Anda di halaman 1dari 20

DEMAM TIFOID PADA ANAK DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DOSEN PEMBIMBING
Ns. Dian Sari, M.Kep, Sp.Kep.A

DISUSUN OLEH :
Kelompok 7
Elatipa
Mutiara Rahmah

INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUNSANTARA BUKITTINGGI


FAKULTAS KEPERAWATAN

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha


Esayangtelahmemberikan nikmat, rahmatserta keridhaan-Nyasehingga kami
dapatmenyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Tipoid pada Anak”.
Makalah ini dapat terselesaikan atas kerjasama, motivasi, dan doadari berbagai
pihak. Pada kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasihkepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadaribanyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agarmenjadi perbaikan pada
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaatdan menambah wawasan bagi
para pembaca.

Bukittinggi,1 Juni 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................i


KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………...1
C. Tujuan Pembahasan............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep penyakit Tifoid........................................................................2
B. ASKEP Teoritis Tifoid.........................................................................5
C. Kasus pada Tifoid.................................................................................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................15

iii
iv
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Demam thyfoid merupakan kuman yang disebabkan oleh infeksi kuman
salmonella typhi. Salmonella typhi mampu hidup dalam tubuh manusia,
karena manusia sebagai natural resevior. Manusia yang terinfeksi oleh
salmonella thypi ini mampu mengeluarkan melalui urin dan tinja dalam jangka
yang bervariasi (Sodikin, 2014). Penyakit ini sangat erat dengan sanitasi
lingkungan, seperti sumber air yang bersih, hygiene makanan dan minuman,
lingkungan yang kumuh ,serta kehidupan masyarakat yang kurang mendukung
hidup sehat (Cita, 2014).Anak kecil lebih rentan terkena demam tifoid karena
daya tahan tubuhnya tidak sekuat orang dewasa atau bisa juga karena angka
kurang menjaga kebersihan saat makan dan minum, tidak mencuci tangan
dengan baik saat setelah buang air kecil maupun buang air besar
(Nuruzzaman, 2015).
Angka kejadian demam tifoid menurut Word Health Organisation (WHO)
insidensi di seluruh dunia sekitar 17 juta jiwa per tahun, angka kematian
akibat demam tifoid mencapai 600.000 dan 70% nya terjadi di Asia. Angka
penderita demam tifoid di Indonesia mencapai 81% per 100.000 (Depkes RI,
2015).Demam tifoid masih merupakan penyakit endemik di Indonesia.

B. Rumusan masalah
1. Bagai mana konsep penyakit Tifoid?
2. Bagai mana asuhan keperawatan pada Tifoid?

C. Tujuan pembahasan
1. Mengetahui konsep dasar penyakit Tifoid.
2. Mengetahui asuhan keperawatan Tifoid.

1
BAB ll
PEMBAHASAN

A. Konsep Penyakit Tifoid


 Definisi Demam Tifoid
Adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada
pencernaan dan gangguan keasadaran. Demam thypoid disebabkan oleh
infeksi salmonella typhi. (Lestari Titik, 2016). Thypoid fever atau demam
tifoid adalah penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam
satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan
dengan gangguan kesadaran. (Wijayaningsih kartika sari, 2013).

 Etiologi
Penyebab utama demam thypoid ini adalah bakteri samonella typhi.
Bakteri salmonella typhi adalah berupa basil gram negatif, bergerak
dengan rambut getar, tidakberspora, dan mempunyai tiga macam antigen
yaitu antigen O (somatik yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida),
antigen H (flegella), dan antigen VI. Dalam serum penderita, terdapatzat
(aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman tumbuh pada
suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-41 derajat celsius
(optimum 37 derajat 7 celsius) dan pH pertumbuhan 6-8. Faktor pencetus
lainnya adalah lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urin,
makanan/minuman yang terkontaminasi, formalitas dan lain sebagainya.
(Lestari Titik, 2016).

 Manifestasi klinis
Demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang
dewasa. Masa tunas 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi
melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari.
Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, perasaan
tidak enak badan, lesu, nyeri, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat,

2
kemudian menyusul gejala klinis yang biasanya di temukan, yaitu: (Lestari
Titik, 2016)
1) Demam Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu
bersifat febris remitten dan suhu tidak tinggi sekali. Minggu
pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, menurun
pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.
Dalam minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali.
2) Gangguan pada saluran pencernaan Pada mulut terdapat nafas
berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah
tertutup selaput putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan. Pada
abdomen dapat di temukan keadaan perut kembung. Hati dan limpa
membesar disertai nyeri dan peradangan.
3) Gangguan kesadaran Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu
apatis sampai samnolen. Jarang terjadi supor, koma atau gelisah
(kecuali penyakit berat dan terlambat mendapatkan pengobatan).
Gejala yang juga dapat ditemukan pada punggung dan anggota
gerak dapat ditemukan reseol, yaitu bintikbintik kemerahan karena
emboli hasil dalam kapiler kulit, yang ditemukan pada minggu
pertama demam, kadang-kadang ditemukan pula trakikardi dan
epistaksis.
4) Relaps Relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam
thypoid, akan tetap berlangsung ringan dan lebih singkat.
Terjadinya pada minggu kedua setelah suhu badan normal kembali,
terjadinya sukar diterangkan. Menurut teori relaps terjadi karena
terdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat
dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh zat anti.

 Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit kuman masuk ke dalam mulut melalui
makanan dan minuman yang tercemar oleh salmonella (biasanya ˃10.000
basil kuman). Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam hcl lambung
dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika respon imunitas humoral

3
mukosa (igA) usus kurang baik, maka basil salmonella akan menembus
selsel epitel (sel m) dan selanjutnya menuju lamina propia dan
berkembang 9 biak di jaringan limfoid plak peyeri di ileum distal dan
kelenjar getah bening mesenterika. (Lestari Titik, 2016). Jaringan limfoid
plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika mengalami hiperplasia.
Basil tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui duktus
thoracicus dan menyebar ke seluruh organ retikulo endotalial tubuh,
terutama hati, sumsum tulang, dan limfa melalui sirkulasi portal dari usus.
(Lestari Titik, 2016).
Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltasi limfosit, zat
plasma, dan sel mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan
pembesaran limfa (splenomegali). Di organ ini, kuman salmonella thhypi
berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi, sehingga mengakibatkan
bakterimia ke dua yang disertai tanda dan gejala infeksi sistemik (demam,
malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler dan
gangguan mental koagulasi). (Lestari Titik, 2016). Perdarahan saluran
cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak peyeriyang
sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia.
Proses patologis ini dapat berlangsung hingga ke lapisan otot,
serosa usus, dan mengakibatkan perforasi. Endotoksin basil menempel di
reseptor sel endotel kapiler dan dapat mengakibatkan komplikasi, seperti
gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler, pernafasan, dan gangguan organ
lainnya. Pada minggu pertama timbulnya penyakit, terjadi hiperplasia plak
peyeri, di susul kembali, terjadi nekrosis pada minggu ke dua dan ulserasi
plak peyeri 10 pada mingu ke tiga. selanjutnya, dalam minggu ke empat
akan terjadi proses penyembuhan ulkus dengan meninggalkan sikatriks
(jaringan parut). Sedangkan penularan salmonella thypi dapat di tularkan
melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan),
Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat) dan melalui
Feses. (Lestari Titik, 2016).

4
WOC
Salmonella thiyosa

Menginfeksi saluran demam hipertermi


pencernaan

Mual napsu makan nyeri


Tifus abdominalis Tukak di usus
menurin

Nutrisi kurang dari Di serap usus halus


kebutuhan tubuh
Perdarahandan
c
Masuk dalam peredaran perforasi

c c
Menyebar keseluruh tubuh Cairan kurang dari
kebutuhan

Badan lemah dan lesu


c
Tolerasni aktivitas

B. ASKEP Teoritis Tifoid


1. Pengkajian
Adalah langkah pertama dalam mengambil data mengenai
pasien.Pengkajian dilakukan dengan pengumpulan data dasar dan semua
informasi yangdiperluka untuk mengevaluasi pasien (Roymond, 2009).
Pengkajian anak dengandemam (febris), antara lain sebagai berikut :
a. Data subyektif :
 Identitas
 Nama anak
 Umur Umur
 Jenis kelamin
 Anak keberapa
 Nama orang tua
 Umur orang tua
 Agama
 Pendidikan
 Pekerjaan
 Alamat

5
 Riwayat kesehatan
Menurut Nursalam (2013), riwayat kesehatan adalah untuk
mengetahui alasan pasien datang dan riwayat kesehatannya
dahulu sekarang, serta riwayat kesehatan keluarga untuk
menemukan masalah kesehatanyang sedang dialami pasien
dan untuk menentukan diagnosa keperawatan serta tindakan
yang akan diberikan pada pasien.
 Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan atau gejala utama yang
menyebabkan pasien dibawa berobat, dan pada kasus febris
keluhan utama yang dirasakan anak adalah panas dan rewel.
 Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang untuk mengetahui kapan
terjadinya demam, sudah berapa hari demam terjadi,
karakteristik demam(malam hari, pagi hari, seanjang hari), dan
keluhan lain yang dirasakan pada saat demam(mual, muntah,
batuk, pilek).
 Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu untuk mengetahui apakah
sebelumnya pasien mengalami penyakit yang sama atau
penyakit lainnya.
 Riwayat kesehatan keluarga Riwayat kesehatan keluarga
adalah untuk melihat apakah keluarga pernah menderita gejala
dan sakit yang sama, apakah keluarga memiliki penyakit yang
menurun dan menular

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif
dan objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk
menegakkan diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan
proses berpikirkompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien,
keluarga, rekam medis,dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain.
(Hutahaean Serri, 2010)Berdasarkan SDKI 2017, diagnosa keperawatan
yang muncul yaitu :
1) Hipertermi berhubungan dengan terpapar lingkungan panas
2) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake
yang kurang dan kehilngan volume cairan aktif
3) Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan
mencerna makanan
4) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan terjadinya kelemahan
5) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi

6
3. Intervensi
No Diagnosa Keperawatan slki Siki
1. Hipertermi bd suhu tubuh Setelah di lakukan Manajemen hipertermi
berada di bawah rentang intervensi keperawatan Tindakan
normal tubuh 1x4 jam, di harapkan Observasi
pengaturan suhu tubuh - Identifikasi
agar tetap berada pada penyebab
rentang normal dg hipertermi
kriteriahasil : - Monitor
- Menggi suhu tubuh
gil menurun - Monitor
- Kulit haluaran
merah menurun - Urin
- Kejang - Monitor
menurun - Komplikas
- Suhu i hipertermi
tubuh membaik Terapeutik
- Suhu
kulit membaik - Longgarka
n atau lepaskan
pakaian
- Berikan
cairan oral
- Lakukaan
pendinginan
eksternal
(kompres).
Edukasi
- Anjurkan
tirah baring
- Kolaborasi
- Pemberian
cairan dan
elektrolit
intravena
2. Nyeri bd gangguan rasa Setelah di lakukan Manajemen nyeri
nyaman intervensi keperawatan Tindakan
1x4 jam, di harapkan Observasi
pengalaman sensorik - Identifikasi
atau emosional yg lokasi
berkaitan dg kerusakan karakteristik,duras
jaringan actual atau i,
fungsional , dg onset frekuensi,kualitas,
mendadak atau lambat intensitas nyeri
dan berintensitas ringan - Identifikasi
hingga berat dan nyeri
konsistendg kriteria - Identifikasi

7
hasil : respon nyeri non
- Keluhan verbal
nyeri menurun - Identifikasi
- Meringi factor yg
s menurun memperberat dan
- Kesulita memperingan
n tidur menurun nyeri
- Muntah - Identifikasi
menurun pengaruh nyeri
- Mual pada kualitas
menurun hidup
- Nafsu Teraupetik
makan
membaik - Berikan
- Pola teknik dan parmal
tidur membaik ologis untuk
mengurangi rasa
nyeri
- Control
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri
- Fasilitasi
istirahat dan tidur
- Pertimban
gkan jenis dan
sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi pada
redakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan
penyebab periode
dan pemicu nyeri
- Jelaskan
strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
- Ajarkan
teknik non farma
kologis untuk
mengurangi rasa
nyeri

4. Implementasi

8
Setelah rencana tindakan keperawatan di susun maka untuk
selanjutnya adalah pengolahan data dan kemudian pelaksanaan asuhan
keperawatan sesuai dengan rencana yang telah di susun tersebut.
Dalam pelakasaan implementasi 49 maka perawat dapat melakukan
obesrvasi atau dapat mendiskusikan dengan klien atau keluarga
tentang tindakan yang akan di lakukan.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah langkah terakir dalam asuhan keperawatan,
evaluasi dilakuakan dengan pendekatan SOAP ( data subjektif, data
objektif, analisa, planning ). Dalam evaluasi ini dapat ditentukan sejauh
mana keberhasilan rencana tindakan keperawatan yang harus
dimodifikasi.

C. Kasus Demam Tifoid


An. A, laki-laki berusia 7 tahun masuk ke RS dengan keluhan panas dan
diare sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Orangtua membawa pasien ke
puskesmas tetapi tidka kunjung sembuh hingga kemduian membawa pasien ke
rumah sakit. Hasil pengkajian yang dilakukan oleh perawat di ruang rawat
anak didapatkan BB= 20 kg, TB 100 cm, RR 20x/menit, T: 380C, Nadi: 105
x/menit, hasi tes widal (+), pasien tampak lemah, hanya menghabikan sarapan
3 sendok. PAsien didiagnosis mengalamai demam tifoid. Pasien mendapatkan
terapi RL (ringer laktat) 10 tpm, ceftriaxone 1 gr, ondansentron 4 mg.
Pertanyaan:
1. Jelaskan tentang konsep Demam Tifoid pada anak, sertakan
WOC/patofisiologi
2. Apakah tujuan pemberian RL pada kasus demam tifoid
3. Jelaskan indikasi, kontraindikasi beserta efek samping obat-obatan
diatas
4. Buatlah analisa data dengan menggunakan tabel seperti dibawah in
5. Temukan diagnosis keperawatan pada kasus diatas
6. Buatlah rencana asuhan keperawatan (intervensi) setiap diagnosis
keperawatan berdasarkan kasus diatas

Jawaban :

9
No Data Masalah Etiologi
keperawatan
1 Ds: - Klien mengeluh panas Hipertermia Infeksi
Do: - Suhu tubuh di atas nilai normal salmonella
-Kulit merah

- kejang
- takirkadi
- takipnea

2 Ds : klien mengeluh diare Nyeri Ada nya


Do : - klien tanpak meringis kesakitan proses
- Klien tanpak lemah inflamasi
- Skla nyeri 2 ( sedang ) penyakit
- Karakteristik
( berdenyut)
- Lokasi ( abdomen
sebelah kiri)
- Durasi ( hilang timbul)
- Timing (2-5 menit)
- TTV
 T : 38°C
 BB : 20 KG
 RR : 20/MENIT
 TB: 100 CM
 N : 105 x/ menit

1. Tujuan pemberian RL
Ringer laktat adalah jenis cairan infus golongan kristaloid yang dapat
digunakan oleh pasien dewasa dan anak-anak sebagai sumber elektrolit dan

10
air. Ringer laktat banyak digunakan pada pasien yang mengalami dehidrasi
atau kehilangan cairan tubuh saat mengalami cedera.
Ringer laktat banyak digunakan pada pasien yang mengalami kehilangan
cairan tubuh atau dehidrasi serta pemberian infus tertentu. Jika dibandingkan
dengan cairan infus saline, ringer laktat cenderung tidak menyebabkan risiko
kelebihan cairan dalam tubuh.Berikut adalah beberapa fungsi ringer laktat
selengkapnya:

 Mengembalikan cairan tubuh pasien yang hilang

 Menjaga cairan tubuh pasien rawat inap agar tetap terkendali

 Mengembalikan cairan tubuh yang hilang setelah perdarahan hebat


atau akibat luka parah

 Menjadi perantara atau media untuk obat-obatan yang dimasukkan


ke pembuluh darah.

Ringer laktat umum digunakan pada pasien dengan kondisi sepsis, gagal
ginjal, dan asidosis respiratorik (kondisi paru-paru tidak dapat mengeluarkan
semua karbon dioksida yang diproduksi oleh tubuh akibat kondisi medis
tertentu).RL juga dapat diberikan untuk keperluan noninfus, seperti
membersihkan luka atau sebagai cairan irigasi untuk membersihkan bakteri
selama operasi bedah terbuka.

1. Indikasi, kontraindikasi beserta efek samping obat-obatan diatas


 Kontraindikasi ceftriaxone adalah pada individu dengan riwayat
hipersensitivitas terhadap obat ini atau golongan sefalosporin
lainnya. Penggunaan harus hati-hati pada pasien dengan riwayat
alergi penicillin karena bisa terjadi reaksi silangEfek samping
ceftriaxone yang sering terjadi meliputi reaksi lokal pada area
injeksi, eosinofilia, trombositosis, diare, dan leukopenia.
Ceftriaxone memiliki interaksi dengan larutan atau obat lain.
Sebagai contohnya ceftriaxone bereaksi dengan larutan yang
mengandung kalsium yang akan membentuk presipitat.

11
Efek Samping dan Bahaya CeftriaxoneBeberapa efek samping yang
dapat muncul setelah menggunakan ceftriaxone adalah:

 Nyeri perut
 Mual
 Muntah
 Diare
 Pusing
 Mengantuk
 Sakit kepala
 Bengkak dan iritasi pada area suntikan
 Muncul keringat berlebihan
 Ondansetron kontraindikasi pada pasien yang pernah mengalami
hipersensitivitas terhadap obat ini dan kombinasi dengan
apomorphin karena dapat menimbulkan hipotensi dan penurunan
kesadaran.Ondansetron kontraindikasi pada pasien yang pernah
mengalami hipersensitivitas terhadap obat ini dan kombinasi
dengan apomorphin karena dapat menimbulkan hipotensi dan
penurunan kesadaran.
 Indikasi ondansetron adalah untuk mengatasi mual dan muntah
yang mungkin terjadi akibat kemoterapi, setelah tindakan operasi,
ataupun radioterapi. Dosis ondansetron yang digunakan untuk
mengatasi mual dan muntah akibat obat kemoterapi disesuaikan
berdasarkan tingkat emetogenik obat. Penanganan mual dan
muntah yang biasanya muncul setelah tindakan anestesi adalah
dengan sediaan oral 16 mg satu jam sebelum tindakan anestesi
ataupun ondansetron intravena 4 mg sebelum tindakan anestesi.
Penanganan mual dan muntah akibat tindakan radiasi dapat
dilakukan dengan ondansetron oral 8 mg tiga kali dalam satu hari
setiap 1-2 jam sebelum tindakan radioterapi.Efek Samping
 Efek samping yang mungkin terjadi apabila mengkonsumsi
Ondansetron adalah:

12
 Bradikardia (denyut jantung dibawah normal)
 Hipotensi
 Aritmia (gangguan irama jantung)
 Hipoksia (kekurangan oksigen)
 Peningkatan sementara enzim hati
 Sakit kepala
 Sembelit
 Sensasi terbakar pada kepala dan ulu hati (epigastrium)
 Sedasi
 Diare
 Nyeri dada
 Penglihatan kabur sementara (karena injeksi ntravena
cepat)
 Perubahan EKG

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demam thyfoid merupakan kuman yang disebabkan oleh infeksi kuman
salmonella typhi. Salmonella typhi mampu hidup dalam tubuh manusia,
karena manusia sebagai natural resevior. Manusia yang terinfeksi oleh
salmonella thypi ini mampu mengeluarkan melalui urin dan tinja dalam jangka
yang bervariasi (Sodikin, 2014). Penyakit ini sangat erat dengan sanitasi
lingkungan, seperti sumber air yang bersih, hygiene makanan dan minuman,
lingkungan yang kumuh ,serta kehidupan masyarakat yang kurang mendukung
hidup sehat (Cita, 2014).Anak kecil lebih rentan terkena demam tifoid karena
daya tahan tubuhnya tidak sekuat orang dewasa atau bisa juga karena angka
kurang menjaga kebersihan saat makan dan minum, tidak mencuci tangan
dengan baik saat setelah buang air kecil maupun buang air besar
(Nuruzzaman, 2015).

14
DAFTAR PUSTAKA

Ardiyansyah. M. 2012.Medikal Bedah. Jakarta: diva press Carpenito, Lynda Jual-


Moyet. 2008. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. EGC: Jakarta.

Depkes RI 2013.
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/articel/viewfile/7449/6994.pdf diakses
pada 25 april 2015 pukul 15..00WIB

Dinkes Prov Jateng 2011. http://lib.unnes.ac.id/18354/1/6450408002.pdf di akses


pada tanggal 25 april pukul 16.00WIB.

Doengoes, M.E. 2009. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih Bahasa: I Made


Kariasi,. Garna, Herry. 2012 .Buku Ajar Divisi Infeksi Dan Penyakit
Tropis.Jakarta: Salemba medika.

Hockenberry M and Wilson D. 2008. PEDIATRIC NURSING. ISBN. Longo,


Dann L. 2014. Harrison Gastroenertologi Dan Hepatologi. Jakarta: EGC.

Muttaqin, .Arif dan Kumala, Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi


Asuhan Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: Salemba medika. Nani. 2014.

15
http://elibrarystikesnn.ac.id/files/disk1/3/elibrary%20stikes%20hasanudin--
saribungap_108-/articel-8.pdf

Pudiastuti, R.I., 2011. Waspadai Penyakit Pada Anak, Jakarta: PT. Indeks.
Rudholph, Abraham M, Julien I.E Hoffman, Colin D. Rudolph. 2014.

Buku ajar pediatric Rudolph volume 1. Jakarta: EGC. Widagdo. 2011. Masalah
dan tatalaksana penyakit infeksi pada anak.Jakarta: Sagung Seto.

16

Anda mungkin juga menyukai