pengangkatan
apendiks tidak menimbulkan efek fungsi system imun yang jelas
(syamsyuhidayat, 2005).
Insiden apendisitis di Negara maju lebih tinggi daripada di Negara
berkembang. Namun, dalm tiga-empat dasawarsa terakhir kejadiannya
menurun secara bermakna. Hal ini di duga disebabkan oleh meningkatnya
penggunaan makanan berserat pada diit harian (Santacroce,2009).
Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di indonesia,
apendisitis akut merupakan salah satu penyebab dari akut abdomen dan
beberapa indikasi untuk dilakukan operasi kegawatdaruratan abdomen.
Insidens apendisitis di Indonesia menempati urutan tertinggi di antara kasus
kegawatan abdomen lainya (Depkes 2008). Dinkes jateng menyebutkan pada
tahun 2009 jumlah kasus apendisitis di jawa tengah sebanyak 5.980 penderita,
dan 177 penderita diantaranya menyebabkan kematian. Pada periode 1 Januari
sampai 31 Desember 2011 angka kejadian appendisitis di RSUD salatiga, dari
seluruh jumlah pasien rawat inap tercatat sebanyak 102 penderita appendisitis
dengan rincian 49 pasien wanita dan 53 pasien pria. Ini menduduki peringkat
ke 2 dari keseluruhan jumlah kasus di instalsi RSUD Salatiga. Hal ini
membuktikan tingginya angka kesakitan dengan kasus apendiksitis di RSUD
Salatiga.
Peradangan pada apendiks selain mendapat intervensi farmakologik juga
memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi dan
memberikan implikasi pada perawat dalam bentuk asuhan keperawatan.
Berlanjutnya kondisi apendisitis akan meningkatkan resiko terjadinya
perforasi dan pembentukan masa periapendikular. Perforasi dengan cairan
inflamasi dan bakteri masuk ke rongga abdomen lalu memberikan respons
inflamasi permukaan peritoneum atau terjadi peritonitis. Apabila perforasi
apendiks disertai dengan material abses, maka akan memberikan manifestasi
nyeri local akibat akumulasi abses dan kemudian juga akan memberikan
respons peritonitis. Manifestasi yang khas dari perforasi apendiks adalah nyeri
hebat yang tiba-tiba datang pada abdomen kanan bawah (Tzanakis, 2005).
Tujuh persen penduduk di Amerika menjalani apendiktomi (pembedahan
untuk mengangkat apendiks) dengan insidens 1,1/1000 penduduk pertahun,
sedang di negara-negara barat sekitar 16%. Di Afrika dan Asia prevalensinya
lebih rendah akan tetapi cenderung meningkat oleh karena pola dietnya yang
mengikuti orang barat (www.ilmubedah.info.com, 2011).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari apendisitis ?
2. Apa etiologi dari apendisitis ?
3. Apa manifestasi klinis apendisitis ?
4. Bagaimana patofisiologi apendisitis ?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostik dari apendisitis ?
6. Apa saja penatalaksanaan medis dari apendisitis ?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan Apendisitis ?

1.3 Tujuan
1. Memahami pengertian dari apendisitis.
2. Mengetahui etiologi dari apendisitis.
3. Mengetahui manifestasi klinis dari apendisitis.
4. Memahami patofisiologi apendisitis.
5. Mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostik dari apendisitis.
6. Mengetahui apa saja penatalaksanaan medis dari apendisitis.
7. Mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien dengan
Apendisitis.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Apendisitis adalah suatu peradangan pada apendiks yang berbentuk
cacing dan berlokasi dekat katup ileosekal, peradangan mungkin disebabkan
oleh obstruksi oleh fekalit (Barbara C. Long, 1996: 228).
Apendisitis adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran
bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen
darurat (Smeltxer, 2001).
Apendisitis merupakan inflamasi apendiks vermiformis, karena struktur
yang terpuntir, apendiks merupakan tempat ideal bagi bakteri untuk
berkumpul dan multiplikasi (Chang, 2010).
Apendisitis merupakan inflamasi di apendiks yang dapat terjadi tanpa
penyebab yang jelas, setelah obstruksi apendiks oleh feses, akibat
terpuntirnya apendiks atau pembuluh darahnya (Corwin, 2009).

2.2 Etiologi
Penyebab dari apendisitis adalah adanya obstruksi pada lumen apendikial
oleh apendikolit, hiperplasia folikel limfoid submukosa, fekalit, atau parasit
(Katz, 2009)
Studi epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan
rendah serat dan pengaruh dari konstipasi terhadap timbulnya apendisitis.
Konstipasi akan menaikan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya
sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman floura
kolon biasa.

2.3 Manifestasi Klinis


Apendisitis muncul dengan gejala khas yang didasari oleh radang
mendadak umbai cacing dan disertai rangsangan peritonium lokal. Gejala
apendisitis adalah nyeri viseral di daerah epigastrium di sekitar umbilikus
dengan keluhan mual dan muntah. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah
ke kanan bawah. Nyeri kemudian dirasakan lebih tajam dan lebih jelas
letaknya sehingga disebut nyeri somatik. Komplikasi apendisitis adalah
perforasi, peritonitis, abses apendiks (unimus.ac.id).

2.4 Patofisiologi
Kondisi obstruksi akan meningkatakan tekanan intraluminal dan
peningkatan perkembangan bakteri. Hal lainnya, akan terjadi peningkatan
kongesti dan penurunan perfusi pada dinding apendiks yang berlanjut pada
nekrosis dan inflamasi apendiks (Atassi, 2002).
Pasien akan mengalami nyeri pada area periumbilikal. Dengan
berlanjutnya proses inflamasi, maka pembentukan eksudat akan terjadi pada
permukaan serosa apendiks. Ketika eksudat ini berhubungan dengan parietal
peritonium, maka intervensi nyeri yang khas akan rterjadi (Santa Crose,
2009).
Dengan berlanjutnya proses obstruksi, bakteri berproliferasi dan
meningkatkan tekanan intraluminal dan membentuk infiltrat pada mukosa
dinding apendiks yang disebut apendisitis mukosa, dengan manifestasi
ketidaknyamanan abdomen. Adanya penurunan perfusi pada dinding akan
mengakibatkan iskemia dan nekrosis disertai peningkatan tekanan
intraluminal yang disebut apendisitis nekrosis, juga akan meningkatkan risiko
perfusi dari apendiks. Proses fagositosis terhadapa respon perlawanan pada
bakteri memberikan manifestasi pembentukan nanah atau push yang
terakumulasi pada lumen apendiks yang disebut apendisitis supuratif.
Sebenarnya tubuh juga melakukan usaha pertahanan untuk membatasi
proses peradangan ini dengan menutup apendiks menggunakan omentum dan
usus halus sehingga terbentuk masa periapendikular yang dikenal dengan
istilah infiltrat apendiks. Pola bagian dalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan
berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Berlanjutnya kondisi
apendisitis akan menyebabkan menigkatnya risiko terjadi perforasi dan
pembentukan masa apendikular. Perforasi dengan cairan inflamasi dan bakteri
masuk ke rongga abdomen lalu memberikan respon inflamasi permukaan
peritonium atau terjadi peritonitis. Manifestasi yang khas adalah nyeri hebat
dan tiba-tiba datang pada abdomen kanan bawah (Tzanakis, 2005).

2.4.1 Pathway

Material apendikolit Parasit Kebiasaan diet rendah serat Konstipasi

Obstruksi pada lumen apendikeal Fekalit

Peningkatan konsentrasi dan penurunan perfusi pada


dinding apendiks

Iskemia dan nekrosis dinding


Peningkatan tekanan intraluminal dan peningkatan
disertai peningkatan tekanan
perkembangan bakteri
intraluminal

Apendisitis nekrosis
Perforasi masa Apendisitis Akut
periapendikular Apendisitis supuratif
peritonitis
Apendisitis Kronis Gangguan GI Respon
sistemik
Intervensi Bedah
Respon lokal saat Mual, muntah,
Peningkatan
kembung,
Pra bedah Pasca bedah terjadi inflamasi suhu tubuh
anoreksia pada
Pengeluaran bayi dan anak
Respon Port de entree Hipertermi
HSBP
psikologis pasca bedah
misiterpretasi Asupan nutriri
kan perawatan Nyeri tidak adekuat
Risiko Infeksi
dan
penatalaksana
Ketidakseimbangan nutrisi
an pengobatan Kerusakan jaringan
kurang dari kebutuhan
pascabedah

Pemenuhan
Informasi
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
a. Hitung sel darah komplit
Pada pemerksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000
– 20.000/mL dan netrofil di atas 75%.
b. C. Reactive Protein (CRP)
Adalah sintesis dari sekresi fase akut hati sebagai respon dari infeksi atau
inflamasi. Pada apendisitis didapatkan peningkatan kadar C. Reactive
Protein (CRP).
c. Pemeriksaan USG dilakukan untuk menilai inflamasi dan apendisitis.
d. Pemeriksaan CT Scan pada abdomen untuk mendeteksi apendisitis dan
adanya kemungkinan perforasi.

2.6 Penatalaksanaan Medis


Apendisitis adalah tindakan pembedahan untuk mengangkat apendiks
yang dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan risiko perforasi
(Brunner dan Sudarth, 2002).

2.7 Pengkajian
Pengkajian keperawatan pasien apendisitis meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik, pengkajian diagnostik. Pada anamnesis, keluhan utama
yang paling sering ditemukan adalah nyeri pada abdomen kanan bawah atau
luka post operasi. Pengkajian nyeri dengan pendekatan PQRST dapat
membantu perawat dalam menentukan rencana intervensi yang sesuai.
Perbedaan kualitas dan skala nyeri yang bertambah berat menandakan adanya
proses inflamasi lokal yang berat atau kemungkinan adanya kondisi perforasi
apendiks.
2.8 Diagnosa Keperawatan
 Pre Operatif
1. Pemenuhan informasi b.d rencana pembedahan apendiktomi
2. Kecemasan b.d rencana pembedahan
 Post Operatif
1. Nyeri b.d respon inflamasi apendiks, kerusakan jaringan lunak
pascabedah
2. Risiko infeksi b.d adanya port de entree luka pasca bedah

2.9 Intervensi Keperawatan


 Pre Operatif
Dx. Tujuan dan
Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
Dx. 1 Dalam waktu 1X7 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Perawat dapat lebih terarah
jam informasi pasien tentang apendiktomi dalam memberikan
kesehatan terpenuhi, dan rencana perawatan pendidikan kesehatan sesuai
dengan kriteria hasil: rumah dnegan pengetahuan pasien.
Pasien mengerti dan 2. Beritahu persiapan 2.
mampu menjelaskan pembedahan:
kembali pendidikan  Pencukuran area operasi  Diberitahu prosedur
kesehatan yang mencukur
diberikan  Persiapan pasien  Puasa operatif idealnya 6-
(dipuasakan) 8 jam sebelum operasi
 Persiapan istirahat dan  Membantu penyembuhan
tidur
3. Beri informasi manajemen 3. Peningkatan kontrol nyeri
nyeri keperawatan pada pasien.
Dx. 2 Secara subjektif 1. Kaji respon fisik seperti 1. Mengevaluasi tingkat
melaporkan cemas kelemahan, TTV, respon kesadaran, khususnya
berkurang, dengan verbal atau nonverbal ketika melakukan
kriteria hasil: selama komunikasi komunikasi verbal
- Pasien mampu 2. Anjurkan pasien 2. Memberi kesempatan untuk
mengungkapkan mengekspresikan rasa konsentrasi dan mengurangi
perasaannya takutnya cemas
- Pasien dapat rileks 3. Anjurkan aktivitas pengalih 3. Sejumlah aktivitas atau
dan beristirahat sesuai kemampuan individu keterampilan dapat
misal menulis, merajut, menurunkan tingkat
menonton kebosanan penstimulus
cemas

 Post Operatif
Dx. Tujuan dan
Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
Dx. 1 Dalam waktu 1X7 1. Kaji tanda-tanda vital 1. Mengetahui keadaan umum
jam nyeri 2. Kaji respon nyeri dengan 2. Pendekatan komprehensif
berkurang/hilang PQRST untuk menentukan rencana
teradapatasi, dengan intervensi
kriteria hasil: 3. Lakukan manajemen nyeri 3. Mengurangi rasa nyeri
- Klien 4. Istirahatkan pada saat nyeri 4. Istirahat mnurunkan
mengatakan nyeri terasa kebutuhan O2
berkurang 5. Atur posisi semifowler 5. Mengurangi tegangan dan
- Skala nyeri 0-1 insisi pada organ abdomen
(dari 0-5) 6. Beri oksigen nasal sesuai 6. Meningkatkan intake O2
indikasi sehingga menurunkan nyeri
sekunder
7. Ajarkan teknik distraksi 7. Menurunkan stimulus
internal
8. Ciptakan lingkungan yang 8. Menurunkan stimus
tenang eksternal
9. Tingkatkan pengetahuan 9. Dapat membantu kepatuhan
pasien tentang sebab nyeri pasien terhadap intervensi
Dx. 2 Dalam waktu 7 X 24 1. Kaji jenis pembedahan, hari 1. Mengidentifikasi kemajuan
jam tidak terjadi pembedahan tujuan yang diharapkan
infeksi, terjadi 2. Kaji kondisi luka 2. Mengidentifikasi luka
perbaikan pada 3. Buat kondisi luka balutan 3. Kondisi ini akan
integritas jaringan dalam keadaan bersih dan menghindari kontaminasi
lunak kering yang menyebabkan infeksi
4. Lakukan perawatan luka 4. Menceagah kondisi luka
dengan tepat, bersih, benar menjadi lebih buruk
5. Kolaborasi pemberian 5. Mencegah berkembangnya
antibiotik mikroorganisme
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA AN. J DENGAN POST OPERASI APENDIKTOMI HARI KE - 1
DI RUANG PERAWATAN BEDAH DUA
RUMAH SAKIT UMUM BANTEN

1.1 Pengkajian
A. Biodata
1. Identitas klien
Nama : Ny J.
Umur : 25 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kp Ulu bojong Des warukas Kac Binuang
Kab.Serang
Agama : Islam
Suku : Sunda
No. Registrasi : 080393
Diagnosa Medis : Apendistis
Tanggal Masuk : 29 Oktober 2019
Tanggal Pengkajian : 31 Oktober 2019
Tanggal Operasi : 30 Oktober 2019
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. J
Umur : 50 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Kp Ulu bojong Des warukas Kac Binuang
Hubungan dengan klien : Ayah klien
B. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada daerah luka post operasi
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada tanggal 27 Oktober 2019 klien merasa nyeri pada abdomen
kanan bawah, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri semakin bertambah
apabila klien beraktifitas, nyeri dirasakan berkurang apabila klien
istirahat. Kemudian klien berobat ke puskesmas, setelah dilakukan
penerusan oleh dokter puskesmas. Klien dinyatakan menderita
apendisitis. Dokter puskesmas merujuk klien ke Rumah Sakit Banten.
Klien tiba di IGD RSU Banten padatanggal 29 Oktober 2019 Pukul
10.21 WIB. kemudian klien ditempatkan di ruang perawatan Bendah 2
RSU Banten. Kemudian klien dilakukan pemeriksaan Rontgen dan
USG pada daerah perut, dan hasilnya menunjukan adanya peradangan
pada Apendiks, klien di rencanakan operasi pada pukul 13.20 WIB.
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 31 Oktober 2019 Pukul
08.30 klien mengatakan nyeri pada daerah luka post operasi. Nyeri
dirasakan bertambah apabila klien miring kanan dan miring kiri, nyeri
dirasakan berkurang apabila klien tidur terlentang. Nyeri dirasakan
seperti disayat, nyeri terlokasi di daerah operasi. Skala nyeri 4 dari (0-
5). Akibat nyeri klien sulut beraktifitas.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan sebelumnya klien tidak pernah merasakan sakit
seperti ini, klien mengatakan hanya sakit kepala, flu, dan batuk.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan tidak ada keluarga yang mempunyai riwayat
penyakit keturunan, dan penyakit menular.
D. Riwayat Psikologi
1. Citra Tubuh
Klien merasa sedikit malu saat dikaji luka post operasi, karena lukanya
berada di daerah Obdomen bawah dekat dengan daerah intimnya.
2. Identitas Diri
Klien adalah seorang pelajar, klien merasa sedih, karena klien sakit,
tidak bisa mengikuti pelajaran seperti teman-temannya.
3. Fungsi Peran
Klien adalah seorang pelajar, klien sangat menyayangi teman-temanya,
klien adalah anak yang baik , selama klien sakit ayah dan ibunya selalu
mendampingi klien.
4. Ideal Diri
Klien berharap setelah dilakukan oprasi di RSU Banten, klien bisa
sembuh dan dapat kembali sekolah seperti sebelum klien sakit, bisa
berkumpul bersama teman-temannya kembali di sekolah.
5. Harga Diri
Klien termasuk orang yang peduli kepada orang lain, terutama pada
teman-temannya.

E. Riwayat Sosial
Klien termasuk orang yang terbuka tehadap orang lain, klien juga
termasuk orang yang mudah bergaul, klien ramah kepada orang lain, klien
selalu merespon baik pada saat ditanya perawat dan pada saat dilakukan
tindakan oleh perawat.

F. Riwayat Spiritual
Klien termasuk orang yang toat beribadah, klien meyakini kalau
sakitnya adalah cobaan yang diberikan Allah SWT untuk menguji
kesabaran diri Klien dan untuk intorpeksi diri klien, klien selalu berdoa
agar klien segera diberikan kesembuhan.
G. Data Biologis
1. Daily Activity Living (ADL)
No ADL Di Rumah Di Rumah Sakit
1 Nutrisi
a. Makan
- Jenis Menu - Nasi, Mie Ayam, Lauk, - Di puasakan sampai dengan
Buah bising usus terdengar 8x/
- Frekuensi - 3x Sehari menit
- Porsi - 1 Piring
- Pantangan - Tidak ada
- Keluhan - Tidak ada
b. Minum
- Jenis Minuman - Air Mineral - Di puasakan sampai dengan
- Jumlah - 8 gelas / 2 L per hari bising usus terdengar 8x/
- Pantangan - Tidak ada menit
- Keluhan - Tidak ada

2 Istirahat dan Tidur


a. Malam
- Berapa Jam - 7 Jam - 4 Jam
- Dan Jam ..sd. Jam.. - 22.00-05.00 WIB - 01.00-05.00 WIB
- Kesukaran - Tidak ada - Merasa nyeri dan sulit
beradaptasi dengan
lingkungan yang baru
b. Siang
- Berapa Jam - 1 Jam - Tidak tidur
- Dan Jam ..sd. Jam .. - 13.00-14.00
- Kesukaran
3 Eliminsai
a. BAK
- Frekuensi - 5x/ hari - Terpasang kateker
- Jumlah - 1.200 cc/hari - 1200 cc/ hari
- Warna - Kuning - Kuning
- Bau - Normal (Bau khas urine) - Normal (Bau khas urine)
- Kesulitan - Tidak ada - Tidak ada
b. BAB
- Frekuensi - 1x/ hari - Belum BAB
- Konsistensi - Lunak
- Warna - Kuning
- Bau - Khas Feces
- Kesulitan - Tidak ada
4 Personal Hygiene
a. Mandi
- Frekuensi - 2x/ hari - 2x/ hari
- Sabun - Menggunakan sabun cair - Tidak menggunakan (diseka)
- Gosok Gigi - 2x/ hari
b. Berpakaian
- Ganti Pakaian - 2x/ hari - 1x/ hari
5 Mobilitas dan Aktifitas
- Aktifitas - Berangkat kesekolah - Tidur di tempat tidur
- Kesulitan - Tidak ada - Ada
6 Ketergatungan
- Alkohol - Tidak menggunakan - Tidak menggunakan
- Obat-obatan - Tidak menggunakan - Tidak menggunakan
- Rokok - Tidak menggunakan - Tidak menggunakan
- Kopi - Tidak mengkonsumsi - Tidak mengkonsumsi
2. Pemeriksaan Fisik
a. Data Umum
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4 V5 M5
TTV/TD : 100/80 mmHg R : 20x/ menit
N : 88x/ Menit S : 36 °C
b. Sistem Pernafasan
Keadaan hidup bersih tidak terdapat nyeri, penggunaan cuping
hidung negatif, bentuk dada flat, gerakan dada simetris antara kana
dan kiri. Bunyi paru resonan, bunyi nafas bronkiol,
bronkhovesikuler, tidak terdapat ronchi dan wheezing.
c. Sistem Cardiovascular
Konjungtiva merah muda, tidak terdapat sianosis pada mukosa bibir,
.Tidak terdapat pembesaran jantung, tidak terdapat suara tambahan
(murmur).
d. Sistem Pencernaan
Bibir lembab, warna lidah putih, gigi geraham bawah kiri berlubang,
tidak terdapat karies, tidak terdapat pembesaran tonsil, terdapat luka
post operasi pada daerah abdomen, keadaan luka masih basah,
panjang luka ± 5 cm, tidak terdapat jaringan parut. Bising usus
8x/menit. Suara pekak daerah hati, suara timpani daerah lambung,
tidak terdapat pembesaran hati, nyeri pada daerah luka post operasi.
e. Sistem Perkemihan dan Genatalia
Ginjal tidak teraba, tidak ada rasa nyeri pada ginjal. Tidak terdapat
kelainan pada daerah genital.
f. Sistem Persyarafan
1) Nervus 1 (olfaktorius)
Fungsi penemuan baik, dapat membedakan bau-bauan
2) Nervus 2 (optikus)
Fungsi penglihatan baik, reflek pupil baik
3) Nervus 3 (okulumotorius)
Dapat mengangkat kelopak mata atas, konstraksi pupil baik,
pergerakan bola mata baik. Rekasi pupil terhadap cahaya baik,
ditandai dengan pupil mengecil
4) Nervus 4 (troklearis)
Dapat melakukan pergerakan bola mata ke kiri dan ke kanan
5) Nervus 5 (trigeminus)
Reflek menguyah baik
6) Nervus 6 (abdusen)
Dapat melakukan pergerakan bola mata ke atas dan ke bawah
7) Nervus 7 (fasialis)
Otot ekspresi wajah baik, otot di sekitar mulut dan dahi dapat
digerakan
8) Nervus 8 (arkustikus)
Fungsi pendengaran baik tidak terdapat gangguan pendengaran
9) Nervus 9 (glusoparingeal)
Langit-langit lunak, tidak terdapat pembesaran tonsil
10) Nervus 10 (vagus)
Langit lunak, tidak terdapat pembesaran tonsil
11) Nervus 11 (accesorius)
Kontraksi otot trapezius baik
12) Nervus 12 (Hipoglasus)
Lidah terlihat putih dan kotor, geraan lidah baik.
g. Sistem Penglihatan
Letak mata kanan dan kiri simetris, konjungtiva pucat, sklera putih,
reaksi pupil terhadap cahaya baik, fungsi penglihatan baik, tidak
terdapat gangguan penglihatan.
h. Sistem Pendengaran
Keadan telinga kiri dan kanan simetris, tidak ada nyeri pada tragus,
tidak ada nyeri pada tulang mastoid, fungsi pendengaran baik.
i. Sistem Muskuloskeletal
Tidak terdapat kelainan pada otot da tulang dada dan punggung,
ekstremitas atas dan ekstremitas bawah kanan dan kiri simetris, tidak
ada rasa nyeri pada ekstremitas, ROM baik kekuatan baik
55555 55555
5 5555 55555
Reflek bisep trisep dan achiles normal.
j. Sistem Integumen
Warna kulit putih, turgor kulit baik, kelembaban kulit baik, tekstur
baik. Tidak terdapat edema.
k. Sistem Endokrin
Tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Jenis Hasil Normal Interpretasi
HGB 13,8 g/dL 12.0-18.0 Normal
WBC 5,02x10^3/Ul 4.00-10.00 Normal
HCT 40 37.0-54.0 Normal
PLT 219x10^3/Ul 150-400 Normal
KEP 68
Ureum 20,5 15-45mg/dL Normal
Kreatinin 0,6 0.6-1.1 mg/dL Normal
SGOT 35 37o 30o 25o Normal
<37 <25 <18
SGPT 37 37o 30o 25o Normal
<40 <29 <22
2. Rontgent
Jenis pemeriksaan : thoraks AP/PA dewasa (film besar) dan abdomen
dewasa (film besar)
a. Thorax :
- COR : besar dan bentuk baik
- Pulmo : Hillus baik, tidak tampak infiltrat sinus, diafragma baik.
- Kesan : COR dan Pulmo dalam batas normal.
b. Abdomen (BNO)
- Preperitoneal flat line tampak udara, usus baik, tidak tampak
bayangan opak dikedua paravertebra – tulang lunak
- Kesan : tidak tampak batu opak sepanjang trantus urinarius.
I. Pengobatan
Jenis Dosis Frekuensi Cara pemberian
RL 500 ml/8jam 20 tetes/menit IV
Cefotaxime 1 gr + 5 cc aquabides 2x1 gr IV
Metronidazole 500 gr 2x1 Oral
OM2 25mg 2x2 Oral
Ketorolac 30 mg 2x1 Perdrip
J. Analisa Data
No Data Kemungkinan Etiologi Masalah
1 DS : Tindakan pembedahan Nyeri berhubungan
Klien mengatakan nyeri dengan agen injuri
pada daerah luka Luka insisi biologis distensi
operasi jaringan intestinal
DO : Kerusakan jaringan/sel oleh inflamasi.
- Klien terlihat Tubuh melepaskan zat kimia
meringis pada saat (histamin, bradikinin,
dilakukan observasi prostaglandin, serotonin)
lukanya.
- Skala nyeri 4 dari (0- Talamus (otak menginterpretasikan
5) signal, memproses informasi zat
kimia

Mempersepsi nyeri
Nyeri akut
2 DS : Tindakan pembedahan Resiko infeksi
- Klien mengatakan berhubungan dengan
masih terasa panas Luka insisi luka infasip.
dan nyeri pada luka
post operasi. Adanya proses penyembuhan
- Klien terlihat
meringis menahan Resiko infeksi
sakit.
DO :
- Tampak kemerahan
disekitar luka insisi
3 DS : Apendisitis Kurang pengetahuan
- Klien dan keluarga klien dan keluarga
menanyakan tentang Pembedahan berhubungan dengan
penyakitnya dan cara proses penyakit dan
mengganti balutan Luka insisi perawatan luka post
setelah pulang ke operai setelah di
rumah nanti Klie bertanya tentang penyakitnya rumah.
DO :
- Klien dan keluarga Keluarga bertanya tentang
terlihat ingin perawatan luka dirumah
mengetahui kondisi
kesehatan klien dan Kurang pengetahuan
perawatan luka klien.

1.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi
2. Resiko infeksi berhubungan tindakan infasip( insisi post pembedahan )
3. Kurang pengetahuan klien berhubungan dengan proses penyakit dan
perawatan luka.

1.3 Perencanaan
Diagnosa Perencanaan
No
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Observasi tanda-tanda vital klien. 1. Untuk mengetahui
berhubungan asuhan ada tidaknya
dengan luka keperawatan peningkatan suhu,
post operasi. selama 1x24 jam, 2. Kaji nyeri, catat lokasi karakteristik, peningkatan nafas,
nyeri skala nyeri (0-5) dll
berkurang/hilang 2. Berguna dalam
dengan kriteria pengawasan dan
hasil : 3. Berikan posisi yang nyaman keefisienan obat,
- Klien dapat kemajuan
rileks penyembuhan.
- Klien dapat 4. Anjurkan klien melakukan relaksasi 3. Agar klien merasa
tidur dengan nyaman, dengan rasa
teratur. nyaman nyeri klien
berkurang.
4. Oksigen yang masuk
dengan konsentrasi
5. Mengajakan klien melakukan teknik tinggi dapat beredar
distraksi ke pembuluh darah,
sehingga
merelaksasikan
6. Kolaborasi dengan dokter pemberian daerah yang nyeri
obat analgetik 5. Mengalihkan pikiran
(distraksi) ada
sesuatu hal yang
menyenangkan dapat
mengurangi rasa
nyeri.
6. Pemberian obat
analgetik untuk
menghilangkan
nyeri.
2. Resiko Setelah dilakukan 1. Kaji adanya tanda-tanda infeksi pada 1. Dugaan adanya
terjadinya asuhan area insisi infeksi
infeksi keperawatan 2. Dugaan adnya
berhubungan selama 1x24jam infeksi/terjadinya
dengan resiko infeksi 2. Minitoring tanda-tanda vital sepsis,abses,peritonit
tindakan tidak terjadi. perhatikan is
infasip ( Dengan kriteria demam,mengigil,berkeringat,perubah 3. Mencegah meluas
insisi pos hasil: an mental. dan membatasi
pembedahan - Klien bebas penyebaran infeksi.
) dari tanda- 3. Pertahankan teknik aseptik
tanda infeksi 4. Batasi pengunjung 4. Menurunkan resiko
- Menunjukan 5. Kolaborasi dengan tim medis terpajan
kemampuan
5. Terapi ditunjukan
untuk
pada bakteri aerob
mencegah
dan anaerob.
timbulnya
infeksi
- Nilai leukosit
( 4,5 – 11
ribu/ui )
3. Kurang Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan 1. Mengetahui tingkat
pengetahuan asuhan keluarga pemahaman dan
klien keperawatan pengetahuan klien
berhubungan selama 3x24 jam dan keluarga tentang
dengan diharapkan 2. Menjelaskan dan memberikan penyakitnya
proses pengetahuan informasi pada klien tentang 2. Meningkatkan
enyakit dan klien dan penyakitnya pemahaman klien
perawatan keluarga 3. Memberikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang
luka meningkat. tentang setiap tindakan keperawatan kondisi
Dengan kriteria yang diberikan kesehatannya
hasil : 3. Mengurangi tingkat
- Klien dan 4. Menjelaskan dan mengajarkan kecemasan klien dan
keluarga dapat keluarga dalam perawatan luka membantu
memahami operasi klien dengan teknik aseptik meningkatkan
tentang kerjasama program
definisi terapi yang diberikan
penyakit klien, 4. Meningkatkan
penyebabnya pengetahuan dan
- Klien dapat pemahaman klien
melakukan dan keluarga tentang
perawatan perawatan luka
luka post op operasi yang baik
setelah dan benar
dirumah nanti

1.4 Implementasi
No Tanggal Diagnosa Implementasi
1. 31Oktober Dx. 1 - Melakukan pemeriksaan Keadan Umum Klien
2019 (pukul 07.30)
Tekanan darah : 100/80mmhg
Nadi : 88x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36oCelcius
- Pukul 08.30
Mengkaji tingkat kesadaran
- Pukul 09.00
Melakukan perawatan luka
- Pukul 10.00
Mengajarkan klien latihan nafas dalam dan
mengalihkan pikiran klien pada hal-hal yang
menyenangkan
- Pukul 12.00
Melakukan pemeriksaan TTV
Tekanan darah : 100/80mmhg
Nadi : 88x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36oCelcius

2. 31Oktober Dx. 2 - Pukul 8.00


2019 Menobservasi Keadaan Umum klien
- Pukul 12.00
Mengukur tanda-tanda vital
- Pukul 13.00
Mengobserpasi tanda-tanda infeksi
3. 31Oktober Dx. 3 - Pukul 09.00
2019 Mengkaji tingkat pengetahuan klien tentang
penyakitnya dengan cara menanyakan kepada klien
tentang penyakitnya. Klien mengerti tentang
penyakitnya
- Pukul 09.30
Menjelaskan dan mengajarkan klien dan keluarga
tentang perawatan luka post op dengan baik dan
benar menggunakan teknik antiseptik
2 Catatan Perkembangan

No Diagnosa Tanggal Evaluasi


1. Dx. 1 31-10-2014 S : Klien mengatakan nyeri berkurang
pada daerah luka post operasi
O : Skala nyeri 2 dari (0-5)
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
2. Dx. 2 31-10-2019 S : Klien mengatakan sudah tidak kemerahan di
bagian luka.
O : Klien terlihat tidak meringis,tidak mersa panas
dan nyeri pada luka.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
3. Dx. 3 31-10-2019 S : Klien dan keluarga dapat memahami
tentang proses penyakit, klien mengerti perawatan
luka aseptik
O : Pengetahuan klien bertambah
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
BAB IV

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN
Apendisitis merupakan inflamasi apendiks vermiformis, karena
struktur yang terpuntir, apendiks merupakan tempat ideal bagi bakteri untuk
berkumpul dan multiplikasi. Penyebab dari apendisitis adalah adanya
obstruksi pada lumen apendikial oleh apendikolit, hiperplasia folikel
limfoid submukosa, fekalit, atau parasit. Gejala apendisitis adalah nyeri
viseral di daerah epigastrium di sekitar umbilikus dengan keluhan mual dan
muntah. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke kanan bawah. Nyeri
kemudian dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga disebut
nyeri somatik. Komplikasi apendisitis adalah perforasi, peritonitis, abses
apendiks.

4.2. SARAN
Dengan dibuatnya makalah ini, kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi mahasiswa dan dapat menambah pengetahuan tentang
Apendisitis. Semoga kita juga dapat mencegah terjadinya apendisitis,
dengan cara diet tinggi serat.

Anda mungkin juga menyukai